Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DENGAN DAYA TERIMA

MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP NON COVID


KELAS I,II,III RSPAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Siti Nur Futikhah, Ir. RR. Nurul Hidayati, M.Si, Fitria., S.ST., M.Keb
Program Studi S1 Ilmu Gizi Institusi Kesehatan dan Bisnis Surabaya

ABSTRAK
Laporan sisa makanan di ruang rawat inap RSPAL Dr. Ramelan Surabaya pada tahun 2020 sebesar
27,29% dari semua kelas rawat inap, hal ini seringkali terjadi berkaitan dengan kepuasan pasien terhadap
makanan yang disajikan salah satunya jenis makanan yang disajikan tidak menarik dan membuat pasien
merasa bosan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan tingkat kepuasan pasien dengan daya
terima makanan biasa. Desain penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi penelitian ini yaitu Seluruh pasien rawat inap non covid kelas I,II,III yang mendapat makanan
biasa di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya dengan rata-rata jumlah pasien perbulan sebanyak 1689 pasien.
Sampel pada penelitian ini sebanyak 50 responden yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data
dikumpulkan dengan instrument kuesioner dan diuji dengan uji spearman rho. Hasil penelitian
menunjukkan responden yang merasa kurang puas sebagian besar memiliki daya terima tidak menarik
sebanyak 2 responden (66,7%). Responden yang merasa cukup puas sebagian besar memiliki daya terima
dalam kategori menarik sebanyak 17 responden (60,7%). Responden yang merasa puas hampir seluruhnya
responden memiliki daya terima dalam kategori menarik sebanyak 15 responden (78,9%). Hasil uji
spearman rho didapatkan nilai ρ = 0,011 < α = 0,05. Hal ini berarti H1 diterima sehingga dapat dinyatakan
terdapat Hubungan Tingkat Kepuasan Pasien Dengan Daya Terima Makanan Biasa Pada Pasien Rawat
Inap. Nilai r = 0,359 sehingga korelasi kedua variable menunjukkan korelasi yang cukup kuat. Semakin
puas pasien maka akan semakin menarik daya terima pasien. Daya terima yang baik makan pasien akan
menghabiskan makanan tersebut sehingga kebutuhan energy dan protein pasien dapat terpenuhi secara
adekuat.
Kata Kunci : Kepuasan, Daya Terima, Makanan Biasa

ABSTRACT
Report of leftover food in the inpatient room of RSPAL Dr. Ramelan Surabaya in 2020 amounted
to 27.29% of all inpatient classes, this often happens related to patient satisfaction with the food served, one
of which is the type of food served is unattractive and makes patients feel bored. The purpose of this study
was to analyze the relationship between the level of patient satisfaction and the acceptability of ordinary
food. The design of this research is quantitative with a cross sectional approach. The population of this
study were all non-covid inpatients of class I, II, III who received regular food at RSPAL Dr. Ramelan
Surabaya with an average number of patients per month as many as 1689 patients. The sample in this study
was 50 respondents who were taken by purposive sampling technique. Data were collected with a
questionnaire instrument and tested with the Spearman Rho test. The results showed that respondents who
felt dissatisfied mostly had unattractive acceptance as many as 2 respondents (66.7%). Respondents who
felt quite satisfied mostly had acceptance in the attractive category as many as 17 respondents (60.7%).
Respondents who were satisfied almost all of the respondents had acceptance in the attractive category as
many as 15 respondents (78.9%). The results of the spearman rho test obtained the value of = 0.01 < = 0.05.
This means that H1 is accepted so that it can be stated that there is a relationship between the level of patient
satisfaction and the acceptability of ordinary food in Inpatients room. The value of r = 0.359 so that the
correlation between the two variables shows a fairly strong correlation. The more satisfied the patient, the
more attractive the patient's acceptance. Good acceptance of eating, the patient will spend the food so that
the patien’s energy and protein needs can be met adequately.
Keywords: Satisfaction, acceptability, Ordinary food

PENDAHULUAN gizi dan pengembangan gizi. Kegiatan


Pelayanan gizi di rumah sakit pelayanan gizi, khususnya di ruang rawat
meliputi empat kegiatan pokok yaitu; inap, merupakan rangkaian kegiatan yang
penyelenggaraan makanan, pelayanan gizi di dimulai dari upaya perencanaan penyusunan
ruang rawat inap, penyuluhan dan konsultasi diet pasien hingga pelaksanaan evaluasi di
ruang perawatan (Sumardilah, 2022). RSUD dr. H. Soewondo Kendal (p =
Keberhasilan suatu penyelenggaraan 0,0001).
makanan sering dikaitkan dengan adanya Berdasarkan laporan sisa makanan
sisa makanan atau daya terima pasien, yang di ruang rawat inap RSPAL Dr. Ramelan
menjadi indikator sederhana untuk Surabaya menunjukkan bahwa rata-rata
mengevaluasi keberhasilan pelayanan gizi prosentase sisa makanan pada tahun 2020
rumah sakit. Tingginya sisa makanan sebesar 27,29% dari semua kelas rawat inap,
mengakibatkan kebutuhan gizi pasien tidak hal ini menunjukkan bahwasaanya sisa
adekuat dan secara ekonomis menunjukkan makanan yang terjadi masih belum
banyaknya biaya yang terbuang, yang memenuhi standart yang ditentukan oleh
menyebabkan anggaran makanan kurang kementrian kesehatan yaitu < 20%. Hasil
efisien dan efektif, sehingga pengelolaan observasi awal peneliti di ruang rawat inap
biaya makan tidak mencapai tujuan yang kelas I, II, dan III menunjukkan bahwa
optimal dan memberikan ketidaknyamana masih ditemukan pasien mengeluhkan soal
atau ketidakpuasan kepada pasien rasa yang tidak sesuai dengan yang
(Ronitawati et al., 2021). diharapkan sehingga banyak pasien di
Kepuasan pasien terhadap mutu ruangan tersebut yang tidak menghabiskan
pelayanan gizi sangat mempengaruhi citra porsi makanannya. Hal itu diperkirakan
rumah sakit secara keseluruhan dan karena rasa makanan kurang enak atau
berimplikasi pada peningkatan pemasukan hambar serta cara pengolahan dan jenis
rumah sakit. Beberapa masalah yang menu makanan yang disediakan kurang
seringkali terjadi berkaitan dengan kepuasan bervariasi sehingga pasien sering merasa
pasien terhadap makanan yang disajikan bosan.
salah satunya jenis makanan yang Pentingnya pelayanan gizi di rumah
dihidangkan berkali-kali dalam jangka sakit besar pengaruhnya terhadap kepuasan
waktu yang singkat akan menyebabkan dan persepsi pasien terhadap rumah sakit.
pasien merasa bosan. Hal ini akan Kepuasan merupakan fungsi dari kesan
menyebabkan nafsu makan pasien menurun kinerja dan harapan. Apabila kinerja layanan
sehingga daya terima terhadap makanan kesehatan yang diperoleh sama atau
berkurang (Prawiningdyah, 2011 dalam melebihi harapan, maka akan menimbulkan
(Rachmawati, 2019). kepuasan terhadap pasien. Ketidakpuasan
Hasil penelitian (Magdalena et al., pasien akan muncul apabila kinerja layanan
2022) menunjkkan bahwa sebagian besar kesehatan yang diperoleh tidak sesuai
responden merasa puas terhadap penampilan dengan harapannya. Kualitas pelayanan
makanan, aroma makanan, tingkat yang baik akan memengaruhi kepuasan
kematangan, suhu makanan serta pelayanan pasien dan pasien akan cenderung kembali
makanan di RS PMI Bogor. RS PMI Bogor datang untuk menggunakan jasa pelayanan
disarankan agar pelayanan gizi rumah sakit tersebut (Nafi’a, 2021). Kepuasan pasien
sebaiknya melakukan evaluasi dalam dalam penyelenggaraan makanan rumah
penampilan makanan yang diberikan kepada sakit dapat dinyatakan sebagai ekspektasi
pasien agar meningkatkan rasa kepuasan dan persepsi pasien terhadap kualitas
pasien terhadap pelayanan gizi. Penelitian pelayanan. Kepuasan pasien merupakan
ini didukung juga dengan penelitian dari komponen penting yang dapat menentukan
(Dipura et al., 2017) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan. Faktor yang
sebagian besar pasien memiliki kepuasan mempengaruhi kepuasan pelayanan makan
kategori baik terhadap penyelanggaraan pada pasien terdiri dari faktor internal dan
makan siang di RSUD dr. H. Soewondo eksternal. Faktor internal meliputi jenis
Kendal yaitu sebesar 90,9% (50 orang) dan kelamin, usia, status ekonomi, keadaan
sebesar 76,4% (42 orang) memiliki daya psikologis serta kebiasaan makan pasien
terima makanan kategori baik serta terdapat dirumah sedangkan faktor eksternal terdiri
hubungan bermakna antara kepuasan pasien dari cita rasa, sanitasi alat makan, ketepatan
dengan daya terima makanan pada pasien di waktu penyajian, pelayanan tenaga
pramusaji serta lama perawatan (Pratama, penyajian dan tetap mempertahankan
2020). standar porsi. Modifikasi bentuk dan cara
Penyelenggaraan makanan memiliki pengolahannya yang bertujuan untuk
tujuan agar konsumen merasa puas. Jaminan meningkatkan kepuasan pasien terhadap
mutu merupakan prioritas utama untuk penyelenggaraan makanan.
meningkatkan daya terima konsumen dalam Tujuan penelitian ini untuk
mengonsumsi makanan sehingga konsumen menganalisa hubungan tingkat kepuasan
merasa puas dengan makanan yang pasien dengan daya terima makanan biasa
disediakan (Ronitawati et al., 2021). Daya pada pasien rawat inap non covid Kelas
terima makanan dapat diukur dengan I,II,III RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
melihat sisa makanan, semakin tinggi waste
atau sisa makanan maka daya terima makan METODE PENELITIAN
pasien tersebut rendah. Beberapa penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian
menunjukkan bahwa rerata sisa makanan kuantitatif dengan rancang bangun
pasien sebesar 57% dalam 3 kali waktu penelitian ini menggunakan pendekatan
makan dan dari kebanyakan penelitian, jenis crossectional. Penelitian ini dilaksanakan di
makanan yang paling banyak disisakan yaitu ruang rawat inap non covid kelas I,II,III
pada sayuran (Tanuwijaya et al., 2019). RSPAL Dr. Ramelan Surabaya dengan rata-
Banyaknya sisa makanan merupakan rata pasien per bulan sebanyak 1689 pasien.
masalah serius untuk segera ditangani Waktu Penelitian pada bulan Agustus
karena makanan yang disajikan di rumah sampai dengan September 2022. Populasi
sakit telah memperhitungkan jumlah dan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
mutu menurut kebutuhan pasien. Dampak rawat inap RSPAL Dr. Ramelan Surabaya
sisa makanan karena pasien tidak pada Bulan Agustus 2022. Besar sampel
menghabiskan makanan yang disajikan oleh pada penelitian ini adalah sebagian pasien
rumah sakit mengakibatkan biaya terbuang rawat inap non covid kelas I,II,III RSPAL
secara sia-sia. Dampak yang lebih penting Dr. Ramelan Surabaya sebanyak 50
dari sisa makanan terhadap pasien adalah responden yang diambil dengan
asupan zat-zat gizi pasien tidak adekuat menggunakan teknik purposive Sampling.
terutama asupan energi, asupan energi tidak Penilaian Kepuasan pada penelitian
adekuat merupakan faktor risiko malnutrisi ini dikumpulkan dengan menggunakan
pada pasien rawat inap. Asupan energi yang instrument kuesioner kepuasan penyajian
tidak adekuat berisiko malnutrisi 3-2 kali makanan yang diadopsi dari penelitian
lebih besar dari pasien dengan asupan energi Anggraini (2016) dengan penilaian skor 1,
cukup (Ronitawati et al., 2021). diberikan bila responden menjawab Sangat
Keberhasilan pelayanan gizi di Tidak Puas (STP), Skor 2, diberikan bila
rumah sakit dalam mendukung proses responden menjawab Tidak Puas (TP), Skor
penyembuhan penyakit pada pasien, sangat 3, diberikan bila responden menjawab Puas
ditentukan oleh proses pengolahan makanan (P), Skor 4, diberikan bila responden
mulai dari bahan makanan sampai menjadi menjawab Sangat Puas (SP).
makanan jadi yang siap dikonsumsi oleh Penilaian daya terima makanan
pasien. Pelayanan gizi dapat terlaksana dilakukan dengan menggunakan penilaian
dengan baik apabila didukung oleh Jawaban a dinilai 3, Jawaban b dinilai 2,
manajemen penyelenggaraan makanan yang Jawaban c dinilai 1 Kemudian
baik. Modifikasi menu dapat dilakukan Hasil penilaian kedua variable
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan dihitung dengan menggunakan rumus
cita rasa makanan, sehingga dapat sebagai berikut :
meningkatkan kepuasan pasien terhadap 𝑓
P = 𝑛 x 100%
makanan yang disajikan. Demikian pula,
Keterangan :
modifikasi menu untuk meningkatkan nilai
P : Nilai yang diterima
masakan, berdasarkan menu standar yang
f : Skor yang didapat
lebih mengutamakan dalam rasa makanan
n : Skor tertinggi maksimum
(suhu, rasa, aroma, tekstur), penampilan saat
1 Kelas 1 15 30
Prosentase kategori kepuasan 2 Kelas 2 17 34
sebagai berikut: 3 Kelas 3 18 36
1) Puas : 76-100 % Total 50 100
2) Cukup Puas : 56-75% Sumber : Data Primer Diolah, 2022
3) Kurang Puas : <56 %
Berdasarkan tabel 1 didapatkan data
Nilai dari masing-masing aspek berdasarkan usia responden menunjukkan
penialian daya terima makanan bahwa hampir setengahnya responden
dikategorikan menurut Doloksaribu (2019) berusia 41-50 tahun sebanyak 14 responden
sebagai berikut : (28%). Berdasarkan pendidikan responden
1) Tidak Menarik jika skor < 60% menunjukkan bahwa sebagian besar
2) Kurang Menarik bervariasi jika skor responden termasuk lulusan sekolah
60%-80 menengah (SLTA) sebanyak 26 responden
3) Menarik jika skor > 80% (52%). Berdasarkan pekerjaan responden
menunjukkan bahwa hampir setengahnya
Uji analisis yang digunakan yaitu uji responden bekerja sebagai pegawai swasta
spearman rho dengan asumsi H0 ditolak dan sebagai TNI/Polri atau PNS masing-
berarti ada hubungan tingkat kepuasan masing sebanyak 15 responden (30%).
pasien dengan daya terima makanan biasa Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
pada pasien rawat inap non covid kelas bahwa sebagian besar responden berjenis
I,II,III RSPAL Dr. Ramelan Surabaya. kelamin laki-laki sebanyak 27 responden
(54%). Berdasarkan kelas perawatan
HASIL PENELITIAN menunjukkan bahwa hampir setengahnya
a. Karakteristik Responden responden berada pada kelas perawatan 3
Tabel 1 Karakteristik Responden Rawat sebanyak 18 responden (36%).
Inap Non Covid Kelas I,II,III
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya b. Kepuasan
Bulan Agustus 2022 Tabel 2 Kepuasan Responden Rawat
No Karakteristik F % Inap Non Covid Kelas I,II,III
Responden RSPAL Dr. Ramelan Surabaya
Usia Bulan Agustus 2022
1 < 21Tahun 5 10 No Kepuasan f %
2 21-30 Tahun 9 18 1 Kurang Puas 3 6
3 31-40 Tahun 12 24
2 Cukup Puas 28 56
4 41-50 Tahun 14 28
3 Puas 19 38
5 > 50 Tahun 10 20
Total 50 100
Pendidikan
Sumber : Data Primer Diolah, 2022
1 Dasar (SD,SLTP) 6 12
2 Menengah 26 52
(SLTA)
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
3 Tinggi 18 36 data bahwa sebagian besar responden di
(D3,S1,S2) rawat inap kelas I, II, III sebagian besar
Pekerjaan merasa cukup puas dengan pelayanan gizi di
1 Wiraswasta 1 2 Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr.
2 Swasta 15 30 Ramelan Surabaya sebanyak 28 responden
3 PNS/TNI/Polri 15 30 (56%).
4 IRT 13 26
5 Lain-lain (Pelajar, 6 12
mahasiswa dll)
Jenis Kelamin
1 Laki-laki 27 54
2 Perempuan 23 46 c. Daya Terima
Kelas Perawatan
Tabel 3 Daya Terima Responden Rawat Hal ini berarti H1 diterima sehingga dapat
Inap Non Covid Kelas I,II,III dinyatakan terdapat Hubungan Tingkat
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya Kepuasan Pasien Dengan Daya Terima
Bulan Agustus 2022 Makanan Biasa Pada Pasien Rawat Inap Non
No Daya Terima f % Covid Kelas I, II, III RSPAL Dr. Ramelan
1 Tidak Menarik 3 6 Surabaya. Nilai r = 0,359 menunjukkan
2 Kurang menarik 15 30 bahwa hubungan kedua variable dalam
3 Menarik 32 64 korelasi yang cukup kuat.
Total 50 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2022 KETERBATASAN
Penilaian kepuasan pasien dan daya
Tabel 3 menjelaskan bahwa terima makanan dilakukan pada seluruh
sebagian besar responden menunjukkan ruang rawat inap yang mendapat makanan
daya terima yang menarik terhadap biasa pada pasien kelas I,II,III non covid.
penyajian makanan di rawat inap kelas I,
II, III Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut
PEMBAHASAN
Dr. Ramelan Surabaya sebanyak 32
responden (64%). A. Identifikasi karakteristik pasien
rawat inap non covid Kelas I,II,III
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya
d. Analisis Data
Berdasarkan tabel 1 didapatkan
Tabel 4 Hasil uji Spearman Rho data berdasarkan usia responden
Hubungan Tingkat Kepuasan
menunjukkan bahwa hampir
Pasien Dengan Daya Terima setengahnya responden berusia 41-50
Makanan Biasa Pada Pasien tahun sebanyak 14 responden (28%) dan
Rawat Inap Non Covid Kelas I, sebagian kecil berusia < 21 tahun
II, III RSPAL Dr. Ramelan
sebanyak 5 responden (10%). Menurut
Surabaya Bulan Agustus 2022
Daya terima
(Nita et al., 2020). Berdasarkan Angka
No Kepuasan Tidak Kurang Menarik Total Kecukupan Gizi (AKG) yang
f % f % f % f % dianjurkan, semakin tua umur manusia
1 Kurang 2 66,7 1 33,3 0 0 3 100
2 Cukup 1 3,6 10 35,7 17 60,7 28 100
maka kebutuhan energi dan zat gizi
3 Puas 0 0 4 21,1 15 78,9 19 100 semakin sedikit. Bagi orang yang dalam
Total 3 6 15 30 32 64 50 100 periode pertumbuhan yang cepat yaitu,
ρ = 0,01 1 r = 0,359 α = 0,05 pada masa bayi dan masa remaja
Sumber : Data Primer Diolah, 2022 memiliki peningkatan kebutuhan zat
Berdasarkan tabel 4 didapatkan data gizi. Pada usia dewasa zat gizi
bahwa dari 3 responden yang merasa kurang diperlukan untuk melakukan pekerjaan,
puas dengan pelayanan makanan sebagian penggantian jaringan tubuh yang rusak,
besar memiliki daya terima tidak menarik meliputi perombakan dan pembentukan
sebanyak 2 responden (66,7%). Dari 28 sel. Pada usia tua (lanjut usia) kebutuhan
responden yang merasa cukup puas dengan energi dan zat gizi hanya digunakan
pelayanan makanan sebagian besar memiliki untuk pemeliharaan. Menurut Peneliti
daya terima dalam kategori kurang menarik sebagian besar responden pada
sebanyak 17 responden (60,7%). Dan dari 19 penelitian ini berusia 41-50 tahun yang
responden yang merasa puas dengan berarti sebagian besar responden masuk
pelayanan makanan didapatkan data hamper dalam kategori usia dewasa, sehingga
seluruhnya responden memiliki daya terima respondne membutuhkan banyak
dalam kategori kurang menarik sebanyak 15 konsumsi makanan untuk menunjang
responden (78,9%). kebutuhan gizi mereka, terutama dalam
Hasil uji spearman rho didapatkan proses penyembuhan atau perawatan
nilai ρ = 0,011, r = 0,359 dan α = 0,05. Hasil ketika di rumah sakit.
ini menunjukkan bahwa ρ = 0,01 < α = 0,05.
Berdasarkan pendidikan responden merasa puas atau tidak puas
responden menunjukkan bahwa dengan proses penyajian makanan yang
sebagian besar responden termasuk diselenggarkaan oleh rumah sakit.
lulusan sekolah menengah (SLTA) Karena pada orang yang mempunyai
sebanyak 26 responden (52%) dan pendapatan tinggi cenderung lebih
sebagian kecil mempunyai latar senang mengkonsumsi makanan yang
belakang pendidikan dasar (SD, SLP) bercita rasa tinggi demikian pula
sebanyak 6 responden (12%). Menurut sebaliknya.
Notoatmodjo (2018) pendidikan tidak Berdasarkan jenis kelamin
terlepas dari proses belajar. Belajar menunjukkan bahwa sebagian besar
aadalah suatu kegiatan yang berupaya responden berjenis kelamin laki-laki
untuk dapat memahami dan mengerti sebanyak 27 responden (54%) dan
tentang sesuatu hal. Diharapan dengan hampir setengahnya responden berjenis
adanya pendidikan seseorang dapat kelamin perempuan sebanyak 23
meningkatkan ketrampilan, responden (56%). Menurut Nurqisthy et
pengetahuan terutaa perilaku dalam hal al., (2016) jenis kelamin menentukan
kesehatan. Menurut peneliti Pendidikan besar kecilnya asupan gizi yang
diperlukan bagi seseorang dalam dikonsumsi. Energi minimal yang
memahami tentang apa yang saat ini diperlukan perempuan sepuluh persen
dihadapi terutama dalam proses lebih rendah daripada yang diperlukan
perawatan yang sedang dialami laki-laki sehingga kebutuhan zat gizinya
sehingga responden dapat lebih akan berbeda. Menurut peneliti jenis
mengerti dan memahami apa yang harus kelamin yang melekat pad diri
dilakukan dana pa yang harus diterima responden bepengaruh terhadap
dalam proses perawatannya agar kemampuan dalam mengkonsumsi
responden segera sembuh. Pengambilan makanan baik kebutuhan energy
keputusan tersebut tidak terlepas juga ataupun kebutuhan protein harian,
tentang penyelenggaraan makanan yang Namun, jumlah kebutuhan energi dan
dilakukan oleh rumah sakit. Adanya protein di RSPAL tidak dibedakan
pendidikan yang cukup tinggi responden berdasarkan jenis kelamin, melainkan
dapat memehami sesuatu lebih mudah telah disediakan standar kecukupan
daripada pendidikan yang lebih rendah. energi dan protein bagi pasien
Berdasarkan pekerjaan berdasarkan kelas perawatan.
responden menunjukkan bahwa hampir Berdasarkan jenis kelamin
setengahnya responden bekerja sebagai menunjukkan bahwa sebagian besar
pegawai swasta dan sebagai TNI/Polri responden berjenis kelamin laki-laki
atau PNS masing-masing sebanyak 15 sebanyak 27 responden (54%).
responden (30%). Menurut Nurqisthy et Berdasarkan kelas perawatan
al., (2016) Pekerjaan merupakan menunjukkan bahwa hampir
aktivitas jasa seseorang untuk setengahnya responden berada pada
mendapatkan imbalan berupa materi dan kelas perawatan 3 sebanyak 18
non materi. Pekerjaan dapat menjadi responden (36%). Menurut Taurany
faktor risiko kesehatan seseorang dan (1986) Mulyani (2014), menyatakan
berdampak pada system imunitas tubuh. perbedaan kelas perawatan bukanlah
Pekerjaan ada hubungannya dengan merupakan perbedaan dalam mutu
penghasilan seseorang untuk pelayanan, namun lebih tepat untuk
berperilaku dalam menentukan menentukan pelayanan yang sesuai
pelayanan yang diinginkan. Menurut dengan kemampuan dan kebutuhan
peneliti pekerjaan yang dimiliki penderita dan biasanya cenderung
seseorang akan berpengaruh terhadap dihubungkan dengan pendidikan,
pendapatan atau social ekonomi pekerjaan dan pendapatan seseorang
seseorang. Oleh karena itu penyajian dalam pemilihan kelas perawatan.
makanan akan mempengaruhi Menurut Peneliti sebagian besar
responden berada pada kelas perawatan makanan yang diterima juga terjadi
3 dimana pada kelas ini umumnya karena responden menganggap
responden menerima apapun penyajian pendistribusian makanan yang kurang
makanan yang diberikan berbeda tepat jadwal, terkadang makanan yang
dengan kelas perawatan yang lebih diberikan sudah dalam keadaan agak
tinggi dimana mereka akan lebih dingin, sayur yang kematangan, rasa
memilih makanan dan terkadang mereka makanan yang agak asin dan tekstur nasi
tidak memakan makanan yang telah masih keras. Adanya pendistribusian
disajikan hingga habis. makanan yang kurang tepat terjadi
karena ruangan pasien dengan ruangan
B. Identifikasi tingkat kepuasan pasien departemen gizi berjarak agak cukup
rawat inap non covid Kelas I,II,III jauh sehingga petugas membutuhkan
terhadap penyelengaraan makanan di waktu dalam memberikan makanan ke
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya. ruangan tersebut, selain itu masih
Berdasarkan tabel 2 terdapat petugas penyaji makanan yang
menunjukkan data bahwa sebagian besar kurang disiplin sehingga makanan
responden di rawat inap kelas I, II, III sampai diruangan pasien menjadi
sebagian besar merasa cukup puas terlambat.
dengan pelayanan gizi di Rumah Sakit
Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan C. Identifikasi daya terima makanan
Surabaya sebanyak 28 responden (56%) biasa pada pasien rawat inap non
dan sebagian kecil merasa tidak puas covid kelas I,II,III RSPAL Dr.
sebanyak 3 responden (6%). Kepuasan Ramelan Surabaya
pasien adalah tingkat perasaaan pasien Tabel 3 menjelaskan bahwa
yang timbul setelah memakai suatu sebagian besar responden menunjukkan
layanan kesehatan dan membandingkan daya terima yang menarik terhadap
pelayanan tersebut setidaknya penyajian makanan di rawat inap kelas I,
memenuhi atau atau melebihi dengan II, III Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut
apa yang diharapkannya (Dipura et al., Dr. Ramelan Surabaya sebanyak 32
2017). Pentingnya pelayanan gizi di responden (64%) dan sebagian kecil
rumah sakit besar pengaruhnya terhadap termasuk dalam kategori tidak menarik
kepuasan dan persepsi pasien terhadap sebanyak 3 responden (6%). Hal ini
rumah sakit. Kepuasan merupakan dipengaruhi oleh hasil kuesioner pasien
fungsi dari kesan kinerja dan harapan. yang menjawab bahwa tekstur makanan
Apabila kinerja layanan kesehatan yang tidak sesuai, bumbu masakan tidak
diperoleh sama atau melebihi harapan, sesuai, rasa masakan tidak sesuai, aroma
maka akan menimbulkan kepuasan masakan tidak merangsang nafsu
terhadap pasien. Ketidakpuasan pasien makan, tekstur sayur tidak sesuai dan
akan muncul apabila kinerja layanan suhu makanan sudah dingin Ketika
kesehatan yang diperoleh tidak sesuai sampai di pasien. Daya terima
dengan harapannya. Kualitas pelayanan merupakan salah satu indikasi yang
yang baik akan memengaruhi kepuasan dapat menilai suatu pelayanan di Rumah
pasien dan pasien akan cenderung Sakit terutama dari segi makanan yang
kembali datang untuk menggunakan jasa disajikan. Daya terima makanan dapat
pelayanan tersebut (Nafi’a, 2021). diukur dengan melihat sisa makanan,
Menurut peneliti hasil semakin tinggi waste atau sisa makanan
penelitian menunjukkan bahwasannya maka daya terima makan pasien tersebut
sebagian besar responden merasa cukup rendah (Widi et al., 2020). Keberhasilan
puas dengan pelayanan gizi yang suatu penyelenggaraan makanan sering
diterima selama mereka dirawat di kelas dikaitkan dengan adanya sisa makanan
I, II, III di RSPAL Dr. Ramelan atau daya terima pasien, yang menjadi
Surabaya. Banyakan responden yang indikator sederhana untuk mengevaluasi
merasa cukup puas dengan pelayanan keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit.
Tingginya sisa makanan mengakibatkan D. Hubungan tingkat kepuasan pasien
kebutuhan gizi pasien tidak adekuat dan dengan daya terima makanan biasa
secara ekonomis menunjukkan pada pasien rawat inap non covid
banyaknya biaya yang terbuang, yang kelas I,II,III RSPAL Dr. Ramelan
menyebabkan anggaran makanan Surabaya
kurang efisien dan efektif, sehingga Berdasarkan tabel 4 didapatkan
pengelolaan biaya makan tidak data bahwa dari 3 responden yang
mencapai tujuan yang optimal dan merasa kurang puas dengan pelayanan
memberikan ketidaknyamana atau makanan sebagian besar memiliki daya
ketidakpuasan kepada pasien terima tidak menarik sebanyak 2
(Ronitawati et al., 2021). Menurut responden (66,7%). Dari 28 responden
peneliti daya terima makanan yang yang merasa cukup puas dengan
dimiliki sebagian besar pasien di ruang pelayanan makanan sebagian besar
rawat inap kelas I, II, III RSAL termasuk memiliki daya terima dalam kategori
dalam kategori daya terima menarik. kurang menarik sebanyak 17 responden
Responden merasa makanan yang (60,7%). Dan dari 19 responden yang
disajikan di ruang rawat inap kelas I, II, merasa puas dengan pelayanan makanan
dan III RSAL mempunyai rasa, tekstur didapatkan data hamper seluruhnya
dan aroma serta warna makanan yang responden memiliki daya terima dalam
cukup baik dan menarik sehingga kategori kurang menarik sebanyak 15
dengan daya terima tersebut responden responden (78,9%). Hasil uji spearman
akan membantu mempercepat proses rho didapatkan nilai ρ = 0,011, r = 0,359
penyembuhan pasien karena dengan dan α = 0,05. Hasil ini menunjukkan
daya terima yang menarik atau baik bahwa ρ = 0,01 < α = 0,05. Hal ini berarti
pasien akan menghabiskan seluruh H1 diterima sehingga dapat dinyatakan
makan yang sajikan oleh rumah sakit terdapat Hubungan Tingkat Kepuasan
dan kebutuhan energi dan protein pasien Pasien Dengan Daya Terima Makanan
akan terpenuhi dengan baik, selain itu Biasa Pada Pasien Rawat Inap Non
responden juga menganggpa petugas Covid Kelas I, II, III RSPAL Dr.
dalam menyajikan makan sudah cukup Ramelan Surabaya. Nilai r = 0,359
ramah, sopan dan berpenampilan rapi, menunjukkan bahwa hubungan kedua
peralatan makanan bersih, jadwal variable dalam korelasi yang cukup
pemberian makan sudah tepat waktu dan kuat.
aroma makanan mengunggah selera Pelayanan merupakan faktor
responden untuk makan. Sedangkan penting yang dapat membentuk
pada pasien dengan daya terima dalam kepercayaan pasien kepada rumah sakit
kategori tidak menarik terjadi karena sehingga tercipta loyalitas mereka
mereka merasa makanan yang disajikan sebagai konsumen jasa pelayanan
masih kurang baik karena rasa kurang kesehatan. Pelayanan Gizi Rumah Sakit
enak, tekstur nasi yang terkadang masih (PGRS) merupakan bagian integral dari
agak keras dan juga responden memang pelayanan kesehatan paripurna Rumah
kurang berselera ketika mengkonsumsi Sakit dengan kegiatan antara lain
makanan dari rumah sakit, adanya daya Pelayanan Gizi Rawat Inap dan Rawat
terima yang tidak menarik ini akan Jalan (Salamah & Rustiana, 2017).
mempengaruhi tingginya sisa makanan Penyelenggaraan makanan rumah sakit
pasien sehingga kebutuhan pasien tidak bertujuan menyediakan makanan yang
terpenuhi secara adekuat. sesuai dengan keadaan orang sakit yang
dapat menunjang penyembuhan
penyakit. Daya terima terhadap
makanan merupakan faktor utama
terpenuhinya asupan zat gizi pasien.
Semakin baik daya terima pasien,
asupan zat gizi pasien akan semakin
meningkat sehingga akan menunjang KESIMPULAN
proses penyembuhan penyakit (Puspa, 1. Karakteristik pasien rawat inap non
2019). Komponen penting dalam covid di rawat inap kelas I, II, III Rumah
kesuksesan pelayanan makanan rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan
sakit berorientasi pada kepuasan pasien. Surabaya berdasarkan usia
Kepuasan pasien terhadap pelayanan menunjukkan hampir setengahnya
makanan dapat diidentifikasi dari berusia 41-50 tahun. Berdasarkan
ekspektasi produk dan persepsi pasien pendidikan menunjukkan sebagian besar
terhadap kualitas makanan yang responden termasuk lulusan sekolah
disajikan, dan pelayanan petugas menengah (SLTA). Berdasarkan
penyaji kepada pasien. Kepuasan pasien pekerjaan menunjukkan hampir
terhadap pelayanan makanan di rumah setengahnya bekerja sebagai pegawai
sakit sangat dipengaruhi oleh persepsi swasta dan sebagai TNI/Polri atau PNS.
pasien terhadap bagaimana kinerja Berdasarkan jenis kelamin
manajemen rumah sakit dalam menunjukkan sebagian besar responden
menyajikan makanan kepada pasien. berjenis kelamin laki-laki.
Apabila persepsi pasien terhadap 2. Sebagian besar responden di rawat inap
pelayanan makanan semakin baik maka kelas I, II, III merasa cukup puas
pasien akan semakin puas sehingga sebanyak 28 responden (56%) dengan
dapat mempengaruhi daya terima pasien pelayanan gizi di Rumah Sakit Pusat
terhadap makanan yang disajikan Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.
(Safitir, 2019). 3. Sebagian besar responden menunjukkan
Hasil penelitian ini daya terima yang menarik sebanyak 32
menunjukkan bahwasannya kepuasan responden (64%) terhadap penyajian
pasien terhadap penyajian makanan makanan di rawat inap kelas I, II, III
akan mempengaruhi daya terima pasien Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr.
terhdap makanan tersebut. Dengan daya Ramelan Surabaya.
terima yang baik makan pasien akan 4. Terdapat Hubungan Tingkat Kepuasan
menghabiskan makanan tersebut Pasien Dengan Daya Terima Makanan
sehingga kebutuhan energy dan protein Biasa Pada Pasien Rawat Inap Non
pasien dapat terpenuhi secara adekuat. Covid Kelas I, II, III RSPAL Dr.
Salah satu cara untuk dapat Ramelan Surabaya. Nilai r = 0,359
menignkatkan kepuasan pasien dengan menunjukkan hubungan kedua variable
memodifikasi menu untuk dalam korelasi yang cukup kuat.
meningkatkan cita rasa makanan,
sehingga dapat meningkatkan kepuasan SARAN
pasien terhadap makanan yang 1. Penilaian kepuasan pasien dan daya
disajikan. Demikian pula, modifikasi terima makanan sebaiknya
menu untuk meningkatkan nilai dimasukkan kedalam agenda rutin
masakan, berdasarkan menu standar kegiatan evaluasi pelayanan rumah sakit
yang lebih mengutamakan dalam rasa dan dilakukan oleh bagian instalasi gizi
makanan (suhu, rasa, aroma, tekstur), karena berkaitan dengan
penampilan saat penyajian dan tetap penyelenggaraan makanan sehingga
mempertahankan standar porsi. dapat meningkatkan kualitas
Berdasarkan nilai korelasi kedua penyelenggaraan makanan bagi pasien
variable menunjukkan bahwasannya dan dapat memenuhi SPM (Standar
hubungan yang terjadi antara variable Pelayanan Minimal) dari DEPKES RI.
independen dan dependen termasuk Selain itu uji kesukaan atau daya terima
hubungan yang cukup kuat sehingga terhadap makanan yang disajikan agar
dapat dinyatakan bahwa semakin puas dapat diketahui jenis menu dan olahan
responden maka akan semakin menarik yang paling disukai oleh pasien
daya terima makanan yang dimiliki. sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam menyusun siklus
menu dan juga besaran biaya menu Pratama, I. A. L. (2020). Hubungan
makanan yang akan dilaksanakan . Kepuasan Pelayanan Makanan dengan
2. Hendaknya ada hubungan timbal balik Jenis Diet pada Pasien di RSU Haji
antara pasien rawat inap dengan pihak Surabaya. Media Gizi Kesmas, 8(1),
rumah sakit. Pasien dapat memberikan 12.
masukan yang dapat membangun demi https://doi.org/10.20473/mgk.v8i1.201
mewujudkan penyajian dan pelayanan 9.12-18
yang sesuai dengan keinginan bersama Rachmawati, W. C. (2019). Promosi
dan dapat meningkatkan kualitas Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. PT.
penyajian dan pelayanan. Pasien Wineka Media.
diharapkan lebih bisa berkomunikasi Ronitawati, P., Fujima, M., Sitoayu, L.,
apa yang menjadi keluhan terhadap Sa’pang, M., & Dewanti, L. P. (2021).
penyajian dan pelayanan. Hubungan Tingkat Kepuasan Dan
3. Hendaknya peneliti berikutnya dapat Kualitas Pelayanan Makanan Terhadap
melaksanakan pengujian daya terima Biaya Sisa Makanan Dan Zat Gizi
makanan dengan menggunakan metode Yang Hilang Pada Pasien Di Rumah
pengujian yang lain sehingga hasil Sakit Umum Daerah Koja Jakarta. Gizi
penelitia dapat menjadi wacana dalam Indonesia, 44(1), 77–86.
peningkatan ilmu pengetahuan dan https://doi.org/10.36457/gizindo.v44i1
teknologi dalam bidang ilmu gizi. .527
Sumardilah, D. S. (2022). Analisis Sisa
DAFTAR PUSTAKA Makanan Pasien Rawat Inap Rumah
Sakit Food Leftovers Analysis of
Dipura, N., Mulyasari, I., & Purbowati. Hospital Inpatients. 13, 101–109.
(2017). Hubungan Antara Kepuasan Tanuwijaya, L. K., Novitasari, T. D.,
Pasien dengan Daya Terima Makanan Arifiani, E. P., Wani, Y. A., &
pada Pasien di RSUD dr. H. Soewondo Wulandari, dina E. (2019). Kepuasan
Kendal. JGK-Vol.9, 9(21), 76–86. Pasien terhadap Variasi Bahan
Magdalena, K., Thania, E., Wahyu, R. A., Makanan di Rumah Sakit. Jurnal Gizi,
Ningsih, M., & Nuraelah, A. (2022). 8(1), 50–58.
Daya Terima Pasien Terhadap Menu
Makanan Biasa Tanpa Diet Khusus di
RS PMI Bogor. Journal of Nutrition
and Culinary, 2(1), 1–8.
Nafi’a, Z. I. (2021). Faktor Kepuasan Pasien
Terhadap Pelayanan Makanan di
Rumah Sakit: Literature Review.
Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan
RS.Dr. Soetomo, 7(2), 233.
https://doi.org/10.29241/jmk.v7i2.634
Nita, M. H. D., A, A. A. A. M., & Loaloka,
M. S. (2020). Evaluasi Kepuasaan
Pasien Dan Analisis Sisa Makanan
Pada Menu Yang Di Sajikan Di Rsud
Prof Dr W . Z Yohanes. Nutrilogy
Jurnal Pangan Gizi, Kesehatan, 1(2),
54–59.
Nurqisthy, A., Adriani, M., & Muniroh, L.
(2016). Kecukupan Energi Dan Protein
Pasien Di Rumah Sakit. Media Gizi
Indonesia, 1(1), 32–39.

Anda mungkin juga menyukai