SINARWATI PUTRI
70100120024
FARMASI B
Kerasionalan Pengobatan
a. Antagonis reseptor H2: Ranitidin 2x1 g
Antagonis reseptor histamin H2 (Antagonis H2) yaitu golongan obat GI yang bekerja
dengan memblokir reseptor histamin H2 pada sel parietal lambung, sehingga menentang
efek stimulasi normal histamin endogen pada produksi asam lambung. Contohnya
simetidin, famotidin, nizatidin, dan ranitidin.
• Penggunaan/Dosis
Ranitidin adalah antagonis histamin H2 dengan penggunaannya mirip dengan
simetidin. Ranitidine dapat diberikan secara oral atau parenteral melalui rute intravena
atau intramuskular. Meskipun sebagian besar sediaan mengandung ranitidin
hidroklorida, kekuatan dan dosis dinyatakan dalam basa. Ranitidin hidroklorida 111,6
mg setara dengan sekitar 100 mg ranitidin.
Pada penyakit refluks gastroesofageal : dosis oral adalah 150 mg dua kali sehari
atau 300 mg sebelum tidur hingga 8 minggu atau, jika diperlukan, 12 minggu. Ini dapat
ditingkatkan menjadi 150 mg empat kali sehari hingga 12 minggu pada kasus yang
parah. Meskipun ada data terbatas tentang penggunaan ranitidin untuk penyakit refluks
gastro-esofagus dan esofagitis erosif pada anak-anak, dosis 5 sampai 10 mg/kg setiap
hari, biasanya diberikan dalam 2 dosis terbagi, telah digunakan.
• Efek Samping
Ranitidine memiliki sedikit atau tidak ada efek anti-androgenik, meskipun
terdapat laporan terisolasi dari ginekomastia dan impotensi.
• Interaksi
Ranitidin tampaknya tidak mempengaruhi sitokrom P450 secara luas, dan oleh
karena itu dianggap memiliki sedikit efek pada metabolisme obat lain. Namun, seperti
antagonis H2 lainnya, efeknya pada pH lambung dapat mengubah penyerapan
beberapa obat lain.
• Bentuk sediaan:
BP 2008 : Injeksi Ranitidin, Solusi Oral Ranitidine, Tablet Ranitidin,
USP 31 : Ranitidin dalam Injeksi Natrium Klorida, Injeksi Ranitidin,
Solusi Oral Ranitidine, Ranitidin Tablet.
• Obat paten
Acran, Aldin, Anitid, Chopintac, Conranin, Fordin, Gastridin, Hexer, Radin,
Rancus, Ranilex, Ranin, Ranticid, Rantin, Ratinal, Renatac, Scanarin, Tricker,
Ulceranin, Wiacid, Xeradin, Zantac, Zantadin, Zumaran.
Kesimpulan: terapi yang di gunakan rasional tapi dosisnya diganti
menjadi 2x150 mg. hal ini karena pasien pada scenario dikatakan memiliki
Riwayat penyakit ada makanan yang keluar dari mulut. Penyebabnya bisa
karena katup atau sfighter yang terletak di kerongkongan bagian bawah
melemah. Dan terdapat perasaan asam pada lidah penyebabnya karena asam
pada lambung naik bersamaan dengan keluarnya makanan. Ini menandakan
bahwa pasien mengalami GERD. Terapi Antagonis reseptor H2: Ranitidin
dilakukan untuk mengurangi produksi asam lambung pada sel parietal lambung
dengan mekanisme kerja menghambat reseptor H2 yang ada ada pada sel
parietal lambung yang berfungsi sebagai tempat produksi asam lambung.
Daftar Pustaka
Sweetman, S. C. (2009). Martindale (36nd ed.). (S. C. Sweetman, BPharm, & FRPharmS, Eds.)
London, USA: Pharmaceutical Press.
Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS), Badan Pengawas Obar Dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia 2014, Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI, Di
Akses 14 Desember 2021
http://pionas.pom.go.id/monografi/alprazolam-0
Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS), Badan Pengawas Obar Dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia 2014, Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI, Di
Akses 14 Desember 2021
http://pionas.pom.go.id/obat/antasida-doen