Anda di halaman 1dari 85

KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I

Pelayanan Mikrobiologi Klinik

Anis Karuniawati dan Kuntaman


Peran Mikrobiologi Klinik
• Penanggungjawab pengelolaan laboratorium
mikrobiologi
• Konsultan:
– diagnosis infeksi dan saran pemilihan antimikroba
– penyusunan penggunaan antibiotik sesuai pola mikroba dan
kepekaannya  dasar penyusunan pedoman antimikroba
• Pengendalian infeksi di rumah sakit
• Penanganan wabah penyakit infeksi di rumah sakit dan
masyarakat
• Riset pengembangan mikrobiologi terutama dalam
penanganan penyakit infeksi
Tujuan Pemeriksaan Mikrobiologi

• Memberikan informasi yang akurat tentang


ada atau tidaknya mikroba di dalam spesimen
yang mungkin merupakan penyebab infeksi

• Bila terdapat pertumbuhan dan merupakan


patogen maka dilanjutkan dengan uji
kepekaan mikroba (bakteri, jamur) terhadap
antimikroba (antibiotik, antijamur)
Kasus-1: Problem: Dx
• Laki, 55 th, dirujuk ke RS karena gagal jantung
yang tidak teratasi
• Terapi saat masuk: obat untuk gagal jantung
• Pemeriksaan di RS:
• Pasien dgn Gagal Jantung
• Suhu tubuh 380C (axilla)
• DPL: Lekosit 16.000/dl
• Kultur Darah dari 2 tempat pengambilan (2
botol)
4
Hasil lab Mikrobiologi Klinik

Staphylococcus epidermindis (pd kedua


tabung)
–Penyebab ? atau Kontaminan?

5
CLINICAL SIGNIFICANCE OF Staphylococcus
epidermidis

# of sets # of sets % % % Pos Pred


Positive Obtained Significant Contam Indeterm Value (%)
1 1 0 97 3 55
1 2 2 95 3 20
2 2 60 3 37 98
1 3 0 100 0 5
2 3 75 0 25 91
3 3 100 0 0 100

Spesimen: darah vena


Tokars, JI. Clin Infect Dis , 2004; 39:333
Interpretasi Hasil Kultur Darah
Significance of positive results for one or more bottles
Total
Number of number of
Clinical
Microorganism positive blood
information
Course of action
bottle(s) culture
performed
Coagulase- No clinical evidence Probable contamination
Negative Oncohaematology dpt,
Staphylococci ≥2 ICU, central catheter, Identify and perform AST
1 or 2 of the
same pair treatment associated Report with the note ‘‘to be interpreted in
infection the light of the clinical findings and
1 In all context
asepsis of sampling techniques’’.

2 or 3 of identification and antibiotic susceptibility


≥2 In all context
different pairs testing
Whatever
All other the number identification and antibiotic susceptibility
≥1 In all context
organisms of blood testing
culture

(5) ‘’European Manual of Clinical Microbiology’’ ESCMID 1st edition. 2012.


(6) “UK Standards for Microbiology Investigations”. Standards Unit, Health Protection Agency. Bacteriology B 37: Investigation of Blood cultures. Issue no: 7.

In neonates, negative blood culture results at 36hr after collection may be used as a basis for discontinuation of antibiotic treatment following NICE (National Institute for health and Care
Excellence) guidance on antibiotic use in early onset neonatal infection. It has been suggested that 36hr is sufficient incubation to rule out sepsis in asymptomatic neonates, however blood
cultures collected from neonates < 72hr old may require longer incubation. (5)
Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik
• Berbeda dengan pemeriksaan laboratorium lain,
pemeriksaan mikrobiologi: “a science of interpretive
judgment that is becoming more complex”

• Pemeriksaan otomatisasi, genomik, proteomik?


interpretasi sangat tergantung pada kualitas
spesimen

• Tidak ada pemeriksaan tunggal yang sempurna

IDSA Guidelines. Clin. Inf. Diseases Advance Access published July 10, 2013
Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi 
Tatalaksana Pasien dengan Infeksi
• Terapi antibiotik empirik berdasarkan antibiogram
lokal atau data epidemiologi

• Terapi antibiotik definit berdasarkan hasil identifikasi


mikroba dan uji kepekaan antimikroba

• Keterlambatan hasil  meningkatkan kemungkinan


pasien mendapat pilihan terapi empirik yang kurang
tepat
Quality In Quality Out

Test ordering
Result transcription
Order transcription
Result delivery
Patient preparation Sample testing
Result review
Specimen collection
Action taken on basis
Specimen identification of result
Specimen transport

Pre analytical Analytical Post analytical


Bakteri adalah prokariotik:
• lebih sederhana daripada
eukariotik
• Berkembang biak sangat
cepat Penanganan spesimen:
• kemampuan adaptasi • Pengambilan
pada pengaruh antibiotik • Transportasi
atau respon imun • Penyimpanan
sangat mempengaruhi
interpretasi hasil

“Pre-analytical specimen management


in microbiology is CRITICAL TO ACCURACY”
IDSA Guidelines. Clin. Inf. Diseases Advance Access published July 10, 2013
Pre-analitik
• Apakah penyakit pasien saya akibat infeksi mikroba? Jika YA, apa?
• Bagaimana kepekaan mikroba (bakteri) tersebut terhadap antimikroba
Klinisi (antibiotik), sehingga terapi yang dipilih tepat target?

• Pengambilan dan Penyimpanan Spesimen


Perawat

• Transportasi Spesimen
Kurir

• Penerimaan/Penolakan Spesimen
Lab

IDSA Guidelines. Clin. Inf. Diseases Advance Access published July 10, 2013
PRINSIP PENGELOLAAN SPESIMEN

1. Utamakan keselamatan dan keamanan petugas


rumah sakit / laboratorium:
Menggunakan alat-alat proteksi
standar (jas lab, sarung tangan,
dll)

Wadah spesimen ditutup rapat


dan tidak bocor

Lepaskan jarum

2. …….
… prinsip pengelolaan spesimen

2. Pertimbangkan kenyamanan dan


keamanan pasien:

Informed consent sebelum mengambil spesimen


Tepat dalam waktu pengambilan dan pemilihan
spesimen  mencegah resampling

3. …..
… prinsip pengelolaan spesimen

3. Jumlah mikroorganisme hidup saat kultur cukup


Jenis spesimen tepat
Waktu pengumpulan spesimen tepat
Volume cukup
Penyimpanan dan transportasi yang sesuai (suhu & waktu)
Permintaan pemeriksaan jelas, disertai informasi klinis
Media transport
Sebelum pemberian antibiotika / bebas antibiotika ± 3 hari
Bakteri anaerob: tidak/sedikit mungkin kontak dengan oksigen

4. …..
… prinsip pengelolaan spesimen

4. Hindari kontaminasi flora normal atau dari


lingkungan
Cara pengumpulan spesimen

Tindakan asepsis

Wadah steril dan tertutup rapat / tidak bocor

5. Komunikasi yang baik antara dokter dan


laboratorium mikrobiologi
Spesimen yang Diambil Pasien

• Urin, Sputum, Feses, Semen

• Jangan menganggap pasien sudah tahu cara


mengambil

• Instruksi tertulis: apakah akan dibaca dan


dimengerti?
 Verbal, gambar dan tertulis

17
PEMERIKSAAN ANAEROB

• Kriteria spesimen yang baik untuk


pemeriksaan kuman anaerob :
– Spesimen yang baik diambil secara tepat (aspirasi
atau biopsi jaringan)
– Tidak tercemar oleh mikroba yang tidak diinginkan
– Terhindar dari kontak dengan udara.
– Menggunakan media transport anaerob
… pemeriksaan anaerob
PENYIMPANAN & PENGIRIMAN ANAEROB

Spesimen :
Medium transport anaerob 
thioglikolat dimasukkan
kantong anaerob

Sampel penderita dalam spuit


 tidak dianjurkan

Simpan pada suhu ruang


… pemeriksaan anaerob
Spesimen yang bukan untuk kultur anaerob

Spesimen
Eksudat atau material lain yang diambil dari luka di
permukaan, abses, luka bakar, kista, ulkus
Swab vagina, serviks dan uretra

Spesimen saluran nafas yang diambil dengan swab,


suction nasotrakeal atau orotrakeal, sputum, bronkoskopi
Feses, usap dubur
(kecuali sampel feses dengan permintaan spesifik :
C.difficile, C. botulinum)
Urin porsi tengah atau urin dari kateter
LABEL
• Identitas penderita: Nama, Umur, Jenis
Kelamin
• Jenis permintaan pemeriksaan
• Jam dan tanggal pengambilan spesimen
• Jika sampel lebih dari satu pada tiap
penderita, misal tiga spesimen, beri tanda: ‘1
dari 3’, ‘2 dari 3’, 3 dari 3’

21
20/Jan/06; 06.00 10/Maret/06; 10.00
Sarti, Wanita, 60 th, Suto, Laki, 35 th
Darah 1 dari 2;
Biakan aerobik
Abses; Anaerob

20/Jan/06; 06.30
Sarti, Wanita, 60 th, 20/Jan/06; 08.20
Darah 2 dari 2; Hidayat, Laki, 60 th,
Biakan aerobik Urin; Biakan aerobik

22
URIN

• Pemeriksaan semikuantitatif
• Sampel:
– Mid stream urine ( Clean catch urine, urin porsi tengah)
– Supra pubic puncture – terutama kultur anaerob
– Urin kateter
• Transport :
– Dalam 2 jam, suhu ruang
– > 2 jam : lemari es 40C (bukan freezer)
Cara pengumpulan spesimen urin

1. Mid stream urine ( Clean catch urine )

JELASKAN!
urin pertama di pagi hari
Spesimen di 2/3 pertengahan urin
dikeluarkan
Penis/vulva dibersihkan dengan air
sabun atau tissue basah steril
Cara pengumpulan spesimen urin

2. Urin Kateter
• bukan dari catheter bag

• kumpulkan dari selang indwelling catheter


melalui sampling port setelah dibersihkan
dengan swab alkohol terlebih dahulu

• TIDAK dapat digunakan potongan ujung kateter


Cara pengumpulan spesimen urin

Juni 2006
Cara pengumpulan spesimen urine

3. Urine Aspirasi Suprapubik

Spesimen urine paling baik


Invasif
Tindakan secara aseptik
Dikerjakan bila urin porsi
tengah sulit didapatkan
SPESIMEN SALURAN CERNA

 FESES
 + 10 gram/ 1 sendok teh, dalam wadah bersih,
jangan tercampur dengan urin.
 Feses berdarah atau berlendir, ambil bagian
berdarah/ berlendir
… spesimen saluran cerna

USAP DUBUR (rectal swab)


 Bayi, konstipasi

 memasukkan lidi kapas steril


sepanjang 1 inchi/ 2,5 cm ke dalam
sfingter anus.
 Bila tidak langsung ditanam, masukkan
ke dalam media transport Carry-Blair.
… spesimen saluran cerna

 Spesimen feses dikirim pada suhu dingin dalam 2 jam

 Usap dubur di dalam medium transpor dikirim pada


suhu ruang sampai 6 jam

 Target mikroba: Shigellae, Salmonella, E. Coli patogen,


dan dengan permintaan khusus yaitu Clostridium
difficile, Vibrio, dan Yersinia.
SALURAN NAPAS ATAS
• USAP TENGGOROK

– pada kedua tonsil dan faring belakang, jangan


menyentuh lidah & uvula
– Pemeriksaan Difteri  pseudomembran
… saluran napas atas

• USAP HIDUNG
– Masukkan swab sekurangnya 1 cm ke dalam
lobang hidung atau bila ada lesi ambil di pinggir
lesi

– Putar swab dan diamkan 10 -15’

– Tusukkan ke medium transpor

– Hanya untuk skrining MRSA atau identifikasi virus


influenza (PCR)
Saluran Napas Bawah
• Sputum:
– Expectorated (dibatukkan)
– Induksi (M.tuberculosis, Mycobacterium sp. PJP
pada pasien dengan HIV)
– Aspirat endotrakheal

Mucus Extractor LukensTrap


Garcia, LS, Isenberg HD. Clinical Microbiology Procedures Handbook, 2010
… saluran napas bawah

• SPUTUM
– Bukan saliva !!!
– Mukolitik dan inhalasi sebelumnya
– Bangun tidur – berkumur dengan air
matang – batuk dalam
– Wadah steril
… saluran napas bawah

• Bronchoscopic
– Broncho-alveolar lavage (BAL)
– Bronchial washing
– Protected Brush Specimen (PBS)
– Transbronchial biopsy specimens

• Lung aspirates
– Lesions or abcess cavities located in the
periphery of the lung

• Open lung biopsy (OLB)

Garcia, LS, Isenberg HD. Clinical Microbiology Procedures Handbook, 2010


PEMERIKSAAN MYCOBACTERIUM
Sputum
– Waktu pengambilan :
– Sputum pertama pagi sesudah bangun tidur, 3 kali
berturut-turut bila diperlukan
– Sputum sewaktu di bawah pengawasan dokter –
pagi - sewaktu

• Alat : Wadah + Penutup ( bersih/steril )


• Jelaskan cara pengambilan (bukan saliva!)
• Jumlah : 3-5 ml
LUKA dan ABSES
• Cara : biopsi (terbaik), aspirasi, dan swab
• Anaerob : biopsi dan aspirasi
• Aspirasi untuk :
– Abses tertutup
– Luka bergaung dengan cairan di dalamnya yang tertutup
debris superfisial
• Swab :
– Pus diluar dibersihkan terlebih dahulu dengan swab yang
telah dicelupkan dengan NaCl steril dengan swab baru
buat usapan dari dasar ulkus
• Tidak dianjurkan untuk mengambil pus yang berasal
dari drain
Faktor Penting dalam Pengambilan Spesimen
DARAH

• Tipe bacteremia
• Waktu pengambilan spesimen
• Metode pengambilan spesimen
• Volume
• Jumlah spesimen
• Interpretasi
Bacteremia
Kapan ?
Ambil spesimen darah sedekat mungkin dengan waktu
demam. Jumlah bakteri menurun ketika suhu tubuh
menurun.

Demam Biakan Darah

Bacteremia
Level
Suhu
30

0 Waktu (min) 60
Efek Volume

100
90
80
70
60
% Relative 50
Yield 40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
ml
*Reprinted from Infectious Disease Clinics of North America, Vol 16, M.L. Towns and L. B. Reller, Diagnostics
methods: Current best practices and guidelines for isolation of bacteria and fungi in infective endocarditis, p.
363-376(2002) with permission from Elsevier.

41
Jumlah Set
2-3 set spesimen akan dapat meningkatkan
angka deteksi~99% episode sepsis.

JANGAN hanya menggunakan 1 set spesimen


untuk diagnosis sepsis pertama kali

Set: diartikan sebagai jumlah spesimen yang


diambil dari 1 tempat (vena), untuk
pemeriksaan bakteri aerob dan anaerob
Biakan Darah
• Pemeriksaan biakan ujung CVC hanya dilakukan
bersamaan dengan pengambilan darah vena
untuk biakan
• Indikasi: sepsis karena infeksi aliran darah
• Biasanya dilakukan bila tidak ditemukan sumber
infeksi lain (pneumonia, infeksi intra abbdomen,
ISK, dll)
• Bila hasil biakan ujung CVC sama dengan biakan
darah, dianggap sumber infeksi adalah ujung CVC
PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN
• Wadah yang kuat (tidak pecah/ tidak bocor /
tidak tumpah)
• Terbaik bila spesimen langsung dikirim ke
laboratorium pada suhu ruang
pemeriksaan/penanaman dilakukan dalam waktu
kurang dari 1 jam.
• Darah  bed site
• Swab  HARUS dalam medium transpor
… penyimpanan & pengiriman

• Transportasi > 1 jam


– spesimen tanpa medium transport harus disimpan
dalam 4C, KECUALI untuk pemeriksaan darah,
anaerob, cairan tubuh, swab luka atau curiga infeksi
oleh Haemophilus, Meningokokus, dan Gonokokus

– Gunakan medium transport  diperiksa kurang dari


24 jam.

• Medium transport : Stuart, Amies, Cary-Blair,


Pepton alkali, thioglikolat
Spesimen ditolak atau
diterima dengan catatan bila :

• Penderita memakai antibiotik


• Ada kemungkinan bahan terkontaminasi
• Jumlah kurang
• Penyimpanan dan pengiriman tidak memenuhi
syarat
• Bahan untuk pemeriksaan anaerob tidak dikirim
dalam suasana anaerob.
Analitik
• Pemeriksaan mikroskopik
– Pewarnaan Gram: pemilihan terapi empirik
– Pewarnaan BTA / KOH / Neisser
• Pemeriksaan identifikasi dan uji kepekaan
– Aerob dan Anaerob
– Jamur
• Pemeriksaan serologi
• Pemeriksaan molekuler: PCR
Pasca-Analitik:
Pemanfaatan Hasil
Pemeriksaan mikrobiologi

48
Faktor yang Mempengaruhi Interpretasi Hasil

• Spesimen:
– Kualitas
• Penanganan, transportasi, penerimaan
– Lab: Peran bagian penerimaan spesimen>>
• Makroskopis
• Mikroskopis: pewarnaan Gram
– Kuantitas
– Jenis/asal spesimen: organ tubuh?
Faktor ……
• Teknis pemeriksaan:
– Pemeriksaan mikroskopis
– Pemilihan medium pertumbuhan
– Pemilihan cara inkubasi: suhu dan lama inkubasi;
aerob/anaerob; tekanan O2
– Pemilihan koloni
– Metode identifikasi
– Metode uji kepekaan
– Kontrol kualitas: medium, metode identifikasi dan uji
kepekaan
Faktor ……

• Pembacaan hasil:
– Kesesuaian pemeriksaan mikroskopis (Gram) dan
hasil identifikasi
– Bakteri mono- atau polimikroba?
• Pada spesimen cairan tubuh (darah, LCS, cairan
pleura)  monomikroba
• Apakah kontaminasi ? Koloni tumbuh pada goresan
ose?
Kontaminasi, Kolonisasi, dan Infeksi

Patel S.,Understanding Wound Infection and Colonisation, Wound Essentials


Kasus-3: Wanita, 48 th,
Observasi Contusio Cerebri, Respirator,
Panas & Resp distress; Auskultasi: Crepitation
Foto toraks: Pneumonia
DL: Leuco 18.000/ml

?
Lab Mikro Klinik 53
Hari-1
• Kultur Darah
• Kultur Sputum
– Hari 1: Pewarnaan Gram: Bakteri batang gram negatif
Epitel <10/LPF
Lekosit >25/LPF
– Hari 2?
– Hari 3?
– Hari 4?
– Hari 5?

54
R.Perawatan Bakteri Jumlah (%)
ICU Acinetobacter baumannii 83 (26)
Sputum Pseudomonas aeruginosa 67 (21)
Klebsiella pneumoniae 56 (18)
Acinetobacter baumannii 48 (15)
complex: A.calcoaceticus
E coli 26
Burkholderia cepacia 15
Stenotropo maltophilia 7
Enterobacter cloacae 7
Staphylococcus aureus 6
Enterobacter aerogenes 5
Total 320
All Isolates Oct 2013 until
Oct 2014 SPUTUM
Bacteri Ac Ac.ba/cal Kl.pneu Ps.aer
a baum co cplx m u E coli
Sen% Sen% Sen% Sen% Sen%
39.8 29.2 92.9 58.2 100.00
AK (33/83) (14/48) (52/56) (39/67) (26/26)
20.5 59.0 57.1 49.3 57.7
GEN (17/83) (8/48) (32/56) (33/67) (15/26)
30.1 29.2 50.00 43.3 46.2
TOB (25/83) (14/84) (28/56) (29/67) (12/26)
18.1 39.3 47.8 15.4
CIP (15/83) 8.3 (4/48) (22/56) (32/67) (4/26)
18.1 71.4 52.2 23.1
LEVO (15/83) 8.3 (4/48) (40/56) (35/67) (6/26)
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
AMP (0/83) (0/48) (0/59) (0/67) (0/26)
0.00 0.00 25.4 0.00 3.9
AMC (0/83) (0/48) (15/59) (0/67) (1/26)
0.00 0.00 18.6 26.9 3.9
AZT (0/83) (0/48) (11/59) (18/67) (1/26)
0.00 0.00 66.1 0.00 38.5
FOX (0/83) (0/48) (39/59) (0/67) (10/26)
0.00 0.00 13.6 0.00 3.9
CEFA (0/83) (0/48) (8/59) (0/67) (1/26)
All Isolates Oct 2013 until
Oct 2014 SPUTUM
Bacteri Ac Ac.ba/cal Ps.aer
a baum co cplx Kl.pneu u E coli

3.6 23.7 0.00 3.9


CTX (3/83) 2.1 (1/48) (14/59) (0/67) (1/26)
10.8 17.0 0.00 3.9
CRO (9/83) 6.3 (3/48) (10/59) (0/67) (1/26)
86.7 3.9
CAZ (26/30) (1/26)
13.3 50.9 56.7 57.7
PTZ (11/83) 4.2 (2/48) (30/59) (38/67) (15/26)
13.3 84.8 43.3 3.9
FEP (11/83) 4.2 (2/48) (50/59) (29/67) (1/26)
0.00 0.00 63.0 0.00 57.7
ERTA (0/83) (0/48) (34/54) (0/67) (15/26)
43.4 22.9 83.6 49.3 96.2
IMI (36/83) (11/48) (46/55) (33/67) (25/26)
38.6 25.0 94.6 56.7 96.2
MEM (32/83) (12/48) (52/55) (38/67) (25/26)
27.7 22.9 53.6 0.00 19.2
TET (23/83) (11/48) (30/56) (0/67) (5/26)
38.6 29.2 35.7 0.00 3.9
SXT (32/83) (14/48) (20/56) (0/67) (1/26)
Pemanfaatan hasil
pemeriksaan mikrobiologi

1. Sebelum ada hasil pemeriksaan


mikrobiologi
2. Setelah ada hasil pemeriksaan
mikrobiologi

58
Sebelum ada hasil Pemeriksaan Mikro:
Terapi Empirik
• Spektrum antibiotik sesuai kemungkinan penyebab

• Berdasarkan:
– Keparahan manifestasi klinis
– Data epidemiologi, pola mikroba dan kepekaannya
terhadap antibiotik
– Hasil pewarnaan Gram pada spesimen

• Durasi 3-5 hari


Setelah ada Informasi data mikrobiologi

1. ......... de-eskalasi atau menuju ke terapi


definitif
De-escalation antimicrobial therapy: Such a
regimen should be administered before definitive
proof of infection and until the result of microbial
investigation are available

Mercurio et al. 2001. J. Chemother.; No. 1(1):218-23


60
Interpretasi Uji Kepekaan

• Ikuti Pedoman CLSI


• Grup mikroba tertentu, diuji dgn
Grup AB tertentu (CLSI)
• Perhatikan sifat resisten intrinsik
–Enterobacteriaceae vs Eritromisin

DM.Livermore, TG Winstanley, KP Shannon. J.of Antimicrobial Chemotherapy (2001) 48, Suppl.S1


Membaca tabel pada buku M-100 CLSI
Contoh pelaporan
Hindler A. The basics: Using CLSI Antimicrobial Susceptibility Testing Standards. CLSI.
Contoh pelaporan selektif

Hindler A. The basics: Using CLSI Antimicrobial Susceptibility Testing Standards. CLSI.
Contoh pelaporan selektif

Hindler A. The basics: Using CLSI Antimicrobial Susceptibility Testing Standards. CLSI.
Pelaporan Pola Mikroba dan Kepekaannya

• Laporan Pola mikroba dan kepekaan: setiap 6


bulan atau 1 tahun
• Kegunaan:
– Dasar terapi empirik
– Program pengendalian infeksi RS
– Dasar penyusunan pedoman penggunaan
antibiotik
– Data surveilans nasional

DM.Livermore, TG Winstanley, KP Shannon. J.of Antimicrobial Chemotherapy (2001) 48, Suppl.S1


Pelaporan Pola Mikroba dan Kepekaannya

• Jenis spesimen
• Ruang rawat
• Pola mikroba
• Pola kepekaan terhadap antibiotik
• Jumlah isolat untuk analisis uji kepekaan:
sebaiknya di atas 30 (setiap spesies)

DM.Livermore, TG Winstanley, KP Shannon. J.of Antimicrobial Chemotherapy (2001) 48, Suppl.S1


R.Perawatan Bakteri Jumlah (%)
Penyakit Dalam E. coli 446 (40,3)
K. pneumoniae 159 (14,4)
Urin A. baumannii 114 (10,3)
E. faecalis 98 (8,9)
Enterobacter spp. 90
S. haemolyticus 89
P. aeruginosa 73
Staphylococcus sciuri 14
Staphylococcus aureus 13
Proteus mirabilis 11
Total 1.107
Internal Med & Surgical: Urine
E coli Ent aerog Ent cloacae P.mirabilis
n Sen% n Sen% n Sen% n Sen%
AK 446 98 22 82 68 96 11 100
GEN 446 67 22 41 68 44
TOB 446 45 22 36 68 34 11 73
CIP 446 20 22 32 68 34 11 55
LEVO 446 21 22 32 68 68 11 55
CTX 446 25 22 18 68 19 11 73
CRO 446 15 22 14 68 15 11 55
CAZ 446 11 10 80 10 90
PTZ 446 40 22 41 68 46 11 82
FEP 446 18 22 50 68 24 11 64
ERTA 446 65 22 68 68 54 11 82
IMI 446 73 22 82 68 91 11 100
MEM 446 95 22 82 68 91 11 100
TET 446 23 22 36 68 34 11 0
SXT 446 22 22 36 68 34 11 55
Internal Med & Surgical: Urine
Bacteria Ac baum Ac.baum/calco Kl.pneumo Ps.aeru
n Sen% n Sen% n Sen% n Sen%
AK 64 69 50 74 159 90 72 82
GEN 64 31 50 34 89 54 71 48
TOB 64 38 50 38 159 25 72 46
CIP 64 25 50 30 159 23 72 39
LEVO 64 27 50 34 158 37 73 47
CTX 64 6 50 12 162 16 73 0
CRO 64 6 50 10 162 12 73 0
CAZ 19 89
PTZ 64 22 50 28 158 27 73 66
FEP 64 16 50 18 161 15 73 45
ERTA 64 0 50 0 158 54 73 0
IMI 64 59 50 68 158 91 72 65
MEM 64 63 50 66 159 89 73 71
TET 64 38 50 34 158 34 72 0
SXT 64 48 50 52 159 31 72 0
Sputum, Non-ICU
RSUD XXX Juli-Desember 2016

Organisms N AMS CRO CAZ FEP PZT IMI MEM AMK GEN CIP LVX

Acinetobacter 400 59 14 49 52 53 52 60 75 62 52 53
baumannii
Klebsiella 505 49 58 58 61 82 75 94 94 74 82 73
pneumoniae
Pseudomonas 248 3 4 68 63 52 48 68 74 68 63 62
aeruginosa
Escherichia coli 97 14 25 33 24 73 85 60 62 48 15 18
Staphylococcus 38 92 76 50 76 76 85 67 100 78 72 74
aureus
AMS: Ampicillin-Sulbactam PZT: Piperacillin tazobactam GEN: Gentamicin
CRO: Ceftriaxone IMI: Imipenem CIP: Ciprofloxacin
CAZ: Ceftazidime MEM: Meropenem LVX: Levofloxacin
FEP: Cefepime AMK: Amikacin
RINGKASAN

1. Pelayanan Mikrobiologi Klinik:


 Ruang rawat Laboratorium

2. Diagnosis mikrobiologi:
• Pre-analitik: komunikasi SpMK dan klinisi
• Analitik
• Pasca-analitik: komunikasi SpMK dan klinisi

75
RINGKASAN

3. Hasil pemeriksaan mikrobiologi klinik:


a. Dasar terapi definitif saat ini
b. Dasar terapi empirik untuk masa datang
c. Evaluasi penggunaan antibiotika

76
RINGKASAN

5. Peningkatan peran pelayanan


mikrobiologi klinik bersama Klinisi:
• menghemat obat, biaya dan waktu
perawatan
• mencegah transmisi ke sekitar pasien

77
Mekanisme Resistensi Bakteri
Native
Organisms
Decontamination
Antibiotic Isolation/
Management Barrier
Precautions

Hand Hygiene

Health
Policy

Eradication Surveillance

Emergence Transmission
Perl TM. Gram Negative Bacterial Resistance in Healthcare: The Brave New World Healthcare
Mekanisme Kerja Antibiotik

Tenover, FC. The American Journal of Medicine


(2006) Vol 119 (6A), S3–S10
Mekanisme Resistensi Bakteri
Terhadap Antibiotik
• producing enzymes: destroy the antibacterial agent
before it can have an effect

• efflux pumps: extrude the antibacterial agent from the


cell before it can reach its target site and exert its effect

• altering the target protein to which the antibacterial


agent binds by modifying or eliminating the binding
site

• down-regulating or altering an outer membrane


protein channel that the drug requires for cell entry
Tenover, FC. The American Journal of Medicine
(2006) Vol 119 (6A), S3–S10
Asal Sifat Resistensi
• Intrinsic resistance: naturally occurring trait arising
from the biology of the organism

• Acquired resistance:
– Bacteria that have been sensitive to certain antibiotics
develops resistance
– May happen by mutation or by acquisition of new DNA
• chromosomal mutation and selection is termed vertical
evolution
• Acquisition of new genetic material from other resistant
organisms is termed horizontal evolution

Tenover, FC. The American Journal of Medicine (2006) Vol 119 (6A), S3–S10
Hawkey, P. M BMJ 1998;317:657-660
Leclercq et al. EUCAST expert rules in antimicrobial susceptibility testing. Clin Microbiol Infect. 2011.
Bagaimana Bakteri Mendapatkan Sifat Resistensi?
85

Anda mungkin juga menyukai