UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh :
1
PENDAHULUAN
Kegiatan pelayanan gizi ruang rawat inap merupakan tindak lanjut dari
kegiatan penyediaan makanan dengan tujuan memberikan terapi diet yang sesuai
yang disediakan di rumah sakit sudah diperhitungkan jumlah maupun mutu gizinya
dan harus di habiskan pasien agar penyembuhannya dapat berjalan sesuai program
yang telah ditetapkan. Untuk mengevaluasi mutu pelayanan gizi, salah satunya ialah
tersisa, karena sisa makanan adalah salah satu indikator keberhasilan pelayanan gizi
di ruang rawat inap(19). Target yang telah ditetapkan oleh Dapartemen kesehatan
untuk sisa makanan di rumah sakit adalah <20% sebagai indikator keberhasilan
efisien dan efektif, sehingga pengelolaan biaya makan tidak mencapai tujuan yang
optimal(3). Dampak yang paling penting dari sisa makanan terhadap pasien adalah
asupan zat gizi pasien tidak adekuat, terutama asupan energi yang tidak adekuat akan
berdampak kepada kejadian malnutrisi pada pasien rawat inap. Penyebab malnutrisi
adalah karena kurangnya asupan zat gizi, penyakit infeksi dan gabungan dari
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi secara kompleks. Salah satu faktor yang
mempengaruhi ialah penyerapan makanan yang kurang baik, kehilangan zat gizi
yang berlebihan atau gabungan dari faktor-faktor tersebut.(10). Asupan energi yang
tidak adekuat beresiko mengalami malnutrisi 3,2 kali lebih besar daripada pasien
tahun 2012 terhadap sisa makanan pasien di ruang rawat selama 6 hari, secara total
38% dari makanan yang disediakan oleh dapur rumah sakit tersisa(20). sedangkan
masih banyak makanan yang tersisa di piring pasien. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Alberry (2010) didapatkan hasil dari penimbangan sisa makanan biasa di
RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung, Jumlah sisa makanan yang diteliti pada
siang hari untuk kelas III selama 3 hari secara berturut-turut, sebesar 20,3% dari 59
responden.(5) Penelitian Sumiyati pada tahun 2008 di ruangan Anggrek RSU R.A
Kartini masih ditemukan sisa makanan lebih dari 25%.(6) Berdasarkan survai sisa
makanan pasien yang dilakukan Instalasi gizi RSUD Sunan Kalijaga Demak pada
rumah sakit. Malnutrisi masih banyak terjadi di berbagai rumah sakit di dunia dan
asia. Menurut hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara maju dan
Screening Tools) pada pasien rawat jalan dan rawat inap . hasil penelitian
menunjukan prevalensi gizi buruk pada pasien rawat inap dua kali lebih beresiko
kekurangan albumin selama masa rawat di rumah sakit(16). Hasil penelitian yang
dilakukan di Vietnam pada tahun 2002-2004 oleh pham dkk menemukan pada pasien
Indonesia yang dilakukan di jakarta mendapatkan 20-60% pasien dengan status gizi
malnutrisi dan lebih dari 60% pasien mengalami status gizi ke gizi buruk selama
rawat inap di rumah sakit(14). Hasil penelitian yang dilakukan serentak di tiga rumah
dengan <60% disebabkan oleh asupan makanan(18). Beberapa studi di indonesia yang
pasien mengalami penurunan status gizi selama pasien di rawat inap di rumah
sakit(10).
rumah sakit telah menjadi masalah mendasar yang dihadapi diberbagai rumah
sakit(1). Pelayanan rumah sakit yang baik dan bermutu bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Apabila mutu pelayanan
rumah sakit baik maka akan menimbulkan rasa puas. Semakin tinggi tingkat
penting untuk diperhatikan dalam suatu rumah sakit. kepuasan pasien adalah hasil
kesehatan pasien telah ditetapkan oleh departemen kesehatan yaitu minimal kepuasan
pasien diatas 95% (Kemenkes,2016). Bila standar kepuasan pasien terhadap
pelayanan kurang dari 95%, maka dianggap pelayanan kesehatan yang telah
pasien adalah ketepatan waktu pembagian makanan, sikap dan penampilan petugas,
variasi menu yang dihidangkan, cita rasa makanan, serta kebersihan alat makanan
yang diterima. Penelitian yang telah dilakukan oleh pontoh ,dkk (2018) menunjukan
bahwa ada hubungan penampilan makanan, rasa makanan, sikap pramusaji, suasana
lingkungan tempat perawatan, waktu pemberian makanan dengan sisa makanan pada
pasien rawat inap RSUP GMIM Bethesda Tomohon(8). Pada penelitian yang
penelitian Nareswara (2017) didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara
kepuasan pasien terhadap rasa dan variasi menu dengan sisa makanan, akan tetapi
ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap penampilan makanan dengan sisa
makanan(2).
RSUP Dr. M.Djamil Padang merupakan rumah sakit terbesar di kota Padang
yang telah berakreditasi A dan memiliki fasilitas kesehatan yang lengkap. RSUP Dr.
M.Djamil Padang menjadi Rumah sakit rujukan dari berbagai rumah sakit di
sumatera bagian tengah. Ruang rawat inap ambun pagi merupakan ruang rawat bagi
pasien kelas I yang tentunya memiliki fasilitas yang lebih baik dibandingkan ruang
rawat kelas II dan kelas III termasuk dari menu makanannya. Di ruang rawat ini
makanan yang disediakan bagi pasien dari segi penampilan sudah sangat baik.
Namun faktanya masih ditemukan sisa makanan pasien. Data yang didapatkan dari
laporan tahunan RSUP DR M.Djamil 2017 di dapatkan hasil sisa makanan biasa
>20%, Dan sesuai target yang telah ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu
(Depkes,2007).
Hasil laporan mutu unit IRNA(Instalasi Rawat Inap) Ambun Pagi data terkait
kepuasan pasien terhadap pelayanan petugas gizi pada tahun 2017 masih didapatkan
nilai kepuasan pasien dibawah 95%. Di ruangan ambun pagi RSUP DR M.Djamil
padang didapatkan rata rata presentase kepuasan pasien terhadap pelayanan ahli gizi
didapatkan yang menyatakan puas sebesar 86.65% dan yang menyatakan puas
terhadap pelayanan pramusaji sebesar 85,9%. hasil tersebut masih dibawah standar
Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
hubungan kepuasan pasien terhadap pelayanan gizi dengan sisa makanan biasa di
ruang rawat inap Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2020.
kepuasan pasien terhadap pelayanan gizi dengan sisa makanan biasa di ruang rawat
makanan biasa di ruang rawat inap RSUP. DR. M.Djamil Padang tahun 2020.
2020.
gizi dengan sisa makanan pada pasien rawat inap di ruangan Ambun Pagi
makanan pada pasien rawat inap Ambun pagi di RSUP M.Djamil padang
tahun 2020.
makanan pada pasien rawat inap Ambun pagi di RSUP M.Djamil padang
tahun 2020.
sisa makanan pada pasien rawat inap Ambun pagi di RSUP M.Djamil
8. Untuk mengetahui adanya hubungan cita rasa dengan sisa makanan pada
pasien rawat inap Ambun pagi di RSUP M.Djamil padang tahun 2020.
9. Untuk mengetahui adanya hubungan penampilan makanan dengan sisa
makanan pada pasien rawat inap Ambun pagi di RSUP M.Djamil padang
tahun 2020.
1. Bagi peneliti
dengan sisa makanan pasien rawat inap Ambun Pagi di RSUP. DR M.Djamil
Universitas Andalas.
Dapat dijadikan masukan dan bahan evaluasi untuk pihak rumah sakit dalam
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
hubungan Kepuasan pasien terhadap pelayanan Gizi dengan Sisa makanan di Ruang
rawat inap Ambun Pagi di RSUP DR M.Djamil Padang tahun 2020. Dilakukan pada
bulan Januari-Mei 2020 di Instalasi Ambun Pagi Rumah Sakit M.Djamil Padang.
Menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Cross sectional
serta mengumpulkan data dengan menggunakan metode weighed plate waste dengan
menggunakan timbangan digital untuk variabel sisa makanan dan wawancara untuk
berkaitan dengan konsekuensi sifat pelayanan kesehatan itu sendiri, kepuasan juga
berkaitan dengan sasaran dan hasil pelayanan. Kepuasan pasien dalam menilai
pelayanan yang baik merupakan pengukuran penting yang mendasar bagi mutu
bermutu dengan nilai dan harapan pasien yang memiliki hak sendiri untuk
pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperoleh
pasien, setelah itu pasien membandingkan dengan apa yang mereka harapkan(26).
kepuasan merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan.
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat
harapannya. Pasien akan merasa puas jika pelayanan yang diberikan sesuai harapan
1. Kualitas produk atau jasa, pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
pasien terhadap kualitas produk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu
kenyataan kualitas produk atau jasa dan komunikasi perusahaan, dalam hal
3. Faktor emosional, pasien merasa bangga, puas dan kagum terhadap rumah
sakit yang dipandang “rumah sakit mahal/rumah sakit dengan tipe A”.
yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi
5. Biaya, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu
Selain itu, menurut Moison, Walter dan White menyebutkan faktor-faktor yang
bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan
beserta kelengkapannya.
rumah sakit. Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan
atau yang akses transportasi mudah dijangkau, dan lingkungan yang baik
akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit
tersebut.
tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap.
6. Image, yaitu citra, reputasi dan kepedulian pekerja rumah sakit terhadap
lingkungan
7. Desain visual, tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan
kenyamanan suatu rumah sakit, oleh karena itu desain dan visual harus
konsumen.
8. Suasana, suasana rumah sakit yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan
Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang menikmati itu akan tetapi orang
lain yang berkunjung ke rumah sakit akan sangat senang dan memberikan
pendapat yang positif sehingga akan terkesan bagi pengunjung rumah sakit
tersebut.
pasien.
Kemudian menurut Yazid faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
yaitu(28):
3. Perilaku personel
Rumah sakit mengutamakan pihak yang dilayani, karena pasien adalah klien
yang terbanyak, maka manfaat yang dapat diperoleh bila mengutamakan kepuasan
1. Rekomendasi medis untuk kesembuhan pasien akan diikuti oleh pasien yang
2. Terciptanya nama baik dan citra positif rumah sakit karena pasien yang puas
positif.
pengetahuan tentang:
- Sejauh mana ketersediaan layanan kesehatan pada waktu dan tempat yang
dibutuhkan.
- Bagaimana perubahan yang dirasakan oleh pasien sebagai hasil dari layanan
kesehatan.
melakukan pengukuran:
kesehatan lain.
yaitu(33):
pelayanan yang mereka terima. Misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu
2. Ghost shopping.
memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga
oleh rumah sakit sesuai dengan keadaan pasien berdasarkan kondisi klinis, status
gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh kepada
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Pelayanan gizi merupakan salah satu
pelayanan penunjang medik dalam pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit yang
maupun rehabilitatif(21). Upaya pelayanan gizi di rumah sakit bertujuan agar tercapai
kesembuhan pasien dalam waktu sesingkat mungkin, untuk itu maka perlu dilakukan
kebutuhan gizi dan di makan habis akan mempercepat proses penyembuhan dan
Pelayanan Gizi Rumah Sakit menduduki tempat yang sama penting dengan
pelayanan lain seperti pelayanan pengobatan, perawatan medis dan sebagainya yang
diberikan untuk penyembuhan penyakit. Bentuk Pelayanan gizi di rumah sakit akan
1. Menyelenggarakan asuhan gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat inap dan
rawat jalan.
dikonsumsi.
keluarganya.
monitoring evaluasi kepada klien dan pasien di rawat jalan. Asuhan gizi rawat jalan
biasanya disebut konseling gizi dan dietetik atau edukasi atau penyuluhan gizi.
Tujuan dari asuhan gizi rawat jalan adalah untuk mencarikan solusi melalui nasihat
gizi mengenai jumlah asupan makanan sesuai dengan jenis diet yang tepat, jadwal
makan dan cara makan, jenis diet dengan kondisi kesehatan pasien(21).
gizi. Tujuan dari pelayanan gizi rawat inap kepada pasien agar memperoleh asupan
makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatan dalam upaya untuk mempercepat
3. Penentuan jenis diet sesuai dengan status gizi pasien dan cara pemberian
makannya.
4. Konseling Gizi.
pelaporan dan evaluasi. Tujuan dari penyelenggaraan makanan di rumah sakit agar
menyediakan makanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan gizi pasien, aman
dan dapat diterima oleh pasien agar mencapai status gizi yang optimal, sasaran utama
penyelenggaraan makanan di rumah sakit ini adalah pasien yang rawat inap. Sesuai
dengan kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan makanan bagi
berperan sebagai penyedia berbagai jenis makanan yang bergizi dan dipersiapkan
dengan baik dalam lingkungan yang bersih dan aman. Pelayanan tersebut harus
1. Sistem Swakelola
gizi. Dalam sistem ini pihak rumah sakit menyediakan seluruh sumber daya yang
diperlukan(21).
boga atau catering. Sistem Out soucring dibagi menjadi dua kategori yaitu semi out
soucring dan full out-sourcing. Sistem semi out-sourcing pengusaha jasa boga yang
Sedangkan sistem full out-sourcing tidak menggunakan sarana dan prasarana milik
rumah sakit melainkan menggunakan sarana dan prasarana milik perusahaan mereka
sendiri. Dalam penyelenggaraan makanan dengan sistem semi out sourcing maupun
full out sourcing, fungsi ahli gizi rumah sakit adalah sebagai perencana menu,
penentu standar porsi, dan pemesanan makanan, penilaian kualitas dan kuantitas
makanan yang diterima sesuai dengan spesifikasi hidangan yang ditetapkan dalam
kontrak(32).
3. Sistem Kombinasi
memaksimalkan sumber daya yang ada. Untuk ruang VIP atau makanan karyawan
antara lain(21):
Penetapan peraturan pemberian makanan rumah sakit ialah suatu pedoman yang di
tetapkan oleh pemimpin sebagai acuan dalam memberikan pelayanan makanan pada
Standar makanan sehari adalah acuan macam dan jumlah bahan makanan seseorang
yang diperlukan untuk penyediaan bahan makanan bagi pasien dan karyawan yang
dilayani.
makanan berdasarkan pedoman menu dan rata-rata jumlah pasien yang dilayani,
mempertahankan kualitas, jumlah dan keamanan bahan makanan kering dan segar di
gudang bahan makanan kering dan dingin/beku. Penyaluran bahan makanan adalah
tata cara mendistribusikan bahan makanan berdasarkan permintaan dari unit kerja
pengolahan makanan.
Persiapan bahan makanan adalah proses dalam mempersiapkan bahan makanan yang
siap diolah sesuai dengan menu, standar resep, standar porsi, standar bumbu dan
mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk
dikonsumsi.
9. Distribusi makanan
jenis makanan dan jumlah porsi konsumen/pasien yang dilayani. Sistem distribusi
makanan sangat mempengaruhi makanan yang disajikan, tergantung pada jenis dan
jumlah tenaga, peralatan dan perlengkapan yang ada. Ada 3 jenis sistem
a) Sistem sentralisasi
Makanan pasien dibagi dan disajikan dalam alat makan di tempat pengolahan
makanan.
b) Sistem desentralisasi
Makanan pasien dibawa dari tempat pengolahan ke dapur ruang perawatan pasien,
makanan dibawa dalam jumlah banyak dan besar kemudian disajikan dalam alat
ditempatkan langsung ke dalam alat makanan pasien sejak dari tempat produksi atau
makanna lunak, makanan saring dan makanan cair. Makanan yang diberikan
mengacu terhadap pola menu seimbang dan angka kecukupan gizi (AKG) yang
dianjurkan untuk pasien. Makanan biasa diberikan kepada pasien yang tidak
makanan yang diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak merangsang
saluran pencernaan. Tujuan dari diet makanan biasa adalah untuk memberikan
makanan sesuai dengan kebutuhan gizi untuk mencegah dan mengurangi kerusakan
1. Energi sesuai kebutuhan normal orang dewasa sakit dalam keadaan istirahat.
dengan makanan biasa. Makanan lunak mengandung zat gizi yang cukup. Menurut
keadaan penyakit, makanan lunak dapat diberikan langsung kepada pasien atau
sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa. Tujuan dari diet
makanan lunak adalah untuk memberikan makanan dalam bentuk lunak yang mudah
ditelan dan dicerna sesuai dengan kebutuhan gizi dan keadaan penyakit pasien.
2. Makanan mudah dicerna, rendah serat, dan tidak menggandung bumbu yang
tajam.
3. Makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu 3 kali makan dan 2 kali
selingan.
4. Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak, sesuai dengan penyakit
Makanan lunak diberikan kepada pasien pasca operasi, pada pasien penyakit
infeksi dengan kenaikan suhu tubuh, pasien yang kesulitan mengunyah dan menelan
daripada makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Menurut
keadaan penyakit, makanan saring dapat diberikan langsung atau sebagai
perpindahan dari makanan cair ke makanan lunak. Tujuan dari diet makanan saring
adalah bertujuan untuk memberikan makanan dalam bentuk semi padat sebagai
proses adaptasi terhadap bentuk makanan yang lebih padat. Syarat-syarat diet
1. Hanya diberikan dalam jangka waktu singkat selama 1-3 hari, karena diet
makanan lunak kurang memenuhi kebutuhan gizi, terutama energi dan tiamin.
3. makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering yaitu 6-8 kali sehari.
Makanan saring diberikan kepada pasien pasca operasi tertentu, pada pasien
penderita infeksi akut termasuk infeksi saluran cerma serta diberikan kepada pasien
dengan kesulitan mengunyah dan menelan. Atau sebagai perpindahan dari makanan
suhu tubuh tinggi, rasa mual, muntah, setelah mengalami pendarahan saluran cern,
serta sebelum dan sesudah operasi. Makanan dapat diberikan secara oral maupun
parenteral. Makanan cair memiliki tiga jenis konsistensi yaitu makanan cair jernih,
sisa makanan adalah presentase makanan yang tidak habis termakan dan
dibuang sebagai sampah dan sisa makanan dapat digunakan untuk mengukur
Indonesia(21).
yaitu:
Tujuan dari metode ini ialah untuk mengetahui dengan akurat bagaimana intake
zat gizi seseorang. Metode ini digunakan dengan cara menimbang makanan sisa
makanan setiap jenis makanan yang konsumsi atau mengukur seluruh jumlah sisa
makanan pada individu atau kelompok. Menimbang langsung sisa makanan yang ada
di piring adalah metode yang paling akurat. Tetapi metode ini memiliki kelemahan
yaitu memerlukan waktu yang banyak, peralatan khusus, kerja sama yang baik
dengan responden dan petugas yang terlatih(35). Pada metode penimbangan ini
petugas diharuskan untuk menimbang makanan yang dikonsumsi oleh subjek selama
waktu tertentu.
Tujuan dari metode tafsiran visiual dilakukan dengan cara menafsir secara visual
banyak sisa makanan yang ada untuk setiap jenis makanna. Hasil dari istimasi
tersebut bisa dalam bentuk berat yang dinyatakan dalam satuan gram atau bentuk
skor dalam skala pengukuran(36). Metode tafsiran visiual ini dikembangkan oleh
5. Sekala 4 jika makanan nya dikonsumsi sedikit ± 1 sendok makan (5% habis)
cara hasil dari pengukuran skala comstock tersebut dikonversi kedalam persen (%)
dan dikalikan dengan berat awal(37). Menurut comstock tahun 1991 dalam penelitian
ratna (2009), metode tafsiran visual memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dari metode visual tafsiran ini adalah memerlukan waktu yang singkat, tidak
memerlukan alat yang banyak dan rumit, menghemat biaya, dapat mengetahui sisa
makanan menurut jenisnya. Sedangkan kekurangan dari metode visual tafsiran ini
menafsir (under estimate)(37). Metode visual tafsiran ini efektid tetapi bisa
menjadi sangat penting, namun metode ini telah di uji validitasnya dengan
cukup baik(39).
kategori():
yang dikonsumsi seseorang dalam waktu 24 jam(35). Biasanya dimulai sejak bangun
tidur sebelum wawancara sampai responden istirahat tidur di malam harinya, atau
dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai
24 jam penuh. Data recall yang diperoleh bersifat kualitatif maka untuk mendapatkan
data yang kuantitatif perlu untuk mengetahui jumlah konsumsi makanan individu
ditanyakan secara teliti dengan menggunakan URT (Ukuran Rumah Tangga) seperti:
sisa makanan dipengeruhi oleh selera makan seseorang. Selera makan adalah
keinginan keinginan seseorang untuk makan dan tertarik terhadap suatu makanan
tekstur dan pada saat penyajian makanan. Faktor yang mempengaruhi sisa makanan
1. Pengaruh lingkungan orang yang lebih suka makanan hangat di musim dingin
cukup serta hormon ikut mengatur pengiriman ketika selera untuk makan.
7. Bentuk makanan rasa, aroma, dan tekstuk makanan dapat menekan atau
8. Selera bawaan, rasa haus akan menimbulkan untuk minum, suka asin akan
Selera makan yang kurang pada seseorang dapat menyebabkan kebutuhan gizi
tidak terpenuhi sehingga akan mengalami gizi kurang. Kurangnya nafsu makan ini
4. Tanuwijaya, Sisa Makanan Pasien Desain penelitian faktor lingkungan Sisa makanan 1. sisa makanan pasien berasal dari
Laksmi Karunia Rawat Inap: Analisis adalah studi (makanan luar rumah faktor internal, kondisi fisik,
36
variabel dependen.
2. Populasi penelitian ini adalah pasien yang rawat inap lebih dari 2 hari .
41
Faktor Internal
Selera makan
Keadaan psikis
Kebiasaan makan
Usia
Jenis kelamin
Aktivitas fisiik
Kondisi khusus
Gangguan pencernaan
Faktor pengobatan
Faktor eksternal;
kerangka teori dari hasil kajian literatur diperoleh variabel yang diprediksi memiliki
Sikap Pramusaji
waktu pemberian makan, sikap pramusaji, cita rasa makanan, variasi menu
2. Ada Hubungan Cita Rasa Makanan dengan Sisa Makanan biasa di ruang
3. Ada Hubungan Variasi Menu dengan Sisa Makanan biasa di ruang Ambun
5. Ada Hubungan Sikap dan Penampilan Pramusaji dengan Sisa Makanan biasa
METODE PENELITIAN
desain penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan antara kepuasan pasien
terhadap pelayanan gizi dengan sisa makanan. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah kepuasan pasien terhadap pelayanan gizi dan variabel dependen dalam penelitian ini
adalah sisa makanan. Sisa makanan yang akan diteliti adalah sisa dari makanan yang
disajikan rumah sakit yang tidak dihabiskan oleh pasien, meliputi makanan pokok, lauk dan
sayur.
Padang.
inap Ambun Pagi RSUP DR. M.Djamil Padang yang mendapatkan makanan biasa pada saat
penelitian.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dar populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap mewakili populasi serta memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi(41).
A. Kriteria Inklusi
Sampel yang dipilih adalah pasien dengan kategori umur 18-70 tahun karena dapat
Pasien dengan kesadaran penuh diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih
akurat
Pasien yang telah menjalani perawatan selama 2 hari dianggap telah mendapatkan
6. Bersedia diwawancara
B. Kriteria Ekslusi
yang telah ditentukan oleh peneliti. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah:
a. Sisa makanan
yaitu makanan pokok, lauk dan sayuran. Setelah sisa makanan diperoleh lalu sisa makanan
tersebut ditimbang (food weighing) dengan menggunakan timbangan digital. Sisa makanan
46
dikumpulkan melalui format penelitian pada setiap waktu makan. Pengamatan terhadap sisa
makanan dilakukan dalam satu siklus menu rumah sakit selama 10 hari.
Kepuasan pasien terhadap pelayanan gizi diperoleh dari kuisioner dengan menanyakan
langsung kepada pasien terkait kepuasan pasien terhadap ketepatan waktu pemberian
makanan, sikap dan penampilan pramusaji, variasi menu, cita rasa makanan, kebersihan dan
Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambaran umum RSUP DR.
M.Djamil, Jumlah Pasien di Ruangan Ambun Pagi RSUP DR.M.Djamil Padang pada saat
penelitian, data standar porsi makanan yang diberikan kepada pasien serta data rekam medik
pasien.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
penimbangan sisa makanan menggunakan timbangan digital dan kuisioner dengan teknik
wawancara pada pasien rawat inap di Ruangan Ambun Pagi RSUP DR. M.Djamil Padang
tahun 2020.
merupakan proses yang sangat penting dalam suatu penelitian oleh karena itu harus dilakukan
dengan teliti, baik dan benar. Tahapan pengolahan data sebagai berikut:
a. Editing
47
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuisioner apakah jawaban
yang ada di kuisioner sudah lengkap (semua kuisioner sudah terisi), jelas (apakah
tulisannya jelas dan dapat di baca), relevan (apakah data sesuai dengan hasil pengukuran)
dan konsisten.
b. Coding
Coding atau pengkodean adalah kegiatan mengubah data dari yang berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data yang berbentuk angka atau bilangan seperti pemberian kode pada
setiap data yang telah dikumpul, penilaian terhadap masing-masing pertanyaan, dan
variabel sisa makanan, ketepatan waktu pemberian Makanan, Sikap dan penampilan
Pramusaji, variasi menu, cita rasa makanan,dan kebersihan dan kelengkapan alat makan
dengan tujuan untuk memudahkan pasa saat analisis data mempercepat pada saat entry
data.
1. Sisa makanan
Hasil ukur dari variabel sisa makanan adalah berupa presentasi dari hasil
4. Variasi menu
c. Entry
48
Entry merupakan suatu proses memasukkan data yang sudah di beri kode kedalam
d. Cleaning
pembenaran atau koreksi. Pembersihan data ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kesalahan. Pada tahap ini tidak dimasukan nilai hilang (missinh valu) dalam analisis dan
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat