OLEH :
A. LATAR BELAKANG
Higiene adalah ilmu yang berurusan dengan masalah kesehatan dan berbagai upaya untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesehatan. Higiene merupakan serangkaian praktik yang
ditampilkan untuk menyajikan kesehatan. Menurut World Health Organitation (WHO),
hygiene merujuk kepada kondisi dan praktik yang membantu pengutamaan kesehatan dan
menghindari perebakan penyakit. Higiene (berasal dari nama dewi kesehatan Yunani, Hygieia)
biasa diartikan sebagai “kebersihan”, tetapi dalam arti luas hygiene mencakup semua keadaan
dan praktek, pola hidup, kondisi tempat dan lain sebagainya di sepanjang rantai produksi, yang
diperlukan untuk menjamin keamanan pangan (Surono dkk, 2016). Makanan adalah kebutuhan
pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar
agar bermanfaat bagi tubuh, karena makanan sangat diperlukan oleh tubuh untuk mendapatkan
nutrisi yang kemudian diolah menjadi energi. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan
mineral merupakan nutrien dalam makanan yang dibutuhkan oleh tubuh.Selain nilai gizi, hal
lain juga harus diperhatikan seperti cara pemilihan bahan, penyimpanan bahan, pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan makanan jadi, dan bagaimana makanan tersebut disajikan. Salah
satu makanan yang aman adalah yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau
bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan
zat gizinya tidak rusak serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia (Sari, 2012).
Sehingga besarnya dampak terhadap kesehatan yang masih belum juga diketahui karena hanya
sebagian kecil dari kasus-kasus yang akhirnya yang ada, dilaporkan ke pelayanan kesehatan
dan juga jauh lebih sedikit lagi yang diselidiki.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penerapan higiene sanitasi pada pengelolaan makanan
dan minuman tersebut agar makanan yang nantinya dikonsumsi terhindar dari berbagai bibit
penyakit yang dapat membahayakan kesehatan. Masalah sanitasi makanan sangatlah penting,
terutama di tempat – tempat umum yang erat kaitannya dengan pelayanan orang banyak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan bahwa sekitar 30% dilaporkan keracunan
makanan untuk kawasan Eropa terjadi pada rumah – rumah pribadi akibat tidak memperhatikan
hygiene dan sanitasi makanan. Menurut WHO, di Amerika Serikat saja setiap tahunnya ada 76
juta kasus penyakit bawaan makanan menyebabkan 325.000 jiwa rawat inap dan 5.000
kematian. Sekitar 70 % kasus keracunan makanan di dunia disebabkan oleh makanan siap
santap 2 yaitu makanan yang sudah diolah, terutama oleh usaha katering, rumah makan, kantin,
restoran maupun makanan jajanan (Depkes, 2000). Rumah makan, restoran, hingga kantin
merupakan beberapa tempat umum yang menyediakan makanan olahan yang banyak di gemari
masyarakat. Masyarakat kebanyakan lebih memilih makan di restoran, rumah makan, ataupun
kantin dibandingkan memasak makanan sendiri. Keberadaan usaha rumah makan, di sisi lain
dapat membantu masyarakat apalagi bagi orang – orang yang sedang dalam perjalanan. Higiene
sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi
terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan makanan, orang tempat dan peralatan agar
aman dikonsumsi (Permenkes,2011). Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI
No.1098/MENKES/SK/VII/2003, menjelaskan bahwa rumah makan adalah setiap usaha
komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum
diusahanya. Rumah makan ini timbul dan berkembang sejalan dengan berkembangnya
masyarakat dalam melayani kebutuhan konsumen. Hal ini bila tidak ditunjang dengan
pengelolaan makanan yang higienis dan kondisi sanitasi yang baik, maka akan menyebabkan
gangguan kesehatan. Masalah kesehatan khususnya masalah higiene dan sanitasi makanan
merupakan masalah yang sangat kompleks, kasus keracunan makanan sudah sering terjadi di
Indonesia. Kejadian keracunan makanan ini, selain menyebabkan sakit dan kematian, dapat
juga mengakibatkan kerugian ekonomis yang sangat besar dan bahkan dapat berakibat pada
kebangkrutan perusahaan. Berdasarkan catatan BPOM, di Indonesia terdapat sekitar 20 juta
kasus keracunan pangan per tahun (Dwinanda, 2019:1).
Sanitasi tempat pengolahan makanan di Indonesia sendiri masih menjadi masalah yang
cukup mengambil perhatian. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Kesehatan Lingkungan,
Indonesia memiliki 188.031 TPM terdaftar, 104,077 TPM di IKL/dibina, 82.468 TPM LAIK
HSP, dan 3.060 TPM bersertifikat LAIK HSP. Sebagai konsekuensi dari berkembangnya
rumah makan, diperlukan upaya penyehatan makanan dan minuman dengan tujuan agar
kemampuan masyarakat dalam mengelola dapat meningkat sehingga masyarakat terhindar dari
gangguan kesehatan atau penyakit bawaan makanan/keracunan makanan. Salah satu upaya
penhyehatan makanan dan minuman yang dilakukan adalah pengawasan rumah makan.
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh penulis, menemukan
beberapa permasalahan pada tempat pengolahan makanan maupun minuman seperti lokasi
yang berada di pinggir jalan, ukuran bangunan yang tidak sesuai dengan kapasitas jumlah
konsumen, alat, bahan – bahan, dan fasilitas yang digunakan untuk mengolah makanan dan
minuman yang tidak sesuai serta terdapat juga saluran pembuangan air yang terbuka dapat
menjadi tempat perkembangbiakan tikus, kecoa, lalat, dan lain – lain. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan inspeksi yang berjudul Higiene dan
Sanitasi di Tempat Mengolah Makanan “Warteg Bu Salam”.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang higiene dan sanitasi di tempat mengolah
makanan pada sasaran tempat inspeksi, yaitu Warteg Bu Salam.
2. Untuk mengetahui hasil inspeksi berdasarkan analisis kelayakan tempat pengolahan
makanan mengacu pada persyaratan perundang – undangan, yaitu Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098 Tahun 2003 Tentang Persyaratan Hygiene
Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.
C. MANFAAT
1. Manfaat Bagi Penulis
Menjadi pengalaman dan wawasan mengenai penerapan teori yang telah didapat dari
perkuliahan dan diterapkan ke dalam laporan praktikum.
2. Manfaat Bagi Institusi
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi mengenai
pentingnya penerapan Higiene dan Sanitasi pada tempat mengolah makanan. Sehingga
menjadi referensi untuk adik – adik yang akan melakukan inspeksi selanjutnya.
3. Manfaat Bagi Instansi dan Rumah Makan
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi Instansi tertentu dan rumah
makan dalam melakukan pemeriksaan, pengawasan dan penerapan higiene sanitasi.
BAB II
PEMENUHAN AIR MINUM DI PERUSAHAAN
B. TAHAPAN PELAKSANAAN
Metode pengamatan yang digunakan dalam inspeksi hygiene dan sanitasi di tempat
mengolah makanan pada “Warteg Bu Salam” ini adalah pengamatan observasional dan
wawancara dengan pemilik warteg. Adapun tahapan dalam melakukan inspeksi tersebut, yakni
menyiapkan alat dan bahan, menuju lokasi penilaian tempat mengolah makanan, meminta izin
kepada pemilik warteg dan memperkenalkan diri, melakukan penilaian dan observasi,
menganalisis hasil, serta membuat laporan. Terkait dengan metode analisa inspeksi
berdasarkan formulir yang ada di lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan
dan Restoran.
Catatan :
Skore 700 – 800 : Tingkat Mutu C (Cukup)
Skore 801 – 900 : Tingkat mutu B (Baik)
Skore 901 – 1000 : Tingkat Mutu A (Sangat Baik)
Gresik, 25 Oktober 2022
Penanggung Jawab Warteg/RM Petugas Pemeriksa
A. HASIL
Hasil dari Inspeksi Higiene dan Sanitasi pada Tempat Mengolah Makanan “Warteg Bu
Salam” yakni didapati dengan jumlah keseluruhan nilai skor sebesar 482,1 poin. Dengan
demikian, jumlah skor tersebut <700–800 atau belum memenuhi tingkat mutu C (Cukup)
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan
Restoran. Namun, dalam inspeksi ini belum melakukan uji laboratorium untuk mendapatkan
hasil lebih mendetail, maka tempat makan ”Warteg Bu Salam” belum memenuhi persyaratan
kelayakan Higiene dan Sanitasi berdasarkan peraturan perundang – undangan tersebut.
B. PEMBAHASAN
1. Lokasi
Menurut inspeksi, lokasi Warteg Bu Salam berada pada arah mata angin dari sumber
pencemaran debu, asap, abu dan cemaran lainnya karena tidak berhadapan dengan jalan
raya, tetapi lokasi tempat makan ini berada pada jarak <100 m dari TPS (Tempat
Pembuangan Sampah) yang berada di Utara.
2. Bangunan
Bangunan Warteg Bu Salam tidak kokoh dilihat dari tiang penyangga yang terbuat dari
bambu, dan dinding semi permanen menggunakan asbes. Meskipun lantai kedap air dan
rata, namun bila telah terjadi hujan maka akan ada genangan air pada salah satu sisi lantai
kantin ini sehingga ada bagian yang mana lantainya menjadi licin. Dinding Warteg Bu
Salam ini cukup kedap air, bersih, tetapi tidak rata. Sedangkan pencahayaan di kantin ini
merata dan tidak menyilaukan, intensitas cahayanya belum diukur. Atap kantin ini tidak
menjadi sarang tikus dibuktikan tidak adanya warna hitam di galvalum yang biasanya
adalah bekas urine tikus, tetapi ada bagian galvalum yang bolong sedikit dan
memungkinkan bisa menjadi tempat masuknya tikus.
6. Tempat Sampah
Penilaian tempat sampah memiliki tiga sub-variabel yang saling berhubungan yaitu
pertama keberadaan jumlah tempat sampah >2, kedua bersifat kedap air, tertutup dan
mudah dibersihkan, dan ketiga sampah yang dihasilkan diangkut setiap 24 jam. Dari sub
yang pertama sudah mendapat nilai 1 dikarenakan, tidak tersedianya tempat sampah untuk
pemilik juga pengunjung di area Warteg Bu Salam. Sehingga bila sejak pertama sudah tidak
ada tempat sampah maka untuk sub sifat tempat sampah kedap air, tertutup, dan mudah
dibersihkan juga mendapat nilai 1, serta sub 3 yang mana sampahnya diangkut setiap 24
jam juga mendapat nilai 1. Di sekitar area kantin memang tidak ada tempat sampah, namun
dengan jarak kira – kira 10 meter dari kantin (dekat mushola) sering ditemukan tumpukan
sampah, yang menandakan bahwa daerah sekitar kantin tidak mengangkut sampahnya
setiap 24 jam. Dari tiap – tiap sub-variabel yang memiliki bobot 2 maka skore yang
didapatkan pertama adalah 2, lalu selanjutnya juga 2, dan terakhir pun juga 2.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Perlunya dilakukan penerapan higiene maupun sanitasi pada pengelolaan makanan dan
minuman tersebut agar makanan yang nantinya dikonsumsi terhindar dari berbagai bibit
penyakit yang dapat membahayakan kesehatan. Masalah sanitasi makanan sangatlah
penting, terutama di tempat – tempat umum yang erat kaitannya dengan pelayanan orang
banyak. Berdasarkan hasil dari Inspeksi Higiene dan Sanitasi pada Tempat Mengolah
Makanan “Warteg Bu Salam” yakni didapati dengan jumlah keseluruhan nilai skor sebesar
482,1 poin. Dengan demikian, jumlah skor tersebut <700–800 atau belum memenuhi
tingkat mutu C (Cukup) sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah
Makan dan Restoran. Namun, dalam inspeksi ini belum melakukan uji laboratorium untuk
mendapatkan hasil lebih mendetail, maka tempat makan ”Warteg Bu Salam” belum
memenuhi persyaratan kelayakan Higiene dan Sanitasi berdasarkan peraturan perundang –
undangan tersebut
B. SARAN
Pengetahuan penjamah makanan perlu ditingkatkan, terutama dalam hal pengetahuan
tentang hygiene sanitasi makanan maka dari itu diperlukan adanya pelatihan khusus.
Sebaiknya disediakan tempat sampah di area pengunjung Warteg Bu Salam. Tempat cuci
tangan sebaiknya ditambahkan dan perlu ada sabun pencuci tangan atau tissue. Perlu
saluran pembuangan air limbah di Warteg Bu Salam yang tertutup rapat.
REFERENSI
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098 Tahun 2003 Tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
Gulo, A. L. W. (2021). Karya Tulis Ilmiah Hygiene dan Sanitasi Rumah Makan Disekitar Pasar
Kabanjahe Tahun 2021.
Hitipeuw, M. R. C., Sumampouw, O. J., & Akili, R. H. (2018). Higiene dan Sanitasi Rumah Makan
di Kompleks Wanea Plaza Kota Manado. Kesmas, 7(4).
APRIYANI, A., Yusmidiarti, Y., Kermelita, D., Widada, A., & Mualim, M. (2021). Gambaran
Hygiene Sanitasi Rumah Makan Di Wilayah Kerja Puskemas Padang Serai Kota Bengkulu
Tahun 2021. (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Bengkulu).
Departemen Kesehatan RI. 2004. Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan,
Jakarta.