ABSTRAK
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan barometer pelayanan
kesehatan suatu Negara. Berdasarkan pengamatan World Health Organization (WHO), AKI
diperkirakan sebesar 359 kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup. Gambaran AKI
menunjukkkan trend yang meningkat dari tahun 2007 sejumlah 228 per 100.000 kelahiran hidup
(BPS Macro, 2012). Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia berat (PEB), angka kejadiannya
berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian preeklampsia berat berkisar 6-7%
dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia berat
dan eklampsia di negara berkembang masih tinggi (Betty & Yanti, 2011) Untuk menganalisis
faktor risiko kejadian Pre eklampsia Berat di RSUD Rujukan Sultan Imanudin Pangkalan Bun
dan dr Doris Sylvanus Palangka Raya. Manfaat praktis penelitian ini dapat membantu kebijakan
tentang analisis faktor risiko kejadian Pre Eklampsia Berat sehingga memudahkan dalam
penanganan dan penatalaksanaan sebagai langkah pencegahan terjadinya Eklampsia. Jenis
penelitian yang dilaksanakan adalah observasional menggunakan rancangan Cross Sectional
Study. Rancangan cross sectional study adalah bila pengaruh antara variabel bebas (paparan)
dan variabel terikat (efek) diamati dan diukur pada waktu yang bersamaan. Berdasarkan hasil
analisis multivariabel dengan regresi logistik faktor yang mempengaruhi faktor risiko PEB
adalah umur ibu, pendidikan, umur kehamilan, paritas, ANC. Faktor yang tidak berhubungan
secara signifikan adalah pekerjaan, spasing, riwayat PE, riwayat DM, gemelli, social ekonomi
dan pengambilan keputusan. Faktor yang meningkatkan risiko PEB adalah umur ibu,
pendidikan, pekerjaan, umur kehamilan, paritas, riwayat PE, ANC dan social ekonomi . Faktor
yang tidak berhubungan secara signifikan adalah spasing, riwayat DM, gemelli, dan
pengambilan keputusan. Untuk ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan kehamilan tanpa
melihat faktor risiko kejadian PEB maupun tanpa faktor risiko, dengan melihat beberapa faktor
risiko penentu.Untuk tenaga kesehatan agar dapat melaksanakan pemeriksaan kehamilan
dengan fokus pada kehamilan tersebut.
Keyword : Faktor Risiko, Pre Eklampsia Berat, Outcome maternal and perinatal
ABSTRACS
The maternal mortality rate (MMR) and infant mortality rate (IMR) is a barometer of a country's
health services. Based on the observations World Health Organization (WHO), the MMR was
estimated at 359 maternal deaths per 100,000 live births. AKI picture, indicating an increasing
trend from 2007 a number of 228 per 100,000 live births (BPS Macro, 2012). According to the
World Health Organization (WHO), one of the causes of morbidity and mortality of mother and
fetus are severe pre-eclampsia (PEB), incidence rates ranged between 0.51% -38.4%. In
developed countries the incidence of severe preeclampsia and eclampsia ranges from 6-7% 0.1
to 0.7%. While the maternal mortality rate due to pre-eclampsia and eclampsia in developing
countries is still high (Betty & Yanti, 2011). To analyze the risk factors of weight in Pre eclampsia
Referral Hospital Sultan Imanudin Pangkalan Bun and Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
Benefits Research: Practical benefits of this research can help policy analysis of risk factors, the
incidence of Pre Eclampsia so as to facilitate the handling and management as a precautionary
measure the occurrence of Eclampsia. This was an observational study conducted using a
cross sectional study design. Cross sectional study is when the influence of independent
variables (exposure) and the dependent variable (effect) is observed and measured at the same
time. Based on multivariable logistic regression analysis of factors affecting the risk factors PEB
is the mother's age, education, gestational age, parity, ANC. Factors unrelated significantly is
work, spasing, PE history, history of diabetes, Gemelli, economic and social decision-making.
Factors that increase the risk of PEB is the mother's age, education, occupation, gestational
age, parity, history of PE, the ANC and the social economy. Factors unrelated significantly is
spasing, history of diabetes, Gemelli, and decision making. For pregnant women can do a
pregnancy without looking at risk factors of PEB or no risk factors, to see some of the risk
factors determinants. For health workers to carry out pregnancy tests with a focus on the
pregnancy.
kejadian kejang pada penderita preeklamsia penduduk. Setiap Kabupaten memiliki rumah
berat dan eklampsia harus dihindari. Karena sakit dan RSUD Sultan Imanudin Pangkalan
eklampsia menyebabkan angka kematian Bun serta RSUD dr Doris Sylvanus Palangka
sebesar 5% atau lebih tinggi (Omilabu et all, Raya merupakan dua RSUD terbesar
2014). dengan rujukan terbanyak dari beberapa
Beberapa penelitian menyebutkan ada kabupaten disekitarnya (Dinkes Provinsi
beberapa faktor penunjang terjadinya Kalteng, 2014).
preeklamsia berat yaitu kehamilan yang Kematian Ibu dan Anak merupakan
pertama, kehamilan di usia remaja, dan dua indikator yang peka terhadap kualitas
kahamilan pada wanita di atas usia 40 tahun fasilitas pelayanan kesehatan. Kualitas
(Rukiyah, 2010).Penelitian lain menemukan fasilitas pelayanan kesehatan yang
bahwa ada faktor karakteristik maternal dan dimaksud termasuk aksesibilitas terhadap
riwayat medis yang menjadi faktor risiko fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri.
kejadian pre eklampsia (Wright et all, 2015) Keadaan kesehatan sangat penting dalam
Demikian pula hasil penelitian yang menggambarkan profil kesehatan
dilakukan oleh English et all (2015) masyarakat di suatu daerah. Dalam menilai
menemukan bahwa multi faktor yang derajat kesehatan masyarakat, digunakan
menjadi faktor risiko kejadian pre eklampsia indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan
seperti riwayat keluarga, nullipara, sel telur Angka Kematian Ibu (AKI). Faktor-faktor
donor, diabetes dan obesitas. Hasil yang memengaruhi derajat kesehatan
penelitian lain juga mengatakan bahwa ibu masyarakat tidak hanya berasal dari sektor
hamil yang diberi suplemen kalsium cukup, kesehatan melainkan juga dipengaruhi oleh
kasus yang mengalami preeklamsia berat faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan
adalah 14 %, sedangkan yang diberi glukosa sosial, keturunan, dan faktor lainnya (Dinkes
adalah 17 % (Sarwono, 2010). Provinsi Kalteng, 2014).
Rumah Sakit merupakan sarana Angka kejadian Pre eklampsia yang
kesehatan Strata dua dan strata 3. Indikator merupakan penyebab kedua kasus kesakitan
yang digunakan untuk menilai dan kematian yang terjadi di Provinsi
perkembangan sarana Rumah Sakit (RS) Kalimantan Tengah yang memberikan
antara lain dengan melihat perkembangan sumbangan tinggi untuk kasus rujukan di
fasilitas perawatan yang biasanya diukur RSUD Rujukan Komprehensif sehingga perlu
dengan jumlah Rumah Sakit dan tempat dilakukan sebuah analisis dan intervensi dari
tidurnya serta rasio terhadap jumlah tenaga kesehatan, pengambil kebijakan yang
bersifat lintas program dan lintas sektoral ini pengukuran dilakukan dalam waktu
dalam penanganan kejadian tersebut, bersamaan antara Faktor Maternal dan ANC
sehingga mampu dilakukan deteksi dan tata terintegrasi (variabel bebas) sedangkan
laksanan se dini mungkin (Dinkes Provinsi kejadian Prematuritas (variabel terikat) diikuti
Kalteng, 2014) ketika ibu melahirkan.
Populasi penelitian ibu hamil di
METODOLOGI PENELITIAN puskesmas Pahandut dan
Jenis penelitian ini adalah penelitian Kalampangan yang ada di wilayah kota
deskriptif observasional, dengan rancangan Palangka Raya, menjadi subyek penelitian
cohortProspective Study Hal ini dilakukan adalah ibu hamil trimester III. Dengan
untuk melihat gambaran suatu populasi pada sampel 106 orang ibu hamil. Cara
dilakukan deteksi secara dini faktor pengambilansampel pada penelitian ini
predisposisi pada ibu hamil setelah diberikan dilakukan dengan cara purposive sampling.
perlakuan ANC terintegrasi. Pada penelitian
2 .8 0 .9 2 .6 1 17 3 33 5 50
ANC Teratur 3 34 3 31 7 66
9 .9 5 .0 4 .9
Tidak 7 .9 3 .1 0 .0
teratur 1 15 2 18 3 34
6 .1 0 .9 6 .0
Gemelli Ya 3 2. 6 5. 9 8.
Tidak 5 8 4 7 9 5
0 47 7 44 7 91
.2 .3 .5
BB Lahir BBL 3 35 3 34 7 70
Normal 8 .8 7 .9 5 .8
BBLR 1 14 1 15 3 29
5 .2 6 .1 1 .2
Sosial Renda 3 33 2 19 5 51
Ekonomi h 5 .0 1 .8 5 .9
Menen 1 17 3 30 5 48
gah 8 .0 2 .2 0 .1
Jarak Dekat 1 12 1 12 2 24
Tempat Jauh 3 .3 3 .3 6 .5
tinggal 4 37 4 37 8 75
0 .7 0 .7 0 .5
Pengam Suami/ 7 6. 8 7. 1 14
bilan istri 4 6 4 5 5 .2
Keputusa Bersa 5 43 5 42 9 85
n ma .4 .5 1 .8
Tabel 4.3 Analisa Logistic Regression: Kejadian Pre Eklampsia Berat dan faktor
yang mempengaruhinya secara significant
Variabel SE Signifikant ( P 95 % CI
Value)
Umur Ibu 1.858 0.007 3.994 – 5.824
Pendidikan 2.486 0.019 0.000 – 0.376
Pekerjaan 6.053 0.994 0.000
Umur Kehamilan 2.362 0.010 0.000 – 0.242
Paritas 3.238 0.013 5.626 – 1.834
Spasing 2.385 0.184 0.000 – 4.514
Riwayat PE 1.138 0.161 0.513 – 45.89
Riwayat DM 1.396 0.071 0.804 – 191
ANC 1.828 0.004 5.56 – 7.202
Gemelli 4.541 0.113 0.000 – 5.484
Sosial ekonomi 6.5053 8.17 0.000
Pengambilan 2.390 0.938 0.008 – 89.992
Keputusan
Berdasarkan hasil analisis multivariabel ANC. Faktor yang tidak berhubungan secara
dengan regresi logistik faktor yang signifikan adalah pekerjaan, spasing, riwayat
mempengaruhi faktor risiko PEB adalah umur PE, riwayat DM, gemelli, social ekonomi dan
ibu, pendidikan, umur kehamilan, paritas, pengambilan keputusan.
Legawati dan Nang Randu Utama
meningkatkan kejadian PEB dimana
penelitian ini membandingkan kejadian PEB
Pembahasan pada 3 kelompok umur. Semakin muda umur
Penelitian yang dilakukan menemukan ibu makan akan semakin meningkatkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna peluang mengalami PEB. Menurut Bilano et
antara umur ibu dengan kejadian PEB, al (2014) menyatakan bahwa umur
berdasarkan hasil analisis bivariabel dan meningkatkan kejadian PEB, pada umur >30
multivariable. Penelitian Karima, dkk (2015) tahun.
terdapat hubungan yang bermakna antara Penelitian yang dilakukan menemukan
umur ibu dengan kejadian Pre Eklampsia bahwa terdapat hubungan yang bermakna
Berat. Dimana kejadian Pre Eklampsia antara pendidikan ibu dengan kejadian PEB,
meningkat pada ibu yang berumur > 35 thn. berdasarkan hasil analisis bivariabel dan
Penelitian Shamsi et al (2013) menemukan multivariable. Penelitian yang dilakukan oleh
tingginya proporsi kasus PEB pada umur North et al (2011) menyatakan bahwa tidak
yang ekstrim untuk usia reproduksi, dimana terdapat hubungan yang signifikan antara
wanita yang berusia diatas 40 tahun memiliki pendidikan dengan kejadian PEB dimana
2 kali faktor risiko PEB tanpa memperhatikan tidak terdapat perbedaan kejadian PEB pada
apakah primipara atau multipara. kelompok ibu pendidikan tinggi dan rendah.
Penelitian Omilabu et al (2014) juga Penelitian lain yang berbeda adalah Moselhy
menemukan kejadian PEB banyak terjadi et al (2011) menyatakan bahwa ibu dengan
pada multipara dengan umur > 40 tahun di pendidikan rendah meningkatkan peluang
Lagos Nigeria. Menurut Wright et al (2015) kejadian PEB dengan membandingkan
faktor risiko yang meningkatkan kejadian kelompok ibu hamil berdasarkan
PEB adalah umur maternal diatas 35 tahun. pendidikannya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh North et Penelitian yang lainnya dilakukan oleh
al (2011) juga menemukan terdapat Moghadam et al (2012) menemukan bahwa
hubungan yang signifikan antara Umur terdapat hubungan yang bermakna dalam
dengan kejadian PEB terutama pada meningkatkan faktor risiko kejadian PEB
nullipara. Menurut Sutarna and Aparna dengan pendidikan ibu p value 0.04. Menurut
(2013) kejadian PEB meningkat pada ibu Bilano et al (2014) menyatakan bahwa
yang hamil pada usia remaja. Penelitian lain pendidikan meningkatkan kejadian PEB,
yang mendukung adalah Moselhy etal (2011) pada ibu yang tidak memiliki pendidikan
menyatakan bahwa umur yang semakin memiliki peluang meningkatkan risiko
muda pada saat hamil pertama kali akan kejadian PEB.
Analisis Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat Di Rsud Rujukan Kabupaten Dan
Provinsi Kalimantan Tengah
Nigeria. Menurut Wright et al (2015) PEB interval atau jarak antara kehamilan akan
banyak dialami oleh Nullipara (melahirkan meningkatkan kejadian PEB terutama pada
pertama kali) dibandingkan dengan jarak yang terlalu pendek. Menurut Wright et
Multipara. al (2015) faktor risiko yang meningkatkan
Penelitian lain yang dilakukan oleh kejadian PEB adalah jarak antara kehamilan
North et al (2011) juga menemukan terdapat yang terlalu pendek. Jarak (spasing) antar
hubungan yang signifikan antara paritas kehamilan yang kurang dari 1 tahun akan
dengan kejadian PEB terutama pada meningkatkan kejadian PEB pada kehamilan
nullipara yang dilakukan prediksi 21% selanjutnya. Penelitian lain Moselhy et al
mengalami PEB. Menurut Sutarna and (2011) menyatakan bahwa interval atau jarak
Aparna (2013) kejadian PEB meningkat pada antara kehamilan > 3 tahun akan
kehamilan primipara. Penelitian lain yang meningkatkan kejadian PEB 2,73 kali lebih
mendukung adalah Moselhy et al (2011) besar.
menyatakan bahwa primipara memiliki Penelitian yang dilakukan menemukan
peluang 2,16 kali lebih besar mengalami bahwa terdapat hubungan yang bermakna
PEB dibandingkan dengan multipara. antara riwayat Pre Eklampsia dengan
Penelitian yang lainnya dilakukan oleh kejadian PEB, berdasarkan hasil analisis
Moghadam et al (2012) menemukan bahwa bivariabel, akan tetapi setelah dilakukan
terdapat hubungan yang bermakna dalam analisis multivariable ditemukan tidak
meningkatkan faktor risiko kejadian PEB terdapat hubungan yang bermakna. Menurut
dengan paritas ibu dengan angka p value Penelitian Karima, dkk (2015) terdapat
0.001. Menurut Bilano et al (2014) hubungan yang bermakna antara riwayat pre
menyatakan bahwa paritas meningkatkan eklampsia pada kehamilan sebelumnya
kejadian PEB, dengan membandingkan dengan kejadian Pre Eklampsia Berat
antara primipara dan multipara, dimana berulang. Penelitian Aminah (2010) juga
primipara meningkatkan kejadian PEB 2.04 menemukan bahwa riwayat pre eklampsia
kali dan p value <0.001. meningkatkan angka kejadian PEB.
Penelitian yang dilakukan menemukan Penelitian ini didukung oleh Shamsi et al
bahwa tidak terdapat hubungan yang (2013) menemukan ibu yang mendapatkan
bermakna antara jarak antara kehamilan PEB pada kehamilan yang pertama akan
(spasing) dengan kejadian PEB, memiliki faktor risiko lebih tinggi mengalami
berdasarkan hasil analisis bivariabel dan PEB pada kehamilan yang selanjutnya.
multivariable. Penelitian Shamsi et al (2013) Menurut Penelitian Omilabu et al (2014) juga
menemukan bahwa pada waktu yang lama menemukan kejadian PEB banyak terjadi
Analisis Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat Di Rsud Rujukan Kabupaten Dan
Provinsi Kalimantan Tengah
pada multipara yang mengalami PEB pada yang memiliki riwayat DM. Menurut Wright et
kehamilan sebelumnya dengan riwayat al (2015) faktor risiko yang meningkatkan
Hipertensi dalam keluarga. Menurut Wright kejadian PEB adalah ibu yang pernah
et al (2015) faktor risiko yang meningkatkan memiliki riwayat DM type 1 atau 2. Penelitian
kejadian PEB adalah riwayat PEB pada lain yang mendukung adalah Moselhy et al
kehamilan sebelumnya dan ada riwayat (2011) menyatakan bahwa ibu yang
hipertensi dalam keluarga. Penelitian lain mengalami DM atau memiliki riwayat DM
yang mendukung adalah Moselhy et al akan meningkatkan peluang kejadian PEB
(2011) menyatakan bahwa riwayat Pre 3.35 kali lebih besar. Menurut Bilano et al
eklampsia akan meningkatkan kejadian PEB (2014) menyatakan bahwa riwayat DM
2,85 kali lebih besar. Penelitian yang meningkatkan kejadian PEB 2.00 dengan p
mendukung lainnya dilakukan oleh value <0.001.
Moghadam et al (2012) menemukan bahwa Penelitian yang dilakukan menemukan
riwayat pre eklampsia akan meningkatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
faktor risiko kejadian PEB pada kehamilan bermakna antara ANC dengan kejadian PEB,
selanjutnya. Menurut Bilano et al (2014) berdasarkan hasil analisis bivariabel, akan
menyatakan bahwa riwayat hipertensi dan tetapi setelah dilakukan analisis secara
PEB meningkatkan kejadian PEB 7.75 dan p multivariable ditemukan terdapat hubungan
value < 0.001. Penelitian lain menurut yang bermakna. Menurut Penelitian Karima,
Karima, dkk (2015) menyatakan bahwa dkk (2015) tidak terdapat hubungan yang
riwayat Pre Eklampsia memiliki hubungan bermakna antara umur ibu dengan kejadian
yang signifikan dengan kejadian PEB. Pre Eklampsia Berat. Namun penelitian
Penelitian yang dilakukan menemukan berbeda dilakukan Langelo et al (2011)
bahwa tidak terdapat hubungan yang membuktikan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara riwayat DM ibu dengan antara jumlah kunjungan ANC dengan
kejadian PEB, berdasarkan hasil analisis kejadian PEB. Penelitian lain yang berbeda
bivariabel dan multivariable. Penelitian yang adalah Moselhy et al (2011) menyatakan
dilakukan oleh Shamsi et al (2013) bahwa ANC tidak memiliki hubungan yang
menemukan ibu yang mendapatkan DM bermakna dengan kejadian PEB dengan
pada kehamilan yang pertama akan memiliki membandingkan keteraturan ANC dan
faktor risiko lebih tinggi mengalami PEB periode atau waktu melakukan ANC.
pada kehamilan yang selanjutnya. Penelitian Penelitian yang lainnya dilakukan oleh
Omilabu et al (2014) juga menemukan Moghadam et al (2012) menemukan bahwa
kejadian PEB banyak terjadi pada wanita terdapat hubungan yang bermakna dalam
Analisis Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat Di Rsud Rujukan Kabupaten Dan
Provinsi Kalimantan Tengah
meningkatkan faktor risiko kejadian PEB antara social ekonomi dengan kejadian PEB,
dengan kunjungan ANC yang lengkap dan berdasarkan hasil analisis bivariabel dan
tidak lengkap ( p value 0.003). Menurut multivariable. Penelitian Shamsi et al (2013)
Bilano et al (2014) menyatakan bahwa menemukan bahwa faktor ekstrim kejadian
kunjungan ANC meningkatkan kejadian PEB, PEB pada ibu dengan status social ekonomi
dimana ibu hamil yang tidak pernah yang miskin. Penelitian lain yang mendukung
melakukan ANC meningkatkan PEB 1.4 kali adalah Moselhy et al (2011) menyatakan
dengan p value < 0.001. bahwa PEB meningkat pada ibu hamil
Penelitian yang dilakukan menemukan dengan sosial ekonomi rendah.
bahwa tidak terdapat hubungan yang Penelitian yang dilakukan menemukan
bermakna antara kehamilan multipel dengan bahwa tidak terdapat hubungan yang
kejadian PEB, berdasarkan hasil analisis bermakna antara pengambilan keputusan
bivariabel dan multivariable. Menurut dalam keluarga dengan kejadian PEB,
Penelitian Karima, dkk (2015) tidak terdapat berdasarkan hasil analisis bivariabel dan
hubungan yang bermakna antara gemelli/ multivariable.
jumlah janin dengan kejadian Pre Eklampsia
Berat. Teori yang berbeda disampaikan oleh
Benson and Pernol (2009) yang menyatakan
bahwa salah satu keadaan klinis yang
mengarah pada ke kehamilan multiple yaitu KESIMPULAN
PEB- Eklampsia. Beberapa respon fisiologis Terdapat hubungan yang bermakna antara
ibu yang normal terhadap kehamilan umur ibu, pendidikan, umur kehamilan,
diperburuk oleh adanya janin ganda. riwayat PEB, sosial ekonomi dan frekuensi
Penelitian lain yang mendukung adalah ANC dengan kejadian PEB. Faktor yang
Moselhy et al (2011) menyatakan bahwa tidak berhubungan dengan kejadian PEB
multiple gestasi akan meningkatkan kejadian adalah pendidikan, pekerjaan, paritas,
PEB 9.79 kali lebih besar dibandingkan spasing (jarak antara kehamilan), riwayat
dengan tunggal gestasi. Penelitian lain DM, gemelli dan pengambilan keputusan.
menurut Karima, dkk (2015) menyatakan
bahwa usia ibu tidak memiliki hubungan Saran
yang signifikan dengan kejadian PEB. Untuk ibu hamil dapat melakukan
Penelitian yang dilakukan menemukan pemeriksaan kehamilan tanpa melihat faktor
bahwa terdapat hubungan yang bermakna risiko kejadian PEB maupun tanpa faktor
Analisis Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat Di Rsud Rujukan Kabupaten Dan
Provinsi Kalimantan Tengah