Anda di halaman 1dari 7

BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT AL FATAH AMBON PERIODE JANUARI -

DESEMBER TAHUN 2006"


+ 69 haIaman + 12 tabeI + 8 Iamp7an
BBLR merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian besar masyarakat yang ditandai
dengan berat lahir yang kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya
pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga
dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan
status perekonomian yang cukup. Dan hal ini terkait adanya pengaruh dari berbagai faktor yang pada penelitian ini
mencakup paritas, jarak kelahiran, kadar haemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal.
Jenis penelitian yang diguanakan adalah observasional dengan rancangan Case Control Study yang
bertujuan untuk menganalisis besar risiko paritas, jarak kelahiran, kadar haemoglobin dan pemanfaatan pelayanan
antenatal terhadap kejadian BBLR dengan mengambil subjek penelitian pada data rekam medis Rumah Sakit Umum Al
Fatah Ambon periode Januari Desember 2006.
Sampel penelitian dibedakan atas kasus (kelahiran bayi dengan BBLR) dan kontrol (kelahiran bayi tidak
dengan BBLR) sebanyak 138 dengan perbandingan sampel 1 : 2 antara kasus dan kontrol. Pengumpulan data dengan
melaksanakan penelusuran status rekam medis pada instalasi kebidanan. Pengolahan data secara komputerisasi dengan
analisis data berdasarkan uji statistik Odds Ratio. Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisi univariat
dan tabel silang analisis bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR
sehingga ibu dengan paritas lebih dari 3 anak berrisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR, Jarak kelahiran
merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan jarak antara kelahiran <>
Saran yang diajukan pada penelitian ini adalah Perlunya peningkatan pembinaan kepada masyarakat tentang
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga yang tidak hanya
melibatkan ibu namun dengan adanya dukungan dari suami sehingga perwujudan masyarakat sehat dapat dicapai secara
optimal, pemberian informasi secara aktual kepada ibu dan suami untuk mengatur jarak kelahiran dalam rangka mencegah
timbulnya berbagai dampak kesehatan pada masa kehamilan dan persalinan, peningkatan kesadaran dari ibu tentang
pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pada masa kehamilan yang dilakukan secara
lengkap melalui pemberian informasi akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dalam rangka kontrol kesehatan ibu dan bayi
pada masa kehamilan dan peningkatan pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat pada ibu khususnya pada masa
kehamilan dengan penerapan pola makan teratur dan seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi
yang dikandungnya yang juga merupakan unsur pendukung pencapaian status kesehatan yang optimal baik ibu maupun
bayi yang dikandungnya.
Kepustakaan : 32 (1982 - 2006)
P E N D A H U L U A N
1. Lata7 BeIakang
Bayi lahir dengan berat lahir renndah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yanng mempunyai
kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
tinggi (Anonim, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi kronis dan akan
mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan
anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes R, 2005).
enurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal di negara
berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga kematian adalah BBLR yaitu berat badan lahir
kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya
adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang (Hadi, 2001).
Data epidemiologi di nggris dan berbagai Negara maju lainnya memperlihatkan, setelah menjadi dewasa
bayi dengan berat ringan untuk masa kehamilannya akan lebih mudah terkena penyakit kronis seperti Diabetes
ellitus (D) tipe 2 maupun penyakit kordiovaskuler (PKV) (Sayogo, 2003).
Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan
kesehatan, proporsi BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah),
sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90% (Sumatra Utara). Angka tersebut belum
mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan
dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya
(Profil Kesehatan R, 2004).
Secara umum ndonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) yang diperoleh
berdasarkan survai nasional. Proporsi BBLR ditentukan berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu
berkisar antara 7 14% selama periode 1999 2000. Jika proporsi ibu hamil adalah 2,5% dari total penduduk maka
setiap tahun diperkirakan 355.000 710.000 dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Depkes R, 2001).
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB).
Angka kematian bayi di ndonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di ndoesia tercatat 51,0 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila di
bandingkan dengan Negara negara di bagian ASEAN. pennyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan
perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah
(BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 14% yaitu sekitar 459.200 900.000 bayi
(Depkes R, 2005).
Proporsi BBLR dapat diketahui berdasarkan estimasi dari Survey Demografi dan Kesehatan ndonesia
(SDK). Pada tahun 1992 1997 yaitu secara nasional proporsi bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu 7,7%
untuk perkotaan 6,6%, dan untuk pedesaan 8,4. Dan pada tahun 2002 2003 angka proporsi BBLR tidak mengalami
penurunan yaitu sekitar 7,6% (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel, 2005).
Hasil penelitian Rumah Sakit maupun Puskesmas menyatakan bahwa pada tahun 1999 tercatat kejadian
BBLR sebesar 3,27% dari 25.422 bayi lahir hidup. Data di wilayah Puskesmas pada tahun 2000 menggambarkan
bahwa bayi lahir hidup <2500>
BBLR bervariasi menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah di propinsi Sumatra Utara dan
tertinggi di Sulawesi Selatan, tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR sebanyak 1.554 (1,2% dari total bayi lahir) dan
yang tertangani sebanyak 1.178 orang (75,8%), dengan kasus tertinggi terjadi di Kota akassar yaitu 355 kasus
(2,63%) dari 13.486 bayi lahir hidup dan yang terendah di Kabupaten Pangkep hanya 3 kasus (Profil Kesehatan
Propinsi Sulsel,2005).
Rumah Sakit Al-Fatah adalah salah satu UPT Dinas Kesehatan Propinsi aluku yang keberadaannya
dilandasi dengan keputusan Gubernur aluku No.5 tahun 1999. Adapun alasan memilih RS Al-Fatah karena Rumah
Sakit tersebut melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak, merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan untuk
kasus kasus obstetric dan angka kejadian BBLR dalam beberapa tahun ini masih tinggi. Berdasarkan laporan
tahunan kegiatan pelayanan RS Al-Fatah, angka prevalensi dari tahun 2004 2006 cukup tinggi yaitu 9,05% pada
tahun 2004, meningkat pada tahun 2005 sebesar 7,79% dan pada tahun 2006 prevalensi BBLR adalah 7,15%. Dari
data tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun memperlihatkan adanya masalah BBLR di Rumah Sakit
Al-Fatah.
Berdasarkan data yang didapatkan di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon yakni pada tahun 2003 ada 64 (10,30%)
kasus BBLR dari 621 bayi lahir hidup, tahun 2004 ada 51 (9,05%) kasus BBLR dari 563 bayi lahir hidup, dan pada
tahun 2005 ada 65 (7,79%) dari 834 bayi lahir hidup yang menderita BBLR. Sedangkan pada tahun 2006 ada 46
(7,15%) kasus BBLRdari 643 bayi lahir hidup.
elihat masih tingginya kejadian bayi berat lahir rendah di aluku termasuk kota Ambon Khususnya di
Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, maka peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
BBLR di Rumah Sakit al-Fatah Ambon untuk periode januari desember tahun 2006.
2. Rumusan masaIah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat diberikan rumusan masalahnya
sebagai berikut :
1. Apakah umur ibu menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
2. Apakah jarak kehamilan menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
3. Apakah paritas ibu menjadi faktor risko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
4. Apakah kadar Hb menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun 2006 ?
S. Apakah pemeriksaan kehamilan/ANC menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon
tahun 2006 ?
3. Tujuan peneItan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RS Al-Fatah Ambon periode januari
desember tahun 2006.
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui umur ibu sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun
2006.
2. Untuk mengetahui jarak kehamilan sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon
tahun 2006.
3. Untuk mengetahui paritas ibu sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun
2006.
4. Untuk mengetahui kadar Hb sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-Fatah Ambon tahun
2006
S. Untuk mengetahui pemeriksaan kehamilan/ANC sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS Al-
fatah Ambon tahun 2006.
4. Manfaat PeneItan
1. anfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang dapat menambah wawasan
khususnya mengenai faktor penyebab kejadian bayi beral lahir rendah (BBLR).
2. anfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi segenap penentu kebijakan dan instansi
terkait untuk memprioritaskan program kesehatan dalam upaya menurunkan angka kejadian bayi berat lahir
rendah (BBLR).


TINJAUAN PUSTAKA

1. Tnjauan umum tentang bay be7at Iah7 7endah
1. Penge7tan bay dengan be7at badan Iah7 7endah
2. Ka7akte7stk bay be7at Iah7 7endah
3. Upaya mencegah te7jadnya pe7saInan p7ematu7tas atau bay dengan be7at badan Iah7 7endah.
2. Tnjauan umum tentang umu7 bu
3. Tnjauan Umum Tentang Ja7ak KeIah7an
4. Tnjauan umum tentang pa7tas bu
E. Tnjauan Umum Tentang Kada7 HB Ibu
S. Tnjauan umum tentang peme7ksaan kehamIan/ANC

KERANGKA KONGSEP
1. Dasa7 Pemk7an Va7abeI yang dteIt
1. Umur ibu
Umur ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah,
dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak
antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 - 30 tahun (Hasan dkk, 2000).
2. Jarak kelahiran
3. Paritas ibu
d. Kadar HB
4. Pemeriksaan kehamilan/ANC
2. PoIa Va7abeI Yang DteIt
3. Defns Ope7asonaI dan K7te7a Objektf
1. Berat badan lahir
2. Umur ibu
3. Jarak kelahiran
4. Paritas ibu
S. Kadar Hb bu
6. Pemeriksaan kehamilan/ANC


METODE PENELITIAN
A. Jens peneItan
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional denga pendekatan case control study, dengan maksud untuk melihat apakah
umur ibu, jarak kehamilan, paritas, kadar HB dan pemeriksaan kehamilan/ANC merupakan faktor resiko kejadian bayi berat lahir rendah.
B. Lokas peneItan
Adapun lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Al-Fatah Kota Ambon, propinsi aluku
C. PopuIas dan SampeI
1. Populasi
Semua bayi yang dilahirkan hidup yang yang tercatat dalam rekam medik antara bulan januari sampai desember
tahun 2006 dengan jumlah 643 bayi di Rumah Sakit Al-Fatah Kota Ambon.
2. Sampel
a. Kasus : Semua bayi yang lahir dengan berat badan rendah di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon periode januari
sampai desember tahun 2006.
b. Kontrol : Semua bayi yang lahir hidup di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon periode januari sampai desember tahun 2006.
3. Besarnya sampel
Jumlah sample pada kelompok kasus sebanyak 46 orang yang terkena BBLR di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon. Dan jumlah
sample pada kelompok control sebanyak 92 orang yang tidak terkena BBLR, sehingga perbandingan antara
kelompok kasus dan kelompok control yaitu 1 : 2 jadi total sample adalah sebanyak 138 orang.
4. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sample dlakukan secara 5ur5osive sam5ling. Dengan criteria sample yang memiliki data yang lengkap, yang sesuai dengan
variabel penelitian. Yang meliputi umur ibu, jarak kehamilan, paritas, kadar HB dan pemeriksaan kehamilan/ANC. Dengan cara mula-mula
diambil sampel kasus, kemudian dipilih seperti kriteria seperti variable yang diteliti. Setelah itu di ambil sample control yang juga
mempunyai kriteria yang sama.
D. Metode PengumpuIan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diolah dari rekam medik di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon,
propinsi maluku tahun 2006.
E. PengoIahan dan Penyajan Data
Data diolah dengan menggunakan bantuan elektronik berupa computer dengan metode sebagai berikut :
membuat variable, input data, pengolahan data, dan disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan.
F. AnaIss Data
Untuk menguji hipotesis nol (Ho) dengan analisis bivariat (oods Ratio) dengan menggunakan tabel 2 X 2
nterpretasi nilai OR dengan menggunakan interval kepercayaan 95% yakni :
OR <>
OR = 1, bukan factor risiko
OR > 1, berarti variable tersebut adalah factor risiko
Hubungan dikatakan bermakna apabila nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai 1.
Lower limit = OR x e
Upper limit = OR x e
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. AnaIss Fakto7 Rsko Pa7tas Te7hadap Kejadan BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar ibu yang melaksanakan persalinan dengan paritas
rendah minimal 3 anak (79,7%) yang menunjukkan bahwa ibu telah menerapkan normal keluarga kecil bahagia dan
sejahtera sebagai salah satu bentuk program pembangunan kesehatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun
bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah berhubungan
dengan kejadian BBLR.
Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan paritas tinggi yang merupakan kelompok
berisiko tinggi secara merata terdistribusi pada kelompok kasus dan kontrol (50%) yang memberi interpretasi bahwa
paritas yang tinggi tidak mempengaruhi kesehatan ibu sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir yang cenderung
normal.
Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa paritas
merupakan faktor risiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian statistik yang
diperoleh nilai dds Ratio (R) = 2,438 sehingga dapat dikatakan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap
kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali terhadap melahirkan bayi dengan BBLR.
2. AnaIss Fakto7 Rsko Ja7ak KeIah7an Te7hadap Kejadan BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar ibu telah memiliki jarak antara kelahiran pada
kategori renggang dan merupakan kelompok dengan risiko rendah (61,6%). Jarak kelahiran renggang pada penelitian
ini jika rentang waktu antara satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya minimal 2 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan jarak kelahiran yang rapat lebih banyak dengan kelahiran
bayi dengan berat lahir yang tidak tergolong BBLR (54,7%) namun jika ditinjau dari angka pencapai tersebut masih
relatif rendah yang memberi indikasi bahwa kejadian BBLR sendiri masih cenderung tinggi yang disebabkan karena
jarak kelahiran yang terlalu dekat.
Hasil uji statistik diperoleh nilai dds Ratio (R) = 2,370 sehingga dapat dikatakan bahwa jarak kelahiran
merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki jarak kelahiran <>
3. AnaIss Fakto7 Rsko Kada7 HaemogIobn Te7hadap Kejadan BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dari ibu yang memiliki kadar haemoglobin yang berisiko
(55,1%) dengan kadar haemoglobin dalam darah kurang 11 g/dl.. Kadar Hb yang normal pada penelitian ini adalah jika
hasil pemeriksaan laboratorium darah ibu menunjukkan kadar < 11 g/dl pada manusia normal.
Dampak kesehatan yang dapat dijadikan dasar dari pengaruh kejadian anemia pada ibu hamil salah
satunya adalah kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan kadar
Hb kurang (mengalami anemia) lebih banyak yang melahirkan bayi tidak dengan BBLR (59,2%) yang memberi
interpretasi bahwa kadar Hb tidak memberi pengaruh terhadap kejadian BBLR.
Namun jika dengan meninjau ibu dengan kadar haemoglobin yang tidak berisiko dengan kadar Hb 11 g/dl
keatas lebih banyak tidak mengalami kelahiran bayi dengan BBLR dan menunjukkan peningkatan yang berarti (70,9%).
Hal ini memberi indikasi bahwa semakin baiknya kadar Hb dalam darah merupakan wujud nyata terhadap status
kesehatan ibu yang optimal dan sekaligus sebagai unsur penunjang dalam pelaksanaan proses persalinan.
Hasil uji statistik diperoleh nilai dds Ratio (R) = 2,159 sehingga dapat dikatakan bahwa kadar
haemoglobin merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki kadar haemoglobin <>
4. AnaIss Fakto7 Rsko Pemanfaatan AntenataI Ca7e (ANC) Te7hadap Kejadan BBLR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dari ibu yang kurang memanfaatkan pemeriksaan pada
masa kehamilan dan merupakan kelompok berisiko (51,4%). Pemeriksaan kehamilan yang lengkap dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah jika ibu telah melaksanakan pemeriksaan antenatal secara lengkap dan teratur mulai dari
pemeriksaan kala 1 (K) sampai kala 4 (Kala V). Jadi frekuensi kunjungan ibu ke pelayanan kesehatan pada masa
kehamilan harus dilaksanaka minimal 4 kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan banyaknya pemeriksaan kehamilan yang kurang lengkap
yang merupakan kelompok berisiko lebih banyak yang melahirkan bayi tidak dengan BBLR (50,7%) yang memberi
indikasi bahwa pelayanan antenatal tidak memberi pengaruh terhadap status kesehatan bayi. Hal ini memberi
gambaran akan adanya pengaruh dari faktor lain yang dapat berhubungan dengan penciptaan status gizi ibu yang
optimal sehingga juga akan mendukung status kesehatan dan status gizi bayi yang dikandung dan lahir dengan tidak
BBLR.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh nilaidds Ratio (R) = 4,949 sehingga dapat
dikatakan bahwa pemeriksaan kehamilan secara lengkap sebagai wujud pemanfaatan pelayanan antenatal care (ANC)
merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang tidak melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara
lengkap berisiko 5 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR.
Sedangkan dengan meninjau nilai Confidence nterval (C) yang tidak mencakup nilai 1 (2,232 10,976)
maka risiko yang ditimbulkan dikatakan bermakna, Ho ditolak. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ibu yang kurang
memanfaatkan pemeriksaan kehamilan dengan frekuensi kunjungan ke pelayanan ANC yang tidak secara lengkap
memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian BBLR pada bayi dan memiliki peluang untuk melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah <>


KESIMPULAN DAN SARAN
1. KesmpuIan
1. Paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan paritas
lebih dari 3 anak berrisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
2. Jarak kelahiran merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu dengan
jarak antara kelahiran <>
3. Kadar Haemoglobin merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu
dengan kadar haemoglobin dalam darah yang kurang dari 11 g/dl berrisiko 2,2 kali untuk melahirkan bayi
dengan BBLR
4. Pemanfaatan pelayanan ANC merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga
ibu yang kurang memanfaatkan pelayanan ANC dengan frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan
yang tidak lengkap minimal 4 kali berrisiko 5 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
2. Sa7an
1. Perlunya peningkatan pembinaan kepada masyarakat tentang norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga yang tidak hanya melibatkan ibu
namun dengan adanya dukungan dari suami sehingga perwujudan masyarakat sehat dapat dicapai
secara optimal.
2. Perlunya pemberian informasi secara aktual kepada ibu dan suami untuk mengatur jarak kelahiran dalam
rangka mencegah timbulnya berbagai dampak kesehatan pada masa kehamilan dan persalinan.
3. Perlunya pula peningkatan kesadaran dari ibu tentang pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
khususnya pemeriksaan pada masa kehamilan yang dilakukan secara lengkap melalui pemberian
informasi akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dalam rangka kontrol kesehatan ibu dan bayi pada
masa kehamilan
4. Adanya pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat pada ibu khususnya pada masa kehamilan
dengan penerapan pola makan teratur dan seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu
dan bayi yang dikandungnya yang juga merupakan unsur pendukung pencapaian status kesehatan yang
optimal baik ibu maupun bayi yang dikandungnya.

Anda mungkin juga menyukai