Anda di halaman 1dari 6

ILMU GIZI INDONESIA pISSN 2580-491X Vol. 01, No.

01, Agustus 2017

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DARI


KUALITAS MAKANAN RUMAH SAKIT
DENGAN SISA MAKANAN DI RSUD
KOTA SEMARANG
Angelina Swaninda Nareswara*

Abstrak

Latar Belakang : Makanan yang disajikan oleh rumah sakit merupakan salah satu komponen untuk
kesembuhan pasien. Makanan dikatakan bermutu baik bila memiliki cita rasa, penampilan dan
penyajian yang baik. Tinginya sisa makanan dan kepuasan pasien yang kurang, dapat disebabkan
oleh variasi menu makanan, cara penyajian makanan, ketepatan waktu menghidangkan makanan,
keadaan tempat makan, kebersihan makanan, serta sikap dan perilaku petugas penghidang
makanan yang masih kurang. Tujuan : Mengetahui hubungan antara kepuasan pasien dari aspek
kualitas makanan, yaitu rasa, penampilan dan variasi menu, dengan sisa makanan di RSUD
Kota Semarang. Metode : Jenis penelitian ini adalah analitik diskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini dilaksanakan di semua bangsal RSUD Kota Semarang. Data sisa makanan
diambil menggunakan Visual Comstock, untuk menu siang hari. Tingkat kepuasan pasien terhadap
rasa, penampilan dan variasi makanan menggunakan skala likert. Analisi data menggunakan Chi
Square dan Fisher Exact. Hasil : Sebanyak 92,6% responden tidak puas dengan rasa makanan;
53,7% tidak puas dengan penampilan makanan, dan 81,5% tidak puas dengan variasi menu.
Sebanyak 57,4% termasuk kategori banyak sisa dan 42,6% sedikit sisa. Tidak ada hubungan
antara kepuasan pasien terhadap rasa dan sisa makanan (p=0,127). Ada hubungan antara kepuasan
pasien terhadap penampilan makanan dengan sisa makanan (p=0,044). Tidak ada hubungan antara
kepuasan pasien terhadap variasi makanan dengan sisa makanan (p=0,728). Kesimpulan : Ada
hubungan antara kepuasan pasien terhadap penampilan makanan dengan sisa makanan. Tidak ada
hubungan antara kepuasan pasien terhadap rasa dan variasi menu dengan sisa makanan.

Kata Kunci : Kepuasan; Rasa Makanan; Penampilan Makanan; Variasi Menu; Sisa Makanan

PENDAHULUAN kepuasan, semakin baik mutu pelayanan


Pelayanan rumah sakit yang baik dan kesehatan. Meningkatnya pola pikir masya­
bermutu diperlukan untuk memenuhi ke­bu­ rakat menyebabkan masyarakat lebih kritis
tuh­an dan tuntutan pemakai jasa pe­la­ya­n­an me­nen­
tukan pilihan dalam memenuhi
kesehatan. Apabila hal ini dipenuhi, maka kebutuhan akan pelayanan kesehatan untuk
akan menimbulkan rasa puas. Semakin tinggi memperoleh kepuasan maksimal (1).

* Korespondensi : Prodi S-1 Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta. Jalan Raya Tajem km. 1,5 Maguwoharjo
Depok Sleman Yogyakarta. Email: swa_9nda@yahoo.com

34
Pelayanan makanan di rumah sakit meru­ METODE
pakan bagian dari komponen penunjang Jenis penelitian ini adalah diskriptif
medik yang hasil layanannya tidak terlepas analitik dengan pendekatan cross sectional.
dari komponen lainnya, yaitu : komponen pe­ Penelitian ini dilaksanakan di semua bangsal
layanan medik (dokter), paramedik (perawat) RSUD Kota Semarang pada bulan Desember
dan penunjang medik, serta pelayanan obat 2010. Total responden dalam penelitian ini
dan makanan. Dalam rangka meningkatkan sebanyak 54 orang dengan proporsi : kelas
mutu pelayanan di rumah sakit, pelayanan 1 = 8, kelas 2 = 22, kelas 3 = 24. Pemilihan
gizi merupakan bentuk pelayanan yang harus responden dilakukan secara acak dengan kri­
ada di rumah sakit (2). teria pasien yang mendapatkan diit makanan
Mutu pelayanan rumah sakit dan pela­ biasa.
yanan gizi merupakan bentuk pelayanan yang Variabel bebas dalam penelitian ini,
harus ada di rumah sakit. Makanan yang yaitu : tingkat kepuasan pasien terhadap rasa
disajikan oleh rumah sakit berfungsi sebagai makanan, tingkat kepuasan pasien terhadap
salah satu komponen kegiatan dalam rangka penampilan makanan, dan tingkat kepuasan
kesembuhan pasien (3). Mutu makanan yang pasien terhadap variasi menu. Variabel
dihasilkan, diharapkan dapat mempercepat terikatnya adalah sisa makanan.
kesembuhan penyakit. Makanan yang disaji­ Pengumpulan data yang dilakukan meli­
kan dikatakan bermutu baik jika maka­ nan puti : (1) identitas responden, (2) data tingkat
tersebut mempunyai cita rasa yang tinggi, kepuasan pasien mengenai rasa, penam­pilan,
penampilan, dan penyajian yang menarik dan variasi makanan, (3) data sisa makanan.
sehingga mendorong pasien untuk meng­ha­ Data sisa makanan diperoleh dengan metode
bis­kan makanannya dan memperceat proses Visual Comstock pada makanan yang disaji­
penyembuhan (2). kan siang hari (nasi, lauk hewani, lauk nabati
Upaya peningkatan mutu makanan dan dan sayur). Tingkat kepuasan pasien terhadap
mutu pelayanan rumah sakit hingga saat ini, rasa, penampilan, danvariasi makanan meng­
terkesan belum terlaksana secara maksimal, guna­kan pengukuran dengan skala likert
15,4% pasien yang dirawat di RS Hasan dimana responden diminta menjawab sangat
Sadikin Bandung meninggalkan sisa makanan setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), dan
antara 25%-50% (4). Pada tahun 2005, di sangat tidak setuju (1). Setelah itu, dimana
RS DR. Sardjito, prosentase sisa makanan setiap komponen dihitung rata-ratanya, untuk
terbesar terdapat pada sayur yaitu 23,1%, kom­ ponen pembentuk rasa, yaitu: aroma,
sedangkan pada tahun 2006, di RSUD Kota bumbu, tingkat kematangan dan rasa itu
Salatiga, prosentase sisa makanan terbesar sendiri, dikategorikan puas apabila skor ≥37,6,
ada pada lauk nabati yaitu 40%. dan tidak puas 17-42,5. Komponen variasi
Hasil survei pendahuluan di RSUD menu, yaitu variasi bahan dan masakan,
Kota Semarang menunjukkan bahwa tingkat dikategorikan puas apabila ≥15,01 dan tidak
kepuasan terhadap variasi menu manakan, puas 6-15.
cara penyajian, ketepatan waktu meng­ hi­ Analisis univariat digunakan untuk
dang­­kan, keadaan tempat makan, dan sikap mendiskripsikan variabel kepuasan pasien
serta perilaku petugas masih kurang. Latar terhadap rasa, penampilan, variasi makanan.
belakang diatas yang menjadi landasan pene­ Uji chi square digunakan untuk menguji
liti untuk melakukan penelitan di RSUD Kota hubungan antara kepuasan pasien terhadap
Semarang. penampilan makanan dengan sisa makanan.
Uji Fisher Exact digunakan untuk menguji

Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 35


hubungan antara kepuasan pasien dengan rasa pasien terhadap penampilan makanan dengan
makanan dan sisa makanan dan hubungan sisa makanan (p=0.044). Ada hubungan
antara kepuasan pasien dengan variasi menu antara kepuasan pasien terhadap variasi menu
dan sisa makanan. dengan sisa makanan (p=0,728).

HASIL Sisa Makanan


Penilaian rasa makanan menunjukkan Konsumsi makanan pasien (sisa maka­nan­
bahwa sebagian besar responden (92,6%) nya sedikit) sangat dipengaruhi oleh keadaan
menyatakan tidak puas terhadap rasa makanan pasien itu sendiri yang selanjutnya timbul rasa
yang disajikan. Hasil wawancara dengan puas. Kepuasan pasien meliputi tidak hanya
responden dapat disimpulkan bahwa makanan hasil dari penyelenggaraan makanan rumah
disajikan sudah dingin, sehingga aroma sakit dalam bentuk makanan habis dimakan
kurang tercium, bumbu yang tidak merasuk, oleh pasien, tetapi juga masukan berupa
dan lauk hewani yang masih keras. bahan makanan yang diproses mulai dari
Penilaian penampilan makanan me­nun­ pene­rimaan sampai dihidangkan dan keluaran
jukkan bahwa sebagian responden (53,7%) yang memuaskan pasien (6).
menyatakan tidak puas terhadap penampilan Penelitian ini menunjukkan bahwa
makanan yang disajikan. Sebagian responden prosen­tase sisa yang palig banyak adalah pada
mengatakan penyajian yang kurang menarik, lauk nabati (35,2%). Penelitian ini sejalan
dan beberapa mengatakan sikap dan penam­ dengan penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogya­
pilan petugas yang terkadang kurang ramah. karta mengenai hasil penentuan sisa makanan
Warna dari perpaduan hidangan yang disajikan terhadap nasi, lauk hewani, lauk nabati, dan
terkadang tampak pucat, dan perpaduan sayur dengan menggunakan taksiran visual
antara lauk hewani dan nabati, serta sayur Comstock 6 point. Hasilnya menunjukkan
yang kurang pas. bahwa presentase sisa yang paling banyak
Penilaian variasi menu menunjukkan adalah lauk nabati (35,2%) (7).
bahwa sebagian besar responden merasa tidak
puas (81,5%). Banyak pasien yang sudah Kepuasan Pasien terhadap Rasa Makanan
lebih dari satu minggu ada di rumah sakit Sebagian besar responden menyatakan
yang merasakan hal ini, dan perpaduan menu tidak puas terhadap komponen dari rasa, yang
yang tidak pas. meliputi: aroma, bumbu, tingkat kematangan,
Sisa makanan dilihat dari nasi, lauk dan rasa makanan yang disajikan. Ketidak­
newani, lauk nabati, dan sayur. Pasien sukaan sampel terhadap komponen rasa
menyisakan makanan yang disajikan sebagian berdasarkan wawancara sebagian besar
besar ¼ porsi (25%) dari yang disediakan, menyatakan tidak enak. Hal ini disebabkan
dimana nasi (31,5%), lauk nabati (35,2%), oleh penggunaan bumbu masakan yang
dan sayur (33,3%). Sebagian besar responden kurang tepat, sehingga menghasilkan rasa
meng­habiskan lauk hewani (31,5%). Kesim­ yang kurang dapat diterima. Dalam proses
pu­lan dari sisa makanan tersebut adalah se­ba­ pengolahan perlu perbandingan bumbu yang
gian besar pasien mempunyai sisa makanan tepat agar masakan menjadi enak (6).
banyak (57,4%). Aspek utama dalam makanan adalah
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa penampilan makanan sewaktu dihidangkan
tidak ada hubungan antara kepuasan pasien dan rasa makanan saat dimakan. Kedua aspek
terhadap rasa makanan dengan sisa makanan tersebut sama pentingnya untuk diperhatikan
(p=0,127). Ada hubungan antara kepuasan

36 Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017


agar betul-betul dapat menghsilkan makanan Dalam pelayanan gizi, pihak instalasi
yang memuaskan (8). menyediakan makanan sesuai dengan jumlah
dan macam zat gizi yang diperlukan pasien.
Kepuasan Pasien terhadap Penampilan Standar makanan untuk pasien rawat inap
Makanan di RSUD Kota Semarang mengacu pada
Ketidakpuasan sampel terhadap kom­ penuntun diit yang terdiri atas makanan
ponen penampilan meliputi: warna, bentuk, biasa, lunak, saring, cair, dan makanan lewat
porsi, tekstur, dan penyajian makanan. Penam­ pipa dengan siklus menu 10 hari. Distribusi
pilan makanan merupakan faktor utama makanan dilakukan secara sentral.
kepuasan pasien. Meskipun makanan diolah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan cita rasa yang tinggi, tetapi bila penya­ tidak ada hubungan antara kepuasan pasien
jiannya tidak dilakukan dengan baik, maka terhadap rasa dengan sisa makanan (p=0,127).
nilai dari makanan tersebut menjadi tidak Untuk menghasilkan masakan yang ber­
berarti dikarenakan makanan yang ditampil­ kualitas baik, maka bahan makanan perlu
kan waktu disajikan akan merangsang indra disiapkan dan diolah dengan cara yang tepat
penglihatan, sehingga menimbulkan selera (10). Hasil penelitian ini tidak sejalan denga
dan rasa puas akan hidangan yang disajikan. dengan teori sebelumnya yang menya­ ta­
Penampilan makanan dalam penye­leng­ kan bahwa rasa makanan merupakan faktor
garaan makanan merupakan faktor penentu yang menentukan cita rasa dan mampu mem­
kepuasan pasien. Ada tiga hal yang perlu diper­ bangkitkan selera. Timbulnya selera karena
hatikan dalam penyajian makanan, yaitu alat aroma yang dihasilkan masakan (11). Pene­
yang digunakan harus sesuai dengan volume litian inipun senada dengan penelitian di RSU.
makanan yang disajikan, cara menyusun Panti Waluyo, Surakarta yang menyebutkan
makanan dalam tempat penyajian, dan garnis bahwa tidak ada hubungan antara rasa
yang digunakan sebagai penghias (8). makanan dengan sisa makanan (12).
Penampilan makanan pada menu makan
Kepuasan Pasien terhadap Variasi Menu siang, meliputi warna, porsi, bentuk, tekstur,
Variasi menu yang ada di rumah sakit alat yang digunakan, dan cara penyusunan
tidak membuat pasien merasa puas, ditun­ makanan, menunjukkan adanya hubungan
jukkan dari sebagian besar pasien merasa dengan sisa makanan (p=0,044). Hasil ini
tidak puas akan variasi menu. Makanan yang senada dengan penelitian di RSUD Kajen,
kurang bervariasi menyebabkan pasien tidak Pekalongan, yang menyatakan bahwa ada
berselera untuk mengkonsumsinya (9). hubungan antara penampilan dengan sisa
makanan (13). Penelitian yang dilakukan di
PEMBAHASAN RSUD Kabupaten Fakfak juga menyatakan
Instalasi Gizi RSUD Kota Semarang bahwa ada hubungan antara penampilan
adalah salah satu bidang pelayanan dibawah makanan dengan sisa makanan (14).
penunjang medis yang dipimpin oleh kepala Variasi menu makan siang meliputi
instalasi gizi. Pertanggungjawabannya menga­ variasi bahan dan variasi makanan. Hasil
cu pada direktur yang membawahi logistic/ pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak
administrasi. Pelayanan gizi bertujuan untuk ada hubungan antara variasi makanan yang
memberikan pelayanan makanan, penyuluhan, disajikan di RSUD Kota Semarang dengan
konsultasi, serta rujukan gizi yang dapat sisa makanan (p=0,728). Penelitian ini tidak
memuaskan bagi penderita dengan manfaat sejalan dengan teori bahwa susunan golongan
yang optimal. bahan makanan yang terdapat dalam satu

Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 37


hidangan berada dalam tiap kali penyajian. 4. Djuariah. Evaluasi Pelayanan Gizi di
Suatu jenis makanan dan bahan yang Rumah Sakit Rawat Inap di RSUP Hasan
dihidangkan berkali-kali dalam waktu lama, Sadikin Bandung. Jakarta: Prosiding
akan membosankan pasien (15). Berdasarkan KPIGK VII; 2004.
hasil wawancara, sebagian besar alasan pasien 5. Moehji, S. Penyelenggaraan Makanan
karena variasi antar jenis masakan kurang Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bhratara.
sesuai. Hal ini bisa saja berhubungan dengan 1992alam Penyelenggaraan Rumah Sakit.
motivasi pasien untuk sembuh (16). Bandung: Prisiding Kongres Persagi X;
1995.
KESIMPULAN DAN SARAN 6. Somali L. Total Quality Manajemen
Penilaian rasa, penampilan, dan variasi dalam Penyelenggaraan Rumah Sakit.
menu yang disajikan oleh pihak rumah sakit Bandung: Prosiding Kongres Persagi X;
menunjukkan bahwa sebagian besar responden 1995.
merasa tidak puas. Hal ini ditunjukkan dengan 7. Murwani R. Sisa Makanan Pasien Rawat
sisa makanan yang ada adalah banyak (57,4%). Inap dengan Metode Taksiran Visual
Keadaan ini dapat terjadi salah satunya karena Comstock di RSUP Dr. Sardjito Yogya­
keadaan sakit yang diderita oleh pasien. Tidak karta. [Tesis]. Yogyakarta; Universitas
adanya hubungan antara kepuasan pasien Gajah Mada. 2001.
terhadap rasa dengan sisa makanan. Tidak 8. Moehji S. Penyelenggaraan Makanan
adanya hubungan antara kepuasan pasien Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bhratara;
terhadap variasi menu dengan sisa makanan. 1992.
Akan tetapi, ada hubungan antara kepuasan 9. Mukrie, A Nursiah. Manajemen
pasien terhadap penampilan makanan dengan Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta:
sisa makanan. Proyek Pengembangan Pendidikan
Perlu diadakannya pelatihan lebih lanjut Tenaga Gizi Pusat Bekerjasama Dengan
kepada pegawai rumah sakit, untuk mening­ Akademi Gizi Depkes RI; 1990.
katkan kemampuan memasak dan teknik 10. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
pengo­ lahan serta penataan makanan. Hal Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta;
ini di­karenakan apabila pasien merasa puas 1991.
dengan sajian makanan rumah sakit, akan 11. Moehji S. Penyelenggaraan Makanan
membuat pasien lebih cepat melalui proses Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bharata;
pemulihan. 1996.
12. Andi YP. Faktor-Faktor yang
DAFTAR PUSTAKA Berhubungan dengan Sisa Makanan
1. Sulastomo. Manajeman Kesehatan. Biasa pada Menu Makan Siang Kelas I
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama; dan VIP di Rumah Sakit Umum Panti
2000. Waluyo Surakarta [Artikel Penelitian].
2. Yos E. S. Peranan Pelayanan Non Profesi Semarang: Poloteknik Kesehatan
Kesehatan di Rumah Sakit. Majalah Kemenkes Semarang Jurusan Gizi, 2010
Cermin Dunia Kesehatan Edisi Khusus 13. Fitrohtun S. Faktor-Faktor yang
No.71. 1996. Berpengaruh terhadap Sisa Makanan
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Biasa pada Pasien Rawat Inap di RSUD
Pelayanan Gizi Rumah Sakit . Jakarta: Kajen, Kabupaten Pekalongan [Arikel
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat;
2003.

38 Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017


Penelitian]. Semarang: Poloteknik
Kesehatan Kemenkes Semarang Jurusan
Gizi. 2008.
14. Alzubaidy, dkk. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Sisa Makanan
Biasa pada Pasien Rawat Inap di RSUD
Kabupaten Fakfak. Jurnal Nutrisia,
Vol.11. No.1.2009.
15. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
PGRS. Jakarta: Dikerktorat Gizi
Masyarakat; 2005.
16. Smet B. Psikologi Kesehatan. Jakarta:
Grasindo; 1994.

Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 39

Anda mungkin juga menyukai