Anda di halaman 1dari 9

PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian

2019; Volume 16; No 2.


Website: ejournal.stikespku.ac.id

Gambaran Lama Kerja, Pengetahuan dan Perilaku Higiene Sanitasi Penjamah Makanan
di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Sri Purwaningsih1*, Endang Nur Widiyaningsih2


1
Prodi Sarjana Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Dosen Prodi Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta
*Email: s.puwaningsih@gmail.com

Kata Kunci Abstrak


Lama kerja, Tujuan penyelenggraan makanan di rumah sakit adalah menyediakan makanan yang
Pengetahuan, berkualitas serta aman dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan pasien untuk menunjang
Perilaku proses kesembuhan pasien. Oleh karena itu untuk menghasilkan makanan yang tidak
Higine membahayakan perlu pentingnya pengelolaan higiene dan sanitasi makanan.
Sanitasi, Penjamah makanan memegang peranan penting dalam penyehatan makanan untuk
Penjamah melindungi kesehatan pasien di rumah sakit dari penyakit akibat kontaminasi
makanan makanan. Perilaku penjamah makanan berperan dalam menentukan kualitas produk
makanan yang dihasilkan. Lama kerja dan pengetahuan higiene sanitasi merupakan
faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi perilaku penjamah makanan. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui gambaran lama kerja, pengetahuan dan perilaku
higiene sanitasi penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Metode penelitian ini bersifat deskriptif
observasional. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi yaitu semua
tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri sebanyak 14 orang. Data lama masa kerja dan penge-
tahuan diperoleh dengan menggunakan kuesioner, sedangkan perilaku higiene sani-
tasi penjamah makanan diperoleh dengan pengamatan sebanyak 3 kali pengamatan
dengan secara tidak berturut-turut. Hasil penelitian penjamah makanan dengan
masa kerja baru sebanyak 35%, masa kerja lama 64,3%. Hasil penelitian mengenai
pengetahuan penjamah makanan dengan kategori pengetahuan baik sebanyak 60%,
pengetahuan cukup sebanyak 40%. Hasil penelitian penjamah makanan berperilaku
baik sebanyak 42,9%, berperilaku kurang baik sebanyak 57,1%.

The Discription of The Length of Work, Knowledge and Sanitation Hygiene Behavior
of Food Handlers at The Nutrition Installation of The Regional Public Hospital
of dr. Soediran Mangun Sumarso in Wonogiri
Key Words: Abstract
Length of The aim of organizing food at hospital is to provide quality food and safe for
Work, consumption in accordance with the needs of patient‟s to support the patient‟s
Knowledge, recovery process. Therefore, to produce food that is not harmful, it is necessary to
Sanitation manage hygiene and food sanitation. Food handlers play an important role in food
Hygiene sanitation to protect the health of patient‟s in hospital from diseases caused by food
Behaviour, contamination. The behavior of food handlers plays a role in determining the quality
of food products produced. The length of work and hygiene knowledge are
Food
predisposing factor that can affect the behaviour of food handlers. The aim of this
Handlers
study is determine the description of the length of work, knowledge and sanitation
hygiene behaviour of food handlers in the nutrition installation of the regional public
hospital of dr. Soediran Mangun Sumarso in Wonogiri. The research belonged to a
descriptive observational research. The sample in this study used the total population
which were all 14 food processing personnel in the nutrition installation of the
regional public hospital dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. The data on length

1
PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian
2019; Volume 16; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

of work and knowledge were obtained using questionnaires, while hygiene sanitation
behaviour of food handlers was obtained by observing3 consecutive observations.
The result of the study showed that there was 35% of food handlerswith a new
working period and 64.3% had been working for long service life. The result of
research on knowledge indicated that there were food handlers with a good
knowledge category as much as 60% and food handlers who had enough knowledge
as much as 40%. The result also showed that food handlers behaved as much as
42.9% and who behaved poorly as much as 57.1%

1. PENDAHULUAN cegahan kontaminasi makanan dapat dilakukan


Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dengan menerapkan perilaku bersih, seperti
merupakan yang paling komplek dan mempunyai mencuci tangan, menjaga kebersihan dan kese-
kekhususan dimana konsumen yang dilayani hatan diri sendiri (Adam, 2011 ). Di Amerika
dalam keadaan dirawat dengan penyakit yang Serikat, 25% penyakit yang disebarkan melalui
menyertainya. Oleh sebab itu makanan yang di- makanan di Amerika Serikat dikarenakan ter-
sediakan di rumah sakit harus dapat menunjang infeksi tenaga pengolah makanan dan higiene
bagi kesembuhan pasien. Kesembuhan dan lama- personal yang kurang (Purnawijayanti, 2001 ).
nya hari rawat pasien dapat dipercepat dengan Penularan penyakit di rumah sakit melalui
mengkonsumsi makanan yang mencukupi kebu- makanan dapat terjadi melalui 4 faktor yaitu
tuhan gizi dan selalu menghabiskan makanan perilaku yang tidak higenis, terdapat sumber
yang disediakan oleh rumah sakit. Makanan ber- penyakit menular, terdapat media penularan yaitu
kualitas baik harus bergizi tinggi, mempunyai melalui makanan dan minuman serta resipien.
rasa yang lezat, bersih dan tidak membahayakan Higiene personal yang kurang dan tingkat penge-
bagi tubuh sehingga diperlukan sistem penye- tahuan yang rendah akan berakibat buruk yang
lenggaraan makanan yang baik (Wulandari, berimplikasi sebagai perantara perpindahan
2011). pathogen makanan yang menyebabkan wabah
Pengolah makanan memegang peranan pen- penyakit (Githiri, 2013). Oleh karena itu pen-
ting dalam upaya penyehatan makanan untuk jamah makanan di rumah sakit harus melakukan
melindungi kesehatan pasien di rumah sakit dari pengendalian higiene perorangan.
penyakit akibat kontaminasi makanan. Proses Berdasarkan survei pendahuluan yang telah
penularan penyakit dapat terjadi melalui makanan dilakukan di Instalasi Gizi Rumah Sakit dr. Soe-
dan minuman yang disajikan kepada orang yang diran Mangun Sumarso Wonogiri dengan 15
mengkonsumsi makanan atau disebut kontami- tenaga penjamah makanan diperoleh bahwa
nasi silang (Yunita, 2010 ). sebesar 30% penjamah makanan tidak meng-
Salah satu akibat yang disebabkan oleh gunakan APD dengan lengkap dan benar, seperti
kurangnya penanganan sanitasi yang kurang baik tidak digunakannya sarung tangan, masker dan
adalah terjadinya keracunan (food poisoning) tutup kepala. Penelitian ini bertujuan untuk
maupun penyakit (food born disease) (Handa- mengetahui gambaran lama kerja, pengetahuan
yani, 2010). Berdasarkan data laporan Badan dan perilaku penjamah makanan di Instalasi Gizi
POM tahun 2013 angka terpapar keracunan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran
makanan masih tinggi. Jumlah orang yang Mangun Sumarso Wonogiri.
terpapar sebanyak 6.926 orang dan 12 orang me-
ninggal dunia. Di Jawa Tengah kasus keracunan 2. METODE
makanan menduduki posisi kedua setelah Banten Desain yang digunakan dalam penelitian ini
dengan jumlah korban keracunan sebanyak 855 yaitu deskriptif observatif dengan metode survey
orang ( 12,39% ). memakai pendekatan Cross Sectional. Penelitian
Faktor kebersihan penjamah atau petugas dilakukan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
makanan yang biasa disebut higiene perorangan Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
merupakan prosedur menjaga kebersihan dalam Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus
pengelolaan makanan yang aman dan sehat. Pen- 2017 – Juni 2018.

2
PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian
2019; Volume 16; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi 3.1 Karakteristik Subjek
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Responden pada penelitian ini adalah semua
Mangun Sumarso Wonogiri yaitu sebanyak 14 tenaga pengolah makanan yang bekerja di Insta-
orang. Adapun kriteria inklusi yang ditetapkan lasi Gizi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
adalah karyawan instalasi gizi yang bertugas Kabupaten Wonogiri sebanyak 14 orang. Karak-
sebagai pengolah makanan dan tidak sedang sakit teristik responden meliputi umur, pendidikan,
ataupun cuti saat pelaksanaan penelitian. jenis kelamin, dan lama kerja.
Penelitian ini menggunakan data primer dan
data sekunder sebagai data pendukung. Adapun a. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil pengamatan data karak-
data primer didapatkan melalui wawancara,
teristik responden menurut jenis kelamin dapat
observasi maupun pengisian kuesioner. Data
dilihat pada tabel 1.
primer teridiri atas lama kerja, pengetahuan,
perilaku serta identitas dan karateristik respon-
Tabel 1. Distribusi Responden
den. Pengetahuan higiene sanitasi penjamah
Menurut Jenis Kelamin
makanan diperoleh dari kuesioner. Perilaku pen-
jamah makanan diperoleh melalui pengamatan Jenis Kelamin n %
secara langsung selama tiga kali pengamatan Laki-laki 3 21,4
untuk masing-masing penjamah makanan baik Perempuan 11 78,6
shift pagi maupun siang dengan secara tidak Total 14 100,0
berturut-turut. Pengamatan dilakukan tanpa sepe-
ngetahuan penjamah makanan. Berdasarkan Tabel 1 distribusi tentang jenis
Kategori data penelitian terdiri dari varibel kelamin pada tenaga pengolah di Instalasi Gizi
lama kerja, perilaku higiene dan sanitasi serta RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
pengetahuan petugas penjamah makanan tentang diketahui bahwa tenaga pengolah makanan seba-
higiene dan sanitasi makanan. Variabel lama gian besar adalah perempuan. Hasil penelitian
kerja dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu La- Nasir (2015) di RSI Faizal kota Makassar dan
ma (≥6 tahun ) dan baru ( < 6 tahun), variabel pe- Adam (2011) di Rumah Sakit Daerah Balikpapan
ngetahuan menjadi 3 kategori yaitu baik > 80%, mengatakan bahwa sebagian besar tenaga pengo-
cukup 60-80% dan kurang <60% (Khomsan, lah makanan adalah perempuan. Pada umumnya
2000). Begitu juga dengan variabel perilaku perempuan lebih sensitif dan mau menerima
didapatkan dari hasil pengamatan selama 3 kali masukan yang baik terutama masalah kesehatan
kemudian dikelompokkan menjadi 3 skala yaitu sehingga memunculkan motivasi untuk menjaga
selalu, kadang-kadang dan tidak pernah. Kemu- kebersihan dan kesehatan pribadi serta lingkung-
dian data diolah dengan penskalaan aitem meng- an lebih baik dibanding laki-laki (Syachroni,
gunakan pendekatan z-score skala likert. Perilaku 2012). Perilaku seorang laki-laki memiliki kecen-
penjamah makanan dikategorian menjadi dua derungan menganggap remeh suatu pekerjaan
kategori yaitu baik dan kurang baik. Untuk dibanding perempuan.
menentukan kategori perilaku menggunakan nilai
rata-rata yaitu kurang baik ( <11,9) dan kategori b. Pendidikan
baik ( ≥ 11,9). Berdasarkan hasil penelitian untuk distri-
Analisis data diolah secara diskriptif untuk busi responden menurut pendidikan dapat dilihat
memperoleh gambaran tentang lama kerja, pada tabel 2.
pengetahuan dan perilaku higiene sanitasi tenaga
pengolah makanan kemudian disajikan dalam Tabel 2. Distribusi Responden
bentuk tabulasi, persentase dan ditarik kesimpul- Menurut Pendidikan
an dengan menggunakan program SPSS versi Pendidikan n %
20.0. Penelitian ini telah mendapatkan kelaikan SMP 1 7,1
etik dari Komisi Etik Penelitian (KEPK) Fakultas SMK/SMA 11 78,6
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sura- S1 2 14,3
karta No. 1110/B.1/KEPK-FKUMS/III/2018. Total 14 100

3
PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian
2019; Volume 16; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Berdasarkan Tabel 2, distribusi mengenai Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa


pendidikan pada tenaga pengolah di Instalasi Gizi sebagian besar pengolah makanan sudah bekerja
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri lebih dari 6 tahun. Semakin lama masa kerja
diketahui bahwa sebagian besar pendidikan seseorang pengalamannya akan semakin banyak
tenaga adalah SMK/SMA. Hal ini menunjukkan dan jika yang bersangkutan mau melakukan
bahwa responden telah memenuhi pendidikan perenungan setiap hasil dari pengalamannya
dasar (9 tahun). Menurut Notoatmojo (2011) (Maulana, 2009). Penelitian Marsaulina (2004)
seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan menyatakan bahwa pengalaman kerja 1 tahun
lebih tinggi akan memberikan peluang motivasi, keatas proporsi pengetahuan kearah baik makin
sikap, disiplin dan produktifitas yang lebih tinggi. meningkat terlebih lagi pada pengalaman kerja
Pendidikan mempengaruhi proses belajar sema- diatas 2 tahun
kin tinggi pendidikan seseorang maka orang
tersebut akan mudah menerima informasi. Jika 3.3 Pengetahuan
banyak informasi yang masuk semakin banyak Pengetahuan higiene sanitasi penjamah
pula informasi yang didapat mengenai kesehatan makanan diketahui bahwa rata-rata pengetahuan
(Pasanda,2016). tentang hygiene sanitasi makanan sebesar 82,0
dengan skor pengetahuan terendah 72,0 dan skor
c. Umur pengetahuan tertinggi 92,0. Kategori pengetahu-
Berdasarkan hasil pengumpulan data menge- an responden dapat dilihat pada tabel 5.
nai karakteristik umur responden dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 5. Distribusi Responden
Menurut Pengetahuan
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Umur
Pengetahuan n %
Umur n %
Baik 11 78,6
Dewasa (26-45 Tahun) 10 71
Cukup 3 21,4
Lansia (46-65 Tahun) 4 29
Kurang 0 0,0
Total 14 100
Total 14 100
Sumber: Depkes, 2009.
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa Berdasarkan data yang telah diolah dapat
71% responden berusia 26-54 tahun atau ter- diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan
masuk kategori dewasa. Sedangkan 29% respon- responden termasuk kategori baik. Menurut
den lain berusia berkisar 47-58 tahun yang dalam Meikawati (2010), pada penelitian disalah satu
hal ini masuk dalam klasifikasi umur kategori rumah sakit di Semarang sebagian besar pen-
Lansia. Bertambahnya seseorang dapat ber- jamah makanan mempunyai pengetahuan yang
pengaruh pada peningkatan pengetahuan yang baik. Semakin tinggi atau semakin baik penge-
diperolehnya tetapi pada umur tertentu atau men- tahuan seseorang maka akan menimbulkan
jelang usia lanjut tingkat pengetahuan seseorang persepsi yang selanjutnya akan membentuk sikap
akan berkurang (Pasanda, 2016). yang mendorong terjadinya perilaku. Penge-
tahuan dan sikap mengenai kesehatan akan
3.2 Lama Kerja berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai
Lama bekerja berdasarkan nilai parameter hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan
statistik nilai rata-rata 10,036 dengan lama (Notoatmojo, 2003).
bekerja minimal 1 tahun dan maksimal 30 tahun.
Lama kerja responden dapat dilihat pada tabel 4.
3.4 Perilaku Penjamah Makanan
Tabel 4. Distribusi Responden Perilaku hygiene sanitasi penjamah makanan
Menurut Lama Kerja berdasarkan hasil pengamatan selama 3 hari
dapat dilihat pada tabel 6.
Lama Kerja n %
Masa Kerja Baru 5 35,7
Masa Kerja Lama 9 64,3
Total 14 100

4
PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian
2019; Volume 16; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Penggunaan perhiasan seperti cincin masih


Perilaku Penjamah Makanan dilakukan oleh beberapa pengolah. Hal ini
disebabkan kebiasaan dari pengolah yang tidak
Perilaku n %
mau berubah walaupun sudah mendapat teguran
Baik 6 42,9 atau peringatan. Cincin yang dikenakan dapat
Kurang Baik 8 57,1 menimbulkan tumbuhnya mikroorganisme yang
Total 14 100 merugikan yang dapat berpindah ke makanan
pada saat penjamah mengolah makanan. Mema-
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaku- kai perhiasan pada saat menjamah makanan tidak
kan selama 3 hari perilaku responden lebih dibenarkan karena kulit dibagian bawah perhias-
banyak berperilaku kurang baik. Perilaku yang an menjadi tempat yang subur untuk tumbuh dan
sebagian besar dilakukan pengolah antara lain berkembangbiak bakteri (Purnawijayanti, 2001).
pengolah tidak menggunakan APD secara leng- Perilaku penjamah yang masih tidak sesuai
kap dan benar. Tenaga pengolah sering tidak prosedur personal higiene adalah mencuci tangan
menggunakan masker dan sarung tangan saat dengan menggunakan air mengalir dan sabun.
menjamah makanan matang. Penjamah meng- Tenaga pengolah menganggap tangannya bersih
gunakan APD tetapi tidak menggunakan secara dan kurang menyadari dampak yang ditimbulkan
benar seperti memakai tutup kepala tetapi tidak ketika terus menerus dilakukan. Mencuci tangan
menutup semua bagian kepala dan rambut. Hanya meskipun merupakan kegiatan ringan dan sering
ada beberapa penjamah yang selalu mengguna- diabaikan terbukti efektif dalam upaya mencegah
kan masker tetapi dan penjamah yang tidak kontaminasi pada makanan. Mencuci tangan
menggunakan masker dan tutup kepala dengan dengan sabun akan menghilangkan mikroba yang
alasan udara panas. Suhu ruangan di instalasi gizi terdapat pada tangan. Kombinasi antara sabun
jika ada kegiatan pengolahan kadang mencapai sebagai pembersih, penggosokan dan aliran air
360C. Hal ini yang menyebabkan salah satu yang mengalir akan menghilangkan partikel kotor
faktor banyak tenaga yang pengolah tidak patuh yang banyak mengandung mikroba ( Fathonah,
terhadap pemakaian APD. Penggunaan tutup 2005).
kepala, celemek, masker adalah untuk mencegah Hasil penelitian sebagian pengolah makanan
terjadinya kontaminasi makanan (Sani dan Siow, tidak menggunakan sepatu tertutup dan tidak
2015). Penggunaan sarung tangan dalam mem- licin. Menurut tenaga pengolah sepatu yang
buat adonan juga tidak dilakukan hampir semua disediakan tidak nyaman dan licin bila dipakai.
oleh tenaga pengolah dengan alasan penggunaan Tenaga pengolah banyak yang memakai sandal
sarung tangan menyulitkan saat menguleni atau jepit. Hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan
mencampur adonan. Jika menggunakan sarung bila kena air panas.
tangan adonan dapat menempel pada sarung Pemeriksaan kesehatan secara rutin yang
tangan yang digunakan sehingga mempersulit dilakukan di instalasi gizi RSUD dr. Soediran
dan pekerjaan menjadi lebih lama. Pada saat Mangun Sumarso adalah rectal swab yang dila-
memotong makanan matang seperti rolade bebe- kukan setiap tahun sekali. Menurut Permenkes
rapa penjamah juga tidak menggunakan sarung No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higi-
tangan dengan alasan kurang praktis walaupun ene Sanitasi Jasa Boga menyebutkan bahwa
sudah disediakan sarung tangan dan beri peri- setiap penjamah makanan harus melakukan
ngatan dari ahli gizi. pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 2
Pengolah saat bekerja masih sambil makan (dua) kali dalam 1 (satu) tahun bekerja. Jika
dan berbicara. Hal ini dilakukan antar sesama pemeriksaan kesehatan hanya dilakukan 1 tahun
pengolah dan tanpa menggunakan masker saat sekali pengawasan terhadap status kesehatan
berbicara atau mengobrol. Perlu adanya upaya penjamah makanan sulit dilakukan. Sehingga hal
agar saat melakukan kegiatan pengolahan dapat ini dapat memungkinkan terjadinya kontaminasi
mengurangi atau bahkan tidak melakukan kebi- mikroba melalui penjamah makanan. Beberapa
asaan tersebut. Sehingga tidak terjadi penyebaran tenaga pengolah belum mengikuti secara rutin
bakteri melalui mulut. dengan alas an waktu diambil sampel sakit dan
kurang bermanfaat. Pemeriksaan rectal swab atau

5
PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian
2019; Volume 16; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

usap dubur adalah pemeriksaan untuk meng- b. Lama Kerja dan Perilaku Higiene Sanitasi
isolasi dan identifikasi kuman pathogen (gastro- Gambaran lama kerja dan perilaku hygiene
enteritis) pada saluran cerna ( Nurseha, 2016). sanitasi penjamah makanan di Instalasi Gizi
Pemeriksaan lain seperti TBC, kolera,tipus dan RSUD dr Soediran Mangun Sumarso dapat
hepatitis belum dilakukan. Penjamah makanan dilihat pada tabel 8.
juga belum mempunyai sertifikat kesehatan.
Menurut Permenkes Nomor 1096/Menkes/ Tabel 8. Lama Kerja dan Perilaku
Per/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga Higiene dan Sanitasi
menyebutkan bahwa penjamah makanan harus
Perilaku
berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter serta tidak mengidap penyakit Baik Kurang
Lama Kerja
menular seperti tipus, kolera, TBC, hepatitis dll Baik
atau pembawa kuman (carrier) (Depkes RI, n % n %
2011). Baru 2 40 3 60
Lama 4 44,4 5 55,6
3.5 Lama Kerja, Perilaku dan Pengetahuan
Responden Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa
a. Lama Kerja dan Pengetahuan Higiene dan 55,6% pegawai dengan masa kerja lama memiliki
Sanitasi perilaku yang kurang baik. Hal ini disebabkan
Gambaran lama kerja dan pengetahuan oleh kurangnya kesadaran pegawai terhadap
hygiene sanitasi penjamah makanan dapat di lihat prosedur higiene dan sanitasi yang sudah ditetap-
pada tabel 7. kan sehingga dalam bekerja hanya sesuai kebia-
saan yang biasa dilakukan selama bertahun-
Tabel 7. Lama Kerja dan Pengetahuan tahun. Sebagian penjamah masih ada yang tidak
Higiene dan Sanitasi mau menggunakan APD yang lengkap dan benar,
mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
Pengetahuan kegiatan, memakai perhiasan dan masih berbicara
Lama Kerja Baik Cukup saat pengolahan makanan. Mereka beranggapan
n % n % bahwa prosedur-prosedur tersebut terlalu rumit
Baru 3 60 2 40 dan terkadang menyulitkan pegawai apabila
Lama 8 88,9 1 11,1 melakukan pengolahan sehingga waktu yang
digunakan tidak efektif. Hal ini sejalan dengan
Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa penelitian Handayani (2010) yang menyatakan
lebih dari separuh pegawai lama memiliki penge- bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja
tahuan higiene dan sanitasi yang baik (57%). Hal dengan perilaku higiene penjamah makanan.
ini disebabkan oleh pegawai lama memiliki Menurut teori Green bahwa lama masa kerja
pengalaman lebih banyak dibanding dengan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
pegawai baru. seseorang memiliki wawasan, pengalaman yang
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpul- luas dan banyak dalam memegang peranan
kan bahwa lama kerja dan pengetahuan pengolah pembentukan perilaku dibandingkan orang yang
makanan belum tentu diikuti perilaku higiene memiliki pengalaman bekerja lebih sedikit.
yang baik. Menurut teori Green bahwa lama Semakin lama bekerja dapat mempengaruhi
masa kerja merupakan faktor-faktor yang mem- tingkat pengetahuan sikap dan perilaku baik yang
pengaruhi seseorang memiliki wawasan, penga- positif atau negatif.
laman yang luas dan banyak dalam memegang
peranan pembentukan perilakunya dibandingkan c. Pengetahuan dan Perilaku Higiene Sanitasi
orang memiliki pengalaman bekerja lebih sedikit. Berdasarkan hasil pengumpulan data penge-
Semakin lama bekerja dapat mempengaruhi tahuan dan perilaku hygiene sanitasi penjamah
tingkat pengetahuan sikap dan perilaku baik yang makanan dapat dilihat pada tabel 9.
positif atau negatif.

6
PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian
2019; Volume 16; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Tabel 9. Pengetahuan dan Perilaku indikasikan bahwa dibutuhkan program edukasi


Higiene dan Sanitasi untuk meningkatkan pengetahuan namun juga
dapat berdampak pada praktik (perilaku). Pela-
Perilaku
tihan para pekerja food service dan mengenai
Baik Kurang kebersihan lingkungan dibutuhkan untuk mening-
Pengetahuan
Baik katkan keamanan pangan (Baluka, 2014). Hal ini
n % n % juga sejalan dengan penelitian (Lazarevic, 2013)
Baik 5 45 6 54,5 yang menegaskan bahwa pelatihan kebersihan
Cukup 1 33,3 2 66,7 makanan untuk meningkatkan kebersihan dan
juga merupakan komponen penting untuk
Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa mencegah infeksi nosokomial.
54,5% responden memiliki pengetahuan baik Monitoring dan evaluasi dari pihak instalasi
namun berperilaku kurang baik. Pengetahuan gizi yang masih kurang terhadap perilaku pengo-
pengolah makanan tidak berpengaruh langsung lah makanan juga berpengaruh dalam perilaku
terhadap perilaku higiene pengolah makanan. higiene penjamah makanan. Untuk mencegah
Berdasarkan hasil penelitian Fatmawati (2013), terjadinya penularan penyakit yang disebabkan
pengetahuan pengolah sudah cukup baik namun oleh penjamah makanan, maka perlu adanya
dari perilaku pengolah makanan masih kurang pengawasan dan pembinaan yang baik, walaupun
memperhatikan higiene pengolahan makanan. untuk menjaga kesehatan dan kebersihan bagi
Hal ini menunjukkan bahwa disamping penge- penjamah makanan sudah menjadi keharusan,
tahuan masih ada faktor lain yang berpengaruh tetapi untuk memastikan seorang penjamah
kuat terhadap perilaku higiene pengolah makanan makanan dalam keadaan sehat ketika sedang
yang seperti kebiasaan dari tenaga pengolah bekerja harus ada pengawasan (Djarismawati,
makanan yang belum memperhatikan higiene 2004).
dalam mengolah makanan, fasilitas yang tidak Faktor lain yang dapat mempengaruhi peri-
mendukung seperti tidak tersedianya alat pelin- laku higiene sanitasi penjamah makanan adalah
dung diri, pengalaman dalam pengolahan makan- belum ada kebijakan rumah sakit untuk mem-
an yang masih kurang dan belum pernah mengi- berikan konsekuensi kepada penjamah makanan
kuti pelatihan higiene sanitasi dalam pengolahan yang tidak melaksanakan perilaku higiene sesuai
makanan serta belum pernah mendapat sosialisasi dengan SPO (Standar Procedur Operating) yang
tentang higiene sanitasi pengolahan makanan. berlaku. Dengan adanya penghargaan dapat
Pengetahuan tidak memegang peranan pen- memberikan motivasi kepada penjamah sehingga
ting terhadap higiene dan sanitasi makanan. Hal dapat memberikan hasil yang lebih baik. Huku-
ini mungkin disebabkan dalam pengolahan maka- man berperan dalam memelihara kedisplinan,
nan pengolah hanya berdasarkan kebiasaan tanpa sehingga dengan adanyan hukuman maka
memperhatikan higiene dan kurang mengetahui pegawai akan takut untuk melanggar peraturan,
dengan benar tentang higiene sanitasi makanan. tidak melakukan kesalahan dan mengurangi
Ketika memakai perlengkapan mereka hanya risiko kesalahan (Yiswi, 2013). Penerapan pem-
sekedar tahu perlengkapan apa yang harus dipa- berian hukuman dan penghargaan dapat mem-
kai tanpa tahu manfaatnya. Dan selama ini belum bawa pengaruh positif yaitu adanya tolah ukur
ada kejadian yang diakibatkan dari makanan yang jelas, kinerja inividu semakin meningkat
seperti keracunan yang disebabkan oleh perilaku karena adanya sistem pengawasan yang obyektif
yang tidak higiene. (Ernawati, 2014).
Pengolah makanan belum pernah mengikuti
pelatihan tentang higiene sanitasi dan kurangnya 4. SIMPULAN
sosialisai tentang higiene sanitasi. Berdasarkan Gambaran lama kerja penjamah makanan
penelitian (Githiri, 2013) pengolah makanan me- sebagian besar tenaga penjamah makanan di
miliki pengetahuan yang baik dibanding dengan Instalasi Gizi RSUD dr. Soediran Mangun
perilaku higiene yang berarti pengetahuan tidak Sumarso Wonogiri memiliki masa kerja lama
selalu menghasilkan perubahan positif dalam yaitu sebesar 64,3%. Pengetahuan penjamah
praktek pengendalian makanan. Hal ini meng- makanan tentang higiene sanitasi termasuk

7
PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian
2019; Volume 16; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

kategori baik yaitu sebesar (78,6%). Perilaku Githiri, M, Kimiywe, J, Okemo, P. (2013).
higiene sanitasi tenaga penjamah makanan di Knowledge In Food Hygiene And
Instalasi Gizi RSUD dr. Soediran Mangun Hygiene Practice Differ-In Food
Sumarso Wonogiri sebagian besar termasuk Handlers At A Hospital In Nairoby,
kategori perilaku kurang baik yaitu sebesar Kenya. African Journal Of Food Tra-
57,1%. disional. Agroteksor. 20 (2-3): 210.
Handayani, B.R, Werdiningsih, W. (2010).
5. DAFTAR PUSTAKA
Kondisi Sanitasi dan Keracunan
Makanan Tradisional. Agroteksos. 20
Adam, Yosvita MNN. (2011). Pengetahuan dan
Perilaku Higiene Tenaga Pengolah Khomsan, A. (2000). Teknik Pengukuran
Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pengetahuan Gizi. Bogor. Departemen
Umum Daerah Dr. Kanusoso Djati Gizi Masyarakat dan Sumber Daya
Wibowo. Balikpapan. Artikel Penelitian. Keluarga Fakultas Ekologi Manusia:
Universitas Diponegoro Institut Pertanian Bogor
Baluka, SA, Miller, R, Kaneene JB. (2015). Lazarevic, K, Stojanovic, D, Bogdanovic, DC,
Hygiene Practices and Food Contami- Dolicanin, ZC. (2013). Hygiene Training
nation In Managed Food Service of Food Handlers in Hospital Settings:
Facilities In Uganda. African Journal of Important Factor In The Prevention Of
Food Science. 9(1): 31-42 Nosocomial Infections. Cent Eur J
Public Health. 21 (3): 146-149
Budiman dan Riyanto, A. (2014). Kapita Selekta
Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Marsaulina, Irnawati. (2004). Study Tentang
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Pengetahuan Perilaku dan Kebersihan
Medika Penjamah Makanan Pada Tempat Umum
Pariwisata di DKI Jakarta (TMII,TJIA,
Djarismawati, Sukana B, Sugiharti. (2004).
TMR). Fakultas Kesehatan Masyarakat
Pengetahuan dan Perilaku Penjamah
Universitas Sumatera Utara. Medan.
tentang Sanitasi Pengolahan Makanan
pada Instalasi Gizi Rumah Sakit di Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta:
Jakarta. Media Litbang Kesehatan EGC
Volume XIV No 3 Tahun 2004. Meikawati, W, Astuti, R, Susilowati. (2010).
Depkes RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Hubungan Pengetahuan dan Sikap
NO 1096/MENKES/PER/VI/2011/Higie- Petugas Penjamah Makanan dengan
ne Sanitasi Jasa Boga. Jakarta Praktik Higiene dan Sanitasi Makanan di
Unit Gizi RS Dr. Amino Gondohutomo.
Ernawati E, Rahcmi, AT, Wiyanto, S. (2014).
Semarang. Jurnal UNIMUS Vol 6 No 1
Penerapan Hand Hygiene Perawat di
Th 2010.
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, Vol.28, Suplemen Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan
No.1, 2014 Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Fatmawati, S, Rosidi, A, Handasari, E. (2013).
Perilaku Higiene Pengolah Makanan Notoatmodjo, S. (2011). Promosi Kesehatan dan
Berdasarkan Pengetahuan Tentang Higiene Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Mengolah Makanan Dalam Penyeleng- Nasir, H, Fatimah, S, Pawenrusi. (2015). Study
garaan Makanan Di Pusat Pendidikan Dan Higiene Sanitasi Makanan di Instalasi
Latihan Olahraga Pelajar Jawa Tengah. Gizi Rumah Sakit Islam Faisal Kota
Jurnal Gizi Unimus Semarang. 2 (2):30-38 Makassar
Fatonah, S. (2005). Higiene dan Sanitasi Nurseha, E, Haryanto, I, Torina DT. (2016).
Makanan. UNNES Semarang. Pelaksanaan Higiene Penjamah Makanan

8
PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian
2019; Volume 16; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Dan Sanitasi Lingkungan Di Instalasi Syahroni, Mahfudz. (2010). Perbedaan Motivasi


Gizi Rumah Sakit Holistic Purwakarta. Perempuan dan Laki-laki Dalam Hal
Jurnal of Holistic and Health Sciences. 1 Kesehatan.
(1). Januari-Juni 2017
Triatmojo, P. (2003). Tinjauan Mikrobiologi
Pasanda, Amalia. (2016). Perbedaan Makanan, Minuman dan Air pada
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Beberapa Rumah Sakit di Jakarta.
Penjamah Makanan Sesudah Diberikan Jakarta: Dunia Kedokteran
Penyuluhan Personal Higiene di Hotel
Wulandari, Melii. (2011). Gambaran Higiene
Patra Jasa Semarang. Skripsi. Universitas
dan Sanitasi Penjamah Makanan di
Muhammadiyah Semarang.
Rumah Sakit Haji Jakarta.
Purnawijayanti, Hiasinta A. (2001). Sanitasi
Yiswi, N. (2013). Imbalan dan Hukuman dalam
Higiene dan Keselamatan Kerja dalam
Organisasi. https://yiswinilam.wordpress.
Pengolahan Makanan. Yogyakarta:
com
Kanisius.
Yunita, N.L, Dwipayanti.N.M.U. (2010). Kualitas
Sani, N., Siow,O. (2011). Asssesment of
Mikrobiologi Nasi Jinggo Beradasarkan
Knowledge, Atitudes and Practice of
Angka Lempeng Total Coliform dan
Food Handler at Residential Colleges and
Kandungan Escherichia Coli. Biologi.
Canteen Regarding Food Safety. 40(4):
14(1): 15-1
403-10

Anda mungkin juga menyukai