Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KELOMPOK BIOSTATISTIK

UJIAN AKHIR SEMESTER

Analisa Kepuasan Pasien Terhadap Makanan di Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit
TK IV 01.07.04 Pekanbaru

OLEH:

SYIFA SUCIANA PUTRI (2205030)


INDAH SRI MULIANI (2205004)
NURUL DIYAH WIJAYANTI (2205012)
RIAUNI SYAPUTRI (2205052)

DOSEN:
DR. MITRA, SKM, MKM

BIOSTATISTIK
PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari beragam bagian salah satunya adalah
pelayanan gizi. Program pelayanan gizi rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit melalui upaya penyediaan pelayanan gizi yang efisien dan terintegrasi
dengan pelayanan kesehatan lainnya. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan bagian
penunjang pelayanan kesehatan yaitu bagian dari terapi medis (Simanjuntak et al., 2020).
Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit terdiri dari asuhan gizi rawat jalan, asuhan gizi rawat
inap, penyelenggaraan makanan, dan penelitian serta pengembangan (Yuwono et al., 2013).
Pelayanan makanan bagi pasien merupakan bagian dari penyelenggaran makanan di rumah
sakit.
Layanan makanan rumah sakit memainkan peran penting dalam proses pengobatan
pasien selama rawat inap yaitu dengan memberikan makanan bergizi. Pelayanan makanan
rumah sakit dimaksudkan untuk memberikan makanan yang higienis, aman, dan bergizi
seimbang kepada pasien yang mendukung pemulihan pasien. Layanan makanan rumah sakit
merupakan bidang yang kompleks dan membutuhkan keterampilan khusus. Ahli gizi dituntut
memberikan layanan yang sesuai dengan jenis pasien, jenis pengobatan, dan meminimalisir
terjadinya infeksi (Ramesh & Manimegalai, 2018). Hal tersebut sesuai dengan konsep
pelayanan gizi di rumah sakit yaitu pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan
keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya
proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi
kondisi pasien yang semakin buruk, karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk
perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya
penyakit dan kekurangan gizi (Yuwono et al., 2013).
Kondisi internal pasien yang dirawat inap seringkali memengaruhi nafsu makan yang
berdampak pada tingginya sisa makanan pasien meskipun demikian, faktor eksternal juga
berpengaruh secara signifikan terhadap sisa makanan pasien. Kondisi fisik, kebiasaan makan,
dan perbedaan jenis kelamin menjadi faktor internal yang menyebabkan pasien menyisakan
makanan. Adapun faktor eksternal yang dominan memengaruhi pasien menyisakan makanan

2
di rumah sakit adalah rasa makanan, penampilan makanan, dan kurangnya variasi makanan.
Selain itu, peranan keluarga yang memberikan makanan dari luar rumah sakit, membantu,
dan memberi motivasi pasien juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pasien
menyisakan makanan (Karunia Tanuwijaya et al., 2018).
Pentingnya pelayanan gizi di rumah sakit besar pengaruhnya terhadap kepuasan dan
persepsi pasien terhadap rumah sakit. Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan
harapan. Apabila kinerja layanan kesehatan yang diperoleh sama atau melebihi harapan,
maka akan menimbulkan kepuasan terhadap pasien. Ketidakpuasan pasien akan muncul
apabila kinerja layanan kesehatan yang diperoleh tidak sesuai dengan harapannya. Kualitas
pelayanan yang baik akan memengaruhi kepuasan pasien dan pasien akan cenderung kembali
datang untuk menggunakan jasa pelayanan tersebut (Arifiyanti et al., 2017). Kepuasan dan
persepsi pasien bukan suatu hal yang sepele bagi rumah sakit, karena berkaitan dengan citra
rumah sakit di masyarakat dan penilaian rumah sakit baik saat akreditasi maupun kegiatan
sejenis lainnnya. Terkadang persepsi awal yang muncul pada pasien rawat inap adalah
tentang bagaimana makanan yang nantinya diberikan, tak jarang yang beranggapan bahwa
makanan rumah sakit tidak enak dan tidak sedikit pasien yang nakal dengan mengonsumsi
makanan yang dibeli dari luar rumah sakit tentu jika tidak hati–hati kejadian tersebut dapat
membahayakan kondisi pasien.
Aspek penting yang mempengaruhi kepuasan pasien di rumah sakit adalah hubungan
pasien dengan makanan dan nutrisi dalam perawatan di rumah sakit (Messina et al., 2013).
Terdapat dua faktor yang bisa mempengaruhi kepuasan pasien atas pelayanan makanan di
rumah sakit yaitu karakteristik makanan dan distribusi makanan (Mangunsong & Junadi,
2018). Kedua faktor tersebut merupakan bagian dari beberapa faktor lainnya dalam proses
pelayanan makanan di rumah sakit sehingga dirasa masih perlu mengidentifikasi faktor –
faktor yang berpengaruh besar terhadap kepuasan pasien di rumah sakit. Tujuan dari
literature review ini adalah untuk mengetahui faktor kepuasan pasien terhadap pelayanan
makanan di rumah sakit.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah penelitian
yaitu :
1. Bagaimana Kepuasan Pasien terhadap Makanan di Ruang Rawat Inap di Rumah
Sakit TK IV 01.07.04 Pekanbaru

3
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Bagaimana Kepuasan Pasien terhadap Makanan di Ruang
Rawat Inap di RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru yang merupakan Rumah Sakit
Pemerintah.
2. Tujuan Khusus
- Untuk menganalisis Kepuasan Pasien RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru yang di
tinjau dari variasi makanan di ruang rawat inap.
- Untuk menganalisis kepuasaan Pasien Rawat inap Di RS TK IV 01.07.04
Pekanbaru yang di tinjau dari cita rasa makanan ruang rawat inap.
- Untuk menganalisis Kepuasan pasien di RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru yang
di tinjau dari penyajian makanan ruang rawat inap.
- Untuk menganalisis Kepuasan pasien di RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru yang
di tinjau dari suhu makanan yang tersaji ruang rawat inap.
- Untuk menganalisis Kepuasan pasien di rumah RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru
yang di tinjau dari keramahan petugas pengantar makanan ruang rawat inap.
- Untuk menganalisis Kepuasan pasien di rumah RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru
yang di tinjau dari ketepatan waktu terhadap makanan yang disajikan ruang
rawat inap.
- Untuk menganalisis Kepuasan pasien di rumah RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru
yang di tinjau dari pelayanan yang diberikan ahli gizi ruang rawat inap.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kepuasan Pasien


Memahami kebutuhan dan keinginan pasien adalah hal penting yang mempengaruhi
kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila
pasien merasa puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya,
tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat
kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien,
rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien yang
lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.
Pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter dan tenaga kesehatan lainnya ditempat
praktek (Yuwono; 2003). Sedangkan kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang
berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan
harapannya (Nursalam; 2011). Kotler (dalam Nursalam; 2011) menyebutkan bahwa
kepuasan adalah perasan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan
harapan-harapannya.
Westbrook & Reilly (dalam Tjiptono; 2007) berpendapat bahwa kepuasan pelanggan
merupakan respon emosional terhadap pengalamanpengalaman berkaitan dengan produk
atau jasa tertentu yang dibeli, gerai ritel, atau bahkan pola perilaku (seperti perilaku
berbelanja dan perilaku pembeli), serta pasar secara keseluruhan. Menurut Yamit (2002),
kepuasan pelanggan adalah hasil (outcome) yang dirasakan atas penggunaan produk dan
jasa, sama atau melebihi harapan yang diinginkan. Sedangkan Pohan (2007) menyebutkan
bahwa kepuasan pasien adalah tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari
kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya, setelah pasien membandingkan dengan apa
yang diharapkannya. Pendapat lain dari Endang (dalam Mamik; 2010) bahwa kepuasan
pasien merupakan evaluasi atau penilaian setelah memakai suatu pelayanan, bahwa
pelayanan yang dipilh setidak-tidaknya memenuhi atau melebihi harapan.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan pasien adalah hasil penilaian dalam bentuk respon emosional (perasaan senang
dan puas) pada pasien karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menggunakan dan
menerima pelayanan perawat.

5
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Menurut Budiastuti (dalam Nooria; 2008), faktor yang mempengaruhi kepuasan
pasien yaitu:
a. Kualitas produk atau jasa, pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi pasien
terhadap kualitas produk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas
produk atau jasa dan komunikasi perusahaan, dalam hal ini rumah sakit dalam
mengiklankan tempatnya.
b. Kualitas pelayanan, pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan
yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
c. Faktor emosional, pasien merasa bangga, puas dan kagum terhadap rumah sakit yang
dipandang “rumah sakit mahal”.
d. Harga, semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih
besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah,
memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.
e. Biaya, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu
membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, maka pasien cenderung puas
terhadap jasa pelayanan tersebut.
Selain itu, menurut Moison, Walter dan White (dalam Nooria; 2008)
menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien, yaitu:
a. Karakteristik produk, karakteristik produk rumah sakit meliputi penampilan
bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan beserta
kelengkapannya.
b. Harga, semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang
lebih besar.
c. Pelayanan, meliputi pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam
pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih
memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah
sakit.
d. Lokasi, meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan
salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih rumah sakit.
Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah
dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi
pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit tersebut.
6
e. Fasilitas, kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian kepuasan
pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang
tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap.
f. Image, yaitu citra, reputasi dan kepedulian perawat terhadap lingkungan
g. Desain visual, tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan kenyamanan
suatu rumah sakit, oleh karena itu desain dan visual harus diikutsertakan dalam
penyusunan strategi terhadap kepuasan pasien atau konsumen.
h. Suasana, suasana rumah sakit yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat
mempengaruhi kepuasan pasien dalam proses penyembuhannya. Selain itu tidak
hanya bagi pasien saja yang menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung ke
rumah sakit akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga
akan terkesan bagi pengunjung rumah sakit tersebut.
i. Komunikasi, bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh
perawat.
Kemudian menurut Yazid (dalam Nursalam; 2011), faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien yaitu:
a. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan
b. Layanan selama proses menikmati jasa
c. Perilaku personel
d. Suasana dan kondisi fisik lingkungan
e. Cost atau biaya
f. Promosi atau iklan yang sesuai dengan kenyataan
2.3 Aspek-Aspek Kepuasan Pasien
Penilaian pasien terhadap pelayanan perawat bersumber dari pengalaman pasien.
Aspek pengalaman pasien dapat diartikan sebagai suatu perlakuan atau tindakan dari perawat
yang sedang atau pernah dijalani, dirasakan dan ditanggung oleh seseorang yang
menggunakan pelayanan perawat.
Menurut Zeitham dan Berry (dalam Tjiptono; 2002), aspek-aspek kepuasan pasien
meliputi:
a. Keistimewaan, yaitu dimana pasien merasa diperlakukan secara istimewa oleh perawat
selama proses pelayanan.
b. Kesesuaian, yaitu sejauhmana pelayanan yang diberikan perawat sesuai dengan keinginan
pasien, selain itu ada ketepatan waktu dan harga.

7
c. Keajegan dalam memberikan pelayanan, artinya pelayanan yang diberikan selalu sama
pada setiap kesempatan dengan kata lain pelayanan yang diberikan selalu konsisten.
d. Estetika, estetika dalam pelayanan berhubungan dengan kesesuaian tata letak barang
maupun keindahan ruangan.
Selain itu menurut Krowinski (dalam Suryawati; 2004), terdapat dua aspek kepuasan
pasien yaitu:
a. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan standar dan kode etik pofesi. Meliputi:
hubungan perawat dengan pasien, kenyamanan pelayanan, kebebasan menentukan pilihan,
pengetahuan dan kompetensi teknis, efektivitas pelayanan dan keamanan tindakan.
b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan.
Meliputi: ketersediaan, kewajaran, kesinambungan, penerimaan, keterjangkauan, efisiensi,
dan mutu pelayanan kesehatan.
Kemudian menurut Hinshaw dan Atwood (dalam Hajinezhad; 2007), aspek kepuasan
pasien yaitu:
a. Teknik pelayanan professional
b. Kepercayaan
c. Pendidikan pasien
2.4 Kualitas Pelayanan
Suatu cara perusahaan jasa untuk tetap dapat unggul bersaing adalah memberikan jasa
dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaingnya secara 12 konsisten. Kualitas yang baik
telah menjadi harapan dan impian bagi semua orang baik konsumen maupun produsen.
Menurut Winston Dictionary (dalam Satrianegara; 2009), kualitas adalah tingkat
kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati. Selain itu menurut Crosby
(dalam Satrianegara; 2009), kualitas adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
Kualitas menurut Goetsh & Davis (dalam Yamit; 2002) adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah
kondisi dimana hasil dari produk dan jasa mencapai tingkat kesempurnaan yang sesuai
dengan kebutuhan pelanggan, standar yang berlaku dan tujuan.
2.5 Pengertian Pelayanan
Produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan barang atau jasa.
Jasa diartikan sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan pelayanan (Supranto, 2001).
Menurut Kotler (dalam Tjiptono; 2007) mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau
8
perbuatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya
bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.
Sedangkan menurut Simamora (2001), pelayanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang
ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud atau tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun. Sugiarto (dalam Hadjam dan Arida; 2002) 13
mengungkapkan bahwa layanan yang baik adalah layanan yang sangat memperhatikan
individu sebagai pribadi yang unik dan menarik. Kotler (dalam Tjiptono; 2007) menjelaskan
karakteristik dari pelayanan sebagai berikut:
a. Intangibility (tidak berwujud), yaitu suatu pelayanan mempunyai sifat tidak berwujud,
tidak dapat dirasakan atau dinikmati, tidak dapat dilihat, didengar dan dicium sebelum dibeli
oleh konsumen. Misalnya: pasien dalam suatu rumah sakit akan merasakan bagaimana
pelayanan perawat yang diterimanya setelah menjadi pasien rumah sakit tersebut.
b. Inseparibility (tidak dapat dipisahkan), yaitu pelayanan yang dihasilkan dan dirasakan pada
waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak
lainnya, dia akan tetap merupakan bagian dari pelayanan tersebut. Dengan kata lain,
pelayanan dapat diproduksi dan dikonsumsi atau dirasakan secara bersamaan. Misalnya:
pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien dapat langsung dirasakan kualitas
pelayanannya.
c. Variability (bervariasi), yaitu pelayanan bersifat sangat bervariasi karena merupakan non
standardized dan senantiasa mengalami perubahan tergantung dari siapa pemberi pelayanan,
penerima pelayanan dan kondisi di mana serta kapan pelayanan tersebut diberikan. Misalnya:
pelayanan yang diberikan kepada pasien di ruang rawat inap kelas VIP berbeda dengan kelas
tiga.
d. Perishability (tidak tahan lama), dimana pelayanan itu merupakan komoditas yang tidak
tahan lama dan tidak dapat disimpan. Misalnya: jam tertentu tanpa 14 ada pasien di ruang
perawatan, maka pelayanan yang biasanya terjadi akan hilang begitu saja karena tidak dapat
disimpan untuk dipergunakan lain waktu.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan
merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan layanan kepada pihak lain yang
mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, bervariasi, dan tidak tahan lama,
sehingga pelayanan hanya dapat dirasakan setelah orang tersebut menerima pelayanan.
2.6 Pengolahan Bahan Makanan
a. Variasi Menu Makanan Pada pelaksanaan variasi menu makanan di Instalasi Gizi
Rumah Sakit Umum Kota Banjar perannya menerapkan siklus menu per 10 hari
9
ditambah 1 hari untuk tanggal 31 berdasarkan bulan tertentu. Kesesuaian pelaksanaan
siklus menu makanan dalam penerapannya sudah sesuai dengan manajemen sistem
penyelenggaraan makanan. Dimana keseuaian siklus menu tersebut sudah sesuai
dengan penerapan siklus menu 10 hari sesuai ketentuan di manajemen sistem
penyelanggraan makanan di bagian proses.
b. Penyajian Makanan Warna makanan yang menarik dan kepuasan pasien terhadap
warna makanan yang disajikan terlihat kontras. Warna makanan dari sebagain pasien
ruang rawat inap kebidanan tidak menjadi persoalan pada ketidaksesuaian indikator
penilaian sistem penyelenggaraan makanan pada bagian proses. Namun masih ada
saja dari kepuasan eksternal pasien yang tidak sesuai harapan pasien. Besar porsi
makanan pada makanan yang disajikan sudah ditentukan oleh standar porsi yang
sudah dibuat berdasarkan jenis diet dan jenis penyakitnya. Pemorsian makanan
seperti halnya lauk pauk disesuaikan juga dalam bentuk pemotongan bahan makanan
saat pengolahan makanan, sehingga pemorsian dalam penyajian makanan ada yang
sesuai dan tidak dengan standar porsi makanan. Dalam bentuk makanan di instalasi
gizi tidak ada standar khusus mengenai bentuk makanan dalam setiap menu
makanan. Meskipun tidak adanya standar khusus pada makanan yang disajikan, ada
baiknya pada proses pengolahan bahan makanan bentuk makanan yang akan
disajikan dapat bervariasi dari jenis olahan bahan makanannya sesui dengan jenis
menu yang berlaku dari setiap jam makannya. Tekstur makanan pada makanan yang
disajikan kepada pasien masih saja suka ada tekstur makanan pada menu lauk pauk
ataupun nasi ada bentuk komplain dari pasien dengan tekstur daging yang keras dan
nasi yang keras.
c. Ketepatan Citarasa Standar bumbu di instalasi gizi sudah adanya standar bumbu
makanan dari standar bumbu merah, bumbu kuning dan bumbu putih. Permasalahan
ketepatan citarasa makanan pada makanan yang disajikan perlunya pemahaman bagi
tenaga pengolah makanan dalam penggunaan standar bumbu yang digunakan baik
pada standar bumbu merah, bumbu kuning dan bumbu putih. Termasuk pada
pemahan pada pengunaan dengan menu makanan diet khusus, karena hal tersebut
perlu menyesuaikan dengan kondisi pasiesn dari jenis penyakit dan jenis makanan.
Kerusakan alat bain marie yang ada di instalasi gizi rumah sakit rusak akan
mempengaruhi kualitas citarasa, suhu dan aroma makanan yang disajikan ke pasien,
Tidak tercapainya indikator standar pelayanan minimal pada suhu dan aroma
makanan yang tidak sesuai, maka perlu adanya pemenuhan pengadaan alat bain
10
marie untuk menjaga kualitas makanan terutama pada suhu dan aroma pada makanan
yang sesuai standar mutu. Tingkat kematangan pada makanan yang disajikan masih
ada pengolahan makanan baik pada makanan pokok atau lauk pauk yang masih liat
atau masih keras akibat pada kematangan pada proses pemasakan yang kurang
optimal.
2.7 Kerangka teori
Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah:

- Variasi Makanan
- Cita Rasa Makanan
- Penyajian Makanan Kepuasan Pasien
- Suhu Makanan
- Keramahan Petugas
- Pelayanan Ahli Gizi
- Ketepatan Waktu
Pengantaran Gambar 2.1 Kerangka teori

2.4 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

- Variasi Makanan

- Cita Rasa Makanan

- Penyajian Makanan

- Suhu Makanan
Kepuasan pasien
- Keramahan Petugas

- Pelayanan Ahli Gizi

- Ketepatan Waktu
Pengantaran

Gambar 2.2 Kerangka konsep

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif,
dengan rancangan cross sectional study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel
independen dengan variabel dependen dimana pengukuran antara sebab dan akibat dalam
waktu yang sama. Penelitian ini menggunakan skala likert yaitu suatu pengukuran yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang
fenomena sosial (Pasolong, 2013).
3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru di jalan Kesehatan no.2
Senapelan Kota Pekanbaru. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari sampai dengan
November 2022.
3.3. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang diterapkan. Pada penelitian ini
populasinya adalah seluruh pasien rawat inap yang ada RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru Tahun
2022.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian obyek yang diambil saat penelitian dari keseluruhan obyek
yang diteliti dan dianggap mewakili populasi. Sampel pada penelitian ini adalah semua
semua pasien rawat inap yang ada di RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru. Adapun prosedur
pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik accidental sampling. Menurut
Sugiyono (2014), accidental sampling yaitu pengambilan sampel dengan jalan mengambil
individu siapa saja yang dapat dijangkau atau ditemui selama mendapatkan pelayanan di Unit
rawat inap RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru Tahun 2022.
3. Kriteria Inklusi dan Eklusi
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Pasien yang bersedia menjadi responden dengan rentan usia 18-60 tahun di RS TK IV
01.04.07 Pekanbaru
2. Pasien rawat inap, poli dan instalasi gawat darurat RS TK IV 01.04.07 Pekanbaru
Kriteria eklusi dari penelitian tersebut adalah :
12
1. Pasien yang tidak kooperatif dan mempunyai masalah dalam komunikasi
2. Pasien yang tidak bersedia mengikuti penelitian
4. Besar Sampel
Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan jumlah rata-rata
kunjungan pasien pada instalasi rawat inap, poli, igd RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru tiap
bulan selama 2022 yaitu :
Jumlah kunjungan / tahun = 4.418
Pasien rate / bulan = 368 Menggunakan rumus Stanley Lameshow :
n= NZ2pq
d2 (N-1)+Z2pz
Keterangan :
n= perkiraan besar sampel
N= perkiraan besar populasi
P= perkiraan proporsi variable x yang diteliti q= 1-p
d=tingkat ketelitian = 0,05
Z= nilai standar distribusi normal sesuai alfa (α) yang dipilih (1,96)
n= NZ2 p.q
d2 (N-1)+Z2pz
n= 368. (1,96)2 . 0,5 . 0,5
(0,05)2 . (368-1) + (1,96)2 . 0,5 .0,5
n = 353,28
1,8775
n= 188,16
n= 188 orang

13
3.4 Definisi Operasional

No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala ukur

1. Variasi Kuesioner Pengisian 7 Kuesioner (1) Tidak Puas :1-2, ordinal


Makanan Pertanyaan dengan jawaban: (2) Memuaskan :3
(1) Kurang memuaskan; 1-2,
(2) Memuaskan: 3,
(3) Sangat memuaskan: 4
2. Cita Rasa Kuesioner Pengisian 7 Kuesioner (1) Tidak Puas :1-2, ordinal
Makanan Pertanyaan dengan jawaban: (2) Memuaskan :3
(1) Kurang memuaskan; 1-2,
(2) Memuaskan: 3,
(3) Sangat memuaskan: 4
3. Penyajian Kuesioner Pengisian 7 Kuesioner (1) Tidak Puas :1-2, ordinal
Makanan Pertanyaan dengan jawaban: (2) Memuaskan :3
(1) Kurang memuaskan; 1-2,
(2) Memuaskan: 3,
(3) Sangat memuaskan: 4
4. Suhu Kuesioner Pengisian 7 Kuesioner (1) Tidak Puas :1-2, ordinal
Makanan Pertanyaan dengan jawaban: (2) Memuaskan :3
Yang Tersaji (1) Kurang memuaskan; 1-2,
(2) Memuaskan: 3,
(3) Sangat memuaskan: 4
5. Ketepatan Kuesioner Pengisian 7 Kuesioner (1) Tidak Puas :1-2 ordinal
Waktu Pertanyaan dengan jawaban: (2) Memuaskan :3
Penyajian (1) Kurang memuaskan; 1-2,
Makanan (2) Memuaskan: 3,
(3) Sangat memuaskan: 4
6. Keramahan Kuesioner Pengisian 7 Kuesioner (1) Tidak Puas :1-2 ordinal
Petugas Pertanyaan dengan jawaban: (2) Memuaskan :3
Penyaji (1) Kurang memuaskan; 1-2,
Makanan (2) Memuaskan: 3,
(3) Sangat memuaskan: 4
7. Pelayanan Kuesioner Pengisian 7 Kuesioner (1) Tidak Puas :1-2, ordinal
Yang Pertanyaan dengan jawaban: (2) Memuaskan :3
Diberikan (1) Kurang memuaskan; 1-2,
Ahli Gizi (2) Memuaskan: 3,
(3) Sangat memuaskan: 4

3.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Data Primer

14
Data primer dapat diperoleh dari cara wawancara dengan menggunakan kuisioner yang telah
disediakan. Data yang dapat dikumpulkan dapat berupa angka, keterangan tertulis, informasi
lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang di teliti. Teknik
kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah
yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (banyak orang). Kuesioner ini
dilakukan dengan membagikan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir yang diajukan
secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban,
dan sebagainya.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumbernya yaitu dari arsip rawat inap
RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru berupa profil kesehatan Rumah Sakit, struktur organisasi, data
kunjungan pasien, dan lain-lain.
3.6. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA
1. Pengolahan Data
Pengelolahan data hasil jawaban responden dari kuesioner dilakukan dengan
menggunakan teknologi komputer program SPSS (Statistical Package For Social Science)
dengan prosedur sebagai berikut :
a. Editing
Data yang ada dalam formulir pengumpulan data diperiksa kelengkapan jawabannya,
keterbacaan tulisan, kesesuaian jawaban.
b. Coding
Setiap variable yang akan diukur atau dianalisis diberi kode sebagai dasar untuk
menentukan skor masing-masing variable tersebut.
c. Cleaning Data
Cleaning dilakukan pada semua lembar kerja untuk membersihkan kesalahan yang
mungkin terjadi selama proses input data. Proses ini dilakukan melalui analisis frekuensi
pada semua variable. Data missing dibersihkan dengan menginput data yang benar.
d. Tabulating
Tabulating (tabulasi data) dengan menggunakan bantuan komputer sesuai dengan
variable yang diteliti dan kebutuhan analisis untuk memudahkan proses pengolahan data
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk distribusi frekuensi persentasi yang disertai
dengan penjelasan dan table analisis.
3.7 ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESA
15
1. Analisis Univariat
Analisis univariat berfungsi memberikan gambaran karakteristik responden dan
penyajian hasil deskriptif melalui frekuensi dan distribusi dari variabel bebas dan variabel
terikat.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mencari ada tidaknya pengaruh masing-masing
variabel dependen dan variabel independen.Analisa data menggunakan uji Chi-Square. Diuji
dengan tingkat kemaknaan α= 0,05.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 ANALISIS UNIVARIAT

1. Variasi Makanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 15 8.0 8.0 8.0

3 105 55.9 55.9 63.8

4 68 36.2 36.2 100.0

Total
188 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil penilaian kuesioner tentang variasi


makanan pada paien rawat inap di RS.TK IV Pekanbaru dari 188 orang responden.
Berdasarkan skor penilaian kuesioner terdapat 15 orang dengan skor (2) cukup baik, skor (3)
baik sebanyak 105 orang, dan 68 orang dengan skor (4) sangat baik.
2. Cita Rasa Makanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 1 .5 .5 .5
2 6 3.2 3.2 3.7
3 157 83.5 83.5 87.2
4 24 12.8 12.8 100.0
Total 188 100.0 100.0

Berdasarkan penilaian kuesioner didapatkan nilai skor (1) kurang baik yaitu 1 orang,
skor (2) cukup baik yaitu 6 orang, skor (3) baik yaitu 157 orang, dan skor (4) sangat baik
yaitu 24 orang dari total 188 responden.

17
3. Penyajian Makanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 19 10.1 10.1 10.1
3 140 74.5 74.5 84.6
4 29 15.4 15.4 100.0
Total 188 100.0 100.0

Berdasarkan hasil penilaian dari 188 responden mengenai penyajian makanan


didapatkan hasil skor (2) cukup terdapat 19 orang, 140 orang pada skor (3) baik dan skor (4)
sangat baik adalah 29 orang.
4. Suhu Makanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 1 .5 .5 .5
2 2 1.1 1.1 1.6
3 171 91.0 91.0 92.6
4 14 7.4 7.4 100.0
Total 188 100.0 100.0

Berdasarkan penilaian suhu makanan yang didapatkan dari188 reponden adalah skor
(1) kurang baik terdapat 1 orang, skor (2) cukup baik adalah 2 orang, skor (3) baik adalah 171
orang, dan skor (4) sangat baik adalah 14 orang.
5. Keramahan Petugas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 3 1.6 1.6 1.6
2 5 2.7 2.7 4.3
3 172 91.5 91.5 95.7
4 8 4.3 4.3 100.0
Total 188 100.0 100.0

Berdasarkan penilaian keramahan petugas dari 188 responden didapatkan penilaian


skor (1) kurang baik yaitu 3 orang, skor (2) cukup baik 5 orang, skor (3) baik yaitu 172 orang
dan skor (4) sangat baik 8 orang.

18
6. Pelayanan Ahli Gizi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 1 .5 .5 .5
2 3 1.6 1.6 2.1
3 170 90.4 90.4 92.6
4 14 7.4 7.4 100.0
Total 188 100.0 100.0

Berdasarkan penilaian kuesioner pada pelayanan ahli gizi yang diberikan pada 188
responden didapatkan hasil skor (1) kurang baik adalah 1 orang, skor (2) cukup baik adalah 3
orang , skor (3) baik adalah 170 orang dan sangat baik (4) adalah 14 orang.

7. Ketepatan Waktu Pengantaran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 3 1.6 1.6 1.6
3 176 93.6 93.6 95.2
4 9 4.8 4.8 100.0
Total 188 100.0 100.0

Berdasarkan penilaian ketepatan waktu pengantaran makanan yang disajaikan ke


pasien, didapatkan hasil skor kurang baik (2) sebanyak 3 orang, (3) baik sebanyak 176 orang
dan (4) sangat baik sebanyak 9 orang.

4.2 UJI KOLMOGOROV SMIRNOV


1. Uji Nilai mean atau median pada distribusi data

Variasi Citra Rasa Penyajian Keramahan Pelayanan Ahli Ketepatan


Makanan Makanan Makanan Suhu Makanan Petugas Gizi Waktu

N Valid 188 188 188 188 188 188 188

Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 3.28 3.09 3.05 3.05 2.98 3.05 3.03
Median 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
Minimum 2 1 2 1 1 1 2
Maximum 4 4 4 4 4 4 4

19
Berdasarkan tabel diatas didapatkan dari 7 variabel didapatkan hasil median 3.00 dari
keseluruhan variabel, maka data tersebut tidak terdistribusi dengan normal.

2. Uji Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


variasi Citra Rasa Penyajian Suhu Keramahan Pelayanan Ketepatan
mkn Makanan Makanan Makanan Petugas Ahli Gizi Waktu

N 188 188 188 188 188 188 188


Normal Parametersa,b Mean 3.28 3.09 3.05 3.05 2.98 3.05 3.03
Std.
.603 .418 .504 .323 .365 .332 .251
Deviation
Most Extreme Absolute .318 .453 .388 .491 .475 .483 .503
Differences Positive .318 .453 .388 .491 .440 .483 .503
Negative -.245 -.382 -.357 -.419 -.475 -.421 -.434
Test Statistic .318 .453 .388 .491 .475 .483 .503
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .000c .000c .000c .000c .000c .000c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Berdasarkan hasil uji normalitas diatas diketahui nilai signifikansi kepuasan pasien
sebesar 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual tidak terdistribusi
normal.

20
4.3 Analisis Bivariat : Uji Chi Square
1. Hubungan kepuasan pasien denga variasi makanan
variasi makanan * SKOR_KEPUASAN Crosstabulation
SKOR_KEPUASAN

tidak puas puas Total

variasi kurang memuaskan Count 15 0 15

% within variasi 100.0% 0.0% 100.0%

Memuaskan Count 105 0 105

% within variasi 100.0% 0.0% 100.0%

Sangat Memuaskan Count 0 68 68

% within variasi 0.0% 100.0% 100.0%


Total Count 120 68 188

% within variasi 63.8% 36.2% 100.0%

Penjelasan : Pada kategori kepuasan pasien terhadap variasi makanan berdasarkan


tabel diatas, didapatkan hasil skor dari kelompok (1) kurang memuaskan sebanyak 15 orang
(100%) merasa tidak puas dan 0 orang pada skor memuaskan. untuk kelompok (2)
memuaskan terdapat 105 orang dengan skor yang tidak puas dan 0 orang (0%) sk
memuaskan, sedangkan pada kelompok (3) sangat memuaskan sebanyak 0 orang (0%)
dengan skor tidak puas dan skor memuaskan didapatkan sebanyak 68 orang (100%).
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)

Pearson Chi-Square 188.000a 2 .000


Likelihood Ratio 246.051 2 .000
Linear-by-Linear Association 150.937 1 .000
N of Valid Cases 188

Untuk mengetahui adanya nilai E kurang dari 5, dapat dilihat pada footnote yang tertulis
nilainya 0 cell (0%), berarti pada tabel silang diatas tidak ditemukan adanya nilai E <5.
Dengan demikian kita menggunakan uji ‘Continuity Correction’ dengan p value = 0,005
<alpha (0,005). Berarti kesimpulannya ada perbedaan yang signifikan antara kepuasan pasien
dengan variasi makanan.

21
2. Hubungan kepuasan Pasien dengan Cita Rasa Makanan
Cita_rasa makanan * SKOR_KEPUASAN Crosstabulation
SKOR_KEPUASAN

tidak puas memuaskan Total

Cita_rasa kurang memuaskan Count 5 2 7

% within Cita_rasa 71.4% 28.6% 100.0%

Memuaskan Count 92 65 157

% within Cita_rasa 58.6% 41.4% 100.0%

Sangat Memuaskan Count 23 1 24

% within Cita_rasa 95.8% 4.2% 100.0%


Total Count 120 68 188

% within Cita_rasa 63.8% 36.2% 100.0%

Penjelasan : pada kategori kepuasan pasien pada variabel cita rasa makanan didapatkan hasil
kelompok (1) kurang memuaskan terdapat 5 orang (71.4%) skor tidak puas dan 2 orang
(28.6%) merasa memuaskan. Pada kelompok (2) memuaskan didapatkan sebanyak 92 orang
(58.6%) skor yang tidak puas dan hanya 65 orang (41.4%) yang memuaskan, sedangkan pada
kelompok (3) sangat memuaskan terdapat 23 orang (95.8%) skor tidak puas,dan sebanyak 1
orang (4.2%) skor memuaskan.
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)

Pearson Chi-Square 12.683a 2 .002


Likelihood Ratio 16.380 2 .000
Linear-by-Linear Association 7.473 1 .006
N of Valid Cases 188

Hasil uji independensi chi-square menginformasikan bahwa terdapat asosiasi signifikan


antara kepuasan pasien dengan cita rasa makanan, X2 (2) = 12.683, p=0,002

3. Hubungan Kepuasan Pasien dengan Penyajian Makanan


Penjelasan: pada kategori kepuasan pasien terhadap penyajian makanan, didapatkan pada
kelompok (1) kurang memuaskan terdapat 10 orang (52.6%) dengan skor tidak puas dan 9
orang (47.4%) merasa memuaskan. Pada kelompok (2) memuaskan terdapat 94 orang

22
(67.1%) dengan skor yang tidak puas dan sebanyak 46 orang (32.9%) yang memuaskan,
sedangkan pada kelompok (3) sangat memuaskan terdapat 16 orang (55.2%) skor tidak puas
dan memuaskan sebanyak 13 orang (44.8%).

Penyajian_Makanan * SKOR_KEPUASAN Crosstabulation


SKOR_KEPUASAN

tidak puas memuaskan Total

Penyajian_Makanan kurang memuaskan Count 10 9 19

% within Penyajian_Makanan 52.6% 47.4% 100.0%

Memuaskan Count 94 46 140

% within Penyajian_Makanan 67.1% 32.9% 100.0%

Sangat Memuaskan Count 16 13 29

% within Penyajian_Makanan 55.2% 44.8% 100.0%


Total Count 120 68 188

% within Penyajian_Makanan 63.8% 36.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic Significance
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.639a 2 .267
Likelihood Ratio 2.587 2 .274
Linear-by-Linear Association
.013 1 .908
N of Valid Cases 188

Hasil uji independensi chi-square menginformasikan bahwa terdapat asosiasi


signifikan antara kepuasan pasien dengan penyajian makanan, X2 (2) = 2.639, p=0,267
4. Hubungan Kepuasan Pasien dengan Suhu Makanan
Suhu_Makanan * SKOR_KEPUASAN Crosstabulation
SKOR_KEPUASAN

tidak puas memuaskan Total

Suhu_Makanan kurang memuaskan Count 0 3 3

% within Suhu_Makanan 0.0% 100.0% 100.0%

Memuaskan Count 111 60 171

% within Suhu_Makanan 64.9% 35.1% 100.0%

Sangat Memuaskan Count 9 5 14


% within Suhu_Makanan 64.3% 35.7% 100.0%
Total Count 120 68 188
% within Suhu_Makanan 63.8% 36.2% 100.0%

23
Penjelasan: pada kategori kepuasan pasien dengan suhu makanan berdasarkan tabel
diatas, didapatkan hasil pada kelompok (1) kurang memuaskan sebanyak 0 orang (0%) skor
tidak puas, sebanyak 3 orang (100%) skor memuaskan, dan pada kelompok (2) memuaskan
terdapat 111 orang (64.9%) dengan skor tidak puas dan hanya 60 orang (35.1%) dengan skor
memuaskan, sedangkan pada kelompok (3) sangat memuaskan terdapat 9 orang (64.3%) skor
tidak puas dan skor memuaskan sebanyak 5 orang (35.7%).

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)

Pearson Chi-Square 5.382a 2 .068


Likelihood Ratio 6.190 2 .045
Linear-by-Linear Association 1.031 1 .310
N of Valid Cases 188

Hasil uji independensi chi-square menginformasikan bahwa terdapat asosiasi


signifikan antara kepuasan pasien dengan suhu makanan, X2 (2) = 5.382, p=0,068

5. Hubungan Kepuasan Pasien dengan Keramahan Petugas pengantaran makanan


Keramahan_Petugas * SKOR_KEPUASAN Crosstabulation
SKOR_KEPUASAN Total

tidak puas memuaskan

Keramahan_Petugas kurang memuaskan Count 2 6 8


% within
25.0% 75.0% 100.0%
Keramahan_Petugas

Memuaskan Count 118 54 172

% within
68.6% 31.4% 100.0%
Keramahan_Petugas

Sangat Memuaskan Count 0 8 8

% within
0.0% 100.0% 100.0%
Keramahan_Petugas
Total Count 120 68 188

% within
63.8% 36.2% 100.0%
Keramahan_Petugas

24
Penjelasan: pada kategori kepuasan pasien dengan variabel keramahan petugas saat pengantaran
makanan didapatkan hasil pada kelompok (1) kurang memuaskan terdapat 2 orang (25.0%) tidak
puas dan 6 orang (75.0%) merasa memuaskan, dan pada kelompok (2) memuaskan terdapat
sebanyak 118 orang (68.6%) yang tidak puas dan hanya 54 orang (31.4%) yang memuaskan,
sedangkan pada kelompok sangat memuaskan (3) terdapat 0 orang (0%) tidak puas dan sebanyak 8
orang (100%) yang memuaskan.

Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Significance (2-sided)

Pearson Chi-Square 21.041a 2 .000


Likelihood Ratio 23.007 2 .000
Linear-by-Linear
1.077 1 .299
Association
N of Valid Cases 188

Hasil uji independensi chi-square menginformasikan bahwa terdapat asosiasi signifikan antara
kepuasan pasien dengan suhu makanan, X2 (2) = 21.041, p=0,000

6. Hubungan kepuasan pasien dengan Pelayanan Ahli Gizi

Pelayanan_ahliGizi * SKOR_KEPUASAN Crosstabulation


SKOR_KEPUASAN

tidak puas memuaskan Total

Pelayanan_ahliGizi kurang memuaskan Count 0 4 4

% within Pelayanan_ahliGizi 0.0% 100.0% 100.0%

Memuaskan Count 111 59 170

% within Pelayanan_ahliGizi 65.3% 34.7% 100.0%

Sangat Memuaskan Count 9 5 14

% within Pelayanan_ahliGizi 64.3% 35.7% 100.0%


Total Count 120 68 188

% within Pelayanan_ahliGizi 63.8% 36.2% 100.0%

Penjelasan: pada kategori kepuasan pasien dengan pelayanan ahli gizi saat
pengantaran makanan berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil pada kelompok (1)
kurang memuaskan terdapat 0 orang (0%) skor tidak puas dan 4 orang (100%) yang
memuaskan, untuk kelompok (2) memuaskan terdapat 111 orang (65.3%) skor yang tidak
puas dan hanya 59 orang (34.7%) yang memuaskan, sedangkan pada kelompok (3) sangat

25
memuaskan terdapat 9 orang (64.3%) skor yang tidak puas dan skor memuaskan sebanyak
5 orang (35.7%).
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Significance (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.218a 2 .027


Likelihood Ratio 8.296 2 .016
Linear-by-Linear Association 1.689 1 .194
N of Valid Cases 188

Hasil uji independensi chi-square menginformasikan bahwa terdapat asosiasi


signifikan antara kepuasan pasien dengan pelayanan ahli gizi, X2 (2) = 7.218, p=0,027

7. Hubungan kepuasan pasien dengan Ketepatan Waktu Pengantaran Makanan

Ketepatan_Waktu * SKOR_KEPUASAN Crosstabulation


SKOR_KEPUASAN

tidak puas memuaskan Total

Ketepatan_Waktu kurang memuaskan Count 3 0 3

% within Ketepatan_Waktu 100.0% 0.0% 100.0%

Memuaskan Count 112 64 176

% within Ketepatan_Waktu 63.6% 36.4% 100.0%

Sangat Memuaskan Count 5 4 9

% within Ketepatan_Waktu 55.6% 44.4% 100.0%


Total Count 120 68 188

% within Ketepatan_Waktu 63.8% 36.2% 100.0%

Penjelasan : berdasarkan kategori kepuasan pasien dengan ketepatan waktu


pengantaran makanan, pada kelompok ketepatan waktu (1) kurang memuaskan terdapat 3
orang (100%) skor tidak puas dan 0 orang (0%) merasa memuaskan. Pada kelompok (2)
memuaskan didapatkan sebanyak 112 orang (63.6%) skor yang tidak puas dan memuaskan
sebanyak 64 orang (36.4%), sedangkan pada kelompok (3) sangat memuaskan terdapat 5
orang (55.6%) skor tidak puas, dan skor memuaskan sebanyak 4 orang (44.4%).

26
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Significance (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.970a 2 .373


Likelihood Ratio 2.956 2 .228
Linear-by-Linear Association 1.222 1 .269
N of Valid Cases 188

Hasil uji independensi chi-square menginformasikan bahwa terdapat asosiasi


signifikan antara kepuasan pasien dengan ketepatan waktu pengantaran makanan, X2 (2) =
1.970, p=0,373

4.2 Pembahasan
1. Kepuasan Pasien Terhadap Variasi Makanan

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa pasien dengan hasil puas terhadap variasi
makanan yang didapatkan setiap harinya di ruang rawat inap RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru.
Hasil yang signifikan pada variasi makanan yaitu 92% pasien puas tehadap variasi makanan
dan 8% kurang puas dengan variasi makanan di ruang rawat inap dan didapatkan hasil uji
dengan nilai pvalue 0,00 <0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat kepuasan pasien
dengan variasi makanan.
Pada pengamatan yang dilakukan di ruang rawat inap, bahan makanan yang digunakan
sudah bermacam-macam. Lauk hewani menggunakan telur, daging sapi, ayam, bakso, ikan
kakap, dan ikan tengiri. Lauk nabati mengggunakan tahu, tempe, jagung, dan kentang. Sayur
menggunakan sawi, bayam, labu air, wortel, kacang polong, brokoli, jagung muda, jagung
manis, buncis, kentang, kangkung, gambas, manisa, kapri, kacang panjang, dan pepaya.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ahli gizi RS TK IV 01.07.04, beliau
menyebutkan beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan bahan makanan
yang digunakan. Beberapa pertimbangan tersebut yaitu 1) bahan makanan yang mengandung
nutrisi yang baik; 2) tidak mengandung zat berbahaya; 3) selalu tersedia dan mudah
didapatkan di pasaran; 4) bukan bahan makanan musiman; 5) tidak terlalu mahal karena
disesuaikan dengan anggaran dana yang tersedia; serta 6) sesuai dengan sosial budaya
masyarakat setempat. Variasi bahan makanan merupakan salah satu faktor yang penting
karena tanpa memperhatikan variasi bahan makanan yang digunakan, maka pasien akan
merasa bosan memakan makanan dari rumah sakit walaupun makanan diolah dengan
berbagai macam bentuk (Purba, 2013).

27
Hasil ini sejalan dengan penelitian lain, yang mengatakan bahwa 85,6% pasien merasa
puas dengan variasi makanan yang diterima dari Rumah Sakit di Mekah (Abdelhafez, 2012).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pasien, pasien menyebutkan alasan mereka
merasa puas dalam penelitian ini karena kebanyakan dari mereka menerima “apa adanya”
makanan yang diberikan oleh Rumah Sakit. Banyak pasien yang tidak mengeluhkan makanan
yang diterima karena makanan tersebut diberikan sesuai dengan kondisi penyakit pasien
dengan tujuan mempercepat penyembuhan pasien.
Hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya banyak membahas tentang hubungan
variasi menu dengan kepuasan pasien. Penelitian tentang hubungan variasi jenis bahan
makanan dengan kepuasan pasien sendiri masih sedikit, namun variasi bahan makanan disini
dapat dianggap sama halnya dengan variasi menu karena dalam perencanaan menu
memerlukan perencanaan bahan makanan apa saja yang akan digunakan. Kombinasi bahan
makanan yang bermacam-macam akan menciptakan variasi menu. Penyusunan variasi menu
tersebut bertujuan untuk memuaskan konsumen (Sutanti, 2014). Semakin bervariasi bahan
makanan yang digunakan, maka semakin bervariasi pula menu yang dapat dibuat. Semakin
bervariasi menu yang disajikan, pasien akan merasa semakin puas. Hasil penelitian ini sejalan
dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa variasi makanan berhubungan dengan
kepuasan pasien (Ernalia, 2014 dan Isnaeni, 2015).

2. Kepuasan Pasien Terhadap Cita Rasa Makanan

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa pasien dengan hasil puas terhadap cita
rasa makanan yang didapatkan setiap harinya di ruang rawat inap RS TK IV 01.07.04
Pekanbaru. Hasil yang signifikan pada variasi makanan yaitu 96% pasien puas tehadap cita
rasa makanan dan 4% kurang puas dengan cita rasa makanan di ruang rawat inap dan
didapatkan hasil uji dengan nilai pvalue 0,02 <0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat
kepuasan pasien dengan cita rasa makanan.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Nurhayati dkk (2008) di RS Bhakti Wira Tamtama
Semarang yaitu dari 35 pasien, sebagian besar berpendapat rasa makan yang disajikan
enak. Rasa makanan adalah aspek penilaian makanan yang sukar untuk dinilai secara
akurat jika dibandingkan dengan tekstur dan warna makanan. Oleh karena itu, rasa makanan
sangat bersifat subjektif, tergantung selera pasien yang mengonsumsinya. Rasa makanan
merupakan salah satu aspek utama cita rasa makanan yang terdiri dari aroma makanan,
kesesuaian bumbu-bumbu, keempukan makanan, tingkat kematangan dan suhu makanan.

28
Aspek ini sangat penting untuk diperhatikan agar dapat menghasilkan makanan yang
memuaskan pasien (Moehyi, 1992).

3. Kepuasan Pasien Terhadap Penyajian Makanan


Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa pasien dengan hasil puas terhadap
cita rasa makanan yang didapatkan setiap harinya di ruang rawat inap RS TK IV 01.07.04
Pekanbaru. Hasil yang signifikan pada penyajian makanan yaitu 98% pasien puas tehadap
cita rasa makanan dan 2% kurang puas dengan penyajian makanan di ruang rawat inap dan
didapatkan hasil uji dengan nilai pvalue 0,267 >0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara
tingkat kepuasan pasien dengan penyajian makanan.
Menurut Ahmad (2016), faktor yang mempengaruhi lama rawat pasien di Rumah
Sakit salah satunya adalah tingkat kepuasan pasien. Pasien akan puas jika penyajian makanan
sesuai dengan kebutuhan dan harapan pasien. Salah satu indikator keberhasilan penyajian
makanan kesehatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan didefinisikan sebagai penilaian pasca
konsumsi, bahwa suatu produk yang dipilih dapat memenuhi atau melebihi harapan pasien.
Penelitian ini sejalan dengan Jessri et all (2011) menyebutkan bahwa terdapat 18
indikator kepuasan pasien rawat inap dalam tiga dimensi, salah satu dari ketiga dimensi
tersebut adalah pelayanan petugas dalam menghidangkan makanan. Penelitian Aminudin
(2018) menyebutkan bahwa kualitas penyajian makanan merupakan salah satu faktor yang
mempunyai kontribusi dalam kepuasan pasien rawat inap yang dinilai dari berbagai sudut
pandang jika kualitas penyajian makanan kurang baik, maka kepuasan pasien atas pelayanan
gizi semakin menurun, demikian pula sebaliknya.

4. Kepuasan Pasien Terhadap Suhu Makanan


Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa pasien dengan hasil puas terhadap
suhu makanan yang didapatkan setiap harinya di ruang rawat inap RS TK IV 01.07.04
Pekanbaru. Hasil yang signifikan pada suhu makanan yaitu 98% pasien puas tehadap suhu
makanan dan 2% kurang puas dengan suhu makanan di ruang rawat inap dan didapatkan hasil
uji dengan nilai pvalue 0,068 >0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kepuasan
pasien dengan suhu makanan.
Dikarenakan pada ruang rawat inap sangat memperhatikan suhu pada makanan yang
disajikan setiap harinya kepada pasien. Sehingga setelah masakan di masak langsung
diberikan kepada setiap ruangan kamar pasien masing-masing. Pada jadwal pemberian makan
juga sangat diperhatikan agar makanan tidak terlau lama berada di instalasi gizi yang
mengakibatkan suhu makanan yang berubah.
29
Penelitian ini sejalan dengan Aula tahun 2011 di RS Haji Jakarta menyatakan 72,4%
sampel menyatakan suhu makanan telah sesuai. Hal ini dikarenakan jenis olahan bubur yang
lunak menyatakan sampel lebih menyukai bentuk makanan biasa dari pada lunak. Pada
penelitian Lumbantoruan (2012) di RS Puri Cineredimana sampel yang berpendapat suhu
makanan yang tidak hangat memiliki peluang menyisakan makanan 3,8 kali dibandingkan
berpendapat hangat.
Pada penelitian (Semedi Pujo, 2013) di RS Sunan Kalijaga Kabupaten Demak
menyatakan pelayanan makanan di RS merupakan gabungan dari rasa makanan, suhu
makanan, tingkat kematangan, penampilan makanan, kebersihan peralatan, penilaian petugas
penyaji dan ketepatan waktu makan, didapatkan hasil presentase 97,3%. Hasil tersebut diatas
SPM RSUD Sunan Kalijaga Demak yaitu 90% artinya kepuasan pelayanan makanan RS
sudah baik.

5. Kepuasan Pasien Terhadap Keramahan Petugas


Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa pasien dengan hasil puas terhadap
suhu makanan yang didapatkan setiap harinya di ruang rawat inap RS TK IV 01.07.04
Pekanbaru. Hasil yang signifikan pada keramahan petugas yaitu 98% pasien puas tehadap
suhu makanan dan 2% kurang puas dengan keramahan petugas di ruang rawat inap dan
didapatkan hasil uji dengan nilai pvalue 0,000 >0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat
kepuasan pasien dengan keramahan petugas saat pengantaran makanan diruang rawat inap
RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru.
Ramah adalah sikap santun terhadap semua orang agar orang lain merasakan
kenyamanan dan perasaan senang saat bersama kita (Wibowo & Prodi, 2014). Keramahan
merupakan salah satu faktor yang penting dalam membangun kedekatan dengan pasien.
Keramahan merupakan salah satu bentuk personalisasi yang akan membuat pasien merasa
akrab, senang, dan bersahabat. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Renaningtyas, 2004) di Rumah Sakit MMC Jakarta terlihat 77% pasien menyatakan
sikap petugas ramah dalam pemberian makanan pada pasien.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Munawar, 2011) bahwa ada hubungan antara
keramahan petugas penyaji makanan dengan sisa makanan pasien. Artinya, pasien yang
berpedapat petugas penyaji di RSHS kurang ramah akan menyisakan sisa makanan yang
lebih banyak dibanding pasien yang berpendapat petugas sudah ramah (Banker, Lisa, & et all,
2011) (Utari, 2009) (Susyani, Paryanto, & Sudargo, 2005).

30
6. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Ahli Gizi
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa pasien dengan hasil puas terhadap
pelayanan ahli gizi yang didapatkan setiap harinya di ruang rawat inap RS TK IV 01.07.04
Pekanbaru. Hasil yang signifikan pada keramahan petugas yaitu 97% pasien puas tehadap
pelayanan ahli gizi dan 3% kurang puas dengan pelayanan ahli gizi di ruang rawat inap dan
didapatkan hasil uji dengan nilai pvalue 0,027 <0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat
kepuasan pasien dengan pelayanan ahli gizi di ruang rawat inap RS TK IV 01.07.04
Pekanbaru.
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Martiana (2006)
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan terhadap konselor 100% puas. Dasar dari keterampilan
konselor adalah keterampilan komunikasi yang baik dengan menggunakan berbagai cara
berkomunikasi, respon mendengar, melakukan, dan saling berbagi dari hasil observasi
responden merasakan keramahan konselor, penampilan konselor yang rapih dan bersih serta
konselor mendengarkan dengan baik ketika responden berbicara.
Penelitian ini serupa dengan penelitian Anik Suparni (2014) Ada hubungan yang
signifikan antara pelaksanaan konseling gizi dengan kepuasan pasien (nilai p = 0,000) di
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Depkes RI (1991) menyatakan aspek-aspek yang
diperlukan dalam pelaksanaan konseling gizi yaitu pola pelaksanaan kegiatan konseling gizi
yang terdiri dari cara pendekatan yang dilakukan, materi, waktu dan frekuensi. Depkes dan
Kessos (2000) menyebutkan persyaratan penyelenggaraan konseling gizi meliputi persyaratan
konselor, kondisi klien, tempat dan lama, makanan yang dianjurkan.

7. Kepuasan Pasien Terhadap Ketepatan Waktu Pengantaran Makanan


Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa pasien dengan hasil puas terhadap
ketepatan waktu pengantaran makanan yang didapatkan setiap harinya di ruang rawat inap
RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru. Hasil yang signifikan pada keramahan petugas yaitu 98%
pasien puas tehadap ketepatan waktu pengantaran makanan dan 2% kurang puas dengan
ketepatan waktu pengantaran makanan di ruang rawat inap dan didapatkan hasil uji dengan
nilai pvalue 0,373 >0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kepuasan pasien
dengan ketepatan waktu pengantaran makanan.
Didapatkan hasil pengamatan pada ruang rawat inap bahwa pemberian makanan
selalu sesuai jadwal pada 3 kali jam pemberian makanan sehingga pengantaran selalu sesuai
dengan jam yang sudah ditentukan. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien
adalah ketepatan pasien menerima makanan disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan

31
rumah sakit. Makanan dikatakan tepat waktu bila 90% sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan (Depkes RI, 2008). Penelitian ini sama halnya dengan penelitian (Yulia, 2017) di
Puskesmas Baso bahwa sebagian besar responden mendapat makanan sesuai jadwal yang
telah ditetapkan.
Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Moehji, 2010) bahwa waktu
pembagian makanan yang tepat dengan jam makan pasien serta jarak waktu yang sesuai
antara makan pagi, siang, dan malam hari dapat mempengaruhi habis tidaknya makanan yang
disajikan. Penyelenggaraan makanan institusi bertujuan untuk mencapai status kesehatan
yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat. Apabila manajemen pengelolaan gizi
institusi baik maka pangan yang tersedia bagi seseorang atau sekelompok orang dapat
tercukupi dengan baik pula.

32
BAB V
KESIMPULAN

Pada penelitian ini dapat disimpulkan pada kepuasan pasien dengan makanan di ruang
rawat inap RS TK IV 01.07.04 Pekanbaru yaitu :
1. Hasil yang signifikan pada variasi makanan yaitu 92% pasien puas tehadap variasi
makanan dan 8% kurang puas dengan variasi makanan di ruang rawat inap dan
didapatkan hasil uji dengan nilai pvalue 0,00 <0,05 yang berarti ada hubungan antara
tingkat kepuasan pasien dengan variasi makanan.
2. Hasil yang signifikan pada variasi makanan yaitu 96% pasien puas tehadap cita rasa
makanan dan 4% kurang puas dengan cita rasa makanan di ruang rawat inap dan
didapatkan hasil uji dengan nilai pvalue 0,02 <0,05 yang berarti ada hubungan antara
tingkat kepuasan pasien dengan cita rasa makanan.
3. Hasil yang signifikan pada penyajian makanan yaitu 98% pasien puas tehadap cita rasa
makanan dan 2% kurang puas dengan penyajian makanan di ruang rawat inap dan
didapatkan hasil uji dengan nilai pvalue 0,267 >0,05 yang berarti tidak ada hubungan
antara tingkat kepuasan pasien dengan penyajian makanan.
4. Hasil yang signifikan pada suhu makanan yaitu 98% pasien puas tehadap suhu makanan
dan 2% kurang puas dengan suhu makanan di ruang rawat inap dan didapatkan hasil uji
dengan nilai pvalue 0,068 >0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kepuasan
pasien dengan suhu makanan.
5. Hasil yang signifikan pada keramahan petugas yaitu 98% pasien puas tehadap suhu
makanan dan 2% kurang puas dengan keramahan petugas di ruang rawat inap dan
didapatkan hasil uji dengan nilai pvalue 0,000 >0,05 yang berarti ada hubungan antara
tingkat kepuasan pasien dengan keramahan petugas.
6. Hasil yang signifikan pada keramahan petugas yaitu 97% pasien puas tehadap pelayanan
ahli gizi dan 3% kurang puas dengan pelayanan ahli gizi di ruang rawat inap dan
didapatkan hasil uji dengan nilai pvalue 0,027 <0,05 yang berarti ada hubungan antara
tingkat kepuasan pasien dengan pelayanan ahli gizi.
7. Hasil yang signifikan pada keramahan petugas yaitu 98% pasien puas tehadap ketepatan
waktu pengantaran makanan dan 2% kurang puas dengan ketepatan waktu pengantaran
makanan di ruang rawat inap dan didapatkan hasil uji dengan nilai pvalue 0,373 >0,05
yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kepuasan pasien dengan ketepatan waktu
pengantaran makanan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Abdelhafez A.M., Qurashi L.A., Ziyadi R.A., Kuwair A., Shobki M., Mograbi H. Analysis of
Factors Affecting the Satisfaction Levels of Patients Toward Food Services at General
Hospitals in Makkah, Saudi Arabia. American Journal of Medicine and Medical
Sciences. 2012;2(6): 123-130.
Ahmad M. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pasien. J Ilmu Kesehatan Masy.;5(4):198–204. 2016.
Aminuddin Nf, Vijayakumaran Rk, Abdul Razak S. Patient Satisfaction With Hospital
Foodservice And Its Impact On Plate Waste In Public Hospitals In East Malaysia.
Hosp Pract Res.;3(3):90–7. 2018.
Angelina Swaninda. (2017). ‘Hubungan Kepuasan Pasien Dari Kualitas Makanan Rumah
Sakit Dengan Sisa Makanan di RSUD Kota Semarang’. Jurnal Ilmu Gizi Indonesia,
Vol. 01, No. 01, hh. 34-39
Aula, Lisa Ellizabet. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjaidnya Sisa
Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011. Skripsi :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta .
Arifiyanti, A. L., Djamaludin, R., & Achmad. (2017). Upaya Peningkatan Kepuasan Pasien
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Surabaya Tahun 2016. JURNAL
MANAJEMEN KESEHATAN Yayasan RS Dr. Soetomo, 03(1), 123–137.
Bakri, Bachyar., Ani Intiyati, dan Widartika. (2018). Sistem Penyelenggaraan Makanan
Institusi. Jakarta: Kemenkes RI.
Banker, Lisa, A., & et all. (2011). Hospital Malnutrition: prevalence, Indetification and
Impact on Patients and the Health care System.
Depkes RI. (2008). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Pengelolaan Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Jakarta: Dirjen Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta; 1991.
Depkes dan Kessos RI. Pedoman Konseling Gizi (Buku Modul Akademi Gizi). Jakarta:
Dirjen Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat; 2000.
Ernalia Y. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien di Ruang Penyakit
Dalam dan Ruang Bersalin Terhadap Pelayanan Makanan Pasien di RSUD Mandau
Duri Tahun 2014. Jurnal Gizi. Sekolah Tinggi Kesehatan Tuanku Tambusai Riau.
Riau. 2014.
Hardinsyah et al. (2017). Ilmu Gizi: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Husnaini dan Rosalina Panghiyangani. (2016). Pemasaran Lembaga dan Layanan Kesehatan.
Banjarbaru: Penerbit Zukzez Exspress
Indrasari, Meithiana. (2019). Pemasaran dan Kepuasan Pelanggan. Surabaya: Penerbit
Unitomo Press Nareswara,
Isnaeni P. Hubungan Mutu Pelayanan Gizi dan Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Aminah Blitar. Naskah Publikasi. Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Yogyakarta. 2015.
Jessri M, Mirmiran P, Jessri M, Johns N, Rashidkhani B, Amiri P, Et Al. A Qualitative
Difference. Patients’ Views Of Hospital Food Service In Iran. Appetite. 2011 Oct
1;57(2):530–3. 2011
Kemenkes, RI. (2013). Pedoman Gizi Rumah Sakit. Kemenkes RI: Jakarta Kemenkes, R.
(2013). Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
Kotler, Philip., dan Kevin Lane Keller. (2009). Manajemen Pemasaran; Edisi Ketiga Belas
Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Karunia Tanuwijaya, L., Gresari Sembiring, L., Yanuar Dini, C., Putri Arfiani, E., & Arimba

34
Wani, Y. (2018). Sisa Makanan Pasien Rawat Inap: Analisis Kualitatif. Indonesian
Journal of Human Nutrition, 5(1), 51–61.
https://doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.01.6
Mangunsong, E. R., & Junadi, P. (2018). Patient Satisfaction Contributing Factors on
Hospital Food Service: A Systematic Review. International Journal of Management
and Applied Science, 4(1), 1–10. http://
Messina, G., Fenucci, R., Vencia, F., Niccolini, F., Quercioli, C., & Nante, N. (2013).
Patients’ Evaluation of Hospital Foodservice Quality in Italy: What do Patients Really
Value? Public Health Nutrition, 16(4), 730–737.
https://doi.org/10.1017/S1368980012003333
Lumantoruan, D. B. S .2012 .Hubungan Penampilan Makanan dan Faktor Lainnya Dengan
Sisa Makanan Biasa Pasien Kelas 3 Seruni RS Puri Cinere Depok Bulan April-Mei
2012 .Skripsi . Universitas Indonesia.
Martiana.Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Pelaksanaan Konsultasi Gizi
Ruangan di RSUD Banyumas (Undergraduate Thesis). Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada; 2006.
Moehyi. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Jakarta: Bharata.
Nuryanti, Puji, Margo Utomo dan Mifbakhuddin. Hubungan antara Waktu Penyajian,
Penampilan dan Rasa Makanan dengan Sisa Makanan pada Pasien Rawat
Inap Dewasa di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang. Skripsi FKM Universitas
Muhammadiyah Semarang. (2008).
Purba R.B., Kandou G., Laode A.C. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat
Kepuasan Pasien pada Penyelenggaraan Makanan di BLU Irina C. Rumah Sakit
Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. (Skripsi). Tidak diterbitkan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Manado. 2013
Renaningtyas, D. (2004). Pengaruh Penggunaan Modifikasi Standar Resep Lauk Nabati
Tempe terhadap Daya Terima dan Persepsi Pasien Rawat Inap. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 1(1).
Ramesh, & Manimegalai. (2018). Uniqueness of Hospital Food Service. International
Journal of Development Research, 08(07), 21724–21732.
Simanjuntak, L. M. A., Aulia, D., & Siagian, A. (2020). Patients’ Perceptions of food
Service Quality at Royal Prima Hospital Medan. Britain International of Exact
Sciences (BIoEx) Journal, 2(1), 197–209. https://doi.org/10.33258/bioex.v2i1.128
Supariasa. Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC; 2012.
Utari, R. (2009). Evaluasi Pelayanan Makanan Pasien Rawat Inap di Puskesmas
Gondangrejo Karanganyar. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yulia, R. (2017). Hubungan Penampilan Makanan dan Faktor Lainnya dengan Sisa
Makanan Biasa Pada Pasien Rawat inap Puskesmas Baso.
Yuwono, S. R., Taher, A., Minarto, Irianto, S. E., Thaha, A. ., Agus, Wijaya, A. M.,
Mursita, A., Hermani, A., Trisusila, A., Anom, Ario, Amin, A. M., Harianto, B.,
Cornelia, Rosa, D., Deviyana, Astuti, D., Indriarti, D. W., … Fina. (2013).
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

35
36

Anda mungkin juga menyukai