Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN PESERTA DIDIK KESEHATAN DAN NON

KESEHATAN TENTANG SWAMEDIKASI GASTRITIS DI SMK SANTA

MATHILDA MAUMERE

Disusun sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian dalam rangka


menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
akademik Ahli Madya Farmasi Program Studi D-III Farmasi

NAMA : YASINTA FEMI DA FANI

NIM : 244819034

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

AKADEMI FARMASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS

MAUMERE

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa.

Menurut World Health Organization (WHO) batasan usia remaja adalah

10-20 tahun dan menurut peraturan menteri kesehatan Nomor 15 tahun

2014 remaja adalah penduduk dalam rentan usia 10 -18 tahun .Remaja

memliki pertumbuahan dan perkemabangan yang pesat baik secara fisik,

psikologis maupun intelektual.

Masa remaja adalah masa mencari identitas diri, adanya keinginan

untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan mulai tertarik oleh lawan jenis

yang dapat menyebabkan remaja sangat menjaga penampilan. Semua itu

sangat mempengaruhi pola makan remaja, termasuk pemilihan bahan

makanan dan frekuensi makan. Remaja takut gemuk sehingga remaja

menghindari sarapan dan makan siang atau hanya makan sehari sekali

(Sunarmi, 2018).

Zaman yang semakin berkembang, gaya hidup manusia menjadi

lebihtidak teratur. Salah satu perubahan gaya hidup menyebabkan

pergeseran kebiasaan makan. Zaman yang serba modern pemilihan jenis

makanan pada remaja tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi di dalam

makanan, tetapi lebih mengarah kepraktisan untuk bersosialisasi atau

kesenangan semata (Aidelina, 2019).


Gaya hidup yang serba instan dan kurang sehat membuat remaja

sering makan junk food ataufast food (makanan cepat saji), makan mie

instan, minum softdrink, minumanberalkohol, makan kekenyangan, makan

terlalu cepat, makan tidak teratur dan sering jajan sembarangan tanpa

memperhatikan kebersihan dan nilai gizi dari makanan tersebut. Saat ini

kesalahan pola makan remajamenjadi sebuah kebiasaan yang dapat

menimbulkan berbagai macam penyakit, salah satunya adalah gastritis

yang di sebabkan pola makan tidak teratur. Pola makan sangat berkaitan

dengan produksi asam lambung. Gastritis biasanya terjadi ketika

mekanisme pelindung lambung mulai berkurang sehingga mengakibatkan

kerusakan dinding lambung (Wahyuni,dkk, 2017).

Gastritis adalah proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa

lambung. Gastritis dapat terjadi pada seluruh lapisan masyarakat dari

tingkat usia maupun jenis kelamin tetapi dari beberapa survei

menunjukkanbahwa gastritis paling sering terjadipada usia produktif

(Tussakinah,dkk, 2018).

Kejadiaan gastritis di Indonesia menurut WHO Tahun 2012 adalah

40,8% penderita gastritis. Kejadian gastritis di beberapa daerah di

Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952

jiwa penduduk. Gastritis sering terjadi pada pelajar karen tidak

memperhatiakn pola makan . (Susilowati,2018).

Jumlah kasus 10 penyakit terbanyak di Provinsi Nusa Tenggara


timur salah sataunya adalah Gastritis dengan jumlah kasus 53.667 dengan

presentase 6,65% (Dinkes Provinsi NTT,2021).

SMK Santa Mathida Maumere adalah salah satu sekolah kejuruan

yang berada di Kabupaten Sikka Maumere yang memiliki kompetensi

keahlian kesehatan maupun non kesehatan, yang jumlah peserta didik

yang 619 orang. Salah satua alasan melakukan swamedikasi gastritis

kepada peserta didik dilihat dari kebiasaan peseta didik yang karena takut

terlambat dan terkadang terburu- buru ke sekolah.

Dari latar belakang diatas maka penulis lebih tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Peserta Didik

Kesehatan dan Non Kesehatan Tentang Swamedikasi Gastritis Di

SMK Santa Mathilda Maumere”

1.1 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana tingkat pengetahuan peserta didik kesehatan tentang

swamedikasi gatritis?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan peserta didik non kesehatan tentang

swamedikasi gatritis?

3. Bagaimana perbedaan tingkat pengetahuan peserta didik keshatan dan

non kesehtan tetntang swamedikasi gastritis?


1.2 TUJUAN PENELITIAN

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Peserta didikkesehatan dan

non kesehatan tentang swamedikasi gastritis di SMK Santa

Mathilda Maumere

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat penegtahuan peserta didik kesehatan

tentang swamedikasi gastritis di SMK Santa Mathilda

Maumere

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta didik non

kesehatan tentang swamedikasi gastritis di SMK Santa

Mathilda Maumere

3. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahun peserta didik

kesehatan dan non kesehatan tentang swamedikasi gastritis di

SMK Santa Mathilda Maumere

1.3 MANFAAT PENELITIAN

1.3.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi mengenai

tingkat pengetahuan Peserta didik kesehatan dan non kesehatan

tentang swamedikasi gastritis di SMK Santa Mathilda Maumere


1.3.2 Manfaat Praktis

1.3.2.1 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang

tingkat pengetahuan Peserta didikkesehatan dan non kesehatan

tentang swamedikasi gastritis Di SMK Santa Mathilda Maumere

1.3.2.2 Bagi Akademi

Dapat dijadikan sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa/I Akademi

Farmasi Santo Fransiskus Xaverius.

1.3.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan referensi dan menambah

wawasan untuk melanjutkan penelitian tentang tingkat pengetahuan

Peserta didikkesehatan dan non kesehatan tentang swamedikasi

gastritis Di SMK Santa Mathilda Maumere

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Materi

Materi tingkat pengetahuan masyarakat tentang tentang tingkat

pengetahuan peserta didik kesehatan dan non kesehatan tentang

swamedikasi gastritis di SMK Santa Mathilda Maumere

1.4.2 Rung Lingkup Responden

Responden dari penelitian ini adalah peserta didik kesehatan dan

non kesehatan SMK Santa Mathilda Maumere

1.4.3 Ruang Lingkup Tempat

Penelitianakan di lakukan di SMK Santa Mathilda Maumere


1.5 Keaslian penelitian

N Nama Judul Metode Hasil Perbedaan


o peneliti penelitian penelitian peneliti
1 Santi Hubungan Metode yang Dari hasil Lokasi
2019 pengetahuan digunakan penelitian penelitian
dengan perilaku dalam dengan
pencegahan penelitian ini jumlah
gastritis pada observasi responden 37
Mahasiswa deskriptif responden.
tingkat 2 prodi 19(52%)
Keperawatan orang
poltekkes RS dr. bepengetahua
Soepraoen n cukup,
Malang 9(24%) orang
berpengetahu
an baik,
9(24%)orang
berpengetahu
an kurang.
2 Rika, Hubungan antara Metode Hasil Lokasi
2016 pengetahuan dan penelitian penelitian penelitian
perilaku yang menunjukan
pencegahan digunakan bahwa
gastritis pada adalah pengetahuan
Mahasiswa deskriptif dan perilaku
jurusan korelatif pencegahan
Keperawatan dengan gastritis
UIN Alaudin menggunaka menunjukan
Makssar n rancangan terdapat
angkatan 2013 cross hubungan
sectional. yang sagat
Analisis data signifikan
menggunaka dengan hasil
n Chi- p value 0,000
Square. maka p
value< 0,005.
Hal ini
berarti
semakin baik
baik
pengetahuan
dan perilaku
yang dimiki
mahasiswa
3 Retna Pengaruh Metode yang Hasil Lokasi
Warguba, pendidikan digunakan penelitian penelitian
2016 kesehatan adalah pre menujukan
terhadap tingkat eksperimenta bahwa
pengetahuan l dengan one tingkat
siswa tentang grop pre test pengetahuan
pencegahan and post test cukup 28
gastritis di SMK design orang
Kristen 3 (58,3%), dan
Tomohon pengetahun
baik 32
orang(66,7%)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 SWAMEDIKASI

1.1.1 Defenisi Swamedikasi

Swamedikasi adalah suatu perawatan sendiri oleh masyarakat

terhadap penyakit yang umum dideritanya, dengan menggunakan obat- obat

yang dijual bebas dipasaran atau obat keras yang bisa didapat tanpa resep

dokter yang diserahkan oleh apotek di apotek (BPOM,2004).

1.1.2 Tujuan Swamedikasi

Swamedikasi bertujuan untuk meminimalkan kesalahan pengobatan

ataupun pengguna obat(Depkes RI,2006). Pengobatan sendiri(Swamedikasi)

biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang

banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri, batuk, flu, maag,

cacingan, diare, penyakit kulit dan lain- lain (Depkes RI,2006).

Swamedikasi dilakukan masyarakat untuk mengatasi gejala penyakit-

penyakit ringan yang dapat dikenali sendiri

Swamedikasi bertujuan untuk meningkatkan kesehatan diri, mengobati

penyakit ringan dan lebih terfokus pada penanganan terhadap gejala

penyakit secarah cepat dan efektif tanpa intervensi sebelumnya oleh

konsultan medis kecuali apoteker (WHO,1998). Swamedikasi boasanya

dilakukan masyarakat untuk mengatasi gejala penyakit riangam dan


keuluhan – keluhan seperti , batuk, flu( Influenza), demam, nyeri sakit mag,

biang keringat dan lain – lain (Depkes, 2006).

1.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Swamedikasi

Praktek swamedikasi menurut World Health Organization (WHO)

tahun 1998 dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Faktor sosial ekonomi

Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat,

berakibat pada semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin

muda akses untuk mendapat informasi. Dikombinasikan dengan

tingkat ketertarikan individu terhadap masalah kesehatan,

sehingga terjadi peningkatan untuk dapat berpatsipasi langsung

terhadap pengambilan keputusan dalam masalah kesehatan.

b. Gaya hidup

Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak dari

gaya hidup tertentu seperti menghindari merokok dan pola diet

yang seimbang untuk memelihara kesehatan dan mencegah

terjadinya penyakit.

c. Kemudahan memperoleh produk obat

Saat ini pasien dan konsumen lebih memilih kenyamanan

membeli obat yang biasa diperoleh dimana saja, di banding harus

menunggu lama di rumah sakit atau klinik.


d. Faktor kesehatan lingkungan

Dengan adanya praktek sanitasi yang baik, pemilihan

nutrisi yang tepat serta lingkungan perumahan yang sehat,

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat menjaga dan

mempertahankan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit.

e. Ketersediaan produk baru

Saat ini, semakin banyak tersedia produk obat baru yang

lebih sesuai untuk pengobatan sendiri. Selain itu ada juga beberapa

produk obat yang telah dikenal sejak lama serta mempunyai

indeks keamanan yang baik, juga telah dimasukan dalam kategori

obat bebas, membuat pilihan produk obat untuk pengobatan

sendiri semakin banyak tersedia.

1.1.4 Swamedikasi Yang Rasional

a. Tepat diagnosis

Pengobatan merupakam suatau proses ilmiah yang

dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh

selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan

terkandung keputusan ilmiah yang dilandaskan oleh poengetahuan

dan keterampilan untuk melaksanakan interfensi pengobatan yang

memberikan manfaat yang maksimal dan resiko sekecil mungkin

bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan

pengobatan yang rasional. Obat diberikan sesuai dengan diagnosis.


Apabila diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan

obat akan salah (Depkes, 2007).

b. Tepat Pemilihan Obat

Obat dipilih harus memiliki efek terapi yang sesuai dengan

penyakit. Beberapa pertimabangan dalam pemilihan obat menurut

World Health Organization (WHO) yaitu manfaat (efficacy),

kemanfaatan dan keanmaan obat sudah terbukti keamanan

(safetey), resiko pengobatan paling kecil dan seimbang dengan

manfaat dan keamanan yang sama dan terjangkau oleh pasien

(affordable) kesesuaian (cots). Pasien swamedikasi dalam

melakukan pemilihan obat hendaknya sesuai dengan keluhan yang

dirasakan (Depkes, 2007).

c. Tepat Dosis

Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukan

jumlah gram atau volume dan frekuensi pemberian obat untuk

dicatat sesuai dengan umur dan berat badan pasien. Dosis , jumlah,

cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Pemberian dosis

yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentan terapi

yang sempit akan sangat berisiko timbulnya efek samping.

Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapai

kadar terapi yang diharapkan (Depkes, 2007).


d. Waspada Efek Samping

Pasien hendaknya mengetahui efek samping yang mungkin timbul

pada penggunaan obat sehingga dapat mengambil tindakan

pencegahan serta mewaspadainya. Pemberian obat potensial

menimbulkan efek samping, yaitu efek yang tidak diinginkan yang

timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi (Depkes, 2007).

e. Efektif , aman, mutu terjamin, dan harga terjangkau

Utuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi.

Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan sudah seharusnya

berperan sebagai pemberi informasi (drug informer) khususnya

obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi (Depkes, 2007).

f. Tepat Tindak Lanjut (follow up)

Apabila pengobatn sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjutan

konsultasi kedokter (Depkes, 2007).

1.1.5 Hal – hal yang perlu diperhatikadalam pelaksanaan swamedikasi

Berikut ini merupakan beberapa hal penting untuk diketahui

masyarakat ketika akan melakukan swamedikasi (Depkes 2007)

1. Untuk menetapkan jenis obat yang dipilih perlu diperhatikan

a. Pemilihan obat sesuia dengan gejala atau keluhan penyakit

b. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, lanjut usia dan lain

– lain

c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap

penggunaan obat
d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunanaan , cara pemakaian dan

efek samping

e. Interaksi obat yang dapat di baca pada etiket atau brosur obat

f. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi lengkap

tanyakan pada apoteker.

2. Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :

a. Penggunaan obat tidak untu pemakaian secara terus menerus

b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket

atau brosur

c. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal- hal yang tidak

diinginkan, hentikan penggunaan dan tanyakan ke Apoteker

dan Dokter

3. Kenali efek samping obat yang digunakan agar dapat diperkirakan

apakah suatu keluhan yang timbul kemudian merupak suatui

penyakit baru atau efek samping dari obat

4. Cara penggunaan obat harus memperhatikan hal- hak berikut

a. Obat tidak dimunum terus menerus

b. Gunakan obat sesuai dengan aturan yang tertera pada kemasan

atau brosur obat

c. Bila obat yang diminum menimbulkan hal- hal yang tidak

diinginkan hentikan penggunaanya dan tanyakan kepada

apoteker atau Dokter


d. Hindari menggunakan obat orang lain walaupun gejala

penyakitnya sama

5. Gunakan obat tepat waktu sesuai dengan aturan penggunaan.

Contohnya :

a. Tiga kali sehari berarti diminum setiap 8 jam

b. Obat diminum sebelum atau sesudah makan.

6. Pemakain obat secara oral adalah cara yang paling lazim karena

praktis, mudah dan aman. Cara yang terbaik adalah minum obat

dengan seglas air putih

7. Cara penyimpanan obat harus memeperhatiakan hal – hal berikut:

a. Simpan obat dalam kemasan asli dan wadah tertututp rapat

b. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar

matahari langsung atau seperti yang tertera pada kemasan

c. Jangan menyimpan obat yang sudah kadaluarsa dan rusak

d. Jauhkan dari jangkauan anak- anak.

1.1.6 Petunjuk melakuakn swamedikasi yang baik dan benar

Pelaksanaan swamedikasi seharusnya dilakukan sesuai

dengan kriteria penggunaan obat yangrasional, yaitutepatobat,

tepatdosis, tepatpasien, waspada efek samping obat, tidak ada

interaksi obat secara klinis. Penggunaan obat dalam swamedikasi

adalah glongan obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek

(OWA).Pelaku swamedikasi dalam mendiagnosis penyakitnya

harus mampu:
a. Mengetahui jenis obat yang diperlukan

b. Mengetahui kegunaan dari obat sehingga dapat mengevaluasi

sendiri perkembangan rasa nyerinya

c. Menggunakanobatsecarabenar

d. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat

memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian

merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat

e. Mengetahuisiapayangtidakbolehmenggunakanobattersebut,terkait

dengan kondisi seseorang.

Berikut merupakan petunjuk melakukan swamedikasi menurut Badann

Pengawas Obat dan Makanan

a. Mengenalikondisiketika akanmelakukan swamedikasi

Kondisi yang harus diperhatikan adalah kehamilan,

merencanakan untuk hamil, menyusui, balita, lansia, sedang

dalam diet khusus seperti misalnya diet gula, sedang atau baru

saja berhenti mengkonsumsi obat lain atau suplemen makanan,

serta mempunyai masalah kesehatan baru selain penyakit yang

selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan dari

dokter.

b. Memahamibahwaadakemungkinaninteraksiobat

Banyak obat dapat berinteraksi dengan obat lainnya atau

berinteraksi

denganmakanandanminuman.Kenalinamaobatataunamazatberk
hasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi

atau hendak digunakan sebagai swamedikasi.

c. Mengetahuiobat-obatyangdapatdigunakanuntuk swamedikasi

Obat yang dapat digunakan untuk swamedikasi adalah obat

yang relatif aman,yaitu golongan obat bebas dan obat bebas

terbatas.Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep

dokter.Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah

lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh:

Simetikon.

Gambar2.1Tanda Golongan Obat Bebas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat

keras tetapi masih dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat ini biasa

disertai dengan tanda peringatan.Tanda khusus pada kemasan dan

etiket obat bebas terbatas adalah

lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: CTM

(Klorfeniramin maleat).
.
Gambar2.2TandaGolonganObatBebasTerbatas

Tanda peringatan pada Obat Bebas Terbatas diantaranya adalah

sebagai berikut:

Gambar2.3Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas

d. Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul

Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi,

gatal-gatal, ruam, mengantuk, mual dan lain-lain. Oleh karena itu

penting untuk mengetahui efek samping apa yang mungkin

terjadi dan apa yang harus dilakukan saat mengalami efek

samping tersebut

e. Meneliti obat yang akan dibeli

Pada saat akan membeli obat, pertimbangkan bentuk sediaannya

dan pastikan bahwa kemasan tidak rusak. Lihatlah dengan teliti

kemasan luar maupun kemasan dalam produk obat, fisik obat dan

tanggal kadaluarsa obat.

f. Mengetahui cara penggunaan obat yang benar


Bacalah aturan pakai obat sesuai dengan petunjuk yang tertera

pada label. Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk

penggunaan, jangka waktu terapi sesuai anjuran akan

memberikan efek yang baik (BPOM, 2014).

1.2 Gastritis

1.2.1 pengertian gastritis

Gastritis adalah proses inflamasi pada Mukosa dan submukosa

lambung (Sudoyo, 2014). Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh

berasal dari bahasa yunani yaitugastro, yang berarti lambung dan itis

yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis adalah suatu keadaan

peradangan atau peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,

kronis, difus dan lokal. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu

gastritis akut dan kronik (Price,dkk, 2015).

1.2.2 Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Gastritis

Gastritis terjadi karena berbagai sebab paling umum akibat

peningkatan produksi asam lambung atau menurunnya daya tahan

dinding lambung terhadap pengaruh luar. Gastritis akut yang tidak

diobatiakan berkembang menjadi kronis. Gastritis yang disertai

borok atau luka pada dinding lambung disebut tukak lambung.

Faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya penyakit gastritis antara

lain :

1. Umur
Penyakit gastritis dapat timbul atau menyerang segalausia,

mulaianak-anak hingga usiaWalaupun gastritis dapat menyerang

segala usia tapimencapaipuncaknya pada usia lebihdari 40 tahun

2. Jeniskelamin

Berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih sering terkena

penyakit gastritis. Hal ini disebabkan karena wanita sering diet

terlalu ketat, karena takutgemuk, makantidakberaturan,

disamping ituwanita lebihemosional dibandingkan pria.

3. SosialEkonomi

Bakteri Helicobakter Pylori ialah penyebab utama suatu

gastritis kronik aktif (Asdie,2016). Bakteri ini terdapat diseluruh

dunia dan berkolerasi dengan tingkat sosioekonomi masyarakat.

Di negara berkembang dengan tingkat ekonomi rendah, terjadi

infeksi pada 80% penduduk setelah usia 30 tahun. Besarnya

pengaruh sosialekonomidengan tingginya prevalensi infeksi

Helicobacter pyloripada masyarakat. Makinrendahtingkat sosial

ekonomi makin tinggi prevalensi infeksinya. Perbaikan tingkat

sosial ekonomi dapat menurunkan prevalensi kejadian. (Fedorek

SC dkk,2021). Dalam penelitiannya juga mendapatkan

hubungan antara tingginya prevalensi infeksi Helicobacter

pylori dengan makin rendahnya tingkat sosial ekonomi.

4. Makanan
Penyimpangan kebiasaan makan, cara makan serta konsumsi

jenis makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis

akut, faktor penyimpangan makanan merupakan titik awal yang

mempengaruhi terjadinya perubahan dinding lambung.

Peningkatan produksi cairan lambung dapat dirangsang oleh

konsumsi makanan atau minuman.Cuka, cabai, kopi, alkohol,

serta makanan lain yang bersifat merangsang juga dapat

mendorong timbulnya kondisi tersebut. Pada akhirnya kekuatan

dinding lambung menjadi semakin parah sehingga akan

menimbulkan luka pada dinding lambung. Jika tidak lekas

ditangani, penyakit ini akan berubah menjadi gastritis kronis.

Namun, gastritis juga dapat timbul setelah makan makanan

pedas, asam, minum kopi atau alkohol.

5. FaktorPsikologi.

Stres adalah suatu kondisi dimana seseorang ada dalam

keadaan yang sangat tertekan. Stres menurut Terry Looker dan Olga

Gregson (2005), adalah sebuah keadaan yang kita alami ketika ada

sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan

kemampuan untuk mengatasinya. Adapun tanda-tanda atau gejala

stres sebagai berikut:

1. Gejala fisik meliputi berdebar-debar, gangguan pencernaan,

sakit kepala, lesu, letih, sulit tidur, berkeringat dingin, nafsu

makan menurun dan sejumlah gejala lainnya.


2. Gejala mental meliputi cemas, kecewa, merasa putus asa dan

tanpa daya, tidak sabar, mudah tersinggung, marah, tergesa-

gesa, sulit berpikir jernih, berkonsentrasi, dan membuat

keputusan, gelisahdansebagainya. Para ahli kedokteran

sependapat menyatakan bahwa produksi HCl yang berlebih di

dalam lambung, disebebkan terutama oleh adanya ketegangan

atau stres mental atau kejiwaan yang cukup berat.

3. Peneliti Amerika, telah membuktikan bahwa tubuh manusia

yang menerima suatu tekanan atau ancaman dalam bentuk

apapun, akan mengadakan serangkaian reaksi penangkis

(perlawanan).

4. Stres dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung

dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong

gesekan antara makanan dandinding lambung

menjadibertambahkuat. Halinidapat menyebabkan terjadinya

peradangan di lambung (Rahmawati,2019).

1.2.3 Klasifikasi gastritis

Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut dan kronik

(Price,dkk, 2015).

1. GastritisAkut

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa

lambung yang akut dengan kerusakan – kerusakan erosi. Gastritis


akut adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan

kerusakan pada bagian superfisial. Jadi, gastritis akut merupakan

peradanganpadadinding lambung yang timbul secara mendadak dan

cepat sembuh dengan sendirinya dan memiliki tanda dan gejala yang

khas. Agen penyebab yang sering terjadi pada gastritis akut adalah

makanan berbumbu, pedas, alkohol, kafein, dan aspirin

(Mutaqin,dkk, 2011).

2. GastritisKronis

Peradangan gastritis yang superfisial tidak begitu berbahaya,

namun dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung.

dengan ekskoriasi ulserativ amuko salambung oleh sekresi peptik

lambung sendiri. pada kasus-kasus yang berlangsung lama,

menyebabkan atrofi mukosa lambung. Penelitian menunjukkan

bahwa banyak gastritis disebabkan oleh infeksi bakterial pada

mukosa lambung yang kronis. Gangguan ini dapat diobati sempurna

dengan suatu rangkaian pengobatan antibiotika yang intensif

(guyton,dkkl, 2012).

1.2.4 Tanda dan gejala

Kebanyakan Gastritis tanpa gejala, Mereka yang mempunyai

keluhan biasanya berupa keluhan yang tidak khas, keluhan yang

sering dihubungkan dengangastritisadalah nyeripanas dan nyeriulu

hatidisertaimualkadang kadang sampai muntah.


1.2.5 Etiologi

Penyebab terjadinya gastritis sering berkaitan dengan hal-hal sebagai

berikut :

1. Pemakaian obat anti inflamasi

Pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam

mefenamat, aspilet dalam jumlah besar. Obat anti inflamasi non

steroid dapat memicu kenaikan produksi asam lambung, karena

terjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel lambung. Selain itu

jenis obat ini juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel

mukosa karena bersifat iritatif dan sifatnya yang asam dapat

menambah derjat keasaman pada lambung

2. Konsumsi alkohol

Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak

sawar pada mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan

terjadinya iritasi pada mukosa lambung

3. Terlalu banyak merokok

Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus

yang berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga

suplai darah ke lambung mengalami penurunan.Penurunan ini

dapat berdampak pada produksi mukosa yang salah satu fungsinya

untuk melindungi lambung dari iritasi.Selain itu CO yang

dihasilkan oleh rokok lebih mudah diikat Hb dari pada oksigen

sehingga memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada


lambung.Kejadian gastritis pada perokok juga dapat dipicu oleh

pengaruh asam nikotinat yang menurunkan rangsangan pada pusat

makan, perokok menjadi tahan lapar sehingga asam lambung dapat

langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak

ada makanan yang masuk

4. Konsumsi kimia secara oral yang bersifat asam/basa

Konsumsi asam maupun basa yang kuat seperti etanol, thiner, obat-

obatan serangga dan hama tanaman, jenis kimia ini dapat merusak

lapisan mukosa dengan cepat sehingga sangat beresiko terjadi

perdarahan

5. Stress berat

Stress psikologi akan meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang

dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung.

Peningkatan HCl dapat dirangsang oleh mediator kimia yang

dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti epinerfin.

1.2.6 Patiofisiologi

Secara patofisiologi, ada beberapa factor yang dapat

menyebabkan kerusakan mukosa lambung meliputi kerusakan

mukosa barier, yang meyebabkan difusi balik ion H+ meningkat,

perfusi mukosa lambung yang terganggu dan jumlah asam lambung

yang tinggi.

Faktor-faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri contohnya stress

fisik akan menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu


sehingga timbul daerah-daerah infark kecil, selain itu sekresi asam

lambung juga terpacu. Mucosal barrier pada pasien stress fisik

biasanya tidak terganggu. Hal tersebut yang membedakannya dengan

gastritis erosive karena bahan kimia atau obat. Pada gastritis refluks,

gastritis karena bahan kimia dan obat menyebabkan mucosal barier

rusak sehingga difusi balik ion H+ meninggi.

Gastritis erosive akut (disebut juga gastritis reaktif) dapat

terjadi karena pajanan beberapa factor atau agen termasuk OAINS,

Kokain, refluks garam empedu, iskemia, radiasi yang mengakibatkan

kondisi hemoragi, erosi, dan ulkus. Akibat pengaruh gravitasi, agen

ini akan berada pada distal atau yang terdekat dengan area akumulasi

agen. Mekanisme utama dari injuri adalah penurunan sintesis

prostaglandin yang bertanggung jawab memproduksi mukosa dari

pengaruh asam lambung.

1.3 Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil penginderaan manusia atau

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang di miliki (mata,

hidung, dan mulut). Hal tersebut sangat di pengaruhi oleh intesitas

perhatian dan persepsi terhadap objek (Natoadmodjo, 2007).

1.3.1 Tingkat Pengetahuan

Menurut Natoadmadjo (2007), pengetahuan dapat di bagi dalam

empat tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut :


a. Tahu

Tahu adalah mengingat kembali yang telah di pelajari

sebelummnya termasuk suatu hal spesifik dari seluruh bahan

yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.

b. Memahami

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang di ketahui materi secara benar.

c. Aplikasi

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah di pelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisa

Analisa adalah kemampuan dalam menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih saling

terkait dan masih berada di dalam satu struktur organisasi.

e. Sintesis

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria

yang di tentukan sendiri.


1.3.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Natoadmadjo (2007) ada tujuh faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu :

a. Tingkat Pengetahuan

Seseorang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas di bandingkan dengan seseorang

berpendidikan lebih rendah.

b. Pengalaman

Pengalaman yang sudah di peroleh dapat memperluas

pengetahuan seseorang.

c. Sumber Informasi

Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang misalnya radio, televise, buku, Koran dan internet.

d. Usia

Bertambahnya usia dapat di pengaruhi pada pengetahuan yang di

perolehnya.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak dapat berpengaruh pengetahuan seseorang.

f. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang.


1.3.3 Pengukuraan tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto bahwa pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat disesuaikan dengan tingkat- tingkat tersebut.

Skor yang sering digunakan untuk mempermudah dalam

mengkategorikan jenjang dalam penelitian biasanya ditulis dengan

presentase misalnya:
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%

b. Tingkat penegtahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%

c. Tingkat pengetahun kurang bila skor atau nilai 40-55%

d. Tingkat pengetahuan buruk bila skor ataunilai <40%

1.4 Kerangka pikir Peserta didik SMK Santa


Mathilda

Gastritis

Karakteristi
k
Responden Faktor penyebab
Swamedikasi gastritis
Informasi tentang Pola makan
gatritis Stres
Perempuan Pemicu gastritis
Laki – laki Terapi farmakologis
da non farmakologis
Cara dan aturan
minum obat
Penyimpanan obat
gastritis

Tingkat pengetahuan
Baik
Cukup
Sedangn
Rendah

Keterangan:

Bagian yang diteliti

Bagian yang tidak diteliti


Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih

bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.

H0 : Terdapat perbedaan tingka pengetahuan peserta didik

kesehatan dan non kesehatan tentang swamedikasi gastritis di

SMK Santa Mathilda Maumere ≤66 %

Ha : Terdapat perbedaan tingka pengetahuan peserta didik kesehatan

dan non kesehatan tentang swamedikasi gastritis di SMK Santa

Mathilda Maumere ≥66 %


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif artinya

penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

numerik(Angka). Penelitian ini akan di analisis mengunakan analisis

komparasional yang itu membandingkan tingkat pengetahu peserta

didik kesehatan dan non kesehatan SMK Santa Mathilda Maumer

tentang swamedikasi gatritis (Sigiyono, 2017).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Santa Mathilda

Maumere

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini khususnya untuk peserta didik kesehatan dan non

kesehatan SMK Santa Mathilda

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2022

3.3 Objek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah atau generasi terdiri atas obyek /

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

(Sugiyono, 2008). Populasi ini peserta didik kesehatan dan

non kesehatn SMK Santa Mathilda yang berjumlah 619

Non kesehatan terdiri dari perhotelan 96 peserta didik dan

Teknik dan bisnis sepeda motor 142 Peserta didikdan

kesehatan terdiri dari Dental asisten 54 peserta didik, Asisten

keperawatan 101 Peserta didikdan Farmasi klinik dan

komunitas 226 peserta didik

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

di miliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2017). Sampel di

hitung berdasarkan rumus slovin dengan tingkat jumlah

yaitu :

N
N=
1+ N ( a2 )

Keterangan:

n = Jumlah populasi
N= Jumlah sampel

a = Tingkat kesalahan /margin of error

Dalam menentukan jumlah sampel yang di pilih penulis

menggunakan tingkat kesalahan 10% pada populasi sebanyak

adalah 619 orang dengan perhitungan sebagai berikut :

N
n=
1+ N ( a2 )

619
n=
1+619 (0,12)

619
n= =¿7,19
1+619 × 0,01

619
n=
7,12

86 orang

Berdasarkan rumus tersebut sampel yang

memperoleh adalah 86 orang . Sampel dalam penelitian ini

adalah 86 orang responden dari 619 peserta kesehatan dan

non kesehatan SMK Santa Mathilda Maumere Teknik

pengambilan sampel Pada penelitian ini menggunakan

stratifet random sampling. Stratifet random sampling adalah

proses pengambilan sampel melalui proses pembagian

populasi ke dalam strata (penelitian siswa/siswi) memilih

sampel-sampel acak secara sederhana dari setiap strata dan


menggabungkan ke dalam sampel untuk memilih parameter

populasinya. (Sugiyono, 2017). Strata yang digunakan dalam

penelitian Padaadalah strata geografis dimana sampel dibagi

bebrapa bagian yaitu peserta didik kesehatan( Dental Asisten,

Farmasi klinis dan komunitas dan Asisten keperawatan) dan

non kesehatan (perhotelan dan Teknik dan bisnis sepeda

motor)

Dental Asisten = 54 orang

Farmasi klinis dan komunitas = 226 orang

Asisten keperawatan= 101 orang

Perhotelan =96 orang

Teknik dan bisnis sepeda motor=142 orang

Menggunakan rumus stratified random sampling yaitu :

¿
ni = N X n

keterangan :

ni = Jumlah anggota menurut stratum

n = jumlah anggota sampel seluruhnya

Ni = Jumlah anggota populasi menurut stratum

N = jumlah anggota populasi seluruhnya

Peserta didik kesehatan

54
Dental Asisten = x 86= 7,5 dibulatkan 8 orang
619

226
Farmasi klinis dan komunitas= x 86 = 31orang
619
101
Asisten keperawatan = x 86=¿ 14 orang orang
619

Peserta didik non kesehatan

56
Perhotelan = x 86= 7,7dibulatkan 8 orang
619

142
Teknik dan bisnis sepeda motor = x 86 = 19,7 dibulatkan 20
619

orang

Pada penelitian ini di tentukan kriteria inklusi dan eksklusi

yaitu :

1. Kriteria inklusi

a. Peserta didikkesehatan dan non kesehatan SMK Santa

Mathilda Maumere

b. Bersedian menjadi responden

2. Kriteria eksklusi

a. Peserta didikyang tidak bersedia menjadi responden

3.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

3.4.1 Uji Validitas

Di gunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu

kuesioner. Kuesioner dapat di katakana valid apabila

pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang dapat ukur oleh kuesioner


tersebut. Untuk menghitung uji validitas bandingkan nilai

correlated item dengan hasil perhitungan r tabel.

Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka pertanyaan atau

indikator tersebut valid (Ghozali, 2013). Apabila r hitung lebih

besar dari r tabel maka pertanyaan atau indikator tersebut

valid, dan apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka

pertanyaan atau indikator tersebut tidak valid. Pengujian

validitas tiap item pertanyaan di lakukan dengan menghitung

antara skor item dengan skor total. Kriterianya sebagai

berikut :

1.rhitung >rtabel atau signifikan<0,05 maka item pertanyaan

valid.

2.rhitung<rtabel atau signifikan <0,05 maka item pertanyaan

tidak valid.

1.4.2 Uji Reabilitas

Uji reabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang di

nyatakan valid. Reabilitas adalah indeks yang menunjukan

sejauh mana suatu alat ukur di pakai dua kali untuk

mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya relatif

sama maka alat ukur tersebut

reliable. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan

konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama.


Reliabilitas di lakukan untuk mengukur konsistensi konstruk

atau variabel penelitian suatu kueisioner dikatakan reliable

atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu untuk

mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α)

suatu variabel dikatakan reliable (handal) jika memiliki nilai

Cronbach Alpha > r tabel 0,50. Dalam penelitian ini pengujian

reliabilitas di lakukan berdasarkan jika nilai Alpha melebihi r

tabel 0,50 maka pertanyaan variabel tersebut reliable dan

sebaliknya (Ghozali, 2013).

3.5 Jenis Data

3.5.1 Data Primer

Data primer adalah data yang di peroleh berdasarkan

jawaban dari peserta didik terhadap kuesioner yang di

berikan. Data terdiri dari tingkat pengetahuan Peserta didik

kesehatan dan non kesehatan SMK ST. Mathilda Maumere

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah diolah terlebih

dahulu dan baru didapatkan oleh peneliti dari sumber yang

lain sebagaai tambahan informasi. Beberapa sumber data

sekunder adalah buku, jurnal dan publikasi pemerintah


3.6 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data

yang di lakukan dengan memberikan daftar pertanyaan secara tertulis

untuk mendapatkan informasi yang di perlukan.

3.7 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Penelitian

3.7.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah salah satu bentuk penelitian

yang dapat menghasilkan informasi untuk menentukkan

sebuah kesimpulan. Pada penelitian ini menggunakan variabel

tunggal yaitu variabel Tingkat Pengetahuan Peserta didik

kesehatan dan non kesehatan tentang swamedikasi gastritis di

SMK Santa Mathilda Maumere

3.7.2 Defenisi Operasional Penelitian

Defenisi operasional adalah defenisi variabel-variabel yang

akan di teliti secara operasional di lapangan penelitian

(Masturoh,2018).
Variabel Defenisi Parameter Alat Skala Hasil ukur
operasional penelitian ukur ukur
Tingkat Segala yang 1. Pengertia Kosione Ordinal Pengetahuan.
pengetahuan diketahui n gastritis r Baik 76-100%
siswa siswa 2. Gejala Cukup 56-
kesehatan kesehatan dan gastritis 75%
dan non non kesehatan Kurang:
3. Penyebab
kesehatan yang berkaitan 40-55%
tentang dengan
gastritis Buruk : <40%
swamedikas swamedikasi 4. Pencegah
i gastritis di Gastritis an
SMK gastritis
St.Mathilda 5. Pengobat
an
gastritis
6. Cara
pengguna
an obat
gastritis
7. Cara
penyimpa
nan obat

8. Pengolahan Data

Pengolahan data bertujuan untuk memperoleh penyajian dan kesimpulan

yang baik, data penelitian yang di peroleh masih mentah belum dapat

memberikan informasi maka di perlukan pengolahan data. Beberapa

kegiatan yang di lakukan dalam pengolahan data oleh peneliti yaitu :

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil

jawaban dari kuesioner yang di berikan kepada responden dan

kemudian dilakukan koreksi apakah sudah terjawab dengan

lengkap atau belum. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila

terjadi kekurangan atau tidak sesuai bisa di lengkapi. Pada


penelitian ini peneliti melakukan editing setelah menerima

kuesioner yang telah di isi oleh responden di periksa kebenaran

dan kelengkapannya.

b. Coding

Kegiatan ini diberikan kode angka pada kuesioner terhadap

tahap-tahap jawaban dari responden agar lebih mudah dalam

pengolahan selanjutnya. Coding pada penelitian di lakukan

dengan cara memberikan kode angka pada setiap jawaban untuk

mempermudah dalam pengolahan dan analisis data. Cara

mengetahui tingkat penggunaan obat tradisional pada malaria

dengan jawaban yang benar skor 1 dan jawaban yang salah di

beri skor 0.

c. Tabulating (Tabulasi)

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari

jawaban kuesioner responden yang sudah di beri kategori

kemudian di masukkan ke dalam tabel. Tabulating di lakukan

setelah jawaban kuesioner di kategorikan kemudian peneliti

menghitung data dan masukkan ke dalam tabel.

3.9 Analisi Data

Menurut (Arikunto, 2006) analisis deskriptif kuantitatif adalah

analisis yang di gunakan untuk menjelaskan secara deskriptif hasil

ukur di inteprestasikan ke dalam empat kategori tingkat pengetahuan

yaitu, sebagai berikut :


Baik : 76 % - 100 %

Cukup : 56 % - 75 %

Kurang :40 % - 55 %

Buruk : <40%

Teknik analisis ini merupakan suatu prosedur pengolahan data

dengan tabulasi dan meningkatkan data dengan cara ilmiah dalam

bentuk tabel atau grafik. Analisis deskriptif berfungsi untuk

meringkas, mengklarifikasikan dan menyajukan data. Data yang di

peroleh di analisis dengan rumus presentase sebagai berikut:

x
P = ×100%
n

Keterangan :

P=presentase

x=jumlah jawaban yang benar

n=jumlah seluruh item soal

3.10 Analisis Uji Hipotesis

Berdasarkan hipotesis tersebut maka analisa data yang digunakan

dalam penelitian ini merupakan analisis data T-test one tail pihak

kanan. Pengujian hipotesis T-test one tail pihak kanan adalah pengujian

hipotrsis dimana hipotesis nol (HO) berbunyi “sama dengan” atau

“lebih kecil atau sama dengan”dan hipotesis alternatif berbunyi “lebih


besar” atau” lebih besar sama dengan “ (Payadya dan Jayantika, 2018 :

77).
DAFTAR PUSTAKA

Aldelina, Helvy . 2019. Evaluasi Pola Makan sebagai Upaya Pengurangan


Kambuh pada Penderita Gastritis Usia Remaja. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Arikunto,S.2006. Prosedur penelitian:suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka
Ahmad H. Asdie. 2016. Prinsip –prinsip penyakit dalam.Penerbit Buku
kedokteran EGC
Badan pengawasan obat dan makanan. 2004. Pengobatan sendiri. Jakarta.
Eka, Novianti. 2020. Identifikasi Kejadian Gastritis Pada siswa Muhamadia 3
Masaran
Departemen Kesehatan RI. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta.
Ghozali. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS
21Update PLS Regresi. Saemarang: Badan penerbit Universitas
Diponegoro.
Masturoh & Anggita, 2018.Metodologi Penelitian Kesehatan.Kementrian

Kesehatan RI.

Natoadmadjo S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta Rineka

Price, S.A., dan Wilson, L. M. 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Prosesproses


Penyakit, Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U., Hartanto, H.,
Wulansari, p., Mahanani, D. A.,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Rika. 2016.Hubungan antara pengetahuan dan perilaku pencegahan gastritis
pada mahasiswa jurusan keperawatan UIN Alaudin Makassar
Rahmawati. 2019. Faktor – faktor yang berhubungan dengan Timbulnya
Gastritis Pada siswa menenga Kota Jambi.
Retna Warguba. 2016. Pengaryh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan siswa tentang pencegahan gastritis di SMK Kristen
Tomohon.
Sunarmi. 2018.Faktor-Faktor yang Berisiko dengan Kejadian Penyakit Gastritis
di Poliklinik Penyakit dalam Rumah Sakit Muhammadiyah
PalembangTahun 2018. Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science
Kesehatan, 8: 61-75

Suisilowati,L,Hariri MH.2019. Hubungan Pola makand dengan kejadian gastritis


pada pelajar. Jurnal antar keperawatan

Sudoyo, Aru w. 20014. Ilmu penyakit dalam.Jakarta. Pusat pener bit Departemen
ilmu penyakit dalam FKUI
Sugiyono, 2017. Metode Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Bandung
:http://mssugiyantojambi.wordpresscom/2011/04/15

WorldHealthOrganization.1998.TheRoleofthePharmacistinSelf–

Coreandself–Medication.
LAMPIRAN 1: SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Surat Persetujuan Menjadi Responden

Saya atas nama Yasinta Femi da Farni adalah mahasiswa Akademi Farmasi St.

Fransiskus Xaverius Maumere. Penelitian ini dilakukan untuk menyelesaikan tugas akhir

pada program D-III Farmasi Akademi Farmasi St. Fransiskus Xaverius Maumere. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta didik kesehatan dan

non kesehatan tentang swamedikasi Gastritis. Untuk kepentingan tersebut saya mohon

kesediaan Saudara/Saudari untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya.

Jika Saudara/ Saudari besedia, silahkan menandatangani surat persetujuan ini

sebagai bukti kesukarelaan Saudara / Saudari. Identitas pribadi sebagai partisispasi atas

rahasia dan semua informasi yang diberikan hanya digunakan untuk penelitian.

Saudra/Saudari berhak untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi tanpa ada sanksi dan

konkuensi buruk dikemudian hari. Jika ada hal yang kurang paham Saudara / Sudari

dapat langsung bertanya kepada peneliti.

Atas perhatian dan kesediaan Saudara/Saudari menjadi responden dalama

penelitian ini saya ucapkan terimah kasih.

Maumere, 2022

Peneliti Responden

(Yasinta Femi Da Fani ) (………………………………)


Lampiran 2 kuesioner

TINGKAT PENGETAHUAN PESETA DIDIK KESEHATAN

DAN NON KESEHATAN SWAMEDIKASI TENTANG

GASTRITIS DI SMK SANTA MATHILDA MAUMERE

A. Identitas responden

Nomor :

Nama :

Usia :

Jurusan :

Jenis kelamin : Laki- Laki Perempuan

B. Pertanyaan

Isilah pertanyaan benar atau salah dengan memberi jawaban(√)

Jawaban Skor
No Pernyataan
Ya Tidak Ya=1 Tidak=0
1 Gastritis merupakan
penyakit keturunan
2 Gejala gastritis adalah
rasa nyeri pada uluh
hati,mual, muntah, berat
badan turun, dan diare
3 Gastriris dapat dihindari
dengan pola makan
teratur
4 Kondisi stres dapat
memicu terjadinya
gastritis
5 Minum kopi dan alkohol
dapat merangsang
pengeluaran asam
lambung
6 Obat gastritis diminum
sesuai dengan atuiran
yang tertera
dibungkusan
7 Obat gastritis(Promag
dan Mylanta) diminum
langsung setelah makan
8 Bila sakit gastritis sudah
parah maka obat maag
harus diminum 2 tablet
sekaligus
9 Obat antasida
dikonsumsi 1 jam
sebelum makan
10 Apabila belum
kadaluwarsa obat dalam
bentuk sirup boleh
diminum meskipun
sudah berubah warna
11 Obat omeprazole dapat
menim bulkan sakit
kepala
12 Obat harus diminum
sampai waktu habis
walaupun gejala sudah
hilang
13 Batas pemakaian obat
antasida diminum 4 kali
sehari
14 Obat gastristis disimpan
jauh dari pancaran sinar
matahari

Anda mungkin juga menyukai