Anda di halaman 1dari 39

PREMATURITAS DAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Anak I

Dosen pengampu: Ns. Herlina, M.Kep, Sp.Kep.An

Disusun oleh:

Jihan Almira (1810711036)

Gabriell Regina Solagracia Massie (1810711064)

Della Yunita (1810711066)

Ezzah Najlalya (1810711075)

Elfrida Juniartha (1810711093)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

S1 KEPERAWATAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi prematur adalah bayi yang kurang dari usia kelahiran normal (37 minggu), bayi
prematur juga dapat mengalamikelainan penampilan fisik. Bayi prematur mempunyai
risiko kematian 70 kali lebih tinggi dikarenakan mereka mempunyai kesulitan untuk
beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat belum matangnya sistem orang
tubuhnya.
Penyebab dari kelahiran prematur masih sulit ditentukan, namun tampak memiliki
hubungan dengan status medis dan status sosial seperti kemiskinan, malnutrisi,
ketergantungan obat, perokok dan kehamilan pada usia muda. Kelahiran prematur
seringkali menjadi pemicu timbulnya komplikasi lain yang menyebabkan bayi tidak
mampu melanjutkan kehidupan ke fase lanjut.
Sebelum kelahiran, masalah masih dapat diantisipasi, seperti ketika ibu dirawat
dengan kelahiran premature atau ketika kelainan kongenital terdiagnosis melalui USG.
Namun, kelahiran dengan bayi berisiko tinggi tidak dapat diantisipasi sehingga
dibutuhkan petugas serta peralatan untuk perawatan bayi yang mendesak.
Masalah kesehatan bayi prematur membutuhkan asuhan keperawatan, sehingga bayi
prematur sebaiknya dirawat di rumah sakit karena masih membutuhan pengobatan,
tindakan serta pemeriksaan laboratorium, dengan tujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan pada bayi.
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan sehingga
keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan modibitas dan mortalitas neonatus.
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) rentan terhadap masalah kesehatan. BBLR
adalah bayi yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram pada waktu lahir
(Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya adalah bayi dengan retardasi pertumbuhan
intra uteri, bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu, bayi small for date
sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine, bayi prematur kurang
sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuh dan reflek-refleknya (Saifudin, 2007).
Pada BBLR beresiko terjadi permasalahan pada sistem tubuh, akibat karena kondisi
tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari
bayi normal. Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah, kematian
sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumoni,
perdarahan intra kranial, hipoglikemi. Bila bayi hidup akan dijumpai kerusakan saraf,
gangguan bicara, tingkat kecerdasan rendah. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan
sosial ekonomi, pendidikan orangtua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan
postnatal. Bayi dengan berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor resiko yang
mempunyai kontribusi terhadapa kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu
bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah ada, maka rumusan permasalahan yang terkait dengan Bayi
Prematur serta Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) diantaranya
1. Apa penyebab dari bayi lahir prematur?
2. Bagaimana manajemen perawatan bayi prematur?
3. Apa saja klasifikasi bayi berisiko tinggi?
4. Apa saja intervensi yang dibutuhkan bayi prematur?
5. Apa saja komplikasi dari bayi yang telahir prematur?
6. Bagaimana adaptasi orangtua pada bayi prematur?
7. Apa pengertian dari BBLR?
8. Apa etiologi BBLR?
9. Apa saja tanda dan gejala BBLR?
10. Apa saja komplikasi yang muncul pada BBLR?
11. Bagaimanakah patofisiologi dari BBLR?
12. Bagaimanakah penatalaksanaan medis dari BBLR?
13. Apa Asuhan Keperawatan BBLR?

C. Tujuan
Tujuan pembelajaran dilakukan untuk memahami mengenai:
1. Definisi dari prematuritas.
2. Penyebab bayi lahir prematur.
3. Klasifikasi bayi berisiko tinggi.
4. Komplikasi bayi lahir prematur
5. Manajemen perawatan bayi prematur.
6. Intervensi yang dibutuhkan bayi prematur.
7. Adaptasi orangtua pada bayi prematur.
8. Pengertian dari BBLR.
9. Etiologi BBLR.
10. Tanda dan gejala BBLR.
11. Komplikasi yang muncul pada BBLR.
12. Bagaimana patofisiologi dari BBLR.
13. Penatalaksanaan medis dari BBLR.
14. Asuhan Keperawatan BBLR.
15.
BAB II
PEMBAHASAN

PREMATURITAS

A. Bayi Prematur
Bayi prematur, lahir sebelum 37 minggu kehamilan, adalah berisiko karena sistem
organnya belum matang dan kurang adekuatnya cadangan fisiologis yang berfungsi pada
lingkungan di luar janin. Luasnya rentang berat lahir dan masalah fisiologis yang
beragam di antara bayi prematur disebabkan peningkatan kemampuan bertahan di antara
mereka yang beratnya kurang dari 1.000 gram. Namun, berat dan usia kehamilan yang
rendah, memperkecil kemampuan bayi prematur untuk bertahan hidup. Kelahiran
prematur bertanggung jawab atas dua per tiga kematian bayi. Penyebab kelahiran
prematur secara umum tidak diketahui; namun, insiden kelahiran prematur paling tinggi
terdapat paa alangan sosial ekonomi rendah yang mungkin secara menyeluruh. Faktor lain
yang berhubungan meliputi hipertensi selama kehamilan, infeksi ibu, kehmilan kembar,
gejala HELLP(Hemolysis, Elevated, Liver enzyme, and Low Platelet yang terjadi
berhubungan dengan preeklampsi), dilatasi serviks prematur; kondisi plasenta dan tali
pusat yang mengakibatkan janin kekurangan nutrisi.

Masalah potensial dan kebutuhan perawatan pada bayi prematur dengan berat 2.000
gram berbeda dengan bayi cukup bulan atau yang lebih bulan dengan berat sama. Adanya
gangguan dan kelainan fisiologi berdampak pada respons bayi terhadap pengobatan.
Kondisi tersebut meliputi enterokolitis nekrotikans, gagal tumbuh, displasia
bronkopulmonal, intraventrikular-periventrikular hemoragik, dan retinopati prematur.

Berbgai pendapat tentang dmensi praktis dan etik resusitasi pada bayi dengan berat
lahir yang ekstrem rendah(BBLER, dengan berat 1.000 gram atau kurang). Isu etik
berkaitan dengan resusitasi bayi ini antara lain apakah akan diresusitasi, siapa yang harus
memutuskan, apakah biaya resusitasi diberlakukan, dan apakah keuntungan tenologi lebih
besar daripada beban pada bayi, keluarga dan masyarakat dalam kaitannya dengan
kualitas hidup bayi.

Bayi Prematur Akhir

Dengan kemajuan manajemen perawatan, usaha untuk memotong biaya kesehatan


dilakukan. Bayi yang tampaknya “hampir” cukup bulan mulai diperlakukan sama dengan
bayi cukup bulan, sehingga dapat mencegah tingginya biaya perawatan intensif neonatus
yang terlihat sehat. Bayi premature akhir(bayi lahir antara 34%, dan 36%, minggu) dapat
menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim secara efektif; tetapi bayi ini
mempunyai keterbatasan dalam kandungan sehingga tetap berisiko terhadap masalah-
masalah terkait pengatur suhu, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, sepsis, dan fungsi
pernafasan(Bakewell-Sachs, 2007). Saat ini, para ahli merekomendasikan bayi yang lahir
antara 34%, dan 36%, minggu disebut sebagai bayi premature akhir daripada bayi hampir
cukup bulan(Engle, 2006; Engle, Tomashek & Wallman, 2007). Bayi premature akhir
terdiri atas sekitar 70% total populasi kelahiran premature dan tingkat kematian pada
kelompok ini jauh lebih tinggi dibandingkan bayi cukup bulan (7,9 per 1.000 kelahiran
hidup berbanding 2,4 per 1.000 kelahiran hidup) (Tomashek, Shapiro-Mendoza,
Davidoff, dan Petrini, 2007). Oleh karena berat lahir bayi premature akhir sering kali
dalam rentang berat 2.000 sampai 2.500 gram dan mereka terlihat lebih matur jika
dibandingkan dengan bayi kecil yang kurang matur, mereka mungkin dibawa ke unit
perawatan bayi baru lahir; pada unit ini, factor risiko pada bayi premature akhir
diabaikan. Sebuh lembaga kesehatan anak dan wanita(AWHONN, Association of
Health’s, Obstetric, and Neonatal Nurses) mempublikasikan Late-Preterm Assesment
Guide(Santa Donato, Modeff-Cooper, Bakewell-Sach, Frazer Askin, dan Rosenberg,
2007) untuk pendidikan perawat perinatal tentang factor risiko bayi premature akhir dan
perawatan dan tindak lanjut yang tepat.(Tabel 24-1)
Klasifikasi Bayi Risiko Tinggi
Pengkajian dan Intervensi Bayi Prematur Akhir

Komplikasi Prematuritas
B. MANAJEMEN PERAWATAN
Bagi bayi dengan risiko tinggi, pengkajian yang tepat pada usia kehamilan adalah
penting dalam membantu perawat mengenali masalah potensial yang dialami oleh bayi
baru lahir. Respons bayi premature, premature akhir, dan postmatur terhadap kehidupan
di luar kandungan berbeda dengan bayi yang cukup bulan(matur). Dengan memahami
dasar perbedaan fisiologi perawat dapat mengkaji bayi tersebut; menentukan respons bayi
premature, premature akhir dan postmatur; dan mengantisipasi masalah yang potensial.

1. Fungsi Pernafasan
Pola nafas yang efektif biasanya segera ditunjukkan oleh tidak adanya masalah
pada neonates, dibuktikan dengan gerakan yang aktif, perfusi jaringan yang adekuat,
dan warna kulit pink atau tidak sianosis. Namun, bayi berpotensi mengalami depresi
pernafasan karena asfiksia, penyakit ibu, paru yang tidak matang, atau kelainan
kongenital yang memunculkan sianosis, gasping atau pernafasan yang tidak efektif,
penurunan perfusi jaringan, retraksi, hidung tersumbat, takipnea, penurunan tonus
otot, atau kombinasi dari masalah-masalah tersebut.

Banyak masalah yang dapat mempengaruhi system pernafasan bayi premature dan
mungkin termasuk hal berikut:

 Berkurangnya fungsi dan jumlah alveoli


 Berkurangnya jumlah surfaktan
 Rongga pernafasan yang kecil
 Berkurangnya kartilago trakea
 Sumbatan saluran nafas yang besar
 Insufisiensi kalsifikasi tulang dada
 Peredaran hormone (prostaglandin) yang mungkin mengganggu fungsi jantung
dan pembuluh darah
 Pembukuh darah paru yang tidak matang dan rapuh
 Jarak antara alveoli yang berfungsi dan kapiler, terutama pada bayi BBLER
Jika kombinasi dari masalah-masalah tersebut terjadi, hal ini sangat menghambat
usaha nafas bayi dan dapat mengakibatkan distress pernafasan atau gagal nafas. Tanda
awal masalah pernafasan meliputi takipnea, tersumbatnya hidung dan dengkuran,
bergantung pada tingkat parah dan penyebab gangguan pernafasan, retraksi dapat
terjadi di subkosta, interkosta atau suprasternum. Meningkatnya usaha nafas(contoh:
pola nafas paradox, retraksi, tersumbatnya hidung, dengkuran, takipnea atau apnea)
menunjukan peningkatan gangguan. Sebagai akibat dari ketidakmatangan paru dan
sisa fungsi, bayi BBLSR dan BBLER dapat mengalami perubahan yang cepat dari
gangguan pernafasan menjadi gagal nafas. Kulit bayi yang awalnya berwarna dapat
menjadi sianosis sentral dan pucat. Akrosianosis merupakan temuan normal pada bayi
baru lahir, tetapi sianosis sentral menandakan kurangnya oksigenasi. Bernafas secara
periodic merupakan pola nafas yang biasanya telihat pada bayi premature. Bayi
tersebut menunjukan jeda pernafasan 5 sampai 10 detik yang diikuti oleh kompensasi
pernafasan yang pesat 10 sampai 15 detik. Periode pernafasan tersebut tidak akan
sama dengan apnea, yaitu henti nafas 20 detik atau lebih. Perawat harus
mempersiapkan ketersediaan oksigen tambahan dan pernafasan buatan yang
dibutuhkan ketika neonates meunjukan ketidakmampuan memulai atau mengatur
fungsi pernafasan secara adekuat.

2. Fungsi Kardiovaskular
Mengevaluasi denyut dan irama jantung, warna, tekanan darah, nadi, perfusi,
saturasi oksigen dan status asam-basa memberikan informasi status kardiovaskular.
Perawat perlu menangani jika gejala hipovolemi, syok, atau keduanya muncul. Gejala
tersebut meliputi pemanjangan waktu pengisian kembali kapiler (CRT > 3 detik),
pucat, tonus otot yang jelek, kelelahan, takikardi lebih awal muncul dari bradikardi
dan distress pernafasan berlanjut meskipun oksigen dan ventilasi telah cukup tersedia.
Hipotensi mungkin muncul lebih awal pada beberapa bayi sebagai tanda akhir dari
syok.

Tekanan darah (TD) dipantau secara rutin pada neonates yang sakit menggunakan
peralatan, baik internal dan eksternal. Rekaman langsung dengan menggunakan
kateter arteri sering kali dilakukan akan tetapi memberikan risiko terkait pemasukan
kateter ke dalam arteri. Kateter vena umbilikalis juga dapat digunakan untuk
memantau tekanan vena central bayi. Osilometri (Dinamap) adalah peralatan
noninvasive yang efektif untuk mendeteksi TD sistemis (hipotensi atau hipertensi)
dan untuk menentukan kebutuhan terapi yang sesuai untuk menjaga fungsi
kardiovaskular.

3. Suhu Tubuh
Bayi premature rentan terhadap ketidakstabilan suhu karena berbagai factor.
Factor yang menempatkan bayi premature berisiko pada ketidakstabilan suhu meliputi
hal berikut:

 Luasnya permukaan tubuh dibandingkan berat badan


 Sedikitnya bantalan lemak di bawah kulit
 Sedikitnya simpanan lemak coklat(sumber dari dalam untuk menghasilkan panas
pada bayi cukup bulan)
 Kurangnya atau tidak ada sama seklai control reflex kapiler kulit
 Aktivitas masa otot yang tidak memadai
 Tonus otot yang buruk, menyebabkan semakin luasnya area permukaan tubuh
yang terpapar efek kehilangan panas oleh lingkungan
 Pusat pengaturan suhu di otak yang belum matang
 Pusat pengaturan suhu di otak yang belum matang
 Peningkatan kehilangan cairan
 Turunnya kemampuan untuk meningkatkan konsumsi oksigen
 Penurunan asupan kalori
Tujuan pengaturan suhu adalah lingkungan suhu netral (neutral thermal
environment [NTE]), yaitu suhu lingkungan dimana konsumsi oksigen dan laju
metabolisme minimal tapi memadai bagi pengaturan suhu tubuh(Blackburn, 2007).
Rentang NTE bagi bayi premature dengan berat kurang dari 1.000 gram sangat sempit
dan tidak mungkin memperkirakan nilai NTE pada tiap-tiap bayi. Ketidakmatangan
bayi yang eksterm membutuhkan suhu lingkungan yang sama dengan kulit dan suhu
inti, atau lebih tinggi untuk mrncapai suhu yang netral(Blackburn). Dengan
mengetahui empat makacam mekanisme perpindahan panas(konveksi, konduksi,
radiasi, dan evaporasi) perawat dapat membuat suhu lingkungan yang stabil bagi bayi
premature. Mengingat bahwa panas berlebihan menyebabkan peningkatan konsumsi
oksigen dan kalori, bayi juga terancam hipertermia(apnea dan warna yang memerah
mengindikasikan hipertermia). Bayi premature tidak dapat berkeringat sehingga tidak
mampu membuang panas.

4. Fungsi Sistem Saraf Pusat


Fungsi system saraf pusat(SSP) bayi premature yang rentan terhadap cedera
disebabkan oleh masalah berikut:

 Cedera lahir yang menyebabkan kerusskan pada struktur intracranial yang


belum matang
 Perdarahan dari kapiler yang rapuh
 Gangguan proses pembekuan darah, termasuk memanjangkan waktu protombin
 Kejadian hipoksia dan hiperoksia yang berulang
 Predesposisi hipoglikemia
 Fluktuasi TD sistemis dengan berbagai variasi seiring dengan aliran dan tekanan
darah ke otak
Pada bayi preamtur, fungsi neurologis bergantung pada usia kehamilan, berkaitan
dengan factor penyakit dan factor predesposisi seperti asfiksia dalam Rahim, yang
dapat menyebabkan kerusakan neurologis. Tanda klinis kelainan fungsi neurologis
dapat sangat tidak terlihat, tidak spesifik atau spesifik. Lima kategori manifestasi
klinik harus ditinjau secara menyeluruh pada bayi premature: kejang, hiperiritabilitas,
depresi SSP, peningkatan tekanan intracranial (TIK) dan gerakan yang tidak normal
seperti posisi dekortikasi(fleksi ekstermitas atas, dan ekstensi ekstermitas bawah).
Reflex utama dan tendon pada umumnya ada pada bayi premature 28 minggu
kehamilan; pengkajian reflex tersebut harus menjadi bagian dari pemeriksaan
neurologis. Pengkajian dan pencatatan tanda neurologis yang sedang erlangsung
dibutuhkan untuk tujuan pengajaran pasien pulang dan untuk membuat rencana tindak
lanjut.

5. Status Nutrisi
Tujuan awal dari pemberian nutrisi pada bayi premature adalah untuk mencegah
katabolisme dan kehilangan cairan yang berlebuhan. Saat fungsi pernafasaan dan
jantung bayi telah stabil, tujuan pemberian nutrisi pada bayi adalah untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Fungsi metabolic bayi premature
terganggu oleh simpanan nutrisi yang terbatas, rendahnya kemampuan mencerna
protein dan menyerap nutrient, dan belum matangnya system enzim.

Perawat harus mengkaji status nutrisi bayi secara berkelanjutan. Bayi premature
sering kali memerlukan pemberian makanan melalui gavage(selang makan) atau
intravena (IV) daripada melalui mulut, bergantung pada usia kehamilan, berat badan
dan factor penyakit yang muncul seperti distress pernafasan.

6. Fungsi renal
Bayi prematur dengan sistem renal yang belum matang tidak akan mampu untuk
1. Mengeluarkan Metabolik dan racun secara adekuat
2. Mamekatkan Urin
3. Mengatur keseimbangan asam basa, cairan, atau elektrolit. Oleh karena itu asupan
dan keluaran, serta berat jenis cairan dikaji. Uji laboratorium dilakukan untuk
mengkaji keseimbangan asam basa dan elektrolit. Tingkat pengobatan pada bayi
Prematur diawasi karena rute metabolisme melalui renal dan hati seringkali
terhambat. Oleh karena itu keragaman Metabolisme obat, kadar serum diperoleh
untuk memastikan keadekuatan terapi pada obatan dan mencegah Karacunan.

7. Status Hematologi
Bayi Prematur cenderung mempunyai masalah Hematologi karena kondisi berikut
1. Kapiler lebih rapuh
2. Mudah berdarah (Memanjangnya masa protombin dan masa tromboplastin
parsial)
3. Banyaknya jumlah hemoglobin janin lebih dari 80% volume total
4. Menurunnya daya tahan sel darah merah berkaitan dengan ukuran yang relatif
lebih besar dan hal tersebut meningkatkan Premabilitas natrium dan kalium
5. Menurunnya kadar albumin yang beredar

Tanda tanda perdarahan pada bayi dikaji pada lokasi fungsi, saluran
pencernaan, dan sistem pernafasan. Tanda anemia pada mereka juga dikaji
menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit, kulit pucat, Apnea, pelatihan,
takikardi, dan berat badan yang rendah. Pada bayi resiko tinggi jumlah darah yang
diambil untuk Tes laboratorium dimonitor.

8. Pencegahan Infeksi
Meskipun perlindungan terhadap fisik adalah bagian umum dari perawatan bayi
baru lahir, bayi prematur dan sakit sangat rentan terhadap organisme penyebab
infeksi. Seperti pada semua aspek keperawatan, mencuci tangan dengan ketat maupun
hal yang paling penting untuk mencegah infeksi Nosokomial. Orang yang diketahui
memiliki penyakit infeksius tidak boleh masuk ke dalam ruangan hingga status
kesehatan mereka tidak lagi infeksius. Standar tindakan pencegahan Digalakkan pada
semua tempat pengasuhan anak sebagai metode pengontrolan infeksi untuk
melindungi bayi dan pegawai.
Neonatus sangat rentan terhadap infeksi yang diakibatkan oleh menurun nya
Imunitas nonspesifik (inflamasi) dan spesifik (humoral), Seperti gangguan
Fagositosis, respon kemotaksis yang lambat, Sedikit atau tidak ada sama sekali
Imunoglobulin A dan immunoglobulin M, Serta menurunnya kadar komplimen.
Bayi memiliki respon yang rendah terhadap agen Patogen, sehingga pada sebagian
besar kejadian, Tidak Terlihat ada reaksi inflamasi lokal pada portal of entry untuk
menandakan sebuah infeksi, dan gejala yang dihasilkan cenderung summer serta tidak
spesifik. Oleh karena nya, diagnosis dan penanganan mungkin akan terlambat. Bayi
Prematur dan cukup bulan memperlihatkan Tanda dan gejala infeksi non spesifik
yang berbeda. Identifikasi dan penanganan segera sapsis adalah penting.

B. Intervensi
Lingkungan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan Janin adalah di dalam
rahim yang sehat pada wanita yang bergizi baik. Tujuan perawatan bayi Prematur adalah
menyediakan lingkungan di luar rahim yang hampir sama dengan lingkungan rahim yang
sehat sehingga mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Tenaga
kedokteran dan keperawatan, Terapis pernafasan, terapi okupasi dan Fisioterapi, ahli gizi,
pekerja sosial, manajer perawatan, serta Apoteker bekerja sebagai sebuah Tim dalam
menyediakan kebutuhan perawatan Intensif.
Penerimaan bayi Prematur di ruang perawatan intensif biasanya merupakan situasi
emergensi. Ketika dibutuhkan, resusitasi Dimulai bagian persalinan dan kehangatannya
dan oksigen disediakan selama perpindahan ke ruangan. Kajian awal yang cepat
dilakukan untuk menentukan kebutuhan bayi pada tindakan penyelamatan.
1. Perawatan fisik
Sarana pendukung lingkungan bayi Prematur biasanya terdiri atas peralatan dan
prosedur berikut.
1. Inkubator atau penghambat radiasi untuk mengontrol suhu tubuh (NTE)
2. Pemberian oksigen, bergantung pada status Pernapasan dan sirkulasi Bayi
3. Pengelompokan perawatan serta meminimalkan stimulus dan penanganan
4. Monitor elektronik terhadap fungsi pernapasan dan jantung.
5. Alat bantu memosisikan bayi.

Berbagai sarana pendukung Metabolik yang dapat diberikan terdiri atas berikut ini.

1. Cairan Parenteral untuk mendukung nutrisi, hidrasi, serta keseimbangan cairan


dan elektrolit
2. Akses IV untuk cairan, Nutrisi Parenteral, dan untuk fasilitas pemberian obat
3. Darah bekerja untuk Mamantau gas darah arteri, kadar glukosa dan elektrolit
darah, serta pemeriksaan diagnostik selain (protein, C-reaktif, sel darah putih
(SDM) dan jenis jenisnya, hemoglobin, serta hematokrit) yang diindikasikan

2. Mempertahankan suhu tubuh


Bayi Prematur rentan kehilangan panas dan komplikasinya. Disamping itu bayi
dengan berat lahir rendah tidak akan bisa meningkatkan metabolisme karena
gangguan pertukaran gas, pembatasan asupan kalori yang berhubungan dengan
pengeluaran yang tinggi, atau Termoregulasi yang buruk. Kehilangan cairan
transepidemal Lebih banyak pada bayi Matur karena belum matangnya kulit bayi
BBLER dan BBLSR (Yaitu, beratnya masing masing lebih rendah dari 1000 g dan
1500 g) Dan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan subuh. Bayi Prematur harus
dipindahkan dari ruangan persalinan ada sebuah Inkubator penghangat kontak kulit
antara bayi Prematur yang stabil dan orang tua merupakan pilihan yang sesuai untuk
interaksi karena mampu menjaga suhu tubuh oleh bayi.
Bayi Prematur dan resiko lainnya dirawat dalam lingkungan suhu netral yang
dibuat menggunakan sumber panas eksternal. Pemeriksaan pada bayi yang digunakan
harus disambungkan dengan sumber panas eksternal yang dipasok oleh Pancaran
panas atau sebuah Inkubator mekanisme kontrol servo. Pengaturan suhu netral yang
Optima tidak dapat diprediksi bagi masing masing kebutuhan bayi Prematur.
American Academy of pediatric dan American Heart Association Neonatal
Resuscitation Program Merekomendasikan bahwa suhu pertama kali di lipatan aksila
tidak di bawah 36,5 °C (Kattwinkle, 2006).

3. Terapi oksigen
Tujuan terapi oksigen adalah untuk menyediakan oksigen yang memadai bagi
jaringan, mencegah akumulasi asam laktat yang dihasilkan oleh Hipoksia serta pada
waktu yang sama menghindari efek negatif yang potensial dari hiperoksia dan radikal
bebas. Jika bayi tidak membutuhkan ventilasi mekanik, dapat dipasok menggunakan
tudung yang ditempatkan di atas kepala bayi menggunakan Canon asal, atau
Continous positive airway pressure (CPAP) Untuk menyediakan konsentrasi dan
kelembapan yang bervariasi. Oleh karena terapi oksigen bukan terapi yang bebas bayi
harus diPantau secara ketat mencegah hiperoksemia dan Hipoksemia.
Ventilasi mekanik (Bantuan Pernapasan dengan memberikan sejumlah oksigen
yang ditentukan tabung endotrakeal) Harus diterapkan Jika metode atau terapi lain
Tidak mampu memperbaiki gangguan oksigen nisasi. Pengaturan ventilator
ditentukan berdasarkan kebutuhan khusus bayi. Ventilator diatur untuk memberikan
sejumlah oksigen yang telah ditentukan pada bayi selama napas spontan dan
menyediakan Pasan mekanik pada saat tidak ada napas Spontan. Teknologi terbaru
pada ventilasi memungkinkan oksigen dikirim pada tekanan rendah dan di atur pada
modus bantu, sehingga mencegah penolakan pada Pernapasan Spontan baik serta
menaikkan tekanan yang masih berada dalam rentang fisiologis, Menurunkan baru
terauma maupun komplikasi yang terkait seperti penemumotoraks dan Emfisema
paru.

4. Terapi Penggantian Surfaktan


Surfaktan merupakan permukaan aktif fosfolipid yang dihasilkan oleh sel epitel
alveoli, bekerja hampir sama seperti deterjen, zat ini mengurangi tegangan permukaan
cairan yang menjadi lini alveoli dan bagian paru, menghasilkan pengembangan paru
saat tekanan dalam alveolar rendah. Tanpa surfaktan, bayi tidak mampu membuat
paru-paru mereka mengembang sehingga membutuhkan usaha yang besar untuk
mengembangkan kembali alveoli pada setiap helaan nafas. Bayi bisa membuka sedikit
demi sedikit alveoli disertai dengan bertambahnya kelelahan. Ketidakmampuan
mempertahankan pemngembangan paru-paru menghasilkan atrlektasis yang luas.
Surfakat dapat diberikan sebagai tambangan untuk therapy oksigen dan ventilasi.
pada umumnya, bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 32 minggu belum
mempunyai surfakatan paru cukup adekuat untuk kelangsungan hidup diluar rahim.
pada banyak rumahsakit bersalin, penggunaaan profilaksis surfakatan disediakan bagi
bayi dengan usia kehamilan kurang dari 29 minggu yang beresiko mengalami distress
pernafasan. komite janin dan neonatus pada american academy of pediatric (AAP)
(Engel dan AAP comitte on fetus and newbron, 2008) menyarankan penggunaan
surfaktan pada bayi dengan distress pernafasan sesegera mugkin setelah kelahiran,
terutama bayi BBLER, yang belum terpapar steroid antenatal pda ibu hamil.
pemberian steroid antenatal pada ibu hamil dan penggantian surfaktan dapat
mengurangi insiden distress pernafasan dan penyakit penyerta.

5. Terapi tambahan
Nitrat oksida hidup (inbaled nitric oxcide-INO), extracorporeal membrane
oxygenation (ECMO), dan cairan ventilasi merupakan terapi tambahan yang
digunakan pda distress pernafasan dan gagal nafas bayi baru lahir. INO digunakan
bagi bayi matur atau cukup bulan dan prematur akhir dengan kondisi seperti
hipertensi pulmonal, sindrom aspirasi mekonium, pneumonia, sepsis, dan hernia
diafragmatika kongenital untuk mengurangi atau membalikan hipertensi pulmonal,
fasokontriksi paru, asidosis, serta hipoksemia. nitrat oksida (NO) adalah gas tidak
berwarna, memiliki kemampuan difusi tinggi yang dapat diberikan melalui ventilator
bercampur dengan oksigen. terapi INO digunakan bersamaan dengan terapi
pergantian surfaktan, ventilasi frekuensi tinggi, ECMO.
ECMO digunakan pada penatalaksanaaan neonatus dengan gagal nafas akut hebat
pda kondisi yang sama dengan seperti yang disebutkan untuk INO. Terapi ini
menggunakan sebuah mesin jantung paru yang dimodifikasi, meskipun begitu, pada
ECMO jantung tidak berhenti dan darah tidak sepenuhnya melewati paru. darah
didorong dari kateter atrium kanan atau vena jagularis kanan dengan gaya gravitasi
kesebuah pompa pengatur, dipompa melalui membran paru dimana darah
dioksigenasi, kemudian melalui sebuah mesin penukar panas yang kecil dimana darah
menghangatkan, dan kemudian dikembalikan kesistem sirkulasi melalui sebuah arteri
utama seperti anterikarotis kelengkung aorta.
ECMO menyediakan oksigen untuk sirkulasi, yang memunggkinkan paru
beristirahat serta menurunkan hipertensi. Paru maupun hipoksemia pada kondisi
seperti hopertensi paru menetap bayi baru lahir, hernia diagfragmatika kongenital,
sepsis, aspirasi mekonium, dan pneumonia berat. ECMO tidak digunakan pda bayi
prematur yang usia kehamilannya lebih kecil dari 34 minggu karena terapi anti
koagulan diberikan pada pompa dan mesin, yang dapat meningkatkan resiko
perdarahan intravenrikular pada bayi tersebut. Dibeberapa pusat perawatan,
keberhasilan penggunaan ventilasi frekunsi tinggi dan INO telah menurunkan
permintaan dan penggunaan ECMO secara besar.

6. Penyapihan dari Bantuan Pernapasan


Bayi telah siap disapih dari bantuan napas jika nilai AGD (Analisis Gas Darah)
dan SaO2 terjaga dalam batas normal serta bayi mampu bernapas spontan secara
adekuat untuk menjaga keseimbangan asam-basa. Usaha napas spontan dan adekuat
harus ada, serta bayi harus menujukkan peningkatan tonus otot selama peningkatan
aktivitas. Penyapihan dicapai secara bertahap dan perlahan, yang dapat meliputi:
ekstubasi, diberikan nasal CPAP, dan kemudian disapih ke oksigen dengan sungkup
atau nasal kanul. Disepanjang proses penyapihan, kadar oksigen bayi dimonitor
menggunakan pulse oximetry, memonitor tekanan parsial oksigen transkutan (tcPO2)
dan dengan memonitor nilai gas darah.
Pengkajian kulit penting untuk sering dilakukan jika bayi menerima bantuan
oksigen dengan berbagai metode yang telah dibahas tetapi khusus pada bayi dengan
perfusi yang buruk serta bayi yang membutuhkan peralatan yang bersentuhan
langsung dengan kulitnya (seperti nasal CPAP, nasal kanul, pulse oximetry). Angka
insiden kerusakan kulit lebih besar disbanding kerusakan kulit normal tercatat pada
bayi dan anak yang memerlukan penggunaan peralatan medis (seperti nasal kanul, dan
pulse oximetry) (Noonan, Quigley, Curley, 2006).
Beberapa bayi tidak mampu disapih dari semua alat dukungan oksigen pada saat
keluar rumah sakit dan memerlukan terapi oksigen di rumah untuk beberapa bulan.
Dysplasia bronkopulmonal atau kelainan kongenital seperti hernia diafragmatika
kongenital atau kerusakan trakea atau kelainan fungsi neurologis bisa menghambat
penyapihan.
Orangtua perlu diberikan informasi yang sesuai dan diyakinkan mengenai
kemajuan pernapasan bayi. Keputusan tentang jenis intervensi berkelanjutan harus
disertakan ke dalam rencana perawatan multidisiplin dan terapi harus sering
dijelaskan pada keluarga.

7. Perawatan Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat penting dalam penangan bayi BBLR dan premature,
tapi kesulitan muncul dalam menyediakan kebutuhan nutrisi. Berbagai mekanisme
menelan dan mencerna makanan belum sepenuhnya berkembang; semakin tidak
matang bayi tersebut, masalahpun akan semakin besar. Selain itu, kebutuhan nutrisi
kelompok bayi ini tidak diketahui secara pasti. Semua bayi premature berisiko karena
simpanan nutrisi, karakteristik fisik, dan perkembangan yang rendah.
Kebutuhan bayi harus dipenuhi untuk pertumbuhan yang pesat dan pemeliharaan
harian walaupun terdapat ketidakmampuan anatomi dan fisiologi. Walaupun beberapa
kegiatan mengisap dan menalan dilakukan sebelum melahirkan, pada bayi premature
koordinasi mekanisme tersebut tidak muncul dampai mendekati usia kehamilan 32-34
minggu, dan belum sepenuhnya sinkron sampai usia kehamilan 36-37 minggu. Isapan
pertama tidak diikuti dengan respons menelan dan gerakan esophagus belum
terkoordinasi. Refleks tekak (gag reflex) mungkin belum berkembang sampai 36
minggu kehamilan. Akibatnya, bayi rentan terhadap aspirasi dan hal tersebut
berbahaya. Pola refleks isap-telan berkembang seperti bayi matur, tapi lambat dan
tidak efektif dan refleks tersebut juga membuat bayi mudah lelah.
Jumlah dan metode makan ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Makanan
dapat diberikan melalui enteral atau parenteral atau gabungan keduannya. Bayi yang
BBLER, BBLSR atau sakit kritis pada awalnya sering kali makan secara khusus
dengan rute parenteral karena ketidakmampuannya mencerna dan menyerap makanan
secara enteral. Factor-faktor penyakit yang dihasilkan pada keadaan hipoksia dan
ketidakmatangan organ utama, kemudian menghalangi penggunaan pemberian makan
secara enteral sampai kondisi bayi stabil.
Jenis-jenis pemberian nutrisi. Jenis, bentuk, jumlah, serta waktu pemberian
nutrisi ditentukan berdasarkan pengkajian berat bayi, pola kenaikan atau penurunan
berat, ada atau tidaknya refleks isap dan telan, kesiapan pemberian makanan oral,
kondisi fisik, residu pemberian nutrisi sebelumnya jika melalui gavage, kelainan
(terutama gangguan saluran cerna) dan fungsi renal termasuk keluaran urine dan nilai
laboratorium.
Air susu ibu adalah sumber terbaik nutrisi bagi bayi matur dan premature.
Walaupun bayi premature (28-36 minggu) mampu menyusui jika dia mempunyai
refleks mengisap dan menelan yang adekuat dan tidak ada kontradiksi lainnya, seperti
komplikasi pernapasan atau penyakit yang bersamaan hadir. Bayi premature yang
sering menyusi secara langsung daripada botol menujukkan desaturasi oksigen yang
rendah, tidak adanya bradikardia, lebih hangat dibandingkan suhu tubuh normal, serta
peningkatan koordinasi bernapas, mengisap dan menelan. Ibu yang hendak menyusi
bayi prematurnya dianjurkan mempompa payudaranya sampai bayinya cukup stabil
dan toleran terhadap ASI.

a. Hidrasi
Bayi premature sering menerima cairan tambahan parenteral untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi, elektrolit atau cairan. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada
bayi premature karena cairan ekstraselular lebih tinggi dibanding bayi matur (70%
pada bayi matur dan lebih dari 90% pada bayi premature). Oleh karena itu bayi ini
sangat rentan terhadap kekurangan cairan. Perubahan perilaku, tingkat kesadaran,
atau kegiatan bayi tersebut dalam menerima cairan IV bisa menandakan
ketidakseimbangan elektrolit, hipoglikemia atau hiperglikemia.
b. Pola Eliminasi
Mengkaji frekuensi berkemih, jumlah, warna, pH dan berat jenis urin. Pengkajian
pergerakan usus, termasuk frekuensi dan karakteristik BAB, serta konstipasi, diare
atau kehilangan lemak. Bayi dengan distensi abdomen dikaji secara menyeluruh
untuk menyingkirkan sumbatan saluran cerna.
c. Nutrisi per Oral
Makanan melalui rute oral lebih dianjurkan bagi bayi yang mempunyai fungsi
pencernaan yang baik. ASI dapat diberikan secara langsung, melalui botol susu
atau gavage. Bayi premature bisa diletakkan didada untuk latihan menyusui dan
mengisap ASI sesegera mungkin setelah kondisi medis stabil.
d. Gavage Feeding
Gavage feeding merupakan sebuah metode pemberian ASI atau formula melalui
selang nasogastric atau orogastrik. Gavage feeding dapat dicapai dengan baik
menggunakan selang yang dimasukkan susu atau melalui kateter yang menetap.
ASI atau formula dapat diberikan sesekali menggunakan syringe atau dapat
diberikan melalui mesin pompa elektrik. Jenis cairan yang diberikan dicatat pada
setiap kali penggantian syringe. Rute orogastrik pada gavage feeding lebih
dianjurkan karena kebanyakan bayi lebih menggunakan pernapasan hidung.
e. Gastrostomy Feeding
Gastrostomy feeding membutuhkan bedah penempatan sebuah selang melalui
permukaan kulit abdomen kedalam lambung. Pemberian makan secara gravitasi
dilakukan secara lambat lebih dari 20 sampai 30 menit. Perawatan khusus harus
dilakukan untuk mencegah aliran yang terlalu cepat karena dapat menyebabkan
distensi abdomen, refluks GI ke esophagus, diare dengan malabsorpsi, atau efek
ke pernapasan.
f. Pemberian Makan Lanjutan
Kemajuan pemberian makanan dari pasif (parenteal dan gavage) ke aktif
(menyusui langsung) ditentukan oleh status fisik bayi dan kemampuan toleransi
makanan.
g. Pengisapan Non Nutrisi
Pada bayi yang membutuhkan pemberian makanan gavage atau parenteral,
pengisapan non nutrisi dengan sebuah dot selama prosedur gavage dapat
meningkatkan oksigenasi dan memudahkan transisi yang lebih cepat untuk
menyusui secara langsung. Ibu bayi prematur harus dibantu untuk mengajak
bayinya memulai isapan ke payudara selama kangaroo care.

8. Perawatan Kulit
Kulit bayi premature relative belum matang dibandingkan bayi matur. Karena
sensitivitas dan kerapuhannya, penggunaan sabun alkali basa yang merusak lapisan
asam kulit harus dihindari. Verniks kaseosa mempunyai manfaat untuk kulit bayi
premature karena verniks mempunyai kemampuan untuk menjaga lapisan kulit,
menurunkan kontaminasi bakteri dikulit.

9. Perhatian Lingkungan
Bayi diruang perawatan intensif neonates (NICU) terpapar oleh tingkat kebisingan
yang tinggi dari berbagai macam alarm mesin. Tingkat suara yang dihasilkan
peralatan monitoring alarm dan aktivitas umum ruangan telah dihubungkan
pendarahan intracranial terutama pada bayi BBLR. Ruangan harus menetapkan pola
tidur malam hari dengan ruangan yang gelap, tempat tidur bayi ditutup selimut atau
memasang penutup mata bayi di malam hari. Waktu tidur harus bebas dari gangguan
paling sedikit 50 menit, sehingga memungkinkan siklus tidur yang lengkap

10. Hasil Perkembangan


Banyak perhatian berfokus pada intervensi awal perkembangan pada bayi normal
dan prematur. Bayi merespons terhadap rangsangan luas dan bervariasi, suasana dan
aktivitas NICU memberikan rangsangan berlebihan. Oleh karenanya, bayi di NICU
menjadi penerima rangsangan yang tidak tepat dan dapat mengancam. Aktivitas
perawatan bayi seperti mengukur tanda vital, mengubah posisi bayi, mengukur berat,
dan mengganti popok dikaitkan dengan banyaknya kejadian hipoksia, desaturasi
oksigen dan peningkatan tekanan intrakranial.
Perawatan perkembangan mendukung kemampuan unik bayi mencapai tingkat
perilaku yang terorganisasi. Hal ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan
toleransi masing-masing bayi berdasarkan pada pengkajian perilaku yang
menyeluruh. Dengan model perkembangan perawatan yang mendukung, perawat
memonitor tanda fisiologi dan perilaku secara ketat untuk meningkatkan pengaturan
dan kesejahteraan bayi prematur. Bayi ditangani dengan pergerakan lambat dan ketat
dan gerakannya yang acak dikontrol dengan cara kaki ditekuk mendekati tubuhnya
selama peralihan atau perubahan posisi lainnya. Pengamatan dan facilitated tucking
ini mungkin juga digunakan sebelum prosedur invasive seperti pemeriksaan dengan
memukul tumit untuk mengurangi stress. Sebuah tambalan dibuat dengan
menempatkan gulungan selimut dibawah sprei untuk membantu bayi ketika telungkup
atau telentang.
Kontak kulit ke kulit (kangarooo care) dan pijatan lembut yang singkat dapat
mengurangi stress pada bayi premature. Orang tua memakai pakaian longgar, depan
atas terbuka yang memiliki kantong modifikasi seperti saku pengangkut bagi bayi.
Kontak kulit ke kulit antara orang tua dan bayi dapat juga memiliki efek
penyembuhan positif bagi ibu yang mempunyai kehamilan resiko tinggi, manfaat
lainnya meliputi kontak awal dengan bayi ventilasi mekanik, menjaga stabilitas suhu
dan saturasi oksigen bayi, meningkatkan kemampuan menyusui, menjaga tingkat
pengaturan, serta efek minimal yang tak diinginkan dari tahanan.
Cobedding twins (multiple) adalah intervensi perkembangan lain yang
diimplementasikan dalam perawatan intensif neonatus untuk menyediakan perbaikan
lingkungan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir. Cobeding
melibatkan penempatan bayi kembar atau multiple bersama dalam kotak bayi atau
incubator yang sama. Hal tersebut memperbaiki pengaturan suhu, mempunyai episode
apnea dan bradikardi yang lebih sedikit dibanding yang tidak cobed, penambah berat
badan lebih cepat dan mengurangi waktu rawat.
Ketika bayi telah mencapai perkembangan cukup, intervensi dirancang dan
diterapkan untuk mendukung kemampuan bertumbuhnya. Perawat dan orang tua
menjadi mahir dalam membaca isyarat perilaku bayi dan menyediakan intervensi
yang sesuai. Petunjuk meliputi kedua hal perilaku pendekatan dan penghindaran.
Perilaku pendekatan yang didukung dan ditingkatkan seperti ekstensi lidah,
genggaman tangan, pergerakan tangan ke mulut, mengisap, melihat dan berkedut.
Mengajarkan orang tua menanggapi isyarat bayinya adalah fungsi penting perawat
NICU. Orang tua, saudara dan pemberi ashan didukung untuk mematuhi rencana
perawatan perkembangan untuk menghindari gangguan siklus tidur-bangun dan
meminimalkan stimulus yang tidak wajar.

11. Potensi Pertumbuhan dan Perkembangan


Walaupun memperkirakan kelengkapan potensi pertumbuhan dan perkembangan
pada setiap bayi prematur adalah sesuatu yang mustahil, beberapa panduan antisipatif
dapat memengaruhi pertumbuhan seperti dysplasia bronkopulmonal, enterocolitis
nekrotik dan masalah SSP. Semakin rendah berat lahir, semakin banyak hal negatif
yang menyertainya. Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan (pertumbuhan
motorik, vokal, dan tubuh) dikoreksi dengan usia kehamilan sampai anak berusia
hampir 3 tahun.

C. Adaptasi Orang Tua pada Bayi Prematur


Orang tua dengan bayi premature mempunyai banyak pengalaman berbeda dengan orang
tua bayi normal. Perbedaan ini yang membutuhkan pendekatan dan adaptasi pada peran
orang tua yang juga berbeda.
1. Tugas Orang Tua
Orang tua harus menyelesaikan beberapa tugas psikologis sebelum hubungan dan pola
pengasuhan yang efektif berkembang, diantaranya:
a. Mengalami berduka antisipatif atas potensi kehilangan bayi. Antisipasi berkabung
dapat dimulai selama persalinan dan seiring sampai bayi meninggal.
b. Penerimaan ibu terhadap kegagalan memberikan kelahiran yang sehat dan normal.
c. Melanjutkan proses yang berkaitan dengan bayi. Saat kondisi bayi membaik dan
menunjukan kenaikan berat bayi, berikan susu (langsung ke putting ibu atau
dengan botol susu), disapih dan incubator, orang tua dapat memulai proses
keterikatan pada bayi yang sebelumnya tertunda oleh kondisi kritis saat bayi lahir.
d. Mempelajari bagaimana bayi tersebut berbeda dalam kebutuhan khusus, pola
pertumbuhan, kebutuhan perawatan, serta perkiraan pertumbuhan dan
perkembangan.
e. Menyesuaikan lingkungan rumah sesuai kebutuhan bayi baru. Pengunjung dapat
dibatasi untuk mengurangi risiko terpapar patogen, dan suhu lingkungan dapat
diatur sesuai kondisi bayi.
2. Maladaptasi Orang Tua
Insiden kekerasan fisik dan emosional meningkat pada bayi yang terpisah dari
orang tuanya beberapa setelah lahir, karena lahir prematur atau berisiko tinggi.
Kekerasan fisik meliputi pemberian nureisi yang sangat buruk, higienitas rendah, dan
kerusakan tubuh. Kekerasan emosional berkisar dari ketidaktertarikan yang tidak
kentara hingga ketidaksukaan terhadap bayi. Perasaan orang tua terhadap kelahiran
bayi prematur harus dikaji dari sumber yang tepat. Di samping itu, pedoman dan
konseling disediakan, termasuk rencana pulang pascarawat inap untuk membantu
keluarga menyesuaikan diri dan merawat bayi prematur. Tujuan akhir adalah keluarga
menerima bayi.
Faktor di sekeliling bayi dapat menjadi pemicu orang tua menolak bayi secara
sadar atau terang-terangan. Faktor ini meliputi kecemasan, ketidaksesuaian antara
harapan dan kenyataan, beban keuangan yang berat karena biaya perawat, berduka
antisipatif yang tidak terselesaikan, ancaman harga diri, bayi dari kehamilan yang
tidak diinginkan atau perselisihan pernikahan. Sasaran tenaga professional adalah
mengidentifikasi secepatnya kemampuan koping yang tidak adekuat dan potensi
pengasuhan yang disfungsional sehingga masalah yang akan datang dapat dicegah dan
intervensi segera dilakukan.
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH
A. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
pada saat lahir.
Ada dua golongan bayi berat badan lahir rendah;
1. Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi
sesuai dengan gestasi atau yan disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan.
2. Bayi small for gestational (SGA)
Berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri atas tiga
jenis:
a. Simetris (intrauterus for gestational age)
Terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang
lama.
b. Asimetris (intrauterus growth retardation)
Terjadi deficit nutrisi pada fase awal kehamilan.
c. Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi dan
si bayi mengalami retasdasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil
untuk masa kehamilan.

B. Etiologi
Etiologi atau penyebab dari berat badan bayi lahir rendah maupun usia bayi belum sesuai
dengan masa gestasi sebagai berikut:
1. Komplikasi obsterti
a. Multilple gestation.
b. Incompetence.
c. Pro (premature rupture of membran) dan korionitis.
d. Pregnancy induce hypertention (PIH).
e. Plasenta previa.
f. Ada riwayat kelahiran prematur.
2. Komplikasi medis
a. Diabetes maternal.
b. Hipertensi kronis.
c. Infeksi traktus urinarius.
3. Faktor ibu
a. Penyakit: toksemia gravidarium, perarahan antepartum, psikologis, infeksi
akut, serta kelainan kardiovaskular.
b. Usia ibu: prematuritas tertinggi pada usia ibu dibawah 20 tahun dan multi
gravid yang jarak kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada
usia 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi: kejadian yang tinggi terdapat pada golongan rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang.
d. Kondisi ibu saat hamil: peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan
ibu yang perokok.
4. Faktor janin
Hidramnion/polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan janin.

C. Manifestasi Klinis
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram.
2. Panjang badan kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.
4. Masa gestasi kuran dari 37 minggu.
5. Kepala lebih besar dari tubuh.
6. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan sedikit.
7. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutum lebar.
8. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora.
9. Tulang rawan dan daun telinga blum cukup,sehingga elastisitas belum sempurna.
10. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan sering
mendapat serangan apnea.
11. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun, reflex mengisap dan menelan belum
sempurna.

Bayi berat lahir rendah dapat juga dibagi menjadi 3 stadium:

1. Stadium I
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit longgar&kering seperti permen
karet, namun belum terdapat noda mekonium.
2. Stadium II
Bila didapatkan tanda-tanda stasium I ditambah warna kehitaman pada kulit, plasenta,
dan umbilicus hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampuran dalam amnion
kemudian mengendap ke dalam kulit umbilicus dan plasenta.
3. Stadium III
Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit berwarna kuning, demikian pula kuku dan
tali pusat.

D. Penyakit pada Bayi Berat Lahir Rendah


1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik, disebut juga penyakit membran hialin yang
melapisi alveolus paru. Kelainan yang terjadi dianggap karena pematangan paru
belum sempurna. Terutama bila ibu mengalami gangguan perfusi darah uterus selama
kehamilan, misalnya ibu menderita diabetes mellitus, toksemia gravidarum, hipotensi,
seksio sesar dan perdarahan antepartum.
2. Pneumonia aspirasi, terjadi bila cairan amnion yang mengandung mekonium
terinhalasi oleh bayi, sering ditemukan pada prematur karena reflex menelan dan
batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatn yang baik.
3. Perdarahan interventrikular. Perdarahan spontan pada ventrikel otak lateral biasanya
disebabkan oleh anoksia otak, biasanya terjdi bersamaan dengan pembentukan
membrane hialin pada paru.
4. Fibroplasia retinolental. Ditemukan pada bayi prematur disebabkan oksigen yang
berlebihan.
5. Hiperbilirubinemia, keadaan dimana terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah
>5mg/dL karena kematangan hepar, sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi
bilirubin direk belum sempurna.

E. Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium.
2. Hipoglikemi simptomatik.
3. Penyakit membran hialin.
4. Asfiksia neonatorum
5. Hiperbilirubinemia.
F. Patofisiologi
Bayi berat lahir rendah disebabkan oleh beberapa faktor; faktor janin, faktor plasenta,
faktor ibu, dan faktor lingkungan. Faktor tersebut menimbulkan 2 hal pada ibu hamil:
1. Diawal kehamilan sampai pertengahan trimester 2 pembuluh ibu cenderung melebar,
jadi darah yang ada tidak cukup untuk mengisi ruang yang kosong di pembuluh darah
lalu menyebabkan tekanan darah rendah.
2. Jumlah darah yang ada dipakai oleh ibu dan janin menimbulkan optimatis volume
darah berkurang, jadi pasokan oksigen ke otak berkurang yang menyebabkan ibu
anemia. Akibat anemia Hb yang mengikat oksigen berkurang jadi kadar oksigen yang
dibawa ke plasenta juga berkurang menyebabkan hipoksemia. Hipoksemia
menyebabkan metabolisme berkurang, jadi mengganggu tumbuh kembang janin di
dalam rahim dan menyebabkan BBLR. BBLR menimbulkan beberapa komplikasi dan
tanda gejala. BBLR sendiri ini menyebabkan 4 hal:
1) Organ pencernaan imatur, membuat perisaltik belum sempurna, jadi kemamuan
mencerna makanan kurang dan reflex menghisap dan menelan belum berkembang
baik.
2) Pertumbuhan dinding dada belum sempurna menyebabkan vaskuler paru imatur,
lalu membuat kerja nafas meningkat.
3) Sedikitnya lemak dibawah jaringan kulit menyebabkan kehilangan panas melalui
kulit, menimbulkan peningkatan kebutuhan kalori dan menyebabkan sistem
termoregulasi imatur.
4) Sistem imun yang belum matang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
Pathways

Faktor Janin Faktor Plasenta Faktor Ibu Faktor Lingkungan

 Kelainan  Hidramnion  Penyakit, usia ibu  Tempat tinggal di


kromosom  Plasenta previa  Keadaan gizi ibu dataran tinggi
 Infeksi janin kronik  Solutio plasenta  Kondisi ibu saat  Terkena radiasi,
( inklusi  Kehamilan kembar hamil serta terpapar zat
sitomegali, rubella  Ketuban pecah  Keadaan sosial & beracun
bawaan )

Diawal kehamilan
Ibu Hamil
sampai pertengahan
trimester 2
Jml darah yang ada
Pembuluh darah ibu dipakai utk ibu & janin
hamil cenderung
melebar
Optimatis volume
Darah yg ada tdk darah berkurang
cukup utk mengisi
ruang2 kosong di
pembuluh darah yg Pasokan O2ke otak
berkurang
Tekanan darah rendah

Anemia selama
kehamilan

Hb yg dapat mengikat
O2berkurang

Kadar O2yg dibawa ke


plasenta berkurang

Hipoksemia

Kemampuan
metabolisme berkurang

Mengganggu tum-kem
janin didalam rahim

BBLR
Komplikasi BBLR Manifestasi Klinis BBLR

 Sindrom aspirasi  Berat badan >2500 gram


mekonium  Masa gestasi >37 minggu
 Asfiksia neonatorum  Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan
 Penyakit membran amat sedikit
hialin  Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan
 Hiperbilirubinemia belum teratur dan sering mendapatkan serangan apnea

Organ pencernaan Pertumbuhan Sedikitnya lemak dibawah Sistem imun


imatur dinding dada jaringan kulit yang belum
belum sempurna matang

Peristaltik belum Penurunan


Vaskuler paru Kehilangan panas melalui
sempurna daya tahan
imatur kulit
tubuh
Peningkatan kerja Peningkatan kebutuhan
Kurangnya Resiko
nafas kalori
kemampuan infeksi
untuk mencerna
Ketidakefektifan Sistem termoregulasi yang
pola nafas imatur
Refleks
menghisap & Ketidakefektifan
menelan belum termoregulasi
berkembang

Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
G. Penatalaksanaan
1. Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti,
dan gunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan panas.
2. Awasi frekuensi pernapasan, terutama dalam 24 jam pertama guna mengetahui
sindrom aspirasi mekonium/sindrom gangguan pernapasan idiopatik.
3. Pantau suhu disekitar bayi, jangan sampai bayi kedinginan. Hal ini karena byi BBLR
mudah hipertermia akibat luas dari permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dari
lemak subkutan.
4. Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama.
5. Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding), yang berguna mencegah
hipoglikemia.
6. Jika bayi sianosis atau sulit bernapas (frekuensi kuramg dari 3atau lebih dari 60 kali
per menit, tarik diding dada ke dalam dan merintih, beri oksigen lewat kateter hidung
atau nasal prong.
7. Cegah infeksi karena rentan akibat pemindahan imunoglobin G (IgG) dari ibu ke janin
terganggu.
8. Eriksa kadar gula darah setiap 8-12 jam.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan oleh seorang perawat untuk mendapat data, baik
objektif maupun subjektif dari ibu adalah sebagai berikut:
1) Riwayat kesehatan terdahulu
a. Apakah ibu pernahmengalami sakit kronis.
b. Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya.
c. Apakah ibu seorang perokok.
d. Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakitketurunan seperti kelainan
kardiovaskular.
4) Pengkajian fisik
a. Sirkulasi
 Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal
(120-160 detik/menit).
 Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandkan duktus
arteriosus (PDA).
b. Pernapasan
 Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik
intermiten atau periodic (40-60 kali/menit).
 Pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal,
juga derajat sianosis yang mungkin ada.
 Adanya bunyi amela pada auskultasi, menandakan sindrom distress
pernapasan (RDS).
c. Neurosensori
 Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena
ketidakadekuatan pertumbuhan tulang mungkin terlihat.
 Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung
pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju.
 Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstermitas bawah
dan atas serta keterbatasan gerak.
 Pelebaran tamilan mata.
d. Makanan/cairan
 Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar
kepala.
 Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan
subkutan.
 Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha.
 Ketidakstabilan metabolik dan hipoglikemi/hipokalsemia.
e. Keamanan
 Suhu berfluktuasi dengan mudah.
 Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan.
 Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar tali
pusat dengan warna kehijauan.
 Menangis mungkin lemah.
f. Seksualitas
 Labia minora wanita mungkin lebih besar daripada labia mayora
dengan klitoris menonjol.
 Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak
pada skrotum.
5) Pemeriksaan diagnostik
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan
dengan anemia atau kehilangan darah.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi.
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distress
pernapasan bila ada.
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
f. Urinalisis: mengkaji homeostasis.
g. Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan berat badan
lahir rendah adalah sebagai berikut:
1) Tidak efektifnya pola pernapasan yang berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan energi atau kelelahan, dan
ketidakseimbangan metabolik.
2) Risiko tinggi termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan susunan saraf
pusat (SSP) imatur (pusat regulasi residu, penurunan rasio massa tubuh terhadap
area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin
atau berkeringat, cadangan metabolik buruk).
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah,dan
refleks lemah.
4) Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat
ekstrem (prematur < 2.500 gram) kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis),
kurang lapisan lemak, ginjal imatur/kegagalan mengonsentrasikan urine).
3. Perencanaan
1) Diagnosis 1: Tidak efektif pola pernapasan yang berhubungan dengan imaturitas
pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi atau
kelelahan, dan ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan, pola napas menjadi efektif
Kriteria hasil: neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik,
membran mukosa merah muda.
Intervensi Mandiri
a. Kaji frekuensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea perubahan
frekuensi jantung.
Rasional: membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan
normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pada gestasi
minggu ke-30.
b. Isap jalan napas sesuai kebutuhan.
Rasional: menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas
c. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok di
bawah bahu untuk menghasilkan hiperekstensi
Rasional: posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnea,
khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik atau
hiperkapnea.
d. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat memperberat
depresi pernapasan pada bayi.
Rasional: magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat dan aktivitas susunan
saraf pusat (SSP).

Selain tindakan mandiri yang dapat dilakukan oleh seorang perawat,


tindakan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dilaksanakan, di antaranya
adalah sebagai berikut:
a. Pantau pemeriksaan laboratorium (misalnya: GDA, glukosa elektrolit, kultur,
dan kadar obat) sesuai indikasi.
Rasional: hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnea, hipoglikemia,
hipokalsemia, dan sepsis dapat memperberat serangan apnetik.
b. Berikan oksigen sesuai indikasi.
Rasional: perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan
fungsi pernapasan.
c. Berikan obat-obatan sesuai indikasi, seperti berikut ini:
 Natrium bikarbonat
Rasional: memperbaiki asidosis.
 Antibiotik
Rasional: mengatasi infeksi pernapasan dan sepsis.
 Aminopilin
Rasional: dapat meningkatkan aktivitas pusat pernapasan dan menurunkan
sensitivitas terhadap CO, menurunkan frekuensi apnea.

2) Diagnosis 2: Risiko tinggi terhadap termoregulasi tidak efektif yang berhubungan


dengan perkembangn SSP imatur (pusat regulasi residu penurunan rasio massa
tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan
merasakan dingin atau berkeringat, dan cadangan metabolik buruk)
Tujuan: Termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
Kriteria hasil: mempertahankan suhu kulit atau aksila (35-37,3 C) bebas stres dan
rasa dingin.
Intervensi Mandiri
a. Kaji suhu dengan memeriksa suhu rektal pada awal, selanjutanya periksa suhu
aksila atau gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat.
Rasional: hiportermía membuat bayi cenderung merasa stress karena dingin,
penggunaan simpanan lemak tidak dapat diperbarui bila ada dan penurunan
sensivitas untuk meningkatkan kadar CO2 atau penurunan kadar O2.
b. Tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat
Rasional: mempertahankan lingkungan termonetral, membantu mencegah
stres karena dingin.
c. Pantau sistem pengatur suhu, penyebar hangat (pertahankan batas atas pada
98,6 F, bergantung pada ukuran dan usia bayi).
Rasional: hipertermia dengan peningkatan laju metabolisme kebutuhan
oksigen dan glukosa serta kehilangan air dapat terjadi bila suhu lingkungan
terlalu tinggi.
d. Kajian haluaran dan berat jenis urine.
Rasional: penurunan keluaran dan peningkatan berat jenis urine dihubungkan
dengan penurunan perfusi ginjal selama periode stres karena rasa dingin.
e. Pantau penambahan berat badan berturut-turut. Bila penambahan berat badan
tidak adekuat, tingkatkan suhu lingkungan sesual indikasi
Rasional: ketidakadekuatan penambahan berat badan meskipun masukan
kalori adekuat dapat menandakan bahwa kalori digunakan untuk
mempertahankan suhu lingkungan tubuh, sehingga memerlukan peningkatan
suhu lingkungan.
f. Perhatikan perkembangan takikardi, warna kemerahan, diaforesis letargi.
apnea, atau aktivitas kejang.
Rasional: tanda-tanda hipertermia ini dapat berlanjut pada kerusakan otak bila
tidak teratasi.
Kolaborasi
a. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (GDA, glukosa serum,
elektrolit, dan kadar bilirubin).
Rasional: stres dingin meningkatkan kebutuhan terhadap gula glukosa dan
oksigen serta dapat mengakibatkan masalah asam basa bila bayl mengalami
metabolisme anaerobik bila kadar oksigen yang cukup tidak tersedia.
Peningkatan kadar bilirubin indirek dapat terjadi karena pelepasan asam lemak
dari metabolisme lemak coklat dengan asam lemak bersaing dengan bilirubin
pada bagian ikatan di albumin.
b. Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi.
 Fenobarbital
Rasional: membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan
fungsi SSP yang disebabkan hipertermia.
 Natrium bikarbonat
Rasional: memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hipoternia dan
hipertermia.

3) Diagnosis 3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan


dengan penurunan simpanan nutrisi, imusnitas produksi enzim, otot abdominal
lemah, dan refieks lemah.
Tujuan: nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil: mempertahankan pertumbuhan dan penirgkatan berat dalam kurva
normal dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 2 gram hari.
Intervensi Mandiri
a. Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan (misalnya:
mengisap, menelan, dan batuk).
Rasional: menentukan metode pemberian makan yang tepatuntuk bayi.
b. Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik, dan status pernapasan.
Rasional: pemberian makan pertama bayi stabil memilki peristaltik dapat
dimulai 6-12 jam setclah kelahiran. Bila distres pernapasan ada, cairan
parenteral diindikasikan dan cairan per oral harus ditunda.
c. Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari, kemudian
dokumentasikan pada grafik pertumbuhan bayi.
Rasional: mengidentifikasilkan adanya risiko derajat dan risiko tethadap pola
pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan cairan ektrasel kemungkinan
kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA mungkin telah mengalami penurunan
berat badan dalam uterus atau mengalami penurunan simpanan
lemak/glilkogen
d. Pantau masukan dan pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan elektrolit
setiap hari.
Rasional: Memberikan informasi tentang masukan aktual dalam
hubungannya dengan perkiraan kebutuhuan untuk digunakan dalam
penyesuaian diet.
e. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat jenis urine,
kondisi membran mukosa, dan fluktuasi berat badan.
Rasional: peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi SGA dapat
meningkatkan kebutuhan cairan. Keadaan bayi hiperglikemi dapat
mengakibatian diuresis pada bayi. Pemberian cairan intravena mungkin
diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan, tetapi harus dengan hati-
hati ditangani untuk menghindari kelebihan cairan f
f. Kaji tanda-tanda hipoglikemia: takipnea dan pernapasan tidak teratur, apnea,
letargi, fluktuasi suhu, dan diaforesis. Pernberian makan buruk, gugup,
menangis nada tinggi, gemetar, mata terbalik, dan aktivitas kejang.
Rasional: karena glukosa adalah sumber putama dari bahan bakar untuk otak,
kekurangannya dapat menyebabkan kerusakan SSP permanen.
Kolaborasi
a. Pantau pemeriksaan laboratortum sesuai indikasi.
 Glukosa serum
Rasional: hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi SGA
saat candangan glikogen dengan cepat berkurang dan glukonkogenesis
tidak adekuat karena penurunan simparan protein obat dan lemak.
 Nitrogen urea darah, kreatin, osmolaritas serum/urine, elekirolit urine.
Rasional: mendeteksi perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan
penurunan simpanan nutrien dan kadar cairan akibat malnutrisi .
b. Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi: misalnya kalsium glukonat 10
%.
Rasional: ketidakstabilan metabolik pada bayi SGA/LGA dapat memerlukan
suplemen untuk mempertahankan homeostasis.

4) Diagnosis 4: risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungarn dengan


usia berat yang ekstrem (prematur c 2.500 gram) , kehilangan cairan berlebihan
(kulit tipis, lapisan kurang lemak, ginjal imatur/kegagalan untuk
mengonsentrasikan urine).
Tujuan: cairan terpenuhi.
Kriteria hasil: bebas dari tanda delhidrasi.
Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi Mandiri
a. Bandingkan masukan pengeluaran urine setiap shift dan keseimbangan
kumulatif setiap periodik 24 jam. Pertahankan catutan ukuran mengenai
jumiah darah yang diambil untuk tes laboratorium.
Rasional: pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuban terapi cairan
kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama, meningkat sampai 120-140
ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum. Pengambilan darah untuk tes
menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht.
b. Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih atau setiap 2-4 jam dengan
menginspirasi urine dari popok bayi bila bayi tidak tahan dengan kantong
penampung urin.
Rasional: meskipun imaturitas ginjal dan ketidakmampuan untuk
mengonsentrasikan urine biasanya mengakibatkan berat jenis yang rendah
pada bayi preterm (rentang normal 1.006-1.013), Kadar yang rendah
menandakan volume cairan berlebihan dan kadar lebih besar dari 1.013
menandakan ketidakmanmpuan masukan cairan dan dehidrasi.
c. Evaluasi turgor kulit, membran nukosa, dan keadaan fontanel enterior.
Rasional: kehilangan atau perpindahan cairan yarng minimal dapat dengan
cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang buruk, membran
mukosa kering, dan fontanel cekung.
d. Pantau tekanan darah, nadi dan tekanan arterial rata-rata (TAR).
Rasional kehilangan 25 % volume darah mengakibatkan syok dengan TAR
kurang dari 25 mmHg menandakan hipotensi.
Kolaborasi
a. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai dengan indikasi Ht.
Rasional: dehiirasi meningkatkan kadar Ht di atas nilai normal 45-53% kalium
serum.
Rasional: hipoglikemia dapat terjadi karena kehilangan melalui selang
nasogastrik diare atat muntah.
b. Berikan infus parenteral dalam jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, khususnya
pada PDA, displasia bronkopulmonal (BFD), atau entero coltis nektrotisan
(NEC).
Rasional: penggantian cairan darah menambah volume darah, membantu
mengembalikan vasokonstriksi akibat dengan hipoksia, asidosis, dan pirau
kanan ke kiri melalui PDA dan telah membantu dalam peruruan komplikasi
enterokolitis nektrotisan dan displasia bronkopulmonal.
c. Berikan transfusi darah.
Rasional: mungkin perlu untuk mempertahankan kadar Ht/Hb optimal dan
menggantikan kehilargan darah.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh keputusan
bersama dengan dokter atan petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi
Hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak
dicapai.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tujuan perawatan bayi prematur adalah menyediakan lingkungan di luar rahim yang
hampir sama dengan lingkungan rahim yang sehat sehingga mendorong pertumbuhan dan
perkembangan yang normal. Tenaga kesehatan bekerja sebagai sebuah tim dalam
menyediakan kebutuhan perawatan Intensif bagi bayi prematur. Berbagai intervensi yang
dilakukan dalam perawatan intensif untuk bayi prematur diantaranya perawatan fisik,
mempertahankan suhu tubuh, terapi oksigen, terapi penggantan surfaktan, penyapihan
dari bantuan pernapasan, perawatan nutrisi, perawatan kulit dan perhatian lingkungan.
Adaptasi orangtua pada bayi prematur juga diperlukan karena orang tua dengan bayi
premature mempunyai banyak pengalaman berbeda dengan orang tua bayi normal.
Perbedaan ini yang membutuhkan pendekatan dan adaptasi pada peran orang tua yang
juga berbeda.
Pada kasus BBLR, perawat dalam melakukan pengkajian pada neonatus dengan
BBLR ditekankan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, integritas kulit, dan risiko infeksi.
Dalam melakukan pengkajian dan implementasi keperawatan, perawat harus benar-benar
sesuai dengan prosedur dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
neonatus mengingat bayi BBLR terjadi imaturitas organ.

B. Saran
Diharapkan makalah dapat bermanfaat bagi pembaca dan makalah ini dapat
dimengerti serta dapat memperluas wawasan tentang bayi prematur yang meliputi definisi
dari prematur itu sendiri serta manajemen perawatan bayi prematur serta asuhan
keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Kami mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca untuk kemajuan makalah ini karena makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan.
Daftar Pustaka
Lowdermilk, dkk. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 8 Buku 2. Singapura:
Elsevier.
Wong, Donna L., dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6, Vol. 1. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai