PROPOSAL SKRIPSI
Untuk memenuhi persyaratan mencapai sarjana keperawatan
Oleh :
LEONY DWI ALFINA MEGA PRATIWI
NIM S18028
PENDAHULUAN
aterm, yaitu bayi yang lahir sebelum masa kehamilan ibu mencapai 37 minggu
yang berarti bayi lahir belum cukup bulan. Sampai saat ini kelahiran prematur
(Sukyati, 2021).
kurang lebih 15 juta kelahiran prematur pada setiap tahunnya dan sekitar 1 juta
Tengah (2019), angka kematian bayi di Jawa Tengah sebanyak 8,2 per 1000
kelahiran hidup dan Kota Surakarta memiliki presentase 5,0 per 1000 kelahiran
hidup.
1
2
terbanyak kedua setelah pneumonia pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun
dan penyebab kematian utama pada bayi dengan usia kurang dari 1 tahun. Angka
kejadian kelahiran prematur dan angka kematian bayi prematur masih cukup
dikarenakan pada bayi yang lahir belum cukup bulan terjadi ketidakmatangan
pada sistem organ tubuh seperti pada organ paru-paru, hepar, ginjal, jantung dan
juga pada sistem pencernaan. Dengan belum matangnya sistem organ pada bayi
Hal ini menyebabkan pada bayi prematur yang hidup biasanya akan
yang cukup serius pada bayi, bayi dapat mengalami gangguan fisik atau
memiliki resiko 12 kali lebih banyak dibanding bayi matur. Jika bayi prematur
<1000 gram maka angka kematianya meningkat menjadi 74% (Tanjung &
Nurlubis, 2021).
Bayi yang lahir prematur (10-15%) akan memiliki banyak sekali masalah
setelah lahir, sehingga memerlukan perawatan yang intensif. Bayi yang lahir
pada masa kandungan 36-37 minggu mempunyai resiko kematian 5 kali lebih
banyak
3
dibanding bayi aterm. Untuk itu dalam merawat bayi prematur diperlukan
Bayi yang lahir belum cukup bulan akan mengalami masalah pada status
hemodinamik dikarenakan organ pada bayi prematur ini belum matang. Sehingga
frekuensi nadi (heart rate). Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam
kegawatan sistem pernafasan pada bayi prematur adalah respiratory rate atau
adalah 40-70 kali per menit dan frekuensi pernafasan pada bayi normalnya
pada bayi prematur. Data statistik global menyatakan bahwa masalah pada sistem
pada periode awal kehidupannya. Masalah pada sistem pernafasan ini dapat
disebabkan oleh adanya infeksi dan bisa juga disebabkan oleh faktor fisik
mekanik. Kebutuhan oksigen dan alat bantu pernafasan akan lebih besar pada
bayi prematur dengan usia kelahiran kurang dari 30 minggu (Zeitlin et al., 2016).
Intervensi yang dapat diberikan pada bayi prematur dengan masalah pada
(2017) pemberian terapi oksigen dinilai dapat memperbaiki fungsi dan kapasitas
4
(NCPAP) atau CPAP merupakan salah satu terapi oksigen yang dapat diberikan
pada bayi dengan gangguan respirasi akut. Sedangkan, untuk bayi dengan
untuk kedepannya. Salah satu kegawatan pada bayi prematur adalah kegawatan
pada sistem pernafasan dimana bayi yang mengalami kegawatan sistem ini akan
dibantu bernafas dengan alat bantu nafas seperti ventilator mekanik dan
berbahaya bagi bayi. Dampak yang akan timbul jika menggunakan alat bantu
nafas ini untuk jangka panjang adalah kerusakan pada hidung, terlambatnya
pemberian makanan lewat mulut, waktu rawat inap akan semakin lama,
penurunan ikatan antara orang tua dan bayi serta terhambatnya proses
mengurangi komplikasi pada bayi. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan
Memposisikan bayi dengan benar adalah salah satu intervensi yang dapat
rasa nyeri dan stress pada bayi (Anggraeni et al., 2019). Posisi yang dapat
diberikan pada bayi prematur adalah posisi lateral dan elevasi (Rizqiea et al.,
posisi lateral dan juga elevasi. Posisi lateral dalam penelitian ini yaitu dengan
memposisikan badan bayi dengan miring ke kiri dan posisi elevasi yaitu dengan
meletakkan kepala bayi lebih tinggi daripada badan (30ᵒ). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rizqiea et al (2021) menggunakan posisi lateral kiri dan head
elevasi dengan pengukuran pada frekuensi jantung dan saturasi oksigen bayi baru
lahir dengan asfiksia didapatkan hasil terdapat pengaruh yang signifikan sebelum
Pemberian posisi yang dapat dilakukan selanjutnya adalah posisi pronasi atau
tekanan pada abdomen (Anggraeni et al., 2019). Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Anggraeni dkk 2019 pada sebelum dan sesudah pemberian posisi pronasi
terhadap perubahan
6
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Ruang HCU Neo Rumah Sakit
Respiratory Rate Pada Bayi Prematur Di Ruang HCU Neo Rumah Sakit UNS”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh posisi pronasi
terhadap penggunaan alat bantu pernafasan, salah satu hal yang dapat dilakukan
adalah memposisikan bayi dengan benar. Posisi yang dapat diberikan pada bayi
adalah posisi lateral, elevasi, supinasi dan juga pronasi. Berdasarkan latar
belakang penelitian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “
respiratory rate pada bayi prematur di Ruang HCU Neo Rumah Sakit UNS?”
7
respiratory rate pada bayi prematur di Ruang HCU Neo Rumah Sakit UNS .
dapat dilakukan untuk membantu klien dalam penyapihan alat bantu nafas.
pronasi juga
8
bisa diterapkan untuk menjaga pola tidur bayi dan membantu bayi terhindar dari
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan untuk bayi yang
mengembangkan diri.
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu referensi yang dapat
posisi pronasi terhadap respiratory rate pada bayi prematur. Sehingga dapat
Anggraeni, Lina, D., Sri, Indiyah, E., Daryati, & Sri. (2019). Pengaruh Posisi Pronasi
Pada Bayi Prematur Terhadap Perubahan Hemodinamik. Journal of Holistic
Nursing Science, 6(2), 9–14. https://doi.org/10.31603/nursing.v6i2.2663
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Jateng
Tahun 2019. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 3511351(24), 61.
https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/storage/2020/09/Profil-Jateng-tahun-
2019.pdf
Konstantelos, D., Gurth, H., Bergert, R., Ifflaender, S., & Rüdiger, M. (2014).
Positioning of term infants during delivery room routine handling - analysis of
videos. BMC Pediatrics, 14(1), 1–7. https://doi.org/10.1186/1471-2431-14-33
Noripour, S., Molei, A., Bandari, R., Emadi, A., Majid, S., & Far, F. (2017).
Perbandingan Hasil Pemberian Surfaktan Simultan dan Nasal Continuous
Positive Airway Pressure ( INSURE ) dan Non-Pemberian Surfaktan untuk
Pengobatan Bayi dengan Sindrom Distress Pernafasan. 8(1), 1–7.
https://doi.org/10.5812/dilengkapi.37462.Artikel
Oktariani, L., Sari, R. S., & Sari, F. R. (2020). Pengaruh Posisi Pada Adaptasi
Pernapasan Spontan pada Bayi Premature Setelah Penyapihan dari Ventilasi
Mekanik : Percobaan Terkendali Acak.
Rizqiea, N. S., Aini, S. N., Utami, R. D. P., Ratnawati, & Wardani, K. (2021). The
Differences of Left Lateral and Head Elevation Position toward Heart Rate of
Newborns with Asphyxia in the Perinatology Room RSUD Dr. Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri. 9, 492–496.
https://doi.org/https://doi.org/10.3889/oamjms.2021.6192
Roberts, C. T., Owen, L. S., Manley, B. J., Frøisland, D. H., Donath, S. M., Dalziel,
K. M., Pritchard, M. A., Cartwright, D. W., Collins, C. L., Malhotra, A., &
Davis, P.
G. (2016). Nasal High-Flow Therapy for Primary Respiratory Support in
Preterm Infants. New England Journal of Medicine, 375(12), 1142–1151.
https://doi.org/10.1056/nejmoa1603694
Simorangkir, Ayu, Rustina, Y., & Efendi, D. (2021). Posisi Rawan Meningkatkan
Parameter Fisiologis Bayi Prematur Penyapihan dari CPAP : Uji Coba Kontrol
Acak. 9(April), 84–96.
Zeitlin, J., Manktelow, B. N., Piedvache, A., Cuttini, M., Boyle, E., Van Heijst, A.,
Gadzinowski, J., Van Reempts, P., Huusom, L., Weber, T., Schmidt, S., Barros,
H., Dillalo, D., Toome, L., Norman, M., Blondel, B., Bonet, M., Draper, E. S., &
Maier, R. F. (2016). Use of evidence based practices to improve survival without
severe morbidity for very preterm infants: Results from the EPICE population
based cohort. BMJ (Online), 354, 1–10. https://doi.org/10.1136/bmj.i2976