Anda di halaman 1dari 5

A.

RANITIDINE

Ranitidin adalah antagonis kompetitif histamin yang khas pada reseptor histamin H2 sehingga secara
efektif dapat menghambat sekresi asam lambung, menekan kadar asam dan volume sekresi
lambung. Ranitidin juga dapat mengatasi masalah mengatasi masalah asam lambung, ulkus
peptikum, refluks esofagus, borok dan tukak. ranitidine memiliki waktu paruh yang cukup singkat
yaitu sekitar 2-3jam saja dan memiliki bioavailabilitas sekita 50% sehingga akan terjadi peningkatan
frekuensi pemakaian. Ranitidin memiliki kemampuan untuk menginhibisi enzime alcohol
dehydrogenase yang akhirnya mengurangi efek dari toksisitas metanol.

Interaksi obat

NO OBAT KETERANGAN
1 Ranitidine >< Nifedipine Interaksi antara nifedipine dan ranitidine
dapat meningkatkan level nifedipine, meningkatkan
bioavailabilitas dan menurunkan keasaman
lambung (Stockley’s, 2008).
2 Ranitidine >< Warfarin Dapat meningkatkan atau menurunkan waktu protrimbin
3 Ranitidine >< Dapat mengurangi ekskresi dan meningkatkan kadar plasma
Procainamide procainamide
4 Ranitidine >< Sukralfat Dapat menurunkan absorpsi ranitidin.
5 Ranitidine >< Obat yang Penggunaan ranitidin dapat mengganggu farmakokinetik obat
absorbsinya bergantung yang absorpsinya bergantung pH. Sebagai contoh, ranitidin
PH dapat meningkatkan absorpsi triazolam, glipizide, dan
midazolam. Di sisi lain, ranitidin dapat menurunkan absorpsi
atazanavir, gefitnib, ketoconazole, dan delavirdine.
Ranitidin >< Diltiazem Peningkatan efek terapeutik dan toksisitas diltiazem karena
ranitidine

Efek samping

Efek samping minor ranitidin dilaporkan pada kurang dari 3% penggunaan. Efek samping ini
mencakup sakit kepala, ruam, malaise, mual, konstipasi, pusing, dan nyeri perut. Efek samping
biasanya mereda dengan sendirinya meskipun terapi dilanjutkan.

Pada kasus yang lebih jarang, ranitidin dosis biasa dapat menimbulkan efek samping konfusi,
ginekomastia, hiperprolaktinemia, disfungsi seksual, bradikardia, diskrasia darah, atau hepatitis.
Selain itu, penggunaan ranitidin juga dikaitkan dengan efek samping okular berupa gangguan refraksi
sementara.

Efek samping menurut system organ

Potensi efek samping ranitidin selengkapnya adalah:

 Sistem saraf pusat: Malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, dan gangguan status
mental sementara.
 Kardiovaskular: Takikardia, bradikardia, asistol, blok atrioventrikular, dan PVC (premature
ventricular beats). Bradikardia lebih sering ditemukan berkaitan dengan pemberian intravena
yang cepat dan pada pasien dengan gangguan irama jantung
 Gastrointestinal dan hepatobilier: konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut., hepatitis,
ikterus, gagal hati
 Hematologi: Leukopenia, granulositopenia, trombositopenia, pansitopenia, agranulositosis
 Endokrin: Penurunan libido, impotensi, galaktorea, ginekomastia
 Ginjal: Peningkatan kreatinin serum, nefritis interstitial akut
 Lainnya: Mialgia, atralgia, ruam, alopesia, vasculitis, anafilaksis

Antisipasi

• Ranitidin tidak boleh diberikan kepada orang yang alergi pada obat ini atau obat golongan
antagonis H2 lainnya, seperti cimetidine dan famotidine.
• Beri tahu dokter jika pasien sedang menderita porfiria, fenilketonuria, diabetes, gangguan
sistem imun yang disebabkan oleh penyakit tertentu, gangguan ginjal, gangguan hati,
penyakit lain pada lambung, atau gangguan pernapasan, seperti asma atau PPOK.
• Beri tahu dokter jika pasien sedang menggunakan obat, suplemen, atau produk herbal
tertentu.
• Beri tahu dokter jika pasien sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
• Hindari mengonsumsi alkohol selama dalam pengobatan dengan ranitidin.

Dosis

• 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sekali sehari sesudah makan malam atau
sebelum tidur, selama 4 - 8 minggu.
• Tukak lambung aktif: 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) selama 2 minggu.
• Terapi pemeliharaan pada penyembuhan tukak 12 jari dan tukak lambung: Dewasa: 150 mg,
malam hart sebelum tidur.
• Keadaan hipersekresi patologis (Zollinger Ellison, mastositosis sistemik): Dewasa: 150 mg, 2
kali sehari dengan lama pengobatan ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala klinik yang
ada. Dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing penderita. Dosis
hingga 6 g sehari dapat diberikan pada penyakit yang berat.
• Refluks gastroesofagitis: Dewasa: 150 mg, 2 kali sehari.
• Esofagitis erosif: Dewasa: 150 mg, 4 kali sehari.
• Pemeliharaan dan penyembuhan esofagitis erosif: Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari.
• Dosis pada penderita gangguan fungsi ginjal: Bila bersihan kreatinin <50 mL/menit: 150 mg /
24 jam. Bila perlu dosis dapat ditingkatkan secara hati-hati setiap 12 jam atau kurang
tergantung kondisi penderita. Hemodialisis menurunkan kadar Ranitidine HCI yang
terdistribusi.

B. DIAZEPAM

Pengertian

Diazepam adalah obat esensial golongan benzodiazepin yang tercantum dalam WHO Essential List of
Medicines Edisi 19 (WHO, 2015), Daftar Obat Esensial Nasional (Kemenkes RI, 2015a) serta
Formularium Nasional (Kemenkes RI, 2015b).

Diazepam diindikasikan untuk terapi kecemasan (ansietas) dalam penggunaan jangka lama, karena
mempunyai masa kerja panjang (Finkel et al., 2009). Selain itu juga sebagai sedatif dan keadaan
psikosomatik yang ada hubungan dengan rasa cemas. Selain sebagai antiansietas, diazepam
digunakan sebagai hipnotik, antikonvulsi, pelemas otot dan induksi anastesi (Katzung et al., 2012).
Diazepam juga digunakan untuk preeklampsia dan eklampsia yang diberikan secara intravena dengan
dosis 10 mg (Kemenkes RI, 2007). Untuk itu ketersediaan yang memadai sesuai kebutuhan medis
harus terpenuhi di semua tingkatan fasilitas kesehatan.

Interaksi obat

NO OBAT KETERANGAN
1 Diazepam >< Disulfiram Diazepam dikeluarkan dari tubuh lebih lambat dari biasanya
Diazepam >< Fenitoin Diazepam dapat mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan
mempengaruhi kinerja fenitoin.
Diazepam >< Teofilin Dapat melemahkan efek dari diazepam, serta menyebabkan
diazepam dibuang oleh tubuh lebih cepat dari seharusnya.
Diazepam >< Omeprazole Diazepam dikeluarkan dari tubuh lebih lambat dari biasanya
Diazepam >< Rifampisin Diazepam dikeluarkan dari tubuh lebih lambat dari biasanya.
Diazepam >< Pil KB Memperlambat pembuangan diazepam dari tubuh dan
meningkatkan efeknya. Pendarahan dapat terjadi saat
mengonsumsi diazepam bersamaan dengan kontrasepsi oral.
Namun efektivitas kontrasepsi tidak berkurang.
Diazepam >< Cisapride Diazepam dikeluarkan dari tubuh lebih lambat dari biasanya
Diazepam >< Obat Melemahkan efek diazepam
kortikosteroid
Diazepam >< Asam Memperlambat pembuangan diazepam dari tubuh dan
valproat meningkatkan efeknya.
Diazepam >< Levodopa Diazepam dapat mengurangi efek levodopa.

Efek samping

mengantuk, kelemahan otot, ataksia, reaksi paradoksikal dalam agresi, gangguan mental, amnesia,
ketergantungan, depresi pernapasan, kepala terasa ringan hari berikutnya, bingung. Kadang-kadang
terjadi: nyeri kepala, vertigo, hipotensi, perubahan salivasi, gangguan saluran cerna, ruam, gangguan
penglihatan, perubahan libido, retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah dan sakit kuning, pada
injeksi intravena terjadi: nyeri, tromboflebitis dan jarang apneu atau hipotensi.

Antisipasi

Dosis benzodiazepin dapat dihentikan secara bertahap, sekitar 1/8 (dalam interval 1/10 hingga 1/4 )
dari dosis sehari, dilakukan setiap malam ke 4. Saran untuk protokol penghentian obat pada pasien
yang memiliki kesulitan adalah sbb:

1. Pada pasien yang ganti dengan obat setara dengan dosis diazepam per hari, sebaiknya
dikonsumsi malam hari.
2. Turunkan dosis diazepam bertahap setiap 2–3 minggu sebanyak 2 atau 2,5 mg; jika gejala
putus obat muncul, pertahankan dosis obat ini hingga gejala membaik.
3. Turunkan dosis lebih lanjut, jika perlu bertahap dengan dosis lebih kecil. Lebih baik
penurunan dosis dilakukan dengan lebih lambat daripada dilakukan terlalu cepat.
4. Penghentian total. Waktu yang dibutuhkan untuk penghentian total dapat bervariasi dari
sekitar 4 minggu hingga 1 tahun atau lebih.
Konseling dapat membantu. beta bloker dicoba hanya jika pengobatan lainnya gagal. Antidepresan
hanya digunakan dalam keadaan depresi klinik atau untuk gangguan panik; hindari antipsikosis (yang
dapat memperburuk gejala putus obat).

Dosis

Oral: ansietas 2 mg 3 kali/hari, dinaikkan bila perlu sampai 15-30 mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk
LANSIA atau debil dosis setengahnya. Insomnia yang disertai ansietas 5-15 mg sebelum tidur. Injeksi
intramuskular atau injeksi intravena lambat (kedalam vena yang besar dengan kecepatan tidak lebih
dari 5 mg/menit) untuk ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, dan putus alkohol
akut: 10 mg diulangi bila perlu setelah tidak kurang dari 4 jam. Infus intravena lihat 4.8.1. Dengan
melalui Rektal sebagai larutan untuk ansietas akut dan agitasi: 10 mg (lansia 5 mg) diulang setelah
lima menit bila perlu. Untuk ansietas apabila pemberian oral tidak dapat dilakukan obat diberikan
melalui rektum sebagai supositoria: 10-30 mg (dosis lebih tinggi terbagi).

C. Simvastatin
simvastatin merupakan golongan obat keras yang harus tepat dalam penggunaannya untuk
menurunkan risiko efek samping dan meningkatkan efektivitas obat. Pemicu peningkatan risiko
efek samping apabila obat digunakan secara tidak tepat seperti menggunakan obat simvastatin
bersamaan dengan obat yang menghambat sitokrom p450-3A4 (CYP3A4), antibiotik makrolida.
Dosis simvastatin 80 mg sehari juga meningkatkan risiko efek samping gangguan otot sehingga
tidak dianjurkan untuk digunakan pada terapi awal kecuali pada pasien yang telah menggunakan
dosis ini selama 12 bulan atau lebih tanpa bukti gangguan otot.

NO OBAT KETERANGAN
1 Amlodipin >< Amlodipin meningkatkan efek simvastatin
Simvastatin sehingga meningkatkan risiko kerusakan hati
dan rhabdomyolysis
2 Simvastatin >< Diltiazem Interaksi tingkat mayor antara obat diltiazem dan simvastatin
dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari simvastatin dan
metabolite aktif sehingga dapat dimanagemen dengan cara
dosis simvastatin tidak boleh lebih dari 10 mg/hari (Joyce et al,
2013).
Efek samping

Efek samping simvastatin yang paling sering terjadi adalah efek samping yang berkaitan dengan
keluhan otot (72%) atau biasa dikenal dengan istilah statin-associated muscle symptoms (SAMS),
terutama pada golongan statin lipofilik seperti simvastatin yang memiliki kemampuan untuk berdifusi
secara non selektif ke dalam jaringan ekstrahepatik seperti otot rangka.

Antisipasi

 Hindari penggunaan obat Simvastatin pada:

 Penderita penyakit hati akut atau peningkatan transaminase serum persisten yang tidak
dapat dijelaskan.
 Pasien keturunan Tiongkok sebaiknya tidak menggunakan simvastatin 80 mg/hari dengan
dosis modifikasi produk yang mengandung niacin (≥1 g).
 Simvastatin 80 mg tidak boleh dimulai pada pasien baru dan mereka yang menggunakan
dosis rendah.
 Penggunaan bersamaan dengan inhibitor CYP3A4 yang kuat, misalnya: itraconazole,
ketoconazole, posaconazole, clarithromycin, erythromycin, telithromycin, nefazodone,
penghambat protease HIV (seperti nelfinavir), boceprevir, telaprevir, gemfibrozil, ciclosporin,
danazol, dan jus jeruk bali.
 Ibu hamil dan menyusui.

Dosis

 Dosis awal: dosis 10 mg/hari diberikan pada malam hari


 Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang: dosis 5 mg/hari
 Pengaturan dosis dilakukan dengan jarak tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimal 40
mg/hari (diberikan malam hari)
 Lakukan pengukuran kadar lipid dengan jarak tidak kurang dari 4 minggu. Dosis disesuaikan
dengan respons penderita

Anda mungkin juga menyukai