Oleh :
2018
Kasus 1.
RSUD RAA Soewondo pati memiliki 18 ruang rawat inap yang dilayani oleh instalasi gizi
dengan tenaga penjamah makanan yang memiliki tingkat pendidikan, pengetahuan diet dan masa
kerja yang berbeda beda. Berdasarkan data Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Instalasi Gizi
RSUD RAA Soewondo Pati , indikator pelayanan gizi belum mencapai SPM yang sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 129/MENKES/SK//II/2008. Surat
keputusan tersebut berisi tentang SPM gizi yaitu ketepatan waktu pemberian makan pasien harus
≥90%, sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien ≤20%, dan tidak adanya kesalahan
pemberian diet harus 100%. Hasil penelitian ketepatan diet pasien yang dilakukan instalasi gizi
RSUD RAA Soewondo tahun 2011 sebesar 98%, tahun 2012 sebesar 97%, tahun 2013 sebesar 98
%, serta tahun 2014 sebesar 98%. Data tersebut menunjukkan bahwa masih terjadi kesalahan
dalam pemberian diet pada pasien. Ketepatan dalam pemberian diet pasien di RSUD RAA
Soewondo Pati belum mencapai 100% seperti target SPM.
Dalam kasus eror pada instalasi pelayanan gizi di RSUD RAA Soewondo yang masih
terjadi kesalahan yaitu kesalahan dalam pemberian diet pasien. Kegiatan pelayanan gizi di
rumah sakit merupakan salah satu pelayanan penunjang medic dalam pelayanan kesehatan
paripurna rumah sakit yang berhubungan dengan kegiatan lainya. salah satunya dalam
ketepatan pemberian diet yang merupakan satu indicator tercapainya standar pelayanan.
Karena kesalahan pemberian diet pasien dapat mempengaruhi keselamatan pasien dan
kerugian bagi pasien. Sebagai ahli gizi yang bertugas seharusnya dapat memberikan diet
yang tepat pada pasien setelah berkonsultasi dengan pasien dan mengkaji penyakit pasien
dengan baik dan tidak memberikan hasil kesimpulan yang salah, sehingga dapat
memberikan diet yang terbaik untuk pasien dan diet yang diberikan harus sesuai diagnosis
gizi pasien.
Kasus 2.
Terjadinya error pada asuhan gizi pasien rawat inap di RSUD dr.R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga. Tindakan asuhan gizi yang paling banyak tidak dilakukan, diantaranya adalah
penentuan diit awal oleh dokter sebesar 88,7%, tindakan monitoring dan evaluasi sebesar 71,3%,
menghitung kebutuhan gizi sebesar 39,3% dan pengukuran antropometri sebesar 35,3%.
Sedangkan tindakan pemberian makan ke pasien yang paling banyak tidak dilakukan, diantaranya
adalah penanda tanganan pemesanan blangko diit oleh perawat sebesar 72%, dan tindakan
memberi informasi asupan makan pasien dari pramusaji ke ahli gizi sebesar 58,3%. Adapun faktor
yang mempengaruhi terjadinya error pada asuhan gizi rawat inap dari faktor petugas terjadi karena
ketidak taatan terhadap SOP yang ada ( melakukan pelanggaran) pada ahli gizi.