Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol. 7 No.

3, September 2011

HYGIENE SANITASI MAKANAN DI TEMPAT KERJA


Oleh
Novita Sari Utami, Nera Tri Rahayu dan Chairil Zaman
Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada, Palembang
Email : novitasariutami_2010@yahoo.co.id

Abstrak
Makanan adalah hal sangat penting bagi kehidupan manusia Untuk itu makanan yang dikonsumsi harus terjaga hygiene dan
sanitasinya. Kualitas keamanan makanan tergantung dari kualitas kebersihan tempat pengelolaan makanan, oleh karena itu tempat
pengolahan makanan harus memenuhi standar kesehatan seperti faktor lokasi, bangunan tempat pengolahan makanan, bahan baku,
proses pengolahan dan penyajian makanan Faktor lain yang mempengaruhi kualitas keamanan makanan adalah faktor penjamah
makanan. Faktor ini dianggap penting karena sebagai manusia yang bersifat aktif dapat merubah diri dan lingkungan kearah yang
lebih baik atau kearah yang lebih buruk.
Di tempat kerja biasanya memiliki tempat tersendiri untuk penyediaan makanan bagi para pekerjanya, baik itu berupa kantin
ataupun dapur umum. Kualitas hygiene sanitasi makanan di tempat kerja harus sangat diperhatikan. Mengingat banyak sekali
penyakit yang ditimbulkan oleh makanan. Penyakit tersebut tidak hanya disebabkan oleh bawaan makanan saja tetapi juga factor dari
lingkungan dan penjamah makanan juga mempengaruhinya. Jika makanan yang disediakan tidak terjamin hygiene dan sanitasinya
maka akan menimbulkan penyakit bagi orang yang mengkonsumsinya. Begitu juga makanan di tempat kerja, jika makanan yang
terkontaminasi ini di konsumsi oleh para pekerja maka akan mepengaruhi kesehatan para pekerja. Jika hal ini terjadi maka akan
berdampak pada menurunnya kualitas kerja dari para pekerja tersebut.

Kata kunci : higiene makanan, higiene dan sanitasi makanan, kebersihan dan sanitasi di tempat kerja

Abstract
Food is very important to human life. Food intake must be maintenance hygiene and sanitation. Quality of food security
depends on the quality of the management of food hygiene, therefore, place the food processing must use health standards as factors
of location and building for food processing, the processing of food and presentation of food must still be considered clean. Another
factor affecting the quality of food safety is a factor of food handlers. This factor is important because as human beings who are
active can change you and the environment towards a better or a worse direction.
In the workplace usually has its own place for the provision of food for the workers, whether it is a cafeteria or kitchen. Quality
of hygiene sanitation of food in the workplace should be kept. Given the many diseases caused by food. The disease not only caused
by food borne but also factors of the environment and food handlers are also influencing it. If hygiene and sanitation of food are not
guaranteed so it will cause illness to people who consume them. So, if food in the workplace contaminated and it consumption by the
workers it will affect health workers. If this happens it will impact on the declining quality of the work of the employees

Key words: food hygiene, hygiene and sanitation of food, hygiene and sanitation of food at workplace

1. Pendahuluan mengalami penguraian sehingga dapat mengurangi nilai


1.1. Latar Belakang gizi dan kelezatannya bahkan dapat menyebabkan sakit
Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari dan kematian bagi yang mengkonsumsinya.
hewan atau tumbuhan yang dimakan oleh mahluk hidup Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan
untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Bahan makanan dipengaruhi oleh faktor intrinsik, ekstrinsik, implisit dan
adalah hal sangat penting bagi kehidupan manusia seperti pengolahan.
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Setiap Tempat tempat umum memiliki potensi sebagi
mahluk hidup membutuhkan makanan karena tanpa tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran
makanan mahluk hidup akan sulit dalam mengerjakan lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya.
aktivitas sehari-hari dan makanan dapat membantu Pengawasan atau pemeriksaan terhadap tempat-tempat
manusia dalam mendapatkan energi, membantu umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat
pertumbuhan tubuh dan otak. tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan
Bahan makanan berguna untuk sumber tenaga, masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan
pembangun, pengatur bahkan penyembuh sakit. Namun, gangguan kesehatan lainnya. Tempat atau sarana umum
bisa juga sebagai media perantara bagi vektor, yang wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan antara
mikroorganisme dan berbagi jenis bahan kimia, lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola
keracunan bahan makanan ini oleh bahan kimia erat secara komersial, atau tempat layanan umum yang
kaitannya dengan proses produksi dan distribusinya. intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat
Dalam proses produksi sering terjadi kelalaian bahkan umum itu misalnya hotel, terminal, toko swalayan,
kesengajaan menggunakan bahan kimia sebagai zat kantin, taman hiburan, dan lain-lain.
tambahan dalam makanan seperti zat pewarna, zat Makanan merupakan kebutuhan manusia dan semua
pengawet dan sebagainya. mahluk hidup untuk dapat melangsungkan hidupnya
Selain oleh bahan kimia pencemaran makanan secara sehat dan melakukan berbagai kegiatan.
bisa juga disebabkan oleh faktor biologis dan ini Mengingat pentingnya makanan bagi tubuh, maka sangat
menjadikan makanan tersebut menjadi mediator perlu diperhatikan aspek hygiene dan sanitasi makanan
masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Makanan tersebut. Dengan adanya hygiene dan sanitasi makanan
yang telah dihinggapi mikroorganisme tersebut

Hygiene Sanitasi Makanan di Tempat Kerja, Novia Sari Utami, Nera Tri Rahayu dan Cahiril Zaman
107
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol. 7 No. 3, September 2011
yang baik, maka akan dihasilkan makanan dengan kandungan logam berat residu pestisida, tidak boleh
kualitas baik juga. melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut
ketentuan yang berlaku).
1.2. Tujuan Penelitian Menjaga suhu makanan agar berada disuhu yang
Mengetahui faktor yang mempengaruhi hygiene benar dan tidak memasuki zona bahaya. Makanan dingin
sanitasi makanan di rumah sakit. hendaknya bersuhu 40C atau kurang dan makanan panas
bersuhu 600C atau lebih. Makanan tidak boleh berada
2. Landasan Teori dalam zona bahaya lebih dari 4 jam
2.1. Makanan
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia
yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan
yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Bahan
Makanan adalah semua bahan makanan baik terolah
maupun tidak terolah termasuk bahan tambahan makanan
dan bahan penolong (Kepmenkes no. 715, 2003).
Makanan merupakan kebutuhan manusia dan semua
mahluk hidup untuk dapat melangsungkan hidupnya
secara sehat dan melakukan berbagai kegiatan. Bahan
makanan ini sangat penting bagi tubuh. Dengan adanya
makanan maka dapat membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan tubuh. Karena mengingat pentingnya
bahan makanan bagi tubuh, maka perlu diperhatikan
aspek hygiene dan sanitasi dari makanan. Hygiene
adalah upaya kesehatan dengan memelihara kebersihan Sumber : Department of Human Services, 2005.
individu pelakunya sedangkan sanitasi adalah memelihara
kebersihan lingkungannya (Malaka, 2010). Hygiene Gambar 1.
Sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan Zona Suhu Makanan.
factor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang
dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau 2.1.2. Tempat Pengolahan Makanan
gangguan kesehatan (SK Menkes 1098/SK/VII/2003). Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat
Hal ini menujukkan bahwa hygiene sanitasi makanan ini dimana makanan diolah, tempat pengolahan ini sering
sangat penting, dimana dengan adanya hygiene dan disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting
sanitasi makanan ini maka dapat menghasilkan makanan dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan
yang bersih, sehat, aman dan bermanfaat serta tahan lama dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan
(Malaka, 2010). diperhatikan. Dapur sebagai tempat pengolahan makanan,
Untuk menjamin Keamanan makanan, tanggung setiap saat menerima bahan makanan untuk diolah dan
jawab pengusaha jasa boga adalah menyelenggarakan setiap saat pula ada kemungkinanan bagi kotoran bahan
jasa boga yang memenuhi syarat-syarat hygiene dan makanan jatuh ke lantai atau terselip pada tempat-tempat
sanitasi. Pengusaha harus menciptakan hubungan yang yang sulit dibersihkan. Semua kotoran ini mudah busuk
saling percaya dengan pekerja memberikan pelayanan dan selanjutnya berfungsi sebagai media bagi bakteri
kesehatan yang profesional dan bertanggung jawab serta berkembang biak dan mencemari makanan. Kebersihan
melibatkan mereka dalam evaluasi kesehatan. dan kesehatan dapur dapat diwujudkan apabila kontruksi
bagian dapur memanjang, tata letak dapur diatur
2.1.1. Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan berdasarkan kebutuhan operasional pengolahan makanan.
Bahan makanan yang akan diolah terutama Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
daging, susu, telor, ikan/udang dan sayuran harus baik, menyusun dapur adalah lokasi dapur tidak jauh dari
segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan tempat penyimpanan makanan, susunan dapur mulai dari
rasa, sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi. bagian persiapan, pengolahan dan pendistribusian serta
Makanan terolah dalam kemasan harus dapur harus dilengkapi dengan tempat pencucian dan
mempunyai label dan merk, terdaftar dan mempunyai penyiapan alat-alat dapur.
nomor daftar, kemasan tidak rusak/pecah atau kembung, Perawatan dapur harus dilakukan setiap saat, agar
belum kadaluarsa, kemasan digunakan hanya untuk satu terhindar dari berbagai kuman dan kotoran. Untuk itu,
kali penggunaan. Sedangkan untuk makanan yang tidak penggunaan dapur perlu memperhatikan hal-hal sebagai
dalam kemasan harus diperhatikan mengenai kesegaran berikut :
(baru atau lama), tidak basi, busuk, rusak atau berjamur a. Setelah dipakai, dapur harus dibersihkan secara
dan tidak mengandung bahan yang dilarang teratur, seperti disapu, dipel dengan cairan pembersih
Pada makanan jadi sebelum dikonsumsi harus seperti karbol atau lisol.
diperhatikan yaitu makanan tidak rusak, busuk atau basi b. Bak cuci piring harus bersih dari sisa kotoran.
yang ditandai dari rasa, bau, berlendir, berubah warna, c. Saluran dapur tidak boleh tergenang.
berjamur, berubah aroma atau adanya pengotoran lain. d. Tempat sampah tertutup dan dikosongkan setiap hari
Selain itu, harus memenuhi persyaratan bakteriologis lalu dicuci bersih.
berdasarkan ketentuan yang berlaku (Angka kuman E-
Coli pada makanan dan minuman harus 0/gr dan jumlah

Hygiene Sanitasi Makanan di Tempat Kerja, Novia Sari Utami, Nera Tri Rahayu dan Cahiril Zaman
108
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol. 7 No. 3, September 2011
Syarat kesehatan yang harus dipenuhi sebuah sertifikat hygiene sanitasi makanan, berbadan sehat yang
dapur adalah selalu dalam keadaan bersih, mempunyai dibuktikan dengan surat keterangan dokter, tidak
cukup persediaan air bersih, mempunyai bak/tong mengidap penyakit menular seperti typhus, TBC dan lain-
sampah, mempunyai ventilasi yang cukup, peralatan lain atau pembawa kuman (carrier) serta setiap karyawan
selalu dalam keadaan bersih dan harus bebas dari harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan yang
serangga, tikus dan hewan lainnya. berlaku. Penjamah makanan harus melakukan
Tenaga pengolah makanan/penjamah makanan pemeriksaan kesehatan 2 (dua) kali dalam setahun.
menurut Depkes RI adalah orang yang secara langsung Pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan
berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari terkait jabatan (work related) yaitu sesuai dengan
tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan pekerjaan yang dilakukan. Selain itu, penjamah makanan
sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, harus mendapatkan pelatihan tentang higiene dan sanitasi.
peran dari penjamah makanan sangatlah besar Di dalam suatu usaha jasaboga hendaknya terdapat satu
peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang penanggung jawab terlatih. Penanggung jawab tersebut
untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang wajib melaporkan bisa ada keracunan.
ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain Menurut FAO/WHO, tidak mudah untuk
Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan memelihara kesehatan penjamah makanan untuk
tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, menjamin keamanan makanan. Oleh karena itu
Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. pemeriksaan kesehatan merupakan pengendalian yang
Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit bawaan
keadan sehat dan terampil. makanan yang bisa terjadi dari makanan yang
Di tempat kerja biasanya ada ruangan khusus yang terkontaminasi dan penjamah makanan. Pemeriksaan
menyediakan makanan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dilakukan sebelum seorang penjamah makanan
makanan para pekerjanya, salah satunya adalah kantin. bekerja dan pemeriksaan berkala. Pemeriksaan sebelum
Kantin merupakan tempat pengolahan makanan yang bekerja dilakukan untuk mengetahui apakah orang
dikelompokkan dalam jasaboga golongan A1, yaitu tersebut menderita penyakit menular atau karier suatu
jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, penyakit tertentu. Sedangkan pemeriksaan berkala
dengan pengolahan yang menggunakan dapur rumah dilakukan untuk memantau kesehatan penjamah
tangga yang dikelola oleh keluarga. Berdasarkan makanan. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
kemenkes No.715 tahun 2003, dalam hal pengaturan terhadap penjamah makanan meliputi : pemeriksaan
ruang untuk jasaboga golongan A1, ruang pengolahan questionnaire fisik , laboratorium darah, urine dan tinja
makanan tidak boleh dipakai sebagai ruang tidur, bila (mikroskopi dan kultur) dan X-Ray. Pemeriksaan
bangunan tidak mempunyai ventilasi alam yang cukup dilakukan tiap 6 bulan, setelah dinyatakan sehat,
harus menyediakan ventilasi yang dapat memasukkan penjamah makanan diberi kartu sehat atau ID-card yang
udara segar. Pembuangan udara kotor atau asap, harus selalu dibawanya.
tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan, Apabila penjamah makanan mengalami sakit,
tersedia tempat cuci tangan, yang permukaannya halus kesediaan melaporkan pada pimpinan secepat mungkin
dan mudah dibersihkan. Untuk tempat penyimpanan adalah langkah pengendalian segera guna keamanan
makanan yang cepat busuk, harus tersedia sedikitnya 1 makanan. Beberapa penyakit yang harus dilaporkan
buah lemari Es. seperti hepatitis A, diare, muntah, demam, sakit
Ada tiga titik utama dari dapur yaitu: cleanup, tenggorokan, luka, infeksi kulit, dan mengeluarkan lendir
mixing dan cooking. Cleanup atau tempat bersih-bersih darah dari : mata, hidung dan telinga. (CAC/RCP, 2003) .
meliputi, sink (dan mesin cuci piring), tempat untuk Semua kegiatan pengolahan makanan harus
piring kotor, kran, tempat sabun, dan tempat piring- dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung
sendok-gelas, untuk kebutuhan rutin. Berdekatan dengan dengan tubuh. Perlindungan kontak langsung antara
tempat bersih-bersih adalah kulkas. Mixing atau tempat pengolah dengan makanan dilakukan dengan
meracik harus ditata dan cukup dekat dengan alat masak menggunakan sarung tangan plastik sekali pakai, penjepit
yang paling sering dibutuhkan: pisau, talenan, manguk makanan atau sendok garpu. Sedangkan untuk
dan sebagainya. Cooking center meliputi kompor, serta melindungi pencemaran terhadap makanan dapat
tempat sementara untuk makanan panas. Kabinet untuk digunakan celemek/apron, tutup rambut dan sepatu dapur
meletakkan bumbu, panci, penggorengan, diletakkan Tenaga/karyawan selama bekerja mengolah
tidak jauh dari kompor. Layout dapur idealnya makanan tidak diperkenankan merokok, tidak makan atau
menggambarkan relasi optimal antara sink (tempat mengunyah, tidak memakai perhiasan, kecuali cincin
cuci)+tempat meracik, kompor dan kulkas. Itu sebabnya kawin yang tidak berhias (polos), tidak menggunakan
relasi optimal ini disebut segitiga kerja. peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya,
selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar
2.2. Pemantauan Penjamah Makanan dari kamar kecil, selalu memakai pakaian kerja dan
Penjamah makanan adalah orang yang secara pakaian pelindung dengan benar dan selalu memakai
langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar
mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, tempat jasaboga.
pengangkutan sampai dengan penyajian (Kepmenkes no.
1098, 2003). 2.2.1. Pemeriksaan Kesehatan
Berdasarkan Kepmenkes no. 715 tahun 2003, Setiap penjamah makanan yang melayani
Tenaga/karyawan pengolah makanan harus memiliki konsumen harus terlebih dahulu melakukan pemeriksaan

Hygiene Sanitasi Makanan di Tempat Kerja, Novia Sari Utami, Nera Tri Rahayu dan Cahiril Zaman
109
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol. 7 No. 3, September 2011
kesehatan dengan tujuan agar dapat diketahui bahwa Apabila luka tidak terinfeksi diharuskan menggunakan
penjamah makanan bebas dari penyakit menular ataupun sarung tangan untuk melindungi luka setelah mencuci
tidak (carier). Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan tangan terlebih dahulu. Jika di rumah terdapat orang yang
secara rutin minimal setiap enam bulan sekali dengan sakit pastikan mencuci tangan sesering mungkin untuk
tujuan apakah penjamah makanan potensial dalam membantu mencegah penularan penyakit.
menularkan penyakit melalui makanan ataupun tidak Kebiasaan mencuci tangan memiliki peran yang
sehingga penularan penyakit melalui makanan dapat penting dalam menjaga keamaan dan kebersihan
dicegah. makanan. Tangan adalah salah satu penghantar utama
Pada sebuah industri pangan, penjamah makanan masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia. Cuci
diharuskan mempunyai sertifikasi dan biasanya diberikan tangan dengan sabun dapat menghambat masuknya
berupa kartu yang menerangkan bahwa penjamah kuman penyakit ke tubuh manusia melalui perantaraan
makanan telah melakukan pemeriksaan kesehatan dan tangan. Kuman penyakit seperti virus dan bakteri tidak
dinyatakan sehat serta telah diberikan pelayanan dapat terlihat secara kasat mata sehingga sering diabaikan
kesehatan (misalnya vaksin Hepatitis, Thypoid ataupun dan mudah masuk ke tubuh manusia. Dan hampir semua
pemberian obat untuk mencegah kecacingan) serta orang mengerti pentingnya cuci tangan pakai sabun
tanggal kembali pemeriksaan kesehatan. namun tidak membiasakan diri untuk melakukannya
dengan benar pada saat yang penting.
2.2.2. Pentingnya Personal Higiene
Personal higiene penjamah makanan sangatlah 2.3. Sumber Pencemaran Makanan
perlu dipelajari dan diterapkan dalam pengolahan Cemaran biologis adalah cemaran dalam makanan
makanan untuk mencegah penularan penyakit menular yang berasal dari bahan hayati, dapat berupa cemaran
melalui makanan. Beberapa hal yang harus dilakukan mikroba atau cemaran lainnya seperti cemaran protozoa
oleh setiap penjamah makanan ketika mengolah dan dan nematoda. Pencemaran mikroba dan parasit,
menyajikan makanan untuk mencegah penularan penyakit disebabkan oleh mikroorganisme yang mencemari
menular yaitu : Selalu mencuci tangan sebelum makanan. Yang terdiri dari mikroorganisme patogen
menjamah makanan, minuman dan peralatan. Tangan seperti salmonella, campylobacteriosis, yersiniosis,
dapat memindahkan kuman (bibit penyakit) dari sampah, vibriosis dan shigella. Makanan yang disukai manusia
daging mentah, piring kotor ataupun dari kotoran hidung pada umumnya disukai oleh mikroorganisme, seperti
maupun tenggorokan kedalam makanan. virus, bakteri dan jamur yang menyerang bahan makanan
Memotong kuku agar tetap pendek dan tidak yang mentah seperti pada sayuran, buah-buahan, susu,
menggunakan cat kuku dan selalu mencuci tangan daging, dan banyak makanan yang sudah dimasak seperti
menggunakan sabun dan air hangat. Gosok tangan nasi. Roti, kue dan lauk pauk. Makanan yang telah
terutama dibawah kuku selama 20 detik dengan sabun, dihinggapi mikroorganisme itu mengalami penguraian
kemudian bersihkan dengan menggunakan air hangat. sehingga dapat mengurangi nilai gizi dan kelezatannya
Jika tidak ada kertas toilet bisa menggunakan pengering bahkan makan yang telah mengalami penguraian dapat
tangan dan tidak boleh menggunakan apron (celemek) menyebabkan sakit bahkan kematian. Bakteri yang
atau lap cuci untuk mengeringkan tangan. tumbuh di dalam makanan mengubah makanan tersebut
Pencucian tangan perlu dilakukan kembali setelah menjadi zat organik yang berkurang energinya. Populasi
menggunakan kamar kecil ataupun setelah kontak dengan mikroba pada berbagai jenis bahan pangan umumnya
cairan tubuh ketika batuk atau bersin. Setelah makan, sangat spesifik, tergantung dari jenis bahan pangannya,
merokok, memegang daging mentah, membuang sampah kondisi lingkungan dan cara penyimpanannya dalam
atau memindahkan piring kotor. batas-batas tertentu kandungan mikroba pada
Sarung tangan sekali pakai (disposible) yang kuat bahanpangan adalah berpengaruh terhadap ketahanan
direkomendasikan digunakan untuk mengolah makanan bahan pangan tersebut.
dimana sebelumnya harus mencuci tangan terlebih dahulu Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
sebelum memakai sarung tangan dan digunakan sekali mikroba dalam pangan dapat bersifat fisik, kimia atau
pakai. Ganti sarung tangan setelah memegang daging biologis yang meliputi : 1. Faktor intrinsik, merupakan
mentah atau barang (benda) kotor. sifatfisik, kimia dan struktur yang dimiliki oleh bahan
pangan tersebut, seperti kandungan nutrisi, pH, senyawa
2.2.3. Waktu Penjamah Makanan Tidak mikroba. 2. Faktor ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan
Boleh Bekerja pada penganan dan penyimpanan bahan pangan seperti
Apabila penjamah makanan menderita sakit suhu, kelembaban, susunan gas di atmosfer. 3. Faktor
menular maka dilarang untuk menyajikan atau mengolah implisit, merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba
makanan. Kuman (bibit penyakit) dapat terbawa dan itu sendiri. 4. Faktor pengolahan, karena perubahan
menularkan kepada pekerja lain atau konsumen melalui mikroba awal sebagai akibat pengolhan bahan pangan,
makanan, peralatan dan benda lain yang dijamah. misalnya pemansan, pendingan, radiasi dan penambahan
Penjamah makanan sebaiknya tidak bekerja ketika bahan pengawet.
menderita gejala flu. Tidak bekerja ketika menderita Beberapa jenis /spesies dari bakteri saproba dan
penyakit saluran pencernaan seperti diare. tidak bekerja bakteri patogen dapat serta tumbuh dan berkembang
ketika muntah-muntah, tidak bekerja ketika menderita biakdengan baik jika makanan yang dihinggapi itu
penyakit Hepatitis A, dan terinfeksi Salmonella Thypi, mempunyai pH, kelembaban dan temperatur yang
Shigella atau E.coli. Tidak bekerja apabila terdapat luka menguntungkan bagi kehidupan mereka, toksin yang
infeksi (terpotong, terbakar atau tersayat) pada tangan. dihasilkan ada dua, pertama dapat berupa enterotoksin,

Hygiene Sanitasi Makanan di Tempat Kerja, Novia Sari Utami, Nera Tri Rahayu dan Cahiril Zaman
110
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol. 7 No. 3, September 2011
yaitu toksin yang mengganggu alat-alat pencernaan, Keracunan makanan bisa terjadi akibat racun
kedua neurotoksin yaitu toksin yang mengganggu urat secara alamiah terdapat dalam makanan itu sendiri,
syaraf kita. Diantara racun-racun tersebut racun yang keracunan seperti itu terjadi karena kelalaian atau
dihasilkan oleh Clostridium Botulinum, seperti makanan ketidaktahuan masyarakat yang mengkonsumsinya,
dalam kaleng, spora-spora dari bakteri tidak mati dalam misalnya keracunan singkong karena adanya asam
proses pasteurisasi. Dalam keadaan tertutup (anaerob) sianida (HCN) yang pada dosis tertentu bisa
dari suhu yang menguntungkan, maka spora-spora menyebabkan kematian. Singkong yang dikonsumsi tidak
tersebut dapat tumbuh menjadi bakteri serta dicuci dengan benar atau tidak sempurna pengolahannya.
menghasilkan toksin, racun yang dihasilkan itu tidak Demikian juga dengan keracunan jengkol karena adanya
mengganggu alat pencernaan melainkan pengganggu urat kristal asam jenkolat yang bisa menyumbat saluran air
saraf tepi , seperti racun Botulinum type A, B., C, D, dan seni apabila kandungan jengkolat yang terakumulasi
E. Diduga Clostridium Welchii dan Perfringens juga dalam tubuh.
menghasilkan Botulinum .
Dibeberapa daerah Jawa Tengah pernah terjadi 2.3.1. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
keracunan setelah mengkonsumsi tempe Bongkrek ( dari (Hazard Analysis Critical Control
ampas kelapa) , racun yang terdapat yaitu asam Bongkrek Point/HACCP).
yang dihasilkah Pseudomonas Cocovenenans. Kemudian HACCP adalah suatu pendekatan ilmiah, rasional
di Jawa Barat keracunan Oncom yang terbuat dari dan sistematik untuk mengidentifikasi, menilai dan
kacanag tanah atau ampas tahu, sedang raginya berupa mengendalikan bahaya (BSN, 1998). HACCP memiliki
jamur Monilia Sitophiladari spesies jamur tak sempurna , dua point penting. Pertama Hazard Analysis adalah
keracunan terjadi dari jenis jamur Neurospora Sitophila. analisis bahaya atau kemungkinana adanya resiko bahaya
Makanan yang ditumbuhi Aspergillus Flavus dapat yang tidak dapat diterima. Bahaya disini adalah segala
mengandung racun Aflatoksinyang berbahaya sekali jika macam aspek mata rantai produksi pangan yang tidak
sampai termakan, keracunan juga dapat diakibatkan dapat diterima karena merupakan penyebab masalah
karena memakan udang terutama pada kondisi orang keamanan pangan. Kedua, Critical Control Point adalah
tertentu. Perlakuan panas yang tidak cukup pada langkah dimana pengendalian dapat diterapkan dan
pengalengan daging seringkalimenyebabkan spora bakteri diperlukan untuk mencegah atau menghilangkan bahaya
pembusuk jenis Clostridia anaerob mengalami germinasi. atau menguranginya sampai titik aman.
Pencemaran oleh Clostridium Aerofoeticum dan C. Dengan pendekatan HACCP, maka pengawasan
Welchii akan menimbulkan bau busuk. Bakteri fakultatif keamanan makanan baik yang dikelola oleh perusahaan
anaerob seperti Pseudomonas putrafaciens, makanan, jasaboga, rumah makan, restoran maupun yang
Flavobakterium Elastolyticum atau Protues Vulganbis dikelila sebagai makanan jajanan dan makanan rumah
dapat menyebabkan dekomposisi protein yang akan tangga dapat lebih terjamin mutunya, karena setiap
menghasilkan campuran berbagai metabolit berbau busuk tahapan proses pengolahan dikendalikan risikonya dan
ini berasal dari pencemaran bahan-bahan organik yang bahaya yang mungkin timbul.
mengandung senyawa nitrogen yang bobot molekulnya Menurut National Advisory Committee on
rendah seperti asma amino dan protein. Microbiological criteria for foods, prinsip dari sistem
Cemaran kimia adalah cemaran dalam makanan HACCP meliputi : Principle 1, Conduct a hazard
yang berasal dari unsur atau senyawa kimia yang dapat analysis; Principle 2, Dtermine the critical control points
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia, dapat (CCPs); Principle 3, Establish critical limits; Principle 4,
berupa cemaran logam berat, cemaran mikotoksin, Establish monitoring procedures; Principle 5, establish
cemaran antibiotik, cemaran sulfonamida atau cemaran correcitive actions. Principle 6, establish verification
kimia lainnya. Kontaminasi karena bahan kimia sering procedures; Principle 7, Establish record-keeping and
terjadi karena kelalaian atau kecelakaan , seperti documentation procedures.
meleltakkan pestisida dengan bahan makanan, kelalaian Secara detail dapat dilihat bahwa sistem HACCP
dalam pencucian sayuran atau buah-buahan sehingga terdiri dari tujuh prinsip, yaitu:
sayur atau buah-buahan tersebut masih mengandung sisa a. Pertama melakukan analisis bahaya. Bahaya yang
pestisida dan kelalaian memasukkan bahan kimia yang dapat ditimbulkan adalah keberadaan pencemar atau
seyogyanya dipakai untuk kemasan dimasukkan ke dalam kontaminan biologis, kimiawi atau fisik bahan
makanan. Bahan kimia yang terdapat dalam bahan pangan.
makanan dengan kadar yang berlebih akan bersifat toksik b. Kedua, menentukan titik pengendalian kritis.
bagi manusia. Beberapa zat yang sering menimbulkan (Critical Control Point/CCP). Merupakan suatu titik,
keracunan manusia adalah : 1). Zinc, terdapat pada tahap, prosedur dimana bahaya yang berhubungan
perlatan dapur akan mengalami reduksi bila kontak dengan pangan dapat dicegah, dieliminasi atau
dengan bahan makan yang bersifat asam. 2). Insektisida, dikurangi hingga ketitik yang dapat diterima.
keracunan ini terjadi karena mengkonsumsi makanan Terdapat dua titik pengendali kritis yaitu titik
yang masih mengandung residu pestisida, seperti pada pengendali kritis satu sebagai titik dimana bahaya
syran dan buah-buahan. 3). Cadmium, keracunan ini bisa dapat dihilangkan. Dan titik pengendali kritis dua
terjadi karena Cd yang terdapat pada peralatan dapur dimana bahaya dapat dikurangi.
dengan kontak dengan makanan yang bersifat asam. 4). c. Ketiga, menentukan batas kritis. Kriteria yang
Antimonium, berasal dari perlatan dapur yang dilapisi memisahkan sesuatu yang bisa diterima dengan yang
dengan email kelabu murahan. tidak bisa diterima. Pada setiap titik pengendalian
kritis harus dibuat batas kritis dan kemudian

Hygiene Sanitasi Makanan di Tempat Kerja, Novia Sari Utami, Nera Tri Rahayu dan Cahiril Zaman
111
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol. 7 No. 3, September 2011
dilakukan validasi. Kriteria yang umum digunakan
dalam menentukan batas kritis HACCP pangan Assemble HACCP Team
adalah suhu, pH, waktu tingkat kelembaban,
ketersediaan clorin dan parameter fisik seperti
tampilan visual dan tekstur. Describe Product
d. Keempat, Membuat suatu sistem pemantauan
(monitoring) CCP. Merupakan suatu sistem
Identify Intended Data
pemantauan urutan, operasi dan pengukuran selama
terjadi aliran makanan.
e. Kelima, melakukan tindakan korektif apabila Construct Flow Diagram
pemantauan mengindikasikan adanya CCP yang
tidak berada dibawah kontrol. Tindakan korektif
spesifik yang diberlakukan pada setiap CCP dalam On-site Confirmation on flow diagram
sistem HACCP untuk menangani penyimpangan
yang terjadi. Tindakan korektif tersebut harus
mengendalikan, membawa CCP kembali ke bawah List All Potential Hazards
kendali. Conduct Hazards Analysis
f. Keenam, menetapkan prosedur perifikasi untuk Consider Control Mesures
mengkonfirmasi bahwa sistem HACCP bekerja
secara efektif. Prosedur perifikasi yang dilakukan
dapat mencakup peninjauan terhadap sistem HACCP Determine CCPs
dan catatannya peninjauan terhadap penyimpangan
dan pengaturan produk, konfirmasi CCP yang baik
dalam pengendalian serta melakukan pemeriksaan Establish Critical Limits for each CCP
metode prosedur dan uji.
g. Ketujuh, melakukan dokumentasi terhadap seluruh
prosedur dan catatan yang berhubungan dengan Establish a Monitoring System for each
prinsip dan aplikasinya. CCP

Penerapan HACCP sebagai alat pengatur keamanan Establish Corrective action


pangan dapat memberikan beberapa keuntungan yaitu
mencegah terjadinya bahaya sebelum mencapai
konsumen, meminimalkan risiko kesehatan yang Establish Verification Procedures
berkaitan dengan konsumsi makanan, meningkatkan
kepercayaan akan keamanan makanan olahan sehingga Establish Documentation and Record
secara tidak langsung mempromosikan perdagangan dan Keeping
stabilitas usaha makanan. Beberapa kerugian darii
HACCP adalah tidak cocok bila diaplikasikan untuk Sumber : FAO, 1997
bahan atau proses yang hanya sedikit diketahui tidak
melakukan kuantifikasi atau memprioritaskan risiko dan Gambar 1.
Diagram Logic Secuence for the application of HACCP.
tidak melakukan kuantifikasi dampak dari tambahan
kontrol terhadap penurunan risiko (BSN, 1998). Bentuk
diagram HCCCP dilihat pada gambar 1. 2.4. Hygiene Sanitasi Makanan di Tempat Kerja
Tempat tempat umum memiliki potensi sebagi
tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran
lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya.
Pengawasan atau pemeriksaan terhadap tempat-tempat
umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempa
tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan
masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan
gangguan kesehatan lainnya.
Kantin sendiri harus mengikuti prosedur tentang
cara mengolah dan menjaga kebersihan kantin. Makanan
yang disediakan oleh kantin harus sehat dan aman. Bila
tidak ditunjang dengan pengolahan makanan yang baik
maka akan terjadi keracunan makanan atau gangguan
penyakit karena makanan. Tetapi bila makanan diolah
sesuai dengan kaidah hygiene maka akan menghasilkan
makanan-makanan yang bersih, sehat, aman dan
bermanfaat. Disinilah peran penting dalam
pengendalian kebersihan sebuah kantin agar dapat
memberikan manfaat bagi semuanya.

Hygiene Sanitasi Makanan di Tempat Kerja, Novia Sari Utami, Nera Tri Rahayu dan Cahiril Zaman
112
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol. 7 No. 3, September 2011
Usaha untuk mengamankan makanan agar selalu terlihat secara langsung oleh para pelanggan ketika
bersih, aman dan sehat pada sebuah kantin harus memasuki kantin.
memperhatikan tiga faktor yakni faktor fisik, faktor Tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat
kimia, dan faktor biologi. Factor fisik terkait dengan cuci peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi
kondisi ruangan yang tidak mendukung pengamanan dengan air kran, saluran pembuangan tertutup, bak
makanan, seperti sirkulasi udara yang kurang baik, penampungan, sabun dan pengering. Fasilitas pencucian
temperature ruangan yang panas dan lembab, dan peralatan masak harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak
sebagainnya. Untuk menghindari kerusakan makanan berkarat dan mudah dibersihkan. Pencucian peralatan
yang diakibatkan oleh factor fisik, maka perlu harus menggunakan sabun pembersih atau cairan
diperhatikan susunan konstruksi dapur, serta tempat pembersih.
penyimpanan makanan. Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
Faktor tempat atau bangunan, peralatan, orang dan dimana kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
bahan makanan merupakan aspek yang mempengaruhi diminum apabila telah dimasak. Dan air minum adalah air
hygiene makanan dan minuman. Aspek-aspek tersebut yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan langsung diminum. Air bersih harus tersedia dengan
kesehatan atau keracunan makanan jika tidak sesuai cukup untuk seluruh kegiatan pengelolaan makanan.
standar. Kualitas air bersih juga harus memenuhi syarat air bersih.
Kontruksi dan rancangan bangunan telah Syarat tersebut antara lain jernih, tidak berwarna, tidak
ditetapkan seperti harus aman dan kuat sehingga berbau, tidak berasa dan bebas dari kuman penyakit.
mencegah terjadinya kecelakaan dan pencemaran. Tempat sampah sementara harus terbuat dari
Kontruksi tidak boleh retak, lapuk, tidak utuh, kumuh bahan yang kuat, kedap air dan tidak mudah terbakar.
atau mudah terjadi kebakaran. Selain itu, harus selalu Tempat sampah harus ditutup dan dilapisi plastik pada
dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari barang- bagian dalamnya dan sampah harus dibuang setiap hari.
barang sisa atau bekas yang ditempatkan secara tidak Toilet harus tersedia dan dilengkapi dengan tisu,
teratur. Halaman harus selalu kering dan terpelihara tulisan pemberitahuan bahwa pemakai toilet harus
kebersihannya, tidak banyak serangga dan terdapat mencuci tangan dengan sabun sesudah menggunakan
tempat sampah yang baik. Permukaan dinding harus rata toilet dan juga harus dilengkapi dengan air kran yang
dan halus, berwarna terang dan tidak lembab dan mudah mengalir dan saluran air limbah yang memenuhi syarat.
dibersihkan. Atap dan langit-langit berfungsi sebagai Jumlah toilet paling sedikit satu buah untuk 1-10 orang,
penahan jatuhnya debu dan kotoran lain, sehingga tidak dengan penambahan satu buah untuk setiap 20 orang.
mengotori makanan yang sedang diolah. Oleh sebab itu, Pengelola harus mengetahui sumber cemaran
atap harus dalam keadaan bersih bebas dari debu atau tubuh, dengan melakukan aktifitas rutin. Tidak memiliki
kotoran lain yang dapat mencemari makanan yang luka terbuka atau koreng, bisul atau nanah dan rambut
disajikan. ditutup dengan penutup kepala agar tidak terurai. Tidak
Intensitas pencahayaan sedikitnya 10 foot candle memakai perhiasan di tangan dan tidak merokok selama
pada titik 90 cm dari lantai. Pencahayaan harus tidak proses pengolahan makanan. Menggunakan celemek,
menyilaukan dan tersebar merata, sehingga sedapat sarung tangan dan pelindung diri lainnya yang sesuai.
mungkin tidak menimbulkan bayangan. Upaya yang Bahan makanan yang akan diolah harus utuh,
dapat dilakukan adalah dengan cara menempatkan tidak rusak dan segar. Bahan makanan dicuci dalam air
beberapa lampu dalam satu ruangan. Pencahayaan dapat mengalir. Yang dimaksud dengan faktor kimia dalam hal
diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle meter). ini adalah kemungkinan adanya pencemaran gas atau
Ventilasi pada ruangan tempat pengolahan cairan yang merugikan kesehatan atau adanya partikel-
makanan harus baik berkisar antara 28-320C. Sejauh partikel yang beracun. Seperti penggunaan alat-alat dapur
mungkin ventilasi harus cukup untuk mencegah udara yang terbuat dari bahan yang mudah bereaksi dengan
ruangan tidak terlalu panas, mencegah terjadinya bahan makanan yang diolah.
kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau Faktor biologi harus tetap diperhatikan karena
langit-langit dan menghilangkan bau, asap dan kemungkinan adanya pencemaran oleh bakteri, jamur,
pencemaran lain dalam ruangan. Bila ventilasi alamiah virus dan parasit.
tidak dapat memenuhi persyaratan maka dapat dibuat
ventilasi buatan berupa ventilasi mekanis misalnya kipas 2.5. Dampak Kebersihan Kantin Terhadap Kesehatan
angin, exhaust fan, AC. Ventilasi harus dalam keadaan Foodborne disease adalah penyakit yang
bersih, bebas dari debu. disebabkan dan dibawa oleh makanan. Ada delapan
Ruang makan harus selalu dalam keadaan bersih. penyakit yang termasuk di dalamnya, yaitu astroentritis,
Jangan sampai ada makanan yang tercecer. Jika ada bekas hepatitis, sepsis, gagal ginjal, kematian janin dalam
makanan, harus segera dibersihkan. Harus bersih dan kandungan, keterbelakangan mental, penyakit syaraf, dan
rapi. Tersedia kursi dan meja yang cukup untuk kanker. Selain delapan penyakit tersebut, beberapa
menampung pelanggan. Kursi dan meja harus selalu infeksi seperti Salmonellosis, Campylobacteriosis dan
dalam keadaan baik dan bersih, jika terdapat bekas atau Listeriosis juga mengancam konsumen. Kerusakan
sisa makanan harus segera dibersihkan. Ruang makan makanan dapat juga dipengaruhi oleh kebersihan kantin.
merupakan ruangan pertama yang dapat menciptakan Jika kantin tidak bersih, maka kuman pembawa penyakit
kesan positif dari para pelanggan, hal ini dikarenakan akan mudah sekali menempel pada makanan. Tidak
ruang makan ini merupakan salah satu ruangan yang hanya itu, konstruksi bangunan yang tidak sesuai juga
merupakan bagian dari factor fisik yang bisa

Hygiene Sanitasi Makanan di Tempat Kerja, Novia Sari Utami, Nera Tri Rahayu dan Cahiril Zaman
113
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol. 7 No. 3, September 2011
menyebabkan kerusakan makanan. Sirkulasi udara yang 3.2. Pemantauan Penjamah Makanan
tidak baik, udara yang lembab, pencahayaan yang kurang, Peran kesehatan dari penjamah makanan juga
juga dapat menyebabkan kerusakan makanan. sangat berpengaruh. Sebaiknya perlu diperhatikan bahwa
Selain itu juga, kebersihan pengolah makanan jika dalam keadaan sakit tidak boleh melakukan
harus diperhatikan, karena tidak menutup kemungkinan pengolahan makanan terlebih dahulu sampai dengan
bahwa pencemaran makanan dilakukan oleh pengolah sembuh penyakitnya. Hal ini dilakukan demi terjaganya
makanan. Pencemaran makanan dapat terjadi karena hygiene sanitasi makanan yang diolah, jangan sampai
kebiasaan yang kurang baik dari para pengolah makanan, makanan terkontaminasi dengan penyakit yang berasal
sehingga bagi setiap pengolah makanan agar tetap bisa dari penjamah makanan, yang menyebabkan penyebaran
menjaga kebersihan dirinya disarankan untuk melakukan penyakit melalui makanan yang terkontaminasi tersebut.
hal hal seperti mencuci tangan sebelum melakukan Untuk itu Pemerintah menetapkan aturan tentang syarat
pengolahan makanan(Dawayanti, dkk, 2008). dari penjamah makanan yang boleh melakukan
Jika terjadi kerusakan makanan, maka akan pengolahan makanan.
menimbulkan penyakit yang dapat menyerang orang Kasus penyakit akibat makanan dan keracunan
orang yang mengkonsumsi makanan dari kanton tersebut. makanan merupakan masalah kesehatan yang sering
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat terjadi akibat pencemaran makanan. Untuk itu, perlu
menentukan tercapainya tingkat kesehatan. Oleh sebab dilakukan pengawasan yang ketat selama penanganan
itu, harus juga diperhatikan tentang kebersihan tempat bahan baku dan proses pengolahan makanan. Salah satu
pengolahan makanan dan pengolah makanan tersebut. sistem yang baik yaitu penerapan prinsip Hazard Analysis
Adapun penyakit penyakit yang umumnya ditimbulkan Critical Control Point (HACCP).
oleh kurangnya kebersihan tempat dan ataupun dari Makanan di tempat kerja harus sangat diperhatikan
makanan itu sendiri misalnya diare, cacingan, radang hygiene sanitasinya, dan pekerja biasanya mengkonsumsi
tenggorokan, dan lain sebagainya. makanan yang ada di kantin tempat mereka bekerja.
Data WHO tahun 1988 KLB keracunan makanan Bahkan kantin tersebut biasanya memang disediakan oleh
di Amerika Latin dan Karabia yang disebabkan oleh perusahan untuk mememenuhi kebutuhan makanan para
jamur (83,03%), virus (3,7%), parasit (2,9%), toksin laut pekerja, serta untuk menjamin makanan yang di jual atau
(8%). Negara-negara berkembang mengalami kasus diare disediakan di kantin tersebut.
karena keamanan makanan yang tidak memenuhi syarat
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. 3.3. Sumber Pencemaran Makanan
Di Indonesia berdasarkan data Direktorat Jendral Cemaran menurut Badan POM RI 2009 adalah
Pengendalian Penyakit dan Penyehaatan Lingkungan bahan yang tidak dikehendaki ada dalam makanan yang
kejadian keracunan makanan ada 63 kasus dari tahun mungkin berasal dari lingkungan atau sebagai akibat
1997-2002 dengan 7.067 penderita dan 15 orang proses produksi makanan, dapat berupa cemaran biologis,
meninggal (CFR 0,21%) dengan proporsi jasaboga atau kimia dan benda asing yang dapat mengganggu,
chatering sebesar 22 kasus, makanan keluarga ada 19 merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
kasus, makanan jajanan 12 kasus, makanan pabrik 3 Pencemaran makanan adalah masuknya zat asing ke
kasus dan tidak diketahui 9 kasus. Hal ini berarti lebih dalam makanan yang tidak dikehendaki. Sumber
dari 60% diantaranya berasal dari usaha jasa boga. pencemaran makanan secara garis besar dapat dibedakan
menjadi : Pencemaran oleh mikroba dan parasit,
3. Pembahasan pencemaran fisik, pencemaran kimiawi dan bahan
3.1. Makanan radioaktif.
Makanan merupakan kebutuhan yang diperlukan
oleh tubuh manusia untuk menjaga keberlangsungan 3.4. Hygiene Sanitasi Makanan di Tempat Kerja
hidupnya. Makanan yang dikonsumsi tidak mengandung Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
bahan pencemar serta harus hygiene. Untuk itu, Andriani (2010), bahwa aplikasi hygiene sanitasi
diperlukan upaya yang maksimal dalam menjaga makanan di salah satu tempat kerja yang ada di
hygiene proses pengolahan bahan makanan sampai palembang yaitu Instalasi Gizi salah satu Rumah Sakit di
dengan pendistribusian bahan makanan tersebut ke Palembang belum memenuhi persyaratan, karena tingkat
konsumen. pencapaiannya hanya sebesar 52,7%.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjaganya Hal ini sejalan dengan banyaknya kasus yang terjadi
higiene sanitasi makanan. Mulai dari penjamah makanan, akibat dari tidak terjaganya hygiene sanitasi makanan.
ataupun berasal dari bahan makanan itu sendiri. Faktor Penyakit peyakit tersebut biasanya baru disadari ketika
lingkungan juga dapat mempengaruhi hygiene sanitasi sudah ada gejala yang muncul. Pada dasarnya tidak hanya
makanan, dimana jika lingkungan tidak sehat akan pihak pendistribusian makanan saja yang harus
mempengaruhi hygiene sanitasi makanan di sekitarnya. bertanggung jawab, pihak penjamah makanan juga
Terkadang para penjamah makanan tidak menyadari memiliki andil besar terhadap terjadinya kasus penyakit
bahwa sikap atau cara mereka dalam mengolah makanan yang diakibatkan oleh makanan ini. Kebersihan
akan mempengaruhi hygiene sanitasi makanannya. Ada lingkungan tempat pengolahan makanan dan tempat
hal hal tertentu yang harus diperhatikan untuk menjaga pendistribusian makanan juga memiliki peran penting
keamanan makanan yang diolah tetap baik, yaitu proses terhadap tercemarnya makanan tersebut. Namun hal ini,
pemilihan bahan baku makanan, proses pengolahan jarang sekali disadari, karena hal ini kurang diperhatikan.
makanan, proses penyimpanan, dan juga proses Sehingga banyak terjadi kasus penyakit yang disebabkan
pendistribusian bahan makanan ke konsumen. oleh makanan.

Hygiene Sanitasi Makanan di Tempat Kerja, Novia Sari Utami, Nera Tri Rahayu dan Cahiril Zaman
114
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol. 7 No. 3, September 2011
Untuk itu perlu pemeriksaan kesehatan dan Depkes RI, 2003, Kepmenkes RI. No. 715
pelatihan terutama hygiene sanitasi makanan bagi tenaga /MENKES/SK/V/2003. Jakarta : Depkes RI.
penjamah guna peningkatan pengetahuan dan perubahan
Depkes RI, 2003, SK Menkes no. 1098, 2003 tentang
perilaku. Disamping itu, perlu seorang penanggung jawab
aspek Kesehatan Rumah Makan dan Restoran, Depkes
terlatih untuk pemanfaatan dan pemeliharaan yang lebih
RI, Jakarta.
maksimal pada sarana dan prasarana yang ada.
Dewanti R, & Hariyadi, 2005, Mencegah Keracunan
4. Kesimpulan Makanan Siap Santap, IPB, Bogor.
Makanan merupakan kebutuhan manusia yang
sangat penting. Dengan adanya makanan maka dapat Faergemand J, 2008, ISO 22000: Food Safety
membantu proses kerja tubuh dan dapat menyehatkan Management System Requirements For Any Organization
In The food Chain. The ISO 22000 Book Guide.
tubuh. Makanan tersebut harus sehat dan bebas dari
penyakit, untuk itu perlu diperhatikan aspek hygiene FAO, 1997, Hazard Analysis and Critical Control
sanitasi dari makanan tersebut. Point (HACCP) Principles and Application Guidelines.
Di tempat kerja biasanya disediakan makanan di http://www.fao.org/DOCREP/005/Y1579E/y1579e03.ht
tempat khusus, biasanya di kantin di tempat kerja m. diakses tanggal 12 Februari 2011
tersebut. Oleh karena itu, makanan di tempat kerja harus
sangat diperhatikan higiene sanitasinya. Hal ini Friis RH, 2007, Essentials of Environmental Health.
mengingat banyak penyakit yang disebabkan oleh Food Safety, Jones and Bartlett Publishers,
makanan. Jika makanan tercemar, maka akan Massachusetts.
menimbulkan berbagai penyakit. Dan jika ada penyakit Instruksi Mennaker No: 03, 1999, tentang Pengawasan
maka akan menurunkan kualitas kesehatan seseorang. terhadap Pengelolaan Makanan di Tempat Kerja,
Jika para pekerja yang mengkonsumsi makanan Depnaker RI, Jakarta.
tersebut, maka dikhwatirkan akan terjangkit penyakit
juga. Jika hal ini terjadi maka kemungkinan akan Malaka T, 2010, Dasar dasar Hygiene Sanitasi
menurunkan kualitas kerja dari para pekerja tersebut. Makanan. Bahan Ajar Kuliah Mahasiswa Program Pasca
Sarjana STIK Bina Husada, Palembang.
Daftar Pustaka Mulia RM, 2005, Kesehatan Lingkungan, Graha Ilmu,
Andriani M, 2009, Analisis Hygiene Sanitasi Makanan di Yogyakarta.
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Nurmaini, 2001, Pencemaran Makanan Secara Kimia
Bari Tahun 2009, Tesis, PPSKM-STIK Bina Husada, dan Biologis, Skripsi. PSKM-USU Medan.
Palembang.:
Parliamentary Office of Science and Technology, 2009,
Badan POM RI, 2009, tentang Penetapan Batas Food Hygiene Standards, Postnote Februari 2009
Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Number 326.
Makanan, Badan POM, Jakarta.
Sari IF, 2010, Hygiene sanitasi kantin di lingkungan
BSN, 2009, Sistem Manajemen Keamanan Pangan- STIK bina husada Palembang tahun 2010. Skripsi.
Persyaratan untuk Organisasi dalam Rantai Pangan, PSKM-STIK Bina Husada, Palembang.
Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Sulaiman AS, 2008, Hubungan sanitasi kantin dan
BSN, 2009, ISO 22000 : 2005. Dalam Sistem pelatihan penjamah makanan dengan laik fisik tempat
Management Keamanan Pangan Persyaratan Untuk pengolahan makanan di universitas x tahun 2008.
Organisasi Dalam Rantai Pangan. Badan Standarisasi Skripsi. FKM-UI, Jakarta.
Nasional, Jakarta.
Wallace RB, 2007, Ensuring Food Safety, Public Health
BSN, 1998, Sistem Analisis Bahaya dan Pengendalian & Preventive Medicine, Fifteenth edition. Mc Graw Hill
Titik Kritis (HACCP) serta Pedoman Penerapannya, Medical, USA
Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
WHO, 2002, WHO Global Strategy for Food Safety.
CAC/RCP, 2003, Recommended international code of Food Safety Department, Switzerland.
practice General principles of food hygiene, CAC/RCP
1-1969, Rev.4-2003.
Dawayanti E, dkk., 2008, Aspek Sanitasi dan Hygiene di
Kantin Asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB)
Institut Pertanian Bogor. Jurnal gizi dan pangan. Maret
2008. 3(1):22-29.
Department of Human Services, 2005, Pedoman bagi
Anda untuk Menjaga Keamanan Makanan (Your guide to
food safety) Indonesian. Terjemahan. Department of
Human Services, Victoria.

Hygiene Sanitasi Makanan di Tempat Kerja, Novia Sari Utami, Nera Tri Rahayu dan Cahiril Zaman
115

Anda mungkin juga menyukai