Patofisologi
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama.
a. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di
hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
b. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid
yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler dan selanjutnya meningkatkan
volume dan tekanan darah.
Faktor pemicu patogenesis hipertensi esensial
- faktor genetik
- asupan garam dalam diet
- tingkat stress
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari
hipertensi yang kadang-kadang muncul menjadi hipertensi yang
persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi
persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi,
dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung,
ginjal, retina dan susunan saraf pusat.
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien
umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung)
kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40
tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi
hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi
hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun
TARGET TEKANAN DARAH
Umur ≥ 60 ta hun
Ta rge t te ka na n da ra h : < 150/90 mmHg
Olmesartan 10mg/haribila perlu dosis ditingkatkan sampai Guideline for the diagnosis
20 mg/hari dengan maks. 40mg/hari and management
hypertension in adult, 2016
Mekanisme Kerja CCB
Farmakokinetika
Secara umum CCB mempunyai BA yang rendah karena
first pass metabolism. T1/2 nya relatif pendek (≥ 12
jam) kecuali untuk amlodipin mempunya t1/2 yang lebih
panjang (>40 jam).
SubClass Drug Usual Dose Daily
Range, frequency
mg/day
Dihydropyridi Amlodipine 2,5-10 1
nes
Felodipine 5-20 1
Isradipine 5-10 2
Nicardipine 60-120 2
SR
Nifedipine 30-90 1
long acting
Nisoldipine 10-40 1
Amlodipin Nifedipin Nicardipin Felodipin
Efek samping nyeri abdomen, pusing, sakit ileus paralitik, muka merah,
mual, palpitasi, kepala, muka hipoksemia, sakit kepala,
wajah merah, edema paru, palpitasi,
memerah, takikardi, dispnea, nyeri pusing, fatigue,
edema, palpitasi; juga angina, edema kaki,
gangguan tidur, edema kaki, trombositopeni ruam kulit dan
sakit kepala, ruam kulit a, gangguan gatal,
pusing, letih (eritema fungsi hati dan hiperplasia,
multiform jaundice, demam,
dilaporkan), takikardia impoten
mual, sering
kencing; nyeri
mata,
hiperplasia
gusi
KONTRA
INDIKASI hipotensi, syok kardiogenik, bradikardia, in sick sinus syndrome,
sindrom WPW, takikardia kompleks yang preexisting
luas, VT dan gagal jantung tanpa second or third degree heart
kompensasinya. Dan sinus syndrome block,
without a pacemaker. wide QRS tachycardia, marked
bradycardia, or LV failure.