Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap
pasangan suami istri. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi
yang sehat dan sempurnah secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup. Masa
kehamilan adalah salah satu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon
ibu dan bayi yang dikandungnya membutuhkan gizi yang cukup banyak (Depkes RI,
2004).
Anemia merupakan masalah kesehatan lain yang paling banyak ditemukan
padaibu hamil. Kurang lebih 50% atau 1 diantara 2 ibu hamil di Indonesia
menderita anemia yang sebagian besar karena kekurangan zat besi.
Tingginya angka anemia pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap
tingginya angka bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah di Indonesia yang
diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya. Oleh karena itu
penanggulangan anemia gizi menjadi salah satu program potensial untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang telah dilaksanakan pemerintah
sejak pembangunan jangka panjang I (Sohimah, 2006).
Salah satu sasaran yang ditetapkan pada Indonesia Sehat 2010 adalah
menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup
dan angka kematian neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup (Sarwono,
2002). Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah tingginya
prevalensi anemia ibu hamil yaitu 50,9% dan sebagian besar penyebabnya adalah
kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga
yang ditimbulkan disebut anemia kekurangan besi (Depkes RI, 2003).
Distribusi kematian neonatal sebagian besar di wilayah Jawa dan Bali (66,7%)
dan di daerah pedesaan (58,6%). Menurut umur kematian yaitu 79,4% adalah
angka kematian neonatal yaitu pada usia 0-7 hari dan 20,6% terjadi pada usia 8-28
hari. Penyebab kematian menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian
neonatal kelompok umur 0-7 hari tertinggi adalah prematur dan berat badan lahir
rendah (35%), kemudian asfiksia lahir (33,6%) (Depkes RI,2003).

Page 1
Pemantauan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik pada awal kehamilan dan
selama masa kehamilan merupakan upaya pendekatan yang potensial dalam
kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak. Situasi pelayanan
obstetric di Indonesia dimana sebagian besar masih ditolong oleh dukun (>60%).
Sementara lebih dari 60% bidan di desa-desa masih memerlukan peningkatan
keterampilan dan pengetahuan terutama keterlambatan dalam mendeteksi
kehamilan dapat teratasi apalagi terhadap kehamilan yang beresiko tinggi sehingga
angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dapat berkurang (Saimin,2008).
Di Sulawesi Selatan pada tahun 2010, tercatat bahwa jumlah bayi dengan berat
badan lahir rendah sebanyak 2.416 (15%) dengan ibu hamil yang menderita
anemia sebanyak 8884 orang (47,04%) dari 18.883 orang ibu hamil dan pada
tahun 2011 jumlah bayi dengan BBLR mengalami peningkatan menjadi 3.040
(18,37%) dan jumlah ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 9.235 orang
(47,71%) dari 20.478 orang ibu hamil. Terjadi peningkatan jumlah bayi yang lahir
dengan BBLR dan ibu hamil yang mengalami anemia pada tahun 2011 dari tahun
sebelumnya (Dinas Kesehatan Kota Makassar 2010-2011)
Data yang diperoleh dari Medical Record Di Rumah Sakit Ibu dan Anak
St.Fatimah Makassar bulan Desember tahun 2011, dari 512 ibu yang melahirkan
didapati sebanyak 30 orang (7,28%) kasus ibu yang melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR). Berdasarkan data-data tersebut di atas yang menyebabkan peneliti
ingin melakukan penelitian tentang hubungan anemia pada ibu hamil dengan BBLR
di Rumah Sakit Ibu dan Anak St.Fatimah Makassar tahun 2011.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi
permasalahannya adalah tingginya/banyaknya kejadian anemia pada ibu hamil
dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Ibu dan Anak St.Fatimah Makassar tahun
2011.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Ibu dan Anak St.Fatimah Makassar tahun 2011.

Page 2
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR
di Rumah Sakit Ibu dan Anak St.Fatimah Makassar tahun 2011.
b. Untuk mengetahui hubungan anemia dengan kejadian BBLR setelah
dikontrol faktor kesehatan ibu dan faktor kehamilan di Rumah Sakit Ibu dan
Anak St.Fatimah Makassar tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian
BBLR yang dapat dijadikan evaluasi dan pengambilan kebijakan di dinas
kesehatan kabupaten dalam rangka menurunkan angka BBLR
2. Sebagai bahan masukan kepada pihan rumah sakit sehingga dapat melakukan
konseling kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan
sebagai deteksi dini ibu hamil resiko tinggi dalam rangka mencegah bayi lahir
BBLR.
3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi
mahasiswa kesehatan mengenai hubungan anemia pada ibu hamil dengan
kejadian bayi BBLR.

Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dibedakan dalam dua
kategori, yaitu bayi berat lahir rendah karena premature (usia kandungan kurang
dari 37 minggu) atau bayi berat lahir rendah karena intrauterine growth
retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat badan kurang untuk usianya
(Depkes RI, 2003).

Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas (Prawirohardjo,
2002) :
1. Bayi dengan berat badan normal, yaitu >2500 gram.
2. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu antara 1500 gram – 2500
gram.
3. Bayi dengan berat badan sangat rendah (BBLSR), dimana berat lahirnya adalah
<1500 gram.
4. Bayi dengan berat lahir ekstrem rendah (BBLER), dimana berat lahirnya adalah
< 1000 gram.

Ada beberapa faktor – faktor yang dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah
yaitu :
1. Faktor Ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang (anemia)
Kurang gizi pada saat hamil apabila tidak mendapatkan penanganan dengan
baik secara intensif akan mengakibatkan anemia. Kebanyakan ibu hamil
mengalami anemia gizi. Oleh sebab itu pada saat hamil ibu dianjurkan untuk
mengkonsumsi tablet zat besi (Depkes RI, 2003).

Page 4
b. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35
tahun, dibawah atau diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko
kehamilan dan persalinannya (Depkes RI, 2003).
Umur ibu kurang dari 20 tahun menunjukkan rahim dan panggul ibu
belum berkembang secara sempurna karena wanita pada usia ini masih
dalam masa pertumbuhan sehingga panggul dan rahim masih kecil.
Disamping itu, usia diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan timbulnya
masalah-masalah kesehatan seperti hipertensi, DM, anemia, TB paru dan
dapat menimbulkan persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan
serta risiko terjadinya cacat bawaan pada janin (Hartanto, 2004).
c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
Banyaknya anak yang dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan
ibu dan merupakan faktor resiko terjadinya BBLR, tumbuh kembang bayi
lebih lambat, pendidikan anak lebih rendah dan nutrisi kurang (Depkes RI,
2003).
d. Penyakit menahun ibu seperti gangguan pembuluh darah, perokok, penyakit
kronis (TBC, malaria)
Faktor risiko lain pada ibu hamil adalah riwayat penyakit yang diderita ibu.
Adapun penyakit yang diderita ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan
dan persalinannya adalah penyakit yang bersifat kronis seperti hipertensi,
cacat congenital, jantung dan asma, anemia, TB Paru dan malaria (Rochjati,
2003).
e. Faktor pekerjaan
Pekerjaan terkait pada status sosial ekonomi dan aktifitas fisik ibu hamil.
Dengan keterbatasan status sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap
keterbatasan dalam mendapatkan pelaynan antenatal yang adekuat,
pemenuhan gizi. Sementar itu, ibu hamil yang bekerja cenderung cepat lelah
sebab aktifitas fisiknya meningkat karena memiliki tambahan
pekerjaan/kegiatan diluar rumah (Depkes RI, 2003).

Page 5
2. Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, yaitu keadaan dimana cairan ketuban melebihi
dari normal.
b. Hamil ganda, yaitu kehamilan dimana jumlah janin yang dikandung lebih
dari satu.
c. Perdarahan ante partum, yaitu perdarahan yang terjadi pada masa hamil.
d. Komplikasi hamil
Pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini, preeklampsia/eklampsia
yaitu kondisi ibu hamil dengan tekanan darah meningkat keadaan ini sangat
mengancam jiwa ibu dan bayi yang dikandung. Ketuban pecah dini adalah
kondisi dimana air ketuban keluar sebelum waktunya dan biasanya faktor
penyebab paling sering adalah terjadinya benturan pada kandungan.
3. Faktor Janin
a. Cacat bawaan, yaitu keadaan janin yang cacat sabagai akibat pertumbuhan
janin didalam kandungan tidak sempurna.
b. Infeksi dalam rahim, yaitu janin mengalami infeksi sebagai akibat penyakit
yang diderita ibu. Seperti ibu yang menderita HIV/AIDS sangat rentan
mengakibatkan infeksi dalam rahim.
4. Faktor yang belum diketahui
5. Faktor Obat-obatan seperti ibu hamil yang keracunan obat (Manuaba, 1998).

B. Anemia Pada Ibu Hamil


1. Pengertian Anemia pada Ibu Hamil
Menurut World Health Organization (WHO) anemia pada ibu hamil adalah
kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0 g
%. Sedangkan menurut Saifuddin anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar hemoglobin dibawah 11,0 g% pada trimester I dan III atau kadar
<10,5 g% pada trimester II (Depkes RI, 2003).
Dalam kehamilan jumlah darah bertambah banyak
(hyperemia/hipervolumia) sehingga terjadi pengenceran darah karena jumlah
sel-sel darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma darah.
Bertambahnya dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara

Page 6
fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung
yang semakin berat dengan adanya kehamilan (Wiknjosastro, 2002).
2. Penyebab Anemia
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Kebutuhan
ibu selama kehamilan ialah 800 mg besi, daiantaranya 300 mh untuk janin dan
500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan
tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari (Saifuddin, 2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah kurang
gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diit, malabsorbsi, kehilangan darah
banyak pada persalinan yang lalau, dan haid yang terlalu berlebihan, penyakit-
penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, dan malaria.
Secara umum, faktor utama penyebab anemia gizi adalah (Wirahadikusuma,
1999) :
a. Banyaknya kehilangan darah karena perdarahan, haid terlalu banyak,
gangguan pencernaan (keganasan dan infeksi cacing tambang,
kerusakan/kelainan lambung).
b. Rusaknya sel darah merah, seperti penyakit malaria dan thalasemia yang
merusak asam folat yang berada di dalam sel darah merah.
c. Kurangnya produksi sel darah merah karena kurang mengkonsumsi bahan
makanan yang mengandung zat gizi terutama zat besi, asam folat, vitamin
B12, protein, vitamin C dan zat gizi penting lainnya.
3. Gejala Anemia pada Ibu Hamil
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia),
konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual
muntah lebih hebat pada hamil muda (Sohimah, 2006).
Keluhan anemia yang paling sering dijumpai dimasyarakat adalah yang lebih
dikenal dengan 5L, yaitu lesu, lemah, letih, lelah dan lalai. Disamping itu
penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang
mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI, 2003).
Rasa cepat lelah disebabkan karena pada penderita anemia gizi besi,
pengolahan (metabolisma) energi oleh otot tidak berjalan secara sempurna

Page 7
karena kurang oksigen. Anemia gizi besi dengan keluhan dampak yang paling
jelas adalah cepat lelah, rasa ngantuk, malaise dan mempunyai wajah yang
pucat (Sukirman, 1999).
4. Klasifikasi Anemia pada Ibu Hamil
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai
berikut:
a. Anemia Defisiensi Besi, adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah.
b. Anemia Megaloblastik, adalah anemia yang disebabkan oleh karena
kekurangan asam folat.
c. Anemia Hipoplastik, adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi
sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru.
d. Anemia Hemolitik, adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala
utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ
vital.
5. Diagnosis Anemia pada Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia pada ibu hamil dapat dilakukan
dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada
hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan hemoglobin ddengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut (Manuaba, 1998) :
a. Hb ≥ 11,0 g% disebut tidak anemia
b. Hb 9,0 g% - 10,9 g% disebut anemia ringan
c. Hb 7,0 g% - 8,9 g% disebut anemia sedang
d. Hb ≤ 7,0 g% disebut anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu
pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar
ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak
90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.

Page 8
Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2005, bahwa anemia berdasarkan
hasil pemeriksaan digolongkan menjadi:
a. Hb ≥ 11,0 g% disebut tidak anemia
b. Hb 9,0 g% - 10,9 g% disebut anemia sedang
c. Hb ≤ 8,0 g% disebut anemia berat
6. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Ibu Hamil
Pencegahan dan penanggulangan anemia pada ibu hamil, antara lain
(Wirahadikusuma, 1999) :
a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, seperti mengkonsumsi
pangan hewani (daging, ikan, hati dan telur), mengkonsumsi pangan nabati
(sayuran hijau, buah-buahan, kacang-kacangan dan padi-padian) buah-
buahan yang segar dan sayuran yang merupakan sumber utama vitamin C
yang diperlukan untuk penyerapan zat besi didalam tubuh. Hindari
mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat inhibitor saat
bersamaan dengan makan nasi seperti teh karena mengandung tannin yang
akan mengurangi penyerapan zat besi.
b. Supplemen zat besi yang berfungsi dapat memperbaiki Hb dalam waktu
singkat.
c. Fortifikasi zat besi yaitu penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan
pangan untuk meningkatkan kualitas pangan.
Suatu penelitian di Asia 22,6% kematian ibu melahirkan dikarenakan anemia,
artinya apabila ibu hamil dapat dicegah dari anemia maka 20-30% kematian ibu
karena melahirkan dapat dicegah (Sukirman, 1999).

C. Bahan Makanan Sumber Zat Besi


Zat gizi yang paling berperan dalam proses terjadinya anemia gizi adalah besi.
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi dibanding defisiensi zat gizi
lain, seperti asam folat, vitamin B 12, protein, vitamin dan elemen lainnya.
Pembuatan sel darah merah akan terganggu apabila zat gizi yang diperlukan
tidak mencukupi. Selain itu, dapat disebabkan karena tidak berfungsinya
pencernaan dengan baik atau kelainan lambung sehingga zat-zat gizi penting tidak
dapat diserap dengan baik dan terbuang bersama kotoran. Apabila ini berlangsung
lama maka tubuh akan mengalami anemia (Wirahadikusuma, 1999).

Page 9
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia dan hewan yaitu 3-5 gr di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai
beberapa fungsi essensial di dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari
paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, sebagai
bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan (Almasier, 2001).
Zat besi terdapat dalam bahan makanan dapat berasal dari hewan maupun dari
tumbuhan. Zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan memiliki daya serap
antara 1-6% lebih rendah disbanding zat besi yang berasal dari hewan yang
mempunyai daya serap 7-22% (Almasier, 2001)
Ada 2 bentuk zat besi dalam makanan, yaitu hem dan non hem. Zat besi hem
berasal dari hewan seperti daging dan ikan yang mengandung zat besi 5-10%
dengan penyerapan 25%. Zat besi non hem terdapat pada pangan nabati seperti
sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan dengan penyerapan zat
besi hanya 5%. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan besi non hem sampai
empayt kali lipat (Wirahadikusuma, 1999).
Protein hewani, walaupun tidak semua juga dapat mendorong penyerapan zat
besi non hem. Protein selular yang berasal dari daging sapi, kambing, domba, hati,
ayam, menunjang penyerapan zat besi non hem. Namun protein yang berasal dari
susu sapi, keju dan telur tidak dapat menigkatkan penyerapan zat besi non hem
(Wirahadikusuma, 1999).

D. Hubungan Anemia dengan kejadian BBLR


Anemia pada saat hamil dapat mengakibatkan efek buruk baik pada ibu
maupun kepada bayi yang akan dilahirkannya. Anemia dapat mengurangi suplai
oksigen pada metabolisme ibu karena kekurangan kadar hemoglobin untuk
mengikat oksigen yang dapat mengakibatkan efek tidak langsung pada ibu dan bayi
antara lain kematian bayi, bertambahnya kerentanan ibu terhadap infeksi dan
kemungkinan bayi lahir premature (Setyawan, 1996).
Pada anemia ringan mengakibatkan terjadinya kelahiran prematur dan BBLR.
Sedangkan pada anemia berat selama masa hamil dapat mengakibatkan risiko
morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi yang dilahirkan. Selain itu anemia
juga dapat mengakibatkan hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, ketuban
pecah dini (KPD) (Manuaba, 1998).

Page
10
E. Kerangka Konsep

Variabel Bebas
Faktor kesehatan ibu
Anemia
Umur ibu Variabel Terikat
Paritas Kejadian BBLR
Penyakit yang diderita ibu Berat Badan lahir Normal (BBLN)
Pekerjaan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Faktor kehamilan
Hamil hidramnion
Hamil ganda
Komplikasi hamil

F. Definisi Operasional
1. Ibu anemia adalah kadar Hb ibu yang tercantum dalam berkas rekam medis
pasien < 11,0 g%.
2. Umur ibu adalah usia ibu pada saat melahirkan yang tercantum dalam berkas
rekam medis.
3. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu, termasuk juga jarak
hamil dan bersalin.
4. Penyakit yang diderita ibu adalah riwayat penyakit yang pernah diderita ibu
hamil yang bersifat kronis (menahun) seperti hipertensi, asma, malaria, TB
paru, jantung , hipertensi.
5. Pekerjaan adalah dibagi menjadi dua yakni bekerja apabila ibu bekerja dan
mendapatkan upah atau gaji dan tidak bekerja apabila tidak mendapatkan upah
atau gaji.
6. Hamil hidramnion adalah keadaan air ketuban ibu pada saat melahirkan yang
tercantum dalam berkas rekam medis.
7. Hamil ganda adalah keadaan kehamilan ibu dimana jumlah janin yang
dikandung lebih dari 1 (satu) yang tercantum dalam berkas rekam medis.
8. Komplikasi kehamilan adalah pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini dan
perdarahan antepartum.

Page
11
a. Pada kondisi pre-eklampsia/eklampsia adalah kondisi ibu pada saat hamil
mengalami penigkatan tekanan darah yang tercantum dalam rekam medis.
b. Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban sebelum waktunya
yang disebabkan oleh banyak hal salah satunya adalah terjadinya benturan
pada kandungan.
c. Perdarahan ante partum adalah kondisi ibu saat hamil mengalami
perdarahan yang hebat dan tercantum dalam berkas rekam medis.
9. Berat badan lahir adalah berat badan bayi pada saat dilahirkan, dibagi menjadi
2 (dua) yaitu :
a. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu jika berat bayi pada saat lahir <
2500 gr.
b. Bayi berat badan lahir normal (BBLN) yaitu jika berat badan bayi pada saat
lahir ≥ 2500 gr.

G. Aspek Pengukuran
Ukuran variabel penelitian yang digunakan yaitu dalam bentuk kategori dan
mentransformasikan setiap variabel menjadi variabel satu-nol (1-0).
Kategori variabel adalah sebagai berikut:
1. Variabel Terikat
Berat lahir dibagi dalam 2 kategori yaitu BBLR dan BBLN dinyatakan sebagai
variabel Bayi Lahir (BL).
BL = 1 jika BBLR (< 2500 gr)
0 jika BBLN (≥ 2500 gr)
2. Variabel bebas
a. Anemia
Kadar Hb ibu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu <11,0 g% dan ≥11,0 g% yang
dinyatakan dalam variabel Hb.
Hb = 1 jika kadar Hb kurang dari 11,0g%
0 jika kadar Hb lebih atau sama dengan 11,0 g%.
b. Umur ibu
Umur ibu dibagi dalam 3 kelompok umur yaitu umur < 20 tahun, 20-35
tahun dan umur > 35 tahun yang dinyatakan sebagai variabel Ui.

Page
12
Ui = 1 jika umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun.
0 jika umur ibu 20-35 tahun.
c. Paritas
Paritas dibagi dalam 3 kelompok yaitu paritas 1, paritas 2-4 dan paritas > 4
yang dinyatakan dalam variable P
P = 1 jika paritas 1 dan > 4
0 jika paritas 2 – 4
d. Penyakit yang diderita ibu
Penyakit yang diderita ibu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu mempunyai
riwayat penyakit seperti asma, malaria, TB paru, jantung. Dimana daya
diperoleh berdasarkan data dari rekam medis dan tidak mempunyai riwayat
penyakit yang dinyatakan dalam variabel Pi.
Pi = 1 jika memiliki riwayat penyakit tertentu
0 jika tidak memiliki riwayat penyakit tertentu
e. Pekerjaan
Pekerjaan dibagi dalam 2 kelompok yaitu bekerja dan tidak bekerja yang
dinyatakan dalam variabel PK.
PK = 1 jika ibu hamil bekerja
0 jika ibu hamil tidak bekerja
f. Hamil dengan hidramnion
Hamil dengan hidramnion dibagi dalam 2 kelompok yaitu hamil hidramnion
dan hamil tidak hidramnion yang dinyatakan dalam variabel HH.
HH = 1 jika ibu hamil hidramnion
0 jika ibu hamil tidak hidramnion
g. Hamil ganda
Hamil ganda dibagi dalam 2 kelompok yaitu hamil ganda dan tidak hamil
ganda yang dinyatakan dalam variabel HG.
HG = 1 jika ibu mengalami hamil ganda
0 jika ibu tidak mengalami hamil ganda
h. Komplikasi hamil
Komplikasi hamil dibagi dalam 2 kelompok yaitu ibu yang mengalami
komplikasi hamil dan ibu yang tidak mengalami komplikasi hamil yang
dinyatakan dalam variabel KH.

Page
13
KH = 1 jika ibu mengalami komplikasi
0 jika ibu tidak mengalami komplikasi

H. Hipotesis Pengukuran
1. Ada hubungan antara anemia dengan kejadian BBLR
2. Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR
3. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR
4. Ada hubungan antara penyakit yang diderita ibu dengan kejadian BBLR
5. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian BBLR
6. Ada hubungan antara kehamilan hidramnion dengan kejadian BBLR
7. Ada hubungan antara kehamilan ganda dengan kejadian BBLR.
8. Ada hubungan antara komplikasi hamil dengan kejadian BBLR

Page
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan
rancangan penelitian cross sectional untuk melihat hubungan anemia pada ibu
hamil dengan kejadian bayi BBLR.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak St. Fatimah Makassar
pada bulan April 2012.

C. Populasi, Sampel dan Sampling


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang di pilih menyangkut
masalah yang di teliti (Nursalam, 2003). Populasi penelitian ini adalah seluruh
ibu hamil yang melahirkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak St. Fatimah Makassar
pada bulan April 2012 sebanyak 475 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu
untuk bisa mewakili populasi (Nursalam dan S. Pariani, 2001). Sampel dalam
penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak
St. Fatimah Makassar pada bulan April 2012 yang tercatat kadar
hemoglobinnya.
3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi
yang ada (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini pengambilan besar sampel
ditentukan dengan total sampling. Menurut Sugiyono (2007), total sampling
adalah tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel yaitu semua ibu
hamil yang melahirkan yang tercatat kadar hemoglobinnya.

Page
15
Dimana ibu hamil yang melahirkan yang tidak tercatat kadar hemoglobinnya
termasuk dalam criteria eklusi yaitu tidak termasuk dalam pengelolaan data.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari laporan
rawatan pasien dan rekam medis pada ruang bersalin di Rumah Sakit Ibu dan Anak
St. Fatimah Makassar.

E. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara bertahap, yaitu dengan analisis univariat,
analisis bivariat dan analisis multivariat.
Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan masing-masing
variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan table distribusi frekuensi.
Analisis bivariat dimaksudkan untuk melihat hubungan kedua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data yang dilakukan untuk melihat
hubungan antar kedua variabel ini yakni menggunakan uji Chi Square dengan
tingkat kepercayaan 95%.
Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan regresi logistik ganda
yakni untuk melakukan prediksi seberapa jauh nilai variabel dependen bila nilai
variabel independen berubah.

Page
16
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri. Buku kedokteran ECG : Jakarta

Sarwono Prawirohardjo, 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Kedokteran ECG : Jakarta

Selvia, Nita, 1999. Faktor-faktor penyebab bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di
Rumah Sakit Umum Pematang Siantar. Skripsi FKM USU Medan.

Sohimah, 2006. Anemia Dalam Kehamilan Dan Penanggulangannya. Gramedia. Jakarta

Setyawan, Henry, 1996. Pengaruh Anemia Ibu Hamil Trimester III Terhadap Kejadian
Berat Badan Lahir Rendah, Prematuritas Dan Intrauterine Growth Retardation
(IUGR). Jurnal Epidemiologi Nasional. Jakarta

Wiknjosastro, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka. Jakarta

Page
17

Anda mungkin juga menyukai