Anda di halaman 1dari 17

REVISI

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI I
KELOMPOK 2 S1 C-2018
Gusti Alamsyah Abdil Almajid 1813015003
Rida Wahda Maulida Tahir 1813015018
Rohani 1813015043
Mawaddah Warahmah Nanda Adity 1813015078
Paul Emanuel Toti 1813015088
Revina Febrianti 1813015123
Shalsa Belita Putri Santoso 1813015133
Muhammad Khalid Akbar 1813015138
Audrey Jenly Moligay 1813015148
Chairunnisa Aprilia 1813015163
Selin Cenora Aritonang 1813015168
Dian Lia Karla Mumekh 1813015238
Jendi Januari Kristi 1813015268
Ummul Fathonah 1813015278

KASUS :
Pasien a.n Ny. S umur 67 th, BB 45 kg, TB 160 cm MRS tgl 11 Oktober 2010 dgn
keluhan sesak, nyeri dada sebelah kiri, pusing, mual, muntah. Riwayat penyakit PJK-
OMI dan hipertensi. Riwayat obat ISDN, simvastatin, aspilet, furosemida, biso-
prolol.Dari anamnese dan data lab, pasien terdiagnosis PJK-OMI dan unstable angina.
Data lab menunjukkan kadar kolesterol total 300 mg/dL, LDL 100 mg/dL, Hb 5
mg/dL, leukosit 6500 / mm3, asam urat 10,5 mg/dL, Cr 3,5 mg/dL, BUN 78 mg/dL.
TD 160/95 mmHg, N 110 x/mnt, RR 24x/mnt. Pasien diterapi oksigen 3 l/jam,
cedocard inj 0,5 mg/jam, lasix inj 1-1-0, plavix 1-0-0, arixtra 1-0-0, allopurinol 3x100
mg. Bagaimana pharm care pada pasien di atas ?

SUBJECT :
Pasien a.n Ny. S umur 67 th, BB 45 kg, TB 160 cmMRS tgl 11 Oktober 2010 dgn
keluhan sesak, nyeri dada sebelah kiri, pusing, mual, muntah. Riwayat penyakit PJK-
OMI dan hipertensi.

OBJECT :

Data laboratorium Keterangan


Kadar kolesterol 300 mg/dL, Tinggi
Normal : <200 mg/dl
LDL 100 mg/dL Mendekati optimal
Normal : <100 mg/dl
Hb 5 mg/dL Rendah
Normal : > 12 gr/dl
Leukosit 6500 / mm3 Normal
Normal : 3200-10000
mm3
Asam urat 10,5 mg/dL Tinggi
Normal : 2,6-6 mg/dl
Cr 3,5 mg/dL Tinggi
Normal : 0,5-1,2 mg/dl
BUN 78 mg/Dl Tinggi
Normal : 9-20 mg/dl
TD 160/95 mmHg Tinggi
Normal : 120/80 mmHg
N 110 x/mnt Takikardia
Normal : 60-100x/menit
RR 24x/mnt Takipnea
Normal : 12-20x/menit

(140  usia)xWeight(Kg)x(0,85 padaperempuan)


GFR mL/min =
72xScr(mg / dL)

(140  67)x45x0,85
=
72x3,5
= 11,08ml/min/1.73m2

Riwayat obat :
 ISDN
 Simvastamin
 Aspilet
 Furosemida
 Bisoprolol

ASSESSMENT :
Obat Dosis Kontraindikasi Efek Samping
ISDN Sublingual, 5-10 hipersensitivitas Sakit kepala berdenyut,
mg. terhadap nitrat; muka merah, pusing,
Oral, sehari dalam hipotensi atau hipotensi postural,
dosis terbagi, hipovolemia; takikardi (dapat terjadi
angina 30-120 mg; kardiopati bradikardi paradoksikal).
gagal jantung kiri obstruktif Injeksi. Efek samping
40-160 mg, sampai hipertrofik, stenosis yang khas setelah injeksi
240 mg bila aorta, tamponade (terutama jika diberikan
diperlukan. jantung, terlalu cepat) meliputi
Infus intravena, 2- perikarditis hipotensi berat, mual dan
10 mg/jam; dosis konstruktif, muntah, diaforesis, kuatir,
lebih tinggi sampai stenosis mitral; gelisah, kedutan otot,
20 mg/jam anemia berat, palpitasi, nyeri perut,
mungkin trauma kepala, sinkop; pemberian jangka
diperlukan. perdarahan otak panjang disertai dengan
glaukoma sudut methemoglobinemia.
sempit.
Simvastamin Dosis awal Kontraindikasi Efek samping dari
pemberian obat pada obat pemakaian Simvastatin
adalah 10 mg pada Simvastatin yaitu adalah miopati, gangguan
malam hari, bila pada wanita hamil, psikis (depresi, ketakutan,
perlu dinaikkan menyusui, pasien kecenderungan bunuh diri)
dengan interval 4 yang mengalami dan kerusakan hati
minggu sampai gagal fungsi hati (sirosis), sakit kepala,
maksimal 40 mg, atau pernah konstipasi, gangguan
pasien harus mengalami gagal penglihatan, anemia
melakukan diet fungsi hati, pasien (MIMS, 2017).
pengurangan yang mengalami
kolesterol dan peningkatan jumlah
selama memulai serum transaminase
pengobatan dengan yang abnormal,
Simvastatin, jika pecandu alkohol
hanya memerlukan (MIMS, 2017)
pengurangan
kolesterol LDL
dapat diberikan
dosis dengan
kekuatan 10 mg
sekali sehari pada
malam hari
(Charles, 2009).
Aspilet 1 x 1 tablet anak di bawah 16 bronkospasme; perdarahan
tahun dan yang saluran cerna (kadang-
menyusui (sindrom kadang parah), juga
Reye) (4.7.1); perdarahan lain (misal
tukak peptik yang subkonjungtiva).
aktif; hemofilia dan
gangguan
perdarahan lain.
Furosemida Oral: Udem. gagal ginjal dengan gangguan elektrolit,
Dewasa, dosis awal anuria, prekoma dehidrasi, hipovolemia,
40 mg pada pagi dan koma hepatik, hipotensi, peningkatan
hari, penunjang 20- defisiensi elektrolit, kreatinin
40 mg sehari, hipovolemia, darah, hemokonsentrasi,
tingkatkan sampai hipersensitivitas. hiponatremia,
80 mg sehari pada hipokloremia,
udem yang hipokalemia, peningkatan
resistensi. Anak, 1- kolesterol darah,
3 mg/kg BB sehari, peningkatan asam urat
maksimal 40 mg darah, gout, enselopati
sehari. Oliguria. hepatik pada pasien
Dosis awal 250 mg dengan penurunan fungsi
sehari. Jika hati, peningkatan volume
diperlukan dosis urin.
lebih besar,
tingkatkan
bertahap dengan
250 mg, dapat
diberikan setiap 4-
6 jam sampai
maksimal dosis
tunggal 2 g (jarang
digunakan).
Bisoprolol Hipertensi dan asma, gagal jantung bradikardi, gagal jantung,
angina. Satu tablet yang tak terkendali, hipotensi, gangguan
5 mg sehari sekali bradikardi yang konduksi, bronkospasme,
pada pagi hari nyata, hipotensi, vasokonstriksi perifer,
sebelum atau sindrom penyakit gangguan saluran
sesudah makan. sinus, blok AV cerna, fatigue, gangguan
Dalam kasus derajat dua atau tidur, jarang ruam kulit
sedang/tidak terlalu tiga, syok dan mata kering
berat, satu tablet kardiogenik; (reversibel bila obat
sehari mungkin feokromositoma. dihentikan), eksaserbasi
cukup. psoriasis.
Kebanyakan kasus
dapat terkontrol
dengan pemberian
2 tablet/hari (10
mg), kecuali pada
sejumlah kecil
kasus memerlukan
dosis 4 tablet/hari
(20 mg). Pada
pasien dengan
disfungsi ginjal
atau disfungsi hati
berat, maksimum
dosis per hari
adalah 2 tablet/hari
(10 mg).

1. Pasien mengeluhkan sesak, nyeri dada sebelah kiri, pusing, mual dan muntah
dengan riwayat penyakit pasien PJK-OMI dan hipertensi. PJK-OMI (old
myocardial infarction, infark miokardium yang sudah lama). Infark miokardium
terjadi ketika aliran darah ke arteri koroner, yakni pembuluhdarah yang bertugas
mensuplai otot jantung dengan oksigen dan nutrisi, tersumbat total sehingga
menyebabkan otot jantung rusak dan terganggu fungsinya. Penyumbatan ini
biasanya terjadi karena penumpukan plak atherosklerosis, yang utamanya terdiri
dari tumpukan kolesterol . Umumnya menyebabkan penderitanya merasakan
sensasi tidak nyaman yang dominan muncul di dada kiri, seperti berupa sensasi
tertekan, nyeri, panas, sesak, berat, dan sebagainya. Keluhan ini bisa muncul
disertai keringat dingin berlebih, lemas, pandangan gelap, pusing, mual.

2. Unstable angina merupakan jenis angina yang biasanya muncul tiba-tiba, tidak
bergantung pada aktivitas yang dilakukan, dan bisa berlanjut meskipun
penderitanya sudah beristirahat. Rentang waktu terjadinya unstable angina lebih
panjang dengan intensitas nyeri yang lebih parah daripada stable angina. Unstable
angina disebabkan oleh penyumbatan arteri yang dinamis, plak pecah dan
thrombosis.
3. Berdasarkan data lab diketahui bahwa kadar kolesterol, LDL dan hipertensi
pasien tinggi, dimana makin tinggi kadar kolesterol maka akan semakin tinggi
pula proses aterosklerosis berlangsung. Konsentrasi LDL kolesterol yang tinggi
dalam darah akan menyebabkan terbentuknya aterosklerosis. Kelebihan
kolesterol dalam darah akan disimpan di dalam lapisan dinding pembuluh darah
arteri, yang disebut sebagai plak atau ateroma, sumber utamanya berasal dari
kolesterol LDL(Naim, 2019).

4. Kadar asam urat pasien berdasakan data lab diketahui tinggi, asam urat
merupakan produk akhir metabolisme purin. Metabolisme purin terjadi secara
terus menerus didalam tubuh seiring dengan sintesis dan katabolisme DNA dan
RNA. Asam urat menyebabkan akumulasi Kristal urat disekitar aterosklerosis
yang sebelumnya telah terbentuk. Asam urat merangsang pelepasan kemokin
monosit chemo-attractant protein-1,25 dan interleukin- Ib, interleukin-6, dan
tumor necrosis factor-a. Sehingga asam urat mungkin berkontribusi terhadap
perkembangan penyakit pembuluh darah manusia dan aterosklerosis melalui jalur
pro-inflamasi. Asam urat dapat meningkatkan oksidasi LDL yang bisa
memperburuk aterosklerosis yang telah terbentuk sebelumnya dengan cara
merusak sel endotel vaskular (Setiasih dan Marfianti, 2014). SeIain itu, apabiIa
kadar asam urat tinggi dan terjadi ketidakseimbangan maka dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar asam urat daIam darah yang disebut hiperuresemia
dimana gangguan metaboIisme yang mendasar gout adaIah hiperuresemia yang
didefinisikan sebagai peninggian kadar asam urat Iebih dari 7 mI/dI dan 6 mg/dI
(ShoIihah, 2014)

5. Konsentrasi asam urat yang tinggi juga terkait dengan risiko infark miokard.
Dimana dari data lab diketahui bahwa pasien mengalami takipnea dan takikardia.
Asam urat mendorong perkembangan terjadinya aterosklerosis. Pecahnya plak
aterosklerosis dengan pembentukan trombus dan okulasi pembuluh koroner
menyebabkan penurunan pasokan darah secara akut ke sebagian miokardium
sehingga terjadi infark miokard (Gonie, 2017).

6. Hasil pemeriksaan lab juga didapatkan nilai Cr tinggi yaitu 3,5 mg/dl serta nilai
BUN tinggi 78 mg/dl. Sehingga diketahui bahwa nilai GFR pasien adalah 11,08
dimana PGK stadium terminal (ESKG) < 15. Hal ini berpengaruh pada nilai Hb
pasien yang rendah yaitu 5 mg/dl, anemia terjadi karena pasien mengalami CKD.
Salah satu hormon yang penting pada proses eritopoiesis disumsum tulang adalah
eritropoeitin yang di produksi oleh kelenjar adrenal pada ginjal. CKD
mengakibatkan gangguan kelenjar adrenal sehingga terjadi penurunan produksi
eritropoetin.

PLAN
Cedocard (isosorbide dinitrate) (dilanjutkan)
Lasix inj (furosemide) (loop diuretic/diuretic kuat) (dihentikan)
Plavix (clopidogrel) (dilanjutkan)
Arixtra fondaparinux Factor Xa Inhibitor (hanya sebelum PCI) (antikoagulan) (diganti
bivalirudin)
Allopurinol (dilanjutkan)
 Terapi Non-Farmakologi
Pemberian transfusi darah disarankan untuk kasus-kasus status hemodinamik
yang terganggu atau Hb <8 g/dL atau Ht <25% (PERKI. 2015)(KDIGO,
2012).
1. PRC (Packed Red Cell) jika Hb > 6 g/dL, 15 mL/kgBB/Hari, jika Hb < 5
g/dL , 1 jam pertama 5 mL/kgBB, kemudian sisa darah yang masih ada
pada kantong darah tersebut dihabiskan dalam 3 jam berikutnya (PMK
RI No.91 Tahun 2015).

 Terapi Farmakologi
A. Pengobatan awal di IGD
1. Terapi oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi O 2
arteri <90%, Terapi oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA
dalam 6 jam pertama, tanpa mempertimbangkan saturasi O2 arteri (Kelas
IIa-C) (PDSKI,2015).
Terapi oksigen : 3 L/jam.

2. Nitrat oral atau intravena efektif menghilangkan keluhan dalam fase akut
episode angina (Kelas I-C).
Pasien dengan UAP/NSTEMI yang mengalami nyeri dada berlanjut
sebaiknya mendapat nitrat sublingual setiap 5 menit sampai maksimal 3
kali pemberian, setelah itu harus dipertimbangkan penggunaan nitrat
intravena jika tidak ada indikasi kontra (Kelas I-C) (ESC,2020).
Dosis : Cedocard (isosorbide dinitrate)
Sublingual, 5-10 mg. setiap 5 menit maksimal 3 kali (PIONAS)

3. Penyekat beta direkomendasikan bagi pasien UAP atau NSTEMI, terutama


jika terdapat hipertensi dan/atau takikardia, dan selama tidak terdapat
indikasi kontra (Kelas I-B). penyekat beta oral hendaknya diberikan dalam
24 jam pertama (Kelas I-B) (ESC,2020).
Bisoprolol
Dosis : 1 x sehari 1 tab (5 mg) pada pagi hari sebelum atau sesudah makan
(PIONAS).

B. Evaluasi dan penentuan resiko


-Tujuan stratifikasi risiko adalah untuk menentukan strategi penanganan
selanjutnya (invasif atau konservatif).

 Berdasarkan penilaian klinis, angiografi koroner invasif (ICA) masih


menjadi pilihan terbaik pada pasien dengan kemungkinan klinis yang
sangat tinggi untuk unstable angina, bahkan setelah rule out NSTEMI.
 Berdasarkan stratifikasi resiko pasien masuk dalam kategori
intermediate-risk :
 Gangguan fungsi ginjal, nilai eGFR = 11 ml/min/1.73m2
 Strategi yang dipilih, invasive <72 jam
Strategi yang direkomendasikan untuk angiografi pada pasien dengan
setidaknya satu kriteria intermediate risk, gejala rekuren atau iskemia.
(ESC,2020)
Modalitas revaskularisasi
 Jika angiogram menunjukkan lesi ateromatosa namun tidak ditemukan
lesi kritikal, maka diatasi dengan medika mentosa.
 Pada pasien dengan single-vessle disease maka dikerjakan PCI
 Pada pasien dengan multivessel disease, keputusan PCI atau CABG
dibuat sesuai kondisi individu.
(ESC,2020)
1. Strategi invasive
 DAPT
-Perawatan antitrombotik wajib bagi pasien NSTE-ACS dengan dan tanpa
manajemen invasive.
-Pada pasien dengan NSTE-ACS, DAPT dengan aspirin dan clopidogrel
direkomendasikan selama 12 bulan kecuali ada kontraindikasi atau risiko
perdarahan yang berlebihan (Kelas IA)
(ESC,2020).
 ASPIRIN (antiplatelet)
-Dosis load aspirin sebelum PCI, 150,5 mg sampai 325 mg
(ECS,2020)
-Dosis pemeliharaan selama 12 bulan, 75 - 85 mg sekali sehari,
setiap hari diberikan setelah makan (PIONAS).
 CLOPIDOGREL (DAPT).
-Dosis load 300 mg sebelum PCI (ESC,2020)
-Dosis pemeliharaan 1 x sehari 1 tab (75 mg) dengan atau tanpa
makanan (PIONAS).

 Antikoagulan
 Penghentian antikoagulan parenteral dipertimbangkan segera
setelah prosedur invasive (Kelas IIa C) (ESC,2020).
 Bivalirudin (0,75 mg / kg i.v. bolus, diikuti oleh 1,75 mg / kg / jam
hingga 4 jam setelah prosedur) direkomendasikan sebagai alternatif
dari inhibitor UFH plus GP IIb / IIIa selama PCI (ESC,2020).
 CKD stadium 4 atau 5, dosis disesuaikan dari 1,75 menjadi 1,0 atau
0,25 mg kg-1 jam-1 (Capodanno,2012).
Penyesuaian Dosis : Bivalirudin (0,75 mg / kg i.v. bolus, diikuti oleh
1,0 mg / kg / jam hingga 4 jam setelah prosedur) selama PCI.

2. Strategi konservatif
Pasien yang didiagnosis PJK/CAD yang tidak dapat menerima semua jenis
revaskularisasi, berisiko sangat tinggi mengalami kejadian iskemik
berulang. Seringkali, pasien ini adalah wanita, lanjut usia dan / atau
menderita CKD berat, dengan CAD multivessel, dan riwayat MI atau
revaskularisasi sebelumnya.
Keputusan untuk tidak melakukan revaskularisasi ditetapkan hanya pada
pasien yang sangat terpilih saja, di mana risiko yang didapat lebih besar
karena alasan klinis atau anatomi.
Pasien-pasien ini harus menjalani perawatan secondary prevention
dengan terapi antiplatelet poten dan agen anti-angina.
(ESC,2020).
 Aspirin (antiplatelet)
Dosis pemeliharaan selama 12 bulan (DAPT), 75 - 85 mg sekali
sehari (ECS,2020), setiap hari diberikan setelah makan (PIONAS).

 Clopidogrel (P2Y12 receptor inhibitor, DAPT)


-Dosis pemeliharaan 1 x sehari 1 tab (75 mg) (ESC,2020) dengan
atau tanpa makanan (PIONAS).

 Beta Blocker (Anti-angina)


Dosis angina : 1 x sehari 1 tab (5 mg) pada pagi hari sebelum atau
sesudah makan.

3. Manajemen Jangka Panjang


 Beta Blocker
Pasien dengan post-MI, pengobatan oral jangka panjang dengan
beta-blocker dipertimbangkan untuk mengurangi semua penyebab
mortalitas kardiovaskular (Kelas IIa B) (ESC,2020).
BISOPROLOL
Dosis Hipertensi dan angina : Satu tablet 5 mg sehari sekali pada
pagi hari sebelum atau sesudah makan (PIONAS).
 Statin
Statin direkomendasikan pada semua pasien NSTE-ACS.
Tujuannya adalah untuk mencapai LDL-C <1,4 mmol / L (<55 mg
/ dL) (Kelas IA) (ESC,2020).
ATORVASTATIN
Dosis : 1 x 1 tab (10 mg) , setelah makan pada malam hari
(PIONAS).
 ACE inhibitor
Penghambat ACE (atau ARB jika kontraindikasi)
direkomendasikan pada pasien diabetes, atau CKD, untuk
mengurangi penyebab mortalitas kardiovaskular (Kelas IA)
(ESC,2020).
CAPTOPRIL
Dosis Hipertensi : (1 x sehari 1 tab ( 25 mg ) sehari pada pagi hari
(PIONAS).

4. Obat lainnya
 Penggunaan furosemide dihentikan karena agen diuretik loop
seperti furosemid dapat meningkatkan reabsorpsi asam urat di
dalam tubulus ginjal sehingga dapat menyebabkan hiperurisemia
sebesar 40% (Yunita, 2018).

 Furosemid adalah obat diuretic loop yang umumnya digunakan


untuk mengobati edema pada penderita CKD.
Pada penderita ckd, ketika GFR semakin turun ke level yang
rendah, ginjal tidak dapat mengekskresikan garam dan air secara
adekuat. Oleh karena itu, umumnya terjadi retensi cairan
ekstraseluler yang dimanifestasikan sebagai edema baik perifer,
pulmonal maupun asites.

 Allopurinol (Gout Kronis)


- Alopurinol tidak boleh mulai diberikan pada waktu serangan akut,
biasanya diberikan 2-3 minggu setelah serangan tertangani.
Diberinya pengobatan dapat memperburuk serangan akut
- Alopurinol memberikan manfaat terutama pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal atau batu urat yang tidak dapat diberi
urikosurik. Biasanya obat ini diberikan sehari sekali, sebab
metabolit aktif alopurinol waktu paruhnya panjang
Dosis : eGFR 5-15 ml/min/1.73m2 ,50 mg dua kali sehari, dosis
maksimal 100mg/ hari atau gunakan dosis tunggal 100 mg pada
interval lebih dari satu hari (PIONAS).

 Jika terjadi serangan gout akut, kami merekomendasikan :


Kolkisin (Gout Akut)
-Kolkisin mungkin sama efektifnya dengan NSAID. Selain itu,
obat ini dapat diberikan kepada pasien yang mendapat pengobatan
antikoagulan (PIONAS).
- Kolkisin memiliki potensi untuk mengurangi inflamasi yang
menyebabkan ketidakstabilan plak dan atherothrombosis, sehingga
mengurangi laju kejadian kardiovaskular berulang (Malik,2020).
Dosis : CKD,egfr 10─30 ml/min/1.73m2 dosis dibatasi 0.5 mg setiap
2─3 hari.

MONITORING
Kondisi klinis Keluhan sesak, nyeri dada sebelah kiri, pusing, mual, muntah
Nyeri akut serangan gout awal harus mulai mereda dalam
waktu sekitar 8 jam setelah memulai pengobatan. Resolusi
lengkap nyeri, eritema, dan peradangan biasanya terjadi dalam
48 sampai 72 jam.
Tekanan Darah Di evaluasi tekanan darah 2-4 minggu setelah dilakukan terapi
target tekanan darah 130/80 mmHg
Monitoring Ginjal Mengontrol fungsi ginjal dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium untuk mengukur Blood Urea Nitrogen (BUN) dan
kadar keratin dalam darah
Monitoring Monitoring adanya GI bleeding akibat aspirin, USG perut,
Lambung fotoRontgen,CTSCAN ,atauendoskopi.
Monitoring Efek 1. Bisoprolol
Samping Obat bradikardi, gagaljantung, hipotensi, gangguan
konduksi, bronkospasme, vasokonstriksi perifer,
gangguan saluran cerna, fatigue, gangguantidur

2. Atorvastatin :
Perubahan fungsi ginjal

3. Aspirin :
bronkospasme; perdarahan saluran cerna (kadang-
kadangparah)

4. Clopodogrel
Gangguan darah (termasuk trombositopenia
purpura, agranulositosis, dan pansitopenia)

5. Captopril
Gangguanginjal; hiperkalemia; angiodema, urtikaria

6. Bivalirudin
Trombositopenia,Hipotensi

7. Furosemide
Anuria,hipersensitivitas

Kadar kolesterol Di evalusi kadar kolesterol. Target pengobatan <200 mg/dl

LDL Di evaluasi kadar LDL. Target pengobatan <100 mg/dl

Hb Di evaluasi kadar Hb. Target pengobatan> 12 gr/dl

Leukosit Di evaluasi kadar Leukosit. Target pengobatan 3200-10000


mm3
Asam urat Di evaluasi kadar Asam urat. Target pengobatan 2,6-6 mg/dl :
pantau asam urat serum setiap 2 sampai 5 minggu; setelah
target urat tercapai, pantau asam urat setiap 6 bulan. Periksa
kembali tesnya setiap 6 sampai 12 bulan pada pasien yang
menerima pengobatan jangka panjang.

Memberikan edukasi kepada pasien untuk meminum obat


Kepatuhan pasien :
secara patuh dan teratur.

KONSELING
1. Setelah rawat inap edukasi kepada keluarga pasien untuk meminimalisir delay
pasien diberikan pemahaman mengenai cara mengenal gejala-gejala umum
infark miokard akut dan ditanamkan untuk segera memanggil pertolongan
darurat dan langkah-langkah praktis yang perlu diambil apabila SKA terjadi.
2. Memberikan edukasi untuk meminum obat secara patuh dan teratur
3. Konseling untuk angina
a. Meminta pasien untuk menghentikan penggunaan rokok (jika pasien
perokok)
b. Diet tinggi sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Batasi mengkonsumsi
lemak jenuh hingga <10% dari total asupan. Serta batasi mengkonsumsi
alcohol hingga 100 gram/minggu atau 15 gram/hari
c. Menjaga berat badan pasien dengan mengurangi asupan energi yang
disarankan
d. Melakukan aktivitas fisik dilakukan selama 30-60 menit
4. Konseling untuk penyakit gout
a. Melakukan aktivitas fisik dilakukan secara rutin 3-5 kali seminggu selama
30-60 menit
b. Pasien yang overweight harus melakukan modifikasi pola makan untuk
memiliki berat badan ideal
c. Hindari makanan tinggi purin seperi daging merah dan tinggi protein,
kaldu, hati, kerang, dan ekstrak ragi. Demikian pula dengan minuman
tinggi purin seperti alcohol dalam bentuk bird an fortified wines
d. Bahwa pasien harus terhidrasi dengan baik yaitu dengan minum air
putih >2 liter per hari
5. Memberikan informasi kepada pasien mengenai cara mengonsumsi dan
pemberian obat
a. Obat Bisoprolol dikonsumsi 1 x sehari 1 tab sebelum atau sesudah makan
pada pagi hari
b. Obat Aspirin dikonsumsi 1 x sehari sesudah makan
c. Obat Clopidogrel dikonsumsi 1 x sehari 1 tab dengan atau tanpa makanan
d. Obat Atorvastatin dikonsumsi 1 x sehari 1 tab setelah makan pada malam
hari
e. Obat Captopril dikonsumsi 1 x sehari 1 tab pada pagi hari
f. Obat Furosemid diberikan 1 x sehari dengan cara disuntikkan ke dalam
pembuluh darah
g. Obat Alopurinol diberikan 1 x sehari setelah makan pada malam hari
DAFTAR PUSTAKA

Capodanno, D.,& Angiolillo, D. J. (2012). Antithrombotic Therapy in Patients With


Chronic Kidney Disease. Circulation, 125(21), 2649-2661. doi:
10.1161/circulationaha.111.084996

Charles, F., Lora, L., Marton, P., and Leonard, L., 2009, Drug Information Handbook,
18th edition, Lexi-Comp, American

European Society of Cardiology. 2020 ESC Guidelines for the management of acute
coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment
elevation (2020). European Heart Journal. doi:10.1093/eurheartj/ehaa575

Gonie, Bella M T dkk. 2017. Gambaran Kadar Asam Urat pada Pasien Infark
Miokard Akut di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode September
2016-Agustus 2017. Jurnal e- Clinic Vol 5 No 2

Jose Roesma. 1992. Peranan Gizi pada penanggulangan Konservatif Gagal Ginjal
Kronik. Dalam: Gizi pada Gagai Ginjal Kronis. Beberapa aspek
penatalaksanaan. Jakarta : Editor R.P. Sidabutar dan Suhardlono. Perhimpunan
Nefrologi lndonesia

KDIGO.2012. Clinical Practice Guideline for Anemia in Chronic Kidney Disease.


ISN. 2(4): 279-335.

Malik J, Javed N, Ishaq U, et al. (May 17, 2020) Is There a Role for Colchicine in
Acute Coronary Syndromes? A Literature Review. Cureus 12(5): e8166.
doi:10.7759/cureus.8166

Medidata. (2016). MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 16 Tahun 2016/2017 (15th ed.).
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
MENKES RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 91 Tahun 2015 tentang
Standar Pelayanan Transfusi Darah.

Naim , Muh Rizman dkk. 2019. Gambaran Hasil Pemeeriksaan Kadar Kolesterol pada
Penderita Hipertensi di RSUD Syeksh Yusuf Kabupaten Gowa. Jurnal Media
Laboran Vol 9 No 2

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2018. Pedoman Diagnosis dan


Pengelolaan Gout. Jakarta : Perhimpunan Reumatologi Indonesia

PERKI. 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Edisi Ketiga. Centra
Communications: Jakarta.

Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Republik Indonesia 2014, Informatorium Obat Nasional Indonesia
(IONI), BPOM RI.

Putra, Meidianaser., Muhammad Fadil., Yose Ramda Ilhami. 2018. Perdarahan


Saluran Cerna Setelah Dilakukan Intervensi Kororner Perkutan : Suatu
Keputusan Terapi Yang Sulit. Majalah Kedokteran Andalas Volume 41 Nomor
3 Halaman 120-133

Setiasih dan Marfianti. 2014. Hubungan Antara Kadar Asam Urat Serum dengan
Tingkat Keparahan Penyait Jantung Koroner di RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. JKKI Vol 6, No 2

ShoIihah, Fatwa Maratus. 2014. Diagnosis dan Treatment Gout Arthtitis. J


MAJORITY VoI 3 No.7

Smeltzer, S.C, Bare, B.G, Hinkle, J.L., Cheever. K.H. (2008). Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical-Surgical Nursing, 11th , Edition. Philadelphia : Lippincott
William & Wilkins.

Yunita, Ema P., Dinar I. Fitriana, and Atma Gunawan. "Hubungan antara Obesitas,
Konsumsi Tinggi Purin, dan Pengobatan terhadap Kadar Asam Urat dengan
Penggunaan Allopurinol pada Pasien Hiperurisemia." Indonesian Journal of
Clinical Pharmacy 7.1 (2018): 1-9.

Anda mungkin juga menyukai