Anda di halaman 1dari 7

KEPUTUSAN DIREKTUR RSU WISATA UIT MAKASSAR

NOMOR : 4896/ IIA/ RSUW_UIT/ VIII/ 2016

TENTANG
PELAYANAN TUBERKULOSIS
DI RSU WISATA UIT MAKASSAR

Menimbang : a. bahwa RSU WISATA UIT Makassar merupakan Rumah Sakit


Swasta tipe B yang diwajibkan untuk melaksanakan Akreditasi
Internasional
b. bahwa RSU Wisata UIT Makassar menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang komprehensisf berfokus kepada kebutuhan pasien
sesuai standar
c. bahwa peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien rumah
sakit merupakan gerakan universal maka diperlukan upaya
standarisasi pelayanan melalui penetapan kebijakan, prosedur, dan
risiko manajemen.
d. bahwa seluruh satuan kerja di RSU Wisata Makassar memerlukan
kebijakan sebagai dasar penyelenggaraan pelayanan, sehingga
tercipta budaya pelayanan yang berfokus pasien di rumah sakit;
e. bahwa sehubungan hal tersebut di atas maka perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Utama RSU Wisata Makassar

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran

3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


1173/MENKES.PER/X/2004 tentang Standar Akreditasi RS.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/MENKES/PER


/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691 tahun 2011 tentang


Keselamatan Pasien.

7. Keputusan Ketua badan yayasan Rumah Sakit Umum Wisata UIT


No: 208/BP-RSUWUIT/SK/X/2014 tentang struktur Organisasi
Rumah sakit Umum Wisata UIT

8. Keputusan ketua badan pengurus yayasan Rumah sakit Umum


Wisata UIT No : 002/SK/RSUWUIT/X/2014, tentang penunjukan
Direktur Rumah Sakit Umum Wisata UIT

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSU WISATA UIT MAKASSAR


TENTANG PELAYANAN TUBERKULOSIS DI RSU WISATA UIT
MAKASSAR

Pertama : RSU Wisata UIT Makassar menyelenggarakan pelayanan atau


perawatan kesehatan tuberkulosisi yang berkesinambungan yang
berfokus kepada pasien dengan melihat kebutuhan pasien selama
perawatan, baik di rawat jalan maupun rawat inap

Kedua : Untuk penegakan diagnosis pada pasien tuberkulosis yang dirawat jalan
ataupun rawat inap maka RSU Wisata UIT Makassar menggunakan
strategi DOTS

Ketiga : Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan untuk


peningkatan mutu layanan, kemudahan akses untuk penemuan kasus
dan pengobatan sehingga RSU Wisata UIT Makassar mampu
memutuskan mata rantai penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB.

Untuk pasien yang tidak yang telah didiagnosa untuk pengobatannya


Keempat : dilanjutkan di fasilitas kesehatan yang terdekat dari tempat tinggalnya,
maka RSU Wisata UIT Makassar akan memberi rujukan dengan TB 09

Pemeriksaan laboratarium dengan pemeriksaan sputum, maka RSU


Kelima : Wisata UIT Makassar menggunakan metode SPS (Sewaktu pagi
sewaktu)

Keenam : Pelaksanaan proses pemindahan, merujuk dan memulangkan pasien


merupakan kewajiban untuk secara terus menerus dan
berkesinambungan memberikan pelayanan yang baik dan bermutu,
serta dilakukan monitoring dan evaluasi untuk perbaikan dan
peningkatan mutu pelayanan dengan melibatkan keluarga pasien.

Ketujuh : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini, maka akan ditinjau kembali untuk diperbaiki
sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : Makassar
PADA TANGGAL : 13 Agustus 2016

DIREKTUR RSU Wisata UIT

DR.dr.H.Basir Palu, Sp.A,MHA


NIK. 490808 1407 1 0001
Lampiran : Peraturan Direktur RSU Wisata UIT

Nomor :4896/ IIA/ RSUW_UIT/ VIII/ 2016

Tanggal : 13 Agustus 2016

KEBIJAKAN PELAYANAN TB

RUMAH SAKIT UMUM WISATA UIT

1. Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium tuberculosa)
2. Semua pasien yang di curigai menderita TB paru, dewasa / remaja / anak yang dapat mengeluarkan
dahak, harus dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis, sekurang-kurangnya : 2 x dan
sebaiknya : 3 x, dan bila memungkinkan minimal 1 x pemeriksan berasal dari dahak pagi hari
3. Semua pasien yang dicurigai menderita TB ekstra paru, dewasa / remaja / anak, harus dilakukan
pemeriksaan dengan spesimen yang berasal dari kelainan yang di curigai, secara histo-patologi dan
biakan (bila memungkinkan)
4. Semua pasien dengan hasil foto thorax yang mencurigakan ke arah TB harus dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikrobiologi
5. Penegakan diagnosis pasien TB didasarkan pada :
a) anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat
penyakit keluarga)
b) pemeriksaan fisik yang mendukung
c) hasil pemeriksaan dahak S-P-S
d) hasil pemeriksaan penunjang lainnya (sesuai indikasi : foto thorax / uji tuberkulin/ histo-
patologi/ patologi anatomi)
e) hasil pembobotan (sistem skor) pada kasus TB anak
6. pada suspek pasien TB, ditemukan BTA (+) pada ≥ 2 hasil pemeriksaan dahak S-P-S, maka
ditegakkan diagnosis : pasien TB, dan selanjutnya dilakukan penetapan klasifikasi dan tipe pasien TB,
untuk menentukan regimen pengobatan OAT-nya
7. Untuk pasien anak, apabila hasil pembobotan :
 skor : 6 atau >, ditegakkan diagnosis TB anak
 skor : 5, dilakukan evaluasi lebih lanjut
 skor : < 5, ditegakkan diagnosis bukan TB anak
8. Pelaksana pelayanan kesehatan (staf medis dokter/ staf perawat), apabila menemukan pasien
dengan gejala sebagaimana tersebut di atas :
di poliklinik rawat jalan :
 catat data identitas suspek pasien TB pada form TB-06, kolom 1 s.d kolom 6
 buatkan lembar permintaan pemeriksaan dahak S-P-S (form TB-05), untuk penegakan
diagnosis
 buatkan lembar permintaan pemeriksaan penunjang lainnya, sesuai indikasi (foto
thorax / histo-patologi / patologi-anatomi, dll)
 dilakukan konseling dan edukasi mengenai : pentingnya dilakukan 3 x pemeriksaan
dahak dan cara mengeluarkan dahak yang benar dan pasien dipersilahkan ke
laboratorium / radiologi
 setelah diperoleh hasil pemeriksaan dahak S-P-S, maka data hasil pemeriksaan dahak di
catat pada form TB-06, kolom 8 s.d 14 melengkapi catatan rekam medik pasien
di ruang rawat inap :
 catat data identitas suspek pasien TB pada form TB-06, kolom 1 s.d kolom 6
 buatkan lembar permintaan pemeriksaan dahak S-P-S (form TB-05), untuk penegakan
diagnosis
 buatkan lembar permintaan pemeriksaan penunjang lainnya, sesuai indikasi (foto
thorax / histo-patologi / patologi-anatomi, dll)
 suspek pasien TB diberi pot dahak, dan dibantu untuk mengeluarkan dahak yang benar,
S-P-S
 pot dahak S-P-S suspek pasien TB di serahkan ke laboratorium
 setelah diperoleh hasil pemeriksaan dahak S-P-S, maka data hasil pemeriksaan dahak di
catat pada form TB-06, kolom 8 s.d 14
 melengkapi catatan rekam medik pasien
 pada saat pasien pulang dari rawat inap, dianjurkan untuk kontrol rawat jalan di klinik
rawat jalan SMF terkait
9. Klasifikasi TB :
a) TB paru BTA (+) baru : 2 atau lebih sediaan apusan dahak ditemukan BTA (+), atau 1
sediaan apusan dahak BTA (+) foto thorax mendukung TB, pasien belum pernah mendapat
pengobatan OAT sebelumnya atau minum OAT < 1 bulan
b) TB paru BTA (-) foto thorax positif : 3 sediaan apusan dahak BTA (-) dengan hasil foto
thorax mendukung TB, atau TB anak, atau kasus TB yang tidak diperoleh hasil apusan dahak
pasien
c) TB paru BTA (+) kambuh : pasien sudah pernah mendapat pengobatan OAT dan sudah
dinyatakan sembuh yang kemudian di diagnosis lagi dengan BTA (+)
d) TB paru gagal : pasien yang sediaan apusan dahak awalnya BTA (-) kemudian dengan
pengobatan menjadi BTA (+), atau pasien TB yang pengobatan s.d bulan ke-5 dengan BTA
nya tetap (+)
e) TB paru kronis : pasien TB BTA (+) yang s.d akhir pengobatan BTA nya tetap (+)
f) TB paru setelah default : pasien kembali berobat dengan TB BTA (+) setelah putus obat > 2
bulan
g) TB ekstra paru : kasus TB yang menyerang organ selain paru (kulit, kelenjar, tulang, syaraf,
dll), ringan maupun berat
10. Dokter penanggung jawab perawatan pasien TB tersebut selanjutnya menetapkan paduan
regimen obat anti TB, sesuai dengan klasifikasi dan tipe pasien, sesuai standar WHO dan
ISTC (International Standard of Tuberculosis Care)
11. Paduan regimen OAT :
a. kategori-1 : 2 ( RHZE ) / 4 ( RH ) 3
b. kategori-2 : 2 ( RHZE ) S / 1 ( RHZE ) / 5 ( RH ) 3 E 3
c. kategori-anak : 2 ( RHZ ) / 4 ( RH )
d. kategori-sisipan : 1 ( RHZE )
12. Selama masa pengobatan, pada pasien TB akan dilakukan pemeriksaan dahak ulang untuk
follow up pengobatan :
a. pada saat selesai masa intensif ( bulan ke-2 / 3 )
b. pada saat 1 bulan sebelum akhir pengobatan ( bulan-5 / 7 )
c. pada saat akhir pengobatan ( bulan-6 / 8 )
13. Form TB yang dipergunakan, minimal meliputi :
a. TB-06 : untuk mencatat data jumlah suspek pasien TB yang diperiksa dahak untuk
penegakan diagnosis, ada di klinik rawat jalan maupun ruang rawat inap, diisi oleh
pelaksana perawatan dinas jaga saat itu
b. TB-05 : untuk permintaan pemeriksaan dahak S-P-S, baik untuk penegakkan diagnosis
maupun folloew up pengobatan, ada di klinik rawat jalan maupun ruang rawat inap,
diisi oleh pelaksana perawatan dinas jaga saat itu
c. TB-01 : untuk mencatat perjalanan pengobatan pasien diagnosis TB, yang diberi kan
pengobatan OAT, baik per resep maupun per program, ada di klinik rawat jalan diisi
oleh pelaksana perawatan dinas jaga saat itu
d. TB-02 : untuk kartu kontrol pasien TB, ada di klinik rawat jalan diisi oleh pelaksana
perawatan dinas jaga saat itu
e. TB-04 : untuk mencatat data pasien yang dilakukan pemeriksaan dahak, baik untuk
penegakkan diagnosis maupun untuk follow up pengobatan, ada di laboratorium, diisi
oleh pelaksana laboratorium pada saat itu
f. TB-13 : untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran OAT program, ada di farmasi /
pojok DOTS, diisi oleh pelaksana farmasi / pelaksana harian pojok DOTS
g. TB-03 : untuk rekap data pasien TB yang ada di RS. X, ada di pojok DOTS, diisi oleh
pelaksana harian pojok DOTS / Tim DOTS RS

Ditetapkan di : Makassar

Pada Tanggal : 13 Agustus 2016

Direktur RSU Wisata UIT

Dr. dr. H. Basir Palu, Sp.A, MHA


NIK. 490808 1407 1 0001

Anda mungkin juga menyukai