Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi Newborn merupakan bayi yang baru saja lahir, dimana masa kehidupan bayi
tersebut dapat terjadi perubahan yang sangat besar baik dari sistem organ maupun organ yang
ada pada tubuh bayi tersebut. Pada masa ini bayi terjadi pematangan organ hampir di semua
sistem.

Bayi yang baru lahir (newborn) memiliki sistem organ yang berbanding sangat jauh
dengan orang dewasa. Saat bayi baru lahir, semua organ yang ada pada bayi baru akan pertama
kali difungsikan oleh tubuhnya dan semua organ tersebut belum dapat berfungsi dengan
sempurna.

Menurut informasi yang didapat dari laman website Halodoc yang ditinjau oleh dr.
Fadhli Rizal Makarim bahwa frekuensi pernapasan pada bayi baru lahir adalah 30 sampai 60 kali
per menit. Dilansir dari artikel DINKES KABUPATEN KULON PROGO yang menyatakan bayi
baru lahir memiliki ukuran lambung sangat kecil dibandingkan dengan balita yaitu hanya sebesar
kelereng yang paling kecil atau dapat menampung sebanyak 5-7 ml ASI.

Penelitian yang dilakukan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia menyatakan bahwa sistem
organ usus pada bayi newborn belum berfungsi dengan sempurna sehingga laktosa yang
terkandung dalam ASI tidak dapat dicerna dengan baik hal ini menyebabkan feses dalam proses
ekskresi pada bayi yang baru lahir akan tampak cair, berbusa, dan memiliki aroma asam yang
cukup kuat.

Seiring dengan perkembangan zaman dengan bertambahnya ilmu pengetahuan membuat


informasi-informasi mengenai perawatan bayi disebarluaskan baik melalui fasilitas kesehatan
seperti puskesmas maupun posyandu, membuat para orang tua mencari informasi tentang
bagaimana perawatan bayi baru lahir dengan baik.

Kemajuan teknologi juga memberikan peranan yang cukup penting dalam memberikan
informasi, dan semua informasi yang tersebar melalui internet dapat dengan mudah diakses oleh
semua lapisan masyarakat. Pada masa modern ini sudah banyak masyarakat yang menggunakan
teknologi internet dalam kehidupannya sehari-hari.
Dilansir dari laman website WIKIPEDIA, teknologi internet adalah sarana yang
mencakup keseluruhan dalam menyediakan informasi-informasi yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi sendiri juga bisa sebagai ilmu yang
dikembangkan manusia untuk menciptakan tata cara tertentu sehingga dapat mempermudah
kehidupan pemakainya.

Berbeda pada masa sebelum masyarakat mengenal teknologi internet, tentunya semua
akan terasa cukup sulit dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya teknologi internet,
masyarakat tidak dapat mencari keseluruhan informasi-informasi yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia. Masyarakat pun akan sangat sedikit mendapatkan ilmu yang
dikembangkan manusia selain dengan mencari tahu secara langsung atau bertatap muka.

Teknologi internet pun dapat berpengaruh dalam keefektivitas pola asuh bayi newborn
yang dilakukan oleh setiap orang tua. Hal ini lah yang mengakibatkan zaman sebelum menyebar
luasnya informasi teknologi internet membuat pengetahuan para orang tua dalam mengurus bayi
newborn hanya berdasarkan pengalaman pendahulunya yang diturunkan melalui anak-anaknya.

Ketidaktahuan dalam perawatan bayi newborn memberikan dampak yang sangat besar
sekali terhadap pertumbuhan bayi, karena hal demikian dapat menghambat perkembangan organ
tubuh yang masih sangat rentan, perlakuan terhadap bayi yang baru lahir akan memberikan
pengaruh pada pertumbuhannya yang akan datang, salah satunya dapat menyebabkan stunting.

Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi
berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai (World Health Organization,2015).
Adapun faktor penyebab stunting yaitu pengetahuan ibu yang kurang memadai, terbatasnya
layanan masyarakat, penyakit infeksi yang diderita anak, kekurangan gizi, dan lain-lain.

Stunting sangat berdampak pada perkembangan kognitif, motorik, dan verbal. Hingga
saat masa mendatang anak anak yang telah terindikasi stunting memiliki resiko yang tinggi
mengalami obesitas , penurunan kapasitas belajar dan performa serta produktivitas anak menjadi
tidak optimal. Stunting juga berimbas pada kesehatan reproduksi (Pusdatin, 2018).

Stunting dibentuk oleh growth faltering dan catcth up growth yang tidak memadai yang
mencerminkan ketidakmampuan untuk mencapai pertumbuhan optimal, apabila pemenuhan
kebutuhan gizi tidak terpenuhi dengan baik maka kelompok balita yang lahir dengan berat badan
normal dapat mengalami stunting(Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, 2017; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)

Pada tahun 2015 persentase stunting bayi di bawah lima tahun (balita) Indonesia
menunjukan angka 36,4%, dari data tersebut menunjukan sepertiga atau 8,8 juta mengalami
masalah gizi di mana tinggi badan yang dimiliki bayi tersebut dibawah standar sesuai umurnya.
WHO menetapkan stunting berada di atas ambang sebesar 20%. Indonesia menjadi kawasan
terbesar kedua di Asia Tenggara yang mengalami prevalensi stunting balita. Berdasarkan
Pantauan Status Gizi (PSG) 2017, tercatat bahwa balita yang mengalami stunting sebesar 26,6%.
Angka tersebut terdiri dari 9,8% masuk kategori sangat pendek dan 19,8% kategori pendek.
Dalam 1.000 hari pertama sebenarnya merupakan usia emas bayi tetapi kenyataannya masih
banyak balita usia 0- 59 bulan pertama justru mengalami masalah gizi. Pemerintah melakukan
gerakan nasional penvegahan stunting dan berkerja sama kemitraan multi sektor Guna menekan
masalah gizi balita.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, terdapat 15
kabupaten/kota dengan prevalensi stunting di atas 50% (Bhutta et al., 2010; UNICEF, 2017).

WHO telah mengumpulkan data prevalensi balita stunting, pada tahun 2020 sebanyak
22% atau sekitar 149,2 juta balita didunia mengalami stunting (World Health Organization,
2021) . Pada tahun 2019 menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada 2019,
Indonesia telah mengalami penurunan angka stunting menjadi 27,7%. Pada tahun 2021 angka
stunting di sumatera selatan mengalami penurunan menjadi 24,8% (Kemenkes RI, 2021),
sementara itu di kota palembang pada tahun yang sama terdapat penurunan yaitu 3,3%. Angka
ini terbagi menjadi dua indikator yakni anak sangat pendek (264 orang) dari total 40.224 balita
dan anak pendek (1.054 orang).

Dalam Rakerda yang di selengarakan pada tanggal 14 s/d 6 Februari 2023 di Sumatera
Selatan menyampaikan laporan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), Sumatera selatan
menjadi daerah yang mengalami penurunan angka prevalansi stunting tertinggi nasional. Pada
tahun pada tahun 2022 sebesar 18,6% turun sebesar 6,2% di banding tahun 2021 sebesar 24,8%.
Hal ini dikemukakan juga oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Dr. H.
Trisnawarman, M.Kes, SpKKLP. (dinkes.sumselprov) 2023.

Tak hanya dapat menyebabkan stunting ataupun kekurangan gizi, akibat tidak ketahuan si
ibu , ia mempercayai mitos mitos yang beredar yang di mana itu dapat menyebabkan penyakit
hingga kematian pada bayi newborn. Contoh saja seperti penggunaan kain gurita yang ikat di
badan bayi guna memperhangat tubuh bayi ketika kedinginan, apabila sang ibu terlalu erat
mengikat kain , maka dapat membuat bayi sesak nafas, contoh lain penggunaan bedak tabur di
sekitar area kelamin guna untuk membuat area terebut wangi malah dapat mengagu
pernapasan,iritasi,hingga menyebabkan kanker ovarium.

Di dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini akan dibahas perbandingan pola asuh bayi
newborn yang dirawat oleh masyarakat yang belum mengenal kecanggihan teknologi internet
dan masyarakat yang sudah mengenal kecanggihan teknologi internet.

B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan pola asuh bayi newborn pada masa primitif dengan masa modern
(digital)?
2. Bagaimana perkembangan bayi newborn apabila rutin memakai gurita atau bedong?
3. Bagaimana perkembangan bayi newborn jika organ pencernaannya mengonsumsi
makanan selain ASI?

C. Tujuan
Dengan disusunnya Karya Tulis Ilmiah (KTI) bertujuan untuk :
1. Menambah wawasan tentang informasi parenting terhadap bayi newborn bagi pembaca
ketika menjadi orang tua baru
2. Menambah ilmu pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi internet
dengan baik dan benar
3. Mengubah pola piker masyarakat pada masa primitif dalam pola asuh terhadap bayi
newborn
4. Memenuhi tugas Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk ujian biologi sebagai salah satu syarat
kelulusan bagi siswa kelas 12 (dua belas) IPA

i Indonesia kain gurita banyak


dimanfaatkan
orangtua untuk dipakaikan
kepada bayinya yang baru
lahir .Penggunaan kain gurita
ini,
merupakan suatu adat budaya
yang sudah ada pada zaman
dahulu dan mereka
mempercayai jika bayi yang
baru lahir akan lebih sehat jika
memakai kain gurita.
i Indonesia kain gurita banyak
dimanfaatkan
orangtua untuk dipakaikan
kepada bayinya yang baru
lahir .Penggunaan kain gurita
ini,
merupakan suatu adat budaya
yang sudah ada pada zaman
dahulu dan mereka
mempercayai jika bayi yang
baru lahir akan lebih sehat jika
memakai kain guri

Anda mungkin juga menyukai