BLOK DASAR
TIM PENYUSUN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla atas segala karunia dan
nikmatyang telah Allah Subhanahu wa Ta'Ala berikan kepada kami sehingga dapat
menyusun modulpembelajaran Peracikan dan Penyerahan ini. Salawat dan salam atas
junjugan kita, NabiMuhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabatnya serta orang-
pedoman untuk dosen dan Modul pedoman untuk mahasiswa di jurusan Farmasi FKIKUIN
Alauddin Makassar. Modul ini sebagai panuan mahasiswa dalam peracikan dan
penyerahansediaan obat racikan. Modul ini disusun untuk membantu mahasiswa farmasi
denganpelabelan dan pengemasan sediaan, serta ringkasan formulasi setiap bentuk sediaan.
Untukpenyempurnaan modul ini pada edisi mendatang, tangan terbuka dari semua kritik
yang sifatnyamembangun.
Akhirnya, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. CPL ................................................................................................... v
D. PRE-ASSESMENT.......................................................................... xii
F. EVALUASI..................................................................................... xiii
SKENARIO 1 ................................................................................................ 1
SKENARIO 2 ................................................................................................ 5
SKENARIO 3 ................................................................................................ 9
D. DIAGNOSIS .................................................................................... 15
E. PENATALAKSANAAN ................................................................. 17
C. PATOFISIOLOGI............................................................................ 22
D. DIAGNOSIS .................................................................................... 24
VISI :
“ Pusat Pencerahan dan Pengembangan Ilmu Farmasi Berbasis Peradaban Islam yang
MISI :
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan tersebut, Program Studi Peradaban FKIK UIN
dalam upaya mewujudkan jurusan farmasi sebagai pusat pencerahan bagi sarjana
yang unggul dan bermutu merupakan penjabaran visi terkait upaya menjadi jurusan
3. Mewujudkan jurusan farmasi yang mandiri, bertata kelola baik dan berdaya saing
tinggi merupakan penjabaran visi terkait upaya menjadikan jurusan farmasi yang
4. Menjalin kerjasama dalam bidang kefarmasian sesuai kebutuhan masyarakat kini dan
RANCANGAN PEMBELAJARAN
A. CPL
U.KU.1 Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara
dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, atau rancangan dan
masyarakat akademik.
dan masyarakat.
berlaku.
P.P.1 Menguasai teori, metode, aplikasi ilmu dan teknologi farmasi (farmasetika,
C.KU.2 Mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan menggunakan bahasa Inggris,
dalam perkembangan dunia akademik dan dunia kerja (dunia non akademik).
C.KH.3 Mampu menerapkan penggunaan obat tradisional dan thibbun nabawi dalam
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan keamanan, efikasi dan
C.KH.4 Mampu melakukan pengelolaan dan pelayanan farmasi klinis produk biologi
profesional.
B.CPMK
penyakit Diare secara mandiri, tuntas, bertanggung jawab dan berakhlakul karimah, dan
profesional.
3. Mampu menjelaskan hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas obat – obat Diare.
C. SUB CPMK
1.1 Mampu menjelaskan patofisiologi dan melakukan interpretasi data klinik terkait terapi
1.2 Mampu menjelaskan prinsip penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi,
1.3 Mampu melakukan upaya penggunaan obat yang rasional dengan didasari
1.4 Mampu melakukan monitoring dan evaluasi terkait efikasi dan efek samping terapi
1.5 Mampu melakukan pengkajian dan pelayanan resep, analisis Drug Related Problem,
Informasi Obat atau Promosi Kesehatan (komunitas dan rumah sakit), pengelolaan
1.6 Mampu melakukan diskusi dan membuat laporan terkait terapi Gastroesophageal reflux
2.1 Mampu menjelaskan patofisiologi dan melakukan interpretasi data klinik terkait terapi
penyakit Diare.
2.2 Mampu menjelaskan prinsip penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi,
Diare.
x
2.3 Mampu melakukan upaya penggunaan obat yang rasional dengan didasari
2.4 Mampu melakukan monitoring dan evaluasi terkait efikasi dan efek samping terapi
penyakit Diare
2.5 Mampu melakukan pengkajian dan pelayanan resep, analisis Drug Related Problem,
Informasi Obat atau Promosi Kesehatan (komunitas dan rumah sakit), pengelolaan
sediaan farmasi (khususnya produk biologi), rekonsiliasi obat Diare secara mandiri,
2.6 Mampu melakukan diskusi dan membuat laporan terkait terapi Diare menggunakan
bahasa Inggris
3.1 Mampu mengaplikasikan hubungan struktur kimia obat dalam terapi penyakit Diare.
3.2 Mampu menjelaskan hubungan struktur kimia obat dengan metabolisme terapi
penyakit Diare.
terapipenyakit Diare.
4.1 Mampu menjelaskan patofisiologi dan melakukan interpretasi data klinik terkait
terapipenyakit Konstipasi
terkait penyakitKonstipasi
xi
4.3 Mampu melakukan upaya penggunaan obat yang rasional dengan didasari
4.4 Mampu melakukan monitoring dan evaluasi terkait efikasi dan efek samping terapi
penyakit Konstipasi
4.5 Mampu melakukan pengkajian dan pelayanan resep, analisis Drug Related Problem,
Informasi Obat atau Promosi Kesehatan (komunitas dan rumah sakit), pengelolaan
4.6 Mampu melakukan diskusi dan membuat laporan terkait terapi Konstipasi
5.1 Mampu menjelaskan patofisiologi dan melakukan interpretasi data klinik terkait terapi
5.3 Mampu melakukan upaya penggunaan obat yang rasional dengan didasari
5.4 Mampu melakukan monitoring dan evaluasi terkait efikasi dan efek samping terapi
5.5 Mampu melakukan pengkajian dan pelayanan resep, analisis Drug Related Problem,
Informasi Obat atau Promosi Kesehatan (komunitas dan rumah sakit), pengelolaan
dan inovatif.
5.6 Mampu melakukan diskusi dan membuat laporan terkait terapi Gastrointestinal
D. Pre-assessment
Kegiatan pembelajaran dalam blok harus diikuti mahasiswa sebagai syarat untuk dapat
mengikuti ujian akhir blok. Minimal keikutsertaan pada kegiatan pembelajaran:
a. Kuliah : 80 %
b. Tutorial : 80 %
c. Praktikum Keterampilan farmasi : 80 %
13.00-
Praktikum 4
16.20
Rabu 10.00-12.00
13.00-
Praktikum 6
15.20
Kamis 08.00-09.40
Jumat 10.00-11.40
Senin 08.00-11.20
13.00-
Praktikum 8
16.20
Selasa 08.00-11.20
13.00-
Praktikum 10
16.20
Rabu 08.00-11.20
13.00- Plenary
16.30 Discussion
Kamis 08.00-11.20
Jumat 09.00-11.00
09.00- Remedial
10.40 Tutorial
F. Evaluasi
formatif adalah penilaian aktivitas harian menggunakan checklist, laporan, kuis, dan lain-
lain. Penilaian sumatif menggunakan ujian berbasis komputer (CBT), nilai OSCE, dan
25 % hasil CBT
PETUNJUK TEKNIS
1.Kuliah
Metode pembelajaran yang digunakan dalam kuliah pada Mata Kuliah Biofarmasi
ceramah:
A. Persiapan
2. Pertemuan pertama dimulai dengan kontrak kuliah (bila dilakukan diawal kuliah).
3. Dosen memberi penjelasan kepada mahasiswa tentang tujuan pelajaran dan pokok-
4. Mahasiswa telah membaca modul dan sumber referensi lain yang berhubungan
B. Penyajian
perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang
disampaikan.
xvi
C. Evaluasi
sudah di jelaskan.
4. Dosen memberi test (pre-test, quis dan atau post-test) dalam bentuk pilihan gandayang
memiliki vignette.
2. Tutorial
skenario dalam bahasa Indonesia. Setiap skenario diseselsaikan dalam dua kali
kelompokterdiri dari sekitar 10 orang sampai 15 orang mahasiswa dan dibimbing oleh
seorang tutorsebagai fasilitator. Dalam diskusi tutorial perlu ditunjuk satu orang sebagai
ketua diskusidan satu orang sebagai sekretaris, keduanya akan bertugas sebagai pimpinan
diskusi. Ketuadiskusi dan sekretaris ditunjuk secara bergiliran untuk setiap skenario agar
semua
karenaitu perlu dipahami dan dilaksanakan peran dan tugas masing-masing dalam
antaratutor dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor
xvii
menyampaikanaturan main dan tujuan pembelajaran secara singkat. Ketua diskusi dibantu
banyak interpretasi perlu ditulis dan diklarifikasi lebih dulu dengan bantuan kamus
mengerti.
2. Menetapkan Permasalahan
3. Brainstorming
Pengetahuan yang sudah dimiliki oleh tiap anggota kelompok dikeluarkan dan
dikumpulkan tanpa dianalisis. Pada proses ini dibuat sebanyak mungkin penjelasan
danhipotesis
4. Menganalisis Masalah
lain-laintentang permasalahan.
permasalahan dirumuskan dan disusun secara sistematis sebagai tujuan belajar. Hal
7. Melaporkan
mengevaluasi dan menguji informasi baru hasil belajar mandiri setiap anggota
kelompok.
Dalam diskusi tutorial, CPMK dan sub CPMK dapat digunakan sebagai
memancing anggota kelompok yang pasif selama proses diskusi. Ketua dapat
apakah semua halpenting sudah ditulis. Ketua diskusi dibantu sekretaris bertugas
pendapat tanpakhawatir apakah pendapatnya dianggap salah, remeh dan tidak bermutu
oleh teman lain,karena dalam tutorial yang lebih penting adalah bagaimana berproses
Proses tutorial menuntut mahasiswa agar aktif dalam mencari informasi atau
aksesinformasi baik melalui internet (jurnal ilmiah terbaru), perpustakaan (text book
Rencana Pembelajaran
Pert Kemampuan Akhir Pokok Sub Pokok Metode Unit Indikator Bobo Teknik Wakt Sumber
Ke- Yang Bahasan Bahasan Pembel Tugas Penilaian t Penilaian u Materi
Diharapkan (Sub (Materi Ajar) ajaran Mahasisw Nilai
CPMK) a
1. 1.1Mampu 1. Gastroeso - Patofisiologi TBL 1. Tugas 1.1 Ketepatan dalam 50 % Mengacu pada 200
menjelaskan phageal - Interpretasi terstrukt menjelaskan teknik penilaian menit
Patofisologi dan reflux data klinik ur patofisologi dan dibagian atas
disease - Farmakoterapi 2. Tugas melakukan
melakukan
(GERD). - EBM mandiri interpretasi data
interpretasi data 2. Diare - Farmakologi- klinik terkait
klinik terkait 3. Konstipasi lance obat- terapi penyakit
terapi penyakit obat Gastroesophage
Gastroesophageal - Asuhan al reflux disease
reflux disease kefarmasian (GERD).
(GERD). pasien kondisi 1.2 Ketepatan
khusus dan dalam
1.2 Mampu
obat dengan menjelaskan
Menjelaskan intruksi prinsip
prinsip khusus penatalaksanaa
penatalaksanaan n terapi
terapi farmakologi farmakologi,
dan non farmakogenomi
farmakologi, k, fitoterapi,
thibbun nabawi
farmakogenomik,
dan asuhan
fitoterapi, thibbun kefarmasian
nabawi dan terkait penyakit
asuhan Gastroesophag
kefarmasian eal reflux
xxi
3. 3.1 Mampu 1. Pengkajian 1. Pengkajian dan 1. Prakt 1. Respon 3.1 Ketepatan dalam 8,4 % Mengacu pada 210 1-7
melakukan dan pelayanan resep ikum si melakukan 8,4 % teknik penilaian menit
pengkajian dan pelayanan GERD. (1) 2. Tugas pengkajian dan di bagian atas. 210
2. Prakt Terstru pelayanan resep
pelayanan resep, resep 2. PIO dan PKRS menit
ikum ktur obat GERD
analisis Drug 2. PIO dan PUD (2) 3. Tugas secara mandiri,
Related Problem, PKRS Mandiri tuntas,
Visite, konsultasi tanggungjawab,
dan konseling berakhlatul
sediaan farmasi, karimah,
pelayanan profesional dan
inovatif.
swamedikasi,
Pelayanan
Informasi Obat atau
Promosi Kesehatan
(komunitas dan
xxvi
rumah sakit),
rekonsiliasi obat
Gastrointestinal
Infection secara
mandiri, tuntas,
tanggung jawab,
berakhlatul
karimah,
profesional dan
inovatif.
3.2 Mampu
melakukan
pengkajian dan
pelayanan resep,
analisis Drug
Related Problem,
Visite, konsultasi
dan konseling
sediaan farmasi,
pelayanan
swamedikasi,
pelayanan informasi
obat atau promosi
kesehatan
(komunitas dan
rumah sakit).
Pengelolaan sediaan
farmasi (khususnya
produk biologi),
xxvii
rekonsiliasi obat
Gastrointestinal
Infektion secara
mandiri, tuntas,
tanggung jawab,
berakhlatul
karimah,
profrsional dan
inovatif.
4. 4.1 Mampu UJIAN - Patofisiologi CBT Menjawab Ketepatan 30 % Mengacu pada 200 1-7
menjelaskan TENGAH - Interpretasi data soal teknik penilaian menit
patofisiologi dan Kejujuran
SEMESTE klinik di bagian atas.
melakukan - Farmakoterapi
R
interpretasi data - EBM
klinik terkait - Farmakovigi-
terapi penyakit lance obat-obat
Gastrointestinal - Asuhan
reflux disease kefarmasian
(GERD). pasien kondisi
4.2 Mampu khusus dan obat
menjelaskan dengan instruksi
prinsip khusus.
penatalaksanaan
terapi
farmakologi dan
non farmakologi,
farmakogenomik
, fitoterapi,
thibbun nabawi
dan asuhan
kefarmasian
terkait penyakit
xxviii
Gastrointestinal
reflux disease
(GERD).
4.3 Mampu
menjelaskan
patofisiologi dan
melakukan
interpretasi data
klinik terkait
tepai penyakit
Diare.
4.4 Mampu
menjelaskan
prinsip
penatalaksanaan
terapi
farmakologi dan
non farmakologi,
farmakogenomik
, fitoterapi,
thibbun nabawi
dan asuhan
kefarmasian
terkait penyakit
Diare.
4.5 Mampu
menjelaskan
patofisiologi dan
melakukan
interpretasi data
klinik terkait
penyakit
Konstipasi.
xxix
4.6 Mampu
menjelaskan
prinsip
penatalaksanaan
terapi
farmakologi dan
non farmakologi,
farmakogenomik
, fitoterapi,
thibbun nabawi
dan asuhan
kefarmasian
terkait penyakit
Konstipasi.
5. 5.1 Mampu 1. Gastrointe - Patofisiologi Problem 1. Respon 5.1 Ketepatan 5 % Mengacu pada 150 1-7
melakukan upaya stinal - Interpretasi data Base si dalam melakukan 5% teknik penilaian menit
penggunaan obat reflux klinik Learning 2. Tugas upaya penggunaan di bagian atas. 150
yang rasional disease - Farmakoterapi terstrukt
obat yang rasional menit
dengan didasari (GERD). - EBM (PBL), ur
pertimbangan 2. Diare. - Farmakovigi- dengan didasari
Tutorial 3. Tugas
ilmiah lance obat-obat. mandiri pertimbangan
1 ilmiah (khususnya
(khususnya - Asuhan
biofarmasi- kefarmasian Laporan biofarmasi-
farmakokinetik), pasien kondisi farmakokinetik),
(step 7)
pedoman dan khusus dan obat pedoman dan
berbasis bukti dengan instruksi
berbasis bukti
terkait penyakit khusus
Gastrointestinal terkait penyakit
reflux disease Gastrointestinal
(GERD). reflux disease
5.2 Mampu (GERD).
melakukan
monitoring dan
xxx
samping terapi
penyakit Diare.
1
I. SASARAN PEMBELAJARAN
II.SKENARIO 1
Seorang anak usia 12 tahun dengan riwayat asma selama 1 tahun terakhir. Pasien mengeluh
rasa panas di dada, muntah di pagi hari dan susah menelan. Pasien menebus resep dengan
Nama : Asti
Usia : 12 tahun
Jumlah : 20 tablet
a. Resep
b. Asma
c. Muntah
d. Ranitidin
e. Tablet
f. Kegunaan sediaan
h. Ketentuan pelabelan
2. Brainstorming
a. Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter , dokter gigi, dokter hewan
apoteker pengelola apotik untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik, serta
b. Asma adalah kondisi ketika saluran udara meradang, sempit, dan membengkak,
c. Muntah adalah kondisi ketika isi lambung keluar secara paksa melalui mulut.
d. Ranitidin adalah suatu obat golongan antagonis H2, adalah obat yang menurunkan
Ellison.
e. Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi.
V. ANALISIS MASALAH
a. Kegunaan sediaan
3
c. Ketentuan pelabelan
VII. KEPUSTAKAAN
IX. Melaporkan
Laporan dibuat dalam bentuk presentasi jurnal lengkap dan naskah dikumpulkan.
f. Kegunaan sediaan :
Ranitidin dengan dosis 1-2 mg/kg/dosis 2-3x sehari (2-6 mg/kg/hari) pada umumnya
dianjurkan sebagai dosis awal, tergantung dari beratnya gejala. Efek samping meliputi
sakit kepala dan malaise, tetapi secara keseluruhan mempunyai efek samping pada
sistem saraf pusat yang kurang bila dibandingkan dengan simetidin. GERD pada anak
4
dapat ditangani dengan pemberian ranitidin dosis 5-10 mg/kg/hari, dalam 2 dosis
h. Ketentuan pelabelan :
APOTEK ………
Jl. …………….. , Makassar
Telp. (0411) ………..
Apoteker: ……………, S. Farm., Apt.
No. 0…. Tgl : …/…./20…
Asti
Nama Pasien :
Ranitidin 150 mg
Sesudah makan
Menegaskan isi label kepada pasien. Menjelaskan kepada pasien bahwa tablet
diminum setiap 12 jam atau 2 kali sehari. Obat diminum sebaiknya 30 menit setelah
makan.
SKENARIO 2
5
Seorang ibu hamil berusia 35 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan perih saat makan,
muntah darah dan feses berdarah. Berdasarkan anamnesisnya sejak 7 hari sebelum masuk
rumah sakit, penderita mengalami muntah darah. Pasien mendapatkan terapi obat ranitidin
a. Hamil
b. Muntah
c. Feses
d. Anamnesis
e. Ranitidin
f. Sukralfat
2. Menetapkan permasalahan
6. penatalaksanaan tx?
a. Kegunaan obat
3. Brainstorming
a. Hamil adalah proses yang terjadi dari pembuahan sampai kelahiran, dimulai dari
prosedur sel telur yang dibuahi oleh sperma, lalu tertanam di dalam lapisan rahim,
b. Muntah adalah kondisi ketika isi lambung keluar secara paksa melalui mulut.
c. Feses adalah limbah tubuh padat yang dibuang dari usus besar melalui anus saat
melalui orang lain yang paling mengetahui tentang kondisi kesehatan pasien
e. Ranitidin adalah suatu obat golongan antagonis H2, adalah obat yang menurunkan
Ellison.
mencegah tukak lambung yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelindung
pada lambung.
4. Menganalisis masalah
a. Kegunaan obat
5. Menetapkan tujuan
7. Melaporkan
Laporan dibuat dalam bentuk presentasi jurnal lengkap dan naskah dikumpulkan.
a. Kegunaan sediaan :
Sukralfat digunakan untuk mengobati dan mencegah tukak lambung yang bekerja
parietal lambung, yang menghambat sekresi asam lambung; volume lambung dan
sebuah cross-linked yang memiliki konsistensi kental seperti bahan perekat yang
mampu bereaksi sebagai buffer asam untuk waktu yang lama, yaitu 6-8 jam setelah
permukaan ulkus dengan stabil dan tidak dapat dipecahkan atau tahan terhadap
permukaan ulkus dan mencegah kerusakan lebih lanjut oleh asam, pepsin dan
empedu.
• Pasien sedang mengkonsumsi sukralfat sehingga perlu dihindari jika pasien juga
• Ranitidin kategori B untuk hamil, dan berhati-hati untuk ibu menyusui (crosses
SKENARIO 3
Seorang bapak datang ke apotik dengan membeli obat untuk anaknya yang berumur 10
bulan yang dicurigai mengalami diare karena memiliki keluhan BAB cair, berlemak, tanpa
lendir dan darah, kadang muntah. Badannya agak demam, rewel, tetapi tidak batuk atau
pilek. Diare terjadi baru 1 hari setelah si anak diberikan tambahan susu formula oleh
bapaknya karena akhir-akhirnya ini ASI dari si ibu keluar hanya sedikit.
a. Diare
b. BAB
c. Lendir
d. Muntah
e. Demam
f. Batuk
g. Pilek
h. ASI
2. Menetapkan permasalahan
a. Swamedikasi diare
3. Brainstorming
a. Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air
b. BAB (buang air besar) adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup
untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal
c. Lendir adalah sekresi sangat kental yang dihasilkan dari kelenjar membran lendir.
d. Muntah adalah kondisi ketika isi lambung keluar secara paksa melalui mulut.
e. Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas angka 38 derajat celsius.
f. Batuk adalah respon alami dari tubuh sebagai sistem pertahanan untuk
mengeluarkan zat dan partikel dari dalam saluran pernapasan, serta mencegah
g. Pilek adalah kondisi ketika hidung mengeluarkan ingus atau lendir, baik sesekali
maupun terus-menerus.
h. ASI adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan
merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat.
4. Menganalisis masalah
a. Swamedikasi diare
5. Menetapkan tujuan
7. Melaporkan
Laporan dibuat dalam bentuk presentasi jurnal lengkap dan naskah dikumpulkan.
Pada kasus ini tidak disarankan untuk member obat. Cukup dengan pemberian oralit
dikarenakan anaknya baru berumur 10 bulan. Tatalaksana diare pada anak yaitu
MODUL KULIAH I
esofagus, yang menyebabkan terjadinya gejala dan/ atau komplikasi yang mengganggu
suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke adalam esofagus,
dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran
nafas. Telah diketahui bahwa refluks saluran lambung ke esofagus dapat menimbulkan
komplikasi yang berat seperti striktur, Barrett’s esophagus bahkan adeno karsinoma di
kardia dan esofagus. Banyak ahli yang menggunakan istilah esofagitis refluks, yang
merupakan keadaan terbanyak dari penyakit refluks gastroesofageal (Sudoyo, 2014; 1750).
sebagai akibat dari refluks gastroesophageal apabila: 1) terjadi kontak dalam waktu yang
cukup lama antara bahan refluksat dengan mukosa esofagus. 2) terjadi penurunan resistensi
jaringan mukosa esofagus, walaupun waktu kontak antara bahan refluksat dengan esofagus
Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone)
yang dihasilkan oleh kontraksi lower esophageal sphincter (LES). Pada individu normal,
13
pemisahan ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang
terjadinpada saat menelan, atau aliran retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau
muntah. Aliran balik dari gaster ke esofagus LES hanya terjadi apabila tonus LES yang ada
spontan pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat, 2) aliran retrograd yang mendahului
kembalinya tonus LES setelah menelan, 3) meningkatnya tekanan intra abdomen (Sudoyo,
2014; 1750).
menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dari esofagus dan faktor efensif dari
bahan refluksat. Yang termasuk faktor defensif esofagus (Sudoyo, 2014; 1750).
Menurunnya tonu LES dapat menyebabkan timbulnya refluks retrograd pada saat
terjadinya peningkatan tekanan intrabdomen. Nikotin dapat menghambat transport ion Na+
epitel terhadap ion H. Yang dimaksud dengan faktor ofensif adalah potensi daya rusak
refluksat. Kandungan lambung yang menambahn potensi daya rusak refluksat terdiri dari
Faktor ofensif dari bahan refluksat bergantung pada bahan yang dikandungnya.
Derajat kerusakan mukosa esofagus makin meningkat pada pH <2 atau adanya pepsin atau
garam empedu. Namun dari kesemuanya itu yang memiliki potensi daya rusak paling tinggi
Faktor-faktor lain yang turut berperan dalam timbulnya gejala GERD adalah
lambung atau obstruksi gastric outlet dan delayed gastric emptying. Peranan Helicobacter
pylori (HP) dalam patogenesis GERD relatif kecil dan kurang didukung oleh data yang
ada. Pengaruh dari infeksi HP terhadap GERD merupakan konsekuensi logis dan gastritis
serta pengaruhnya terhadap sekresi asam lambung. Pengaruh eridikasi infeksi Hp sangat
trgantung kepada dsitribusi dan lokasi gastritis. Pada pasien-pasien yang tidak mengeluh
C. Manifestasi Klinik
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri/rasa tidak enak di epigastrium atau
retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri biasanya dideskripsikan sebagai rasa terbakar
makanan) mual atau regurgitasi dan rasa pahit di lidah. Walaupun demikian dejarat berat
Kadang-kadang timbul rasa tidak enak retrosternal yang mirip dengan keluhan pada
GERD dapat juga menimbulkan manifestasi gejala ekstra esofageal yang atipik dan
sangat bervariasi, mual dan nyeri dada non-kardiak, suara serak, laringitis, batuk karena
aspirasi sampai timbulnya bronkiekstrasi atau asma. Beberapa penyakit paru dapat menjadi
menurunkan tonus LES (misalnya teofilin). Gejala GERD biasanya berjalan perlahan-
15
lahan, sangat jarang terjadi episode akut atau keadaan yang mengancam nyawa. Oleh sebab
itu, umumnya pasien dengan GERD memerlukan penatalaksanaan secara medik (Sudoyo,
2014; 1752).
D. Diagnosis
Pemeriksaan Endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar baku untuk
mukosa esofagus, serta dapat menyingkirkan keadaan patologis lain yang dapat
menimbulkan gejala GERD. Jika tidak ditemukan mucosal break pada pemerikasaan
endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dengan gejala khas GERD, keadaan
Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak
menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagitis ringan. Pada keadaan yang lebih
berat, gambar radiologi dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, ulkus atau
penyempitan lumen. Walaupun pemeriksaan ini sangat tidak sensitif untuk diagnosis
GERD, namun pada keadaan tertentu pemeriksaan ini mempunyai nilai lebih dari
endoskopi, yaitu pada: 1) stenosis esofagus derajat ringan akibat esofagitis peptik
3. Pemantauan pH 24 jam
Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan mikroelektroda pH pada
bagian distal dapat memastikan ada jarak 5 cm di atas LES dianggap diagnostik untuk
refluks gastroesopageal.
4. Tes Bernstein
Tes ini mengukur sensitivitas mukosa dengan memasang selang transnasal dan
melakukan perfusi bagian distal esofagus dengan HCl 0,1 M, dalam waktu kurang dari satu
jam. Tes ini bersifat pelengkap terhadap monitoring pH 24 jam pada pasien dengan gejala
5. Manometri esofagus
Tes ini akan memberi manfaat yang berarti jika pada pasien-pasien dengan gejala
nyeri epigastrum dan reguritasi yang nyata didapatkan esofagografi barium dan endoskopi
yang normal.
6. Sintigrafi gastroesofageal
Pemeriksaan ini menggunakan cairan atau campuran makanan cair dan padat yang
dilabel dengan radiosotop yang tidak diabsorpsi, biasanya technetium. Selanjutnya sebuah
penghitung gamma eksternal akan memonitor transit dari cairan/makanan yang dilabel
7. Tes penghambat pompa proton (proton pump inhibitor) ppi test (tes supresi asam) acid
supression test.
17
Tes ini merupakan terapi empirik untuk menilai gejala dari GERD dengan
memberikan PPI dosis tinggi selama 1-2 minggu sambil melihat respons yang terjadi. Tes
ini terutama dilakukan jika tidak bersedia modalitas diagnostik seperti endoskopi, pH metri
dan lain-lain. Tes ini dianggap positif jika terdapat perbaikan dari 50%-75% gejala yang
terjadi.
E. Penatalaksanaan
timbulnya komplikasi jangka panjang berupa ulserasi, struktur esofagus ataupun esofagus.
Barett yang merupakan keadaan premaligna, maka seyogyanya penyakit ini mendapat
Pada prinsipnya, penatalaksanaan GERD terdiri dari modifikasi gaya hidup, terapi
medikamentosa, terapi bedah serta akhir-akhir ini mulai dilakukan terapi endoskopik.
timbulnya komplikasi.
Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bagian dari penatalaksanaan GERD,
namun bukan merupakan pengobatan primer. Walaupun belum ada studi yang dapat
mengurangi frekuensi refluks serta mencegah kekambuhan. Hal-hal yang dapat dilakukan
a). Meninggikan posisi kepala saat tidur serta menghindari makan sebelum tidur
dengan tujuan untuk meningkatkan bersihan asam selama tidur serta mencegah
c). Mengurangi konsumsi lemak serta mengurangi jumlah makan yang dimakan
d). Menurunkan berat badan pada pasien kegemukan serta menghindari pakaian
e). Menghindari makan dan minuman seperti coklat, teh, pippermint, kopi dan
F. Obat-Obat GERD
Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi medikamentosa
GERD:
1. Antasid
Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala GERD
2. Antagonis Reseptor H2
Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai
3. Obat-Obatan Prokinetik
Obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena penyakit ini dianggap lebih
4. Sukralfat
esofagus, sebagai buffer terhadap HCl di esofagus serta dapat mengikat pepsin dan
garam empedu. Golongan obat ini cukup aman diberikan karena bekerja secara topikal
(sitoproteksi).
Golongan obat-obatan ini bekerja secara langsung pada pompa proton sel pariental
dengan mempengaruhi enzim H, K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah struktur dan pendarahan. Sebagai
dampak adanya rangsangan kronik asam lambung terhadap mukosa esofagus, dapat
terjadi perubahan mukosa esofagus dari skuamosa menjadi epitel kolumnar yang
metaplastik. Keadaan tersebut disebut sebagai esofagus Barrett dan merupakan suatu
7. Stiktur Esofagus
Jika pasien mengeluh disfagia dengan diameter striktur kurang dari 13 mm, dapat
8. Esofagus Barrett
MODUL KULIAH II
DIARE
A. Pengertian Diare
buang air besar dari biasanya disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi
Pengertian diare secara oprasional adalah buang air besar lebek/ cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya lebih 3 kali sehari)
biasanya berlangsung selama beberapa hari dan biasanya disebabkan oleh infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit. Diare kronis berlangsung lebih lama daripada
diare akut, umumnya lebih dari empat minggu. Diare kronis dapat mengindikasikan adanya
gangguan yang serius, seperti kolitis ulserativa atau penyakitsindrom iritasi usus.
B. Etiologi Diare
makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
meningkatkan resiko terjadinya diare, yaitu: Menyimpan makanan pada suhu kamar.
Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan
kuman akan berkembang biak. Menggunakan air minum yang tercemar, tidak
mencuci tangan sesudah buang iar besar dan sesuadah membuang tinja anak atau
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Dua faktor
yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena trcemar kuman diare serta bekumulasi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat, yaitu melalui makanan dan minuman maka menumbulkan
diare.
1. Infeksi
2. Malabsorpsi
3. Alergi
4. Keracunana
b) Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi (jasad renik, algae,
5. Imunisasi Defisiensi
6. Sebab-sebab lain
C. Pathophysiology
Pada orang dewasa sehat berat faeces bervariasi antara 100-300 gm/hari, tergantung
dari diet yang masuk yang tidak tercerna) khususnya karbohidrat. Diare sebaiknya
Patofisiologis
1. Osmotic diarrhea
23
2. Secretory diarrhea
3. Malabsorption
4. Exudative diarrhea
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan meyebabkan
tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
roongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaiknya jika peristaltik menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
Patogenesis diare akut, yaitu masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus
halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad renik itu berkembang baik di dalam
usus halus. Kemudian jasad renik mengeluarkan toksin, akibat toksin tersebut terjadi
adalah infeksi bakteri, parasit, molabsorpsi, malnutrisi dan lain-lain. Sebagai akibat diare
24
akut maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan elektronik (asidosis metabolik,
chlorid).
3. Colaps lebih cepat terjadi pada penderita yang masih sangat muda, tua, atau yang
mengalami diare hebat.
D. Diagnosis
Keadaan klinik sebagian besar tergantung dari penyebab, lama, kehebatan, serta
keadaan kesehatan secara umum dari individu tersebut. Perjalanan penyakit diperhatikan
dari riwayat penyakit, yaitu waktu, tempat, durasi dan kehebata penyakit, hubungannya
dengan keskitan perut, vomiting, terdapatnya darah pada faeces, frekuensi dan waktu BAB,
terdapatnya lemak dan bau pada faeses, hubungannya dengan nefsu makan, perubahan
berat badan, serta terjadinya kejang pada rectum. Pemeriksaan raeces secara makroskopis
maupun mikroskopis, apabila penyakit pada mukosa rectum, diare lebih frequen, jumlah
paeces sedikit, rasa sakit pada daerah rectum, pH dari faeces mengalami penurunan yang
biasanya <6, akibat fermentase bakteri. Dapat terjadi vaskular kolaps, dehidrasi,
cair 1-2 kali sehari, muntah tidak ada, haus tidak ada, masih mau makan dan
bermain.
adalah: berak cair 4-9 kali sehari, kadang muntah 1-2 kali sehari, kadang panas,
3. Pad ank yang mengalami diare dengan dehidrasi berat tanda-tandanya adalah:
berak cair terus-menerus, haus sekali, mata cekung, bibir kering dan bau, tangan
dan kaki dingin, sangat lemah.
Cuci tangan sesring mungkin untuk mencegah penyebaran virus diare. Cuci
tangan anda setelah menyiapkan makanan, memegangg daging mentah, dari toilet,
Peningkatan motilitas saluran cerna dan oenurunan absorpsi caira merupakan faktor
dan obat-obat yang mengubah transpor cairan dan elektrolit. Obat-obat yang digunakan
1. Agen-agen antimotilitas
Dua obat yang digunakan secara luas untuk mengendalikan diare adalah
memiliki kerja mirip opioid pada usus, mengaktifkan reseptor opioid prasinaps dalam
peristaltik. Pada dosis lazim, obat ini kurang berefek analgesia. Efek samping
meliputi mengantuk, kram perut, dan pusing. Karena obat ini dapat menyebabkan
26
megakolon toksin, obat ini tidak boleh digunakan pada anak kecil atau pasien dengan
kolitis berat.
2. Penyerap
atau melindungi mukosa usus.agen-agen ini jauh kurang efektif dibandingkan agen-
sekresi cairan dalam usus. Kerjanya dapat disebabkan akibat komponene salisilatnya
KONSTIPASI
A. Pegertian Konstipasi
Konstipasi (penimbunan bahan tinja yang keras di dalam usus besar) adalah
keluhan yang sering terjadi dan merupakan keluhan yang utama pada lansia. Kurangnya
masuknya cairan dan kebiasaan makan yang buruk merupakan faktor penunjang. Penyebab
lain yaitu:
1. Pengerasan tinja
2. Obstruksi usus
6. Kurang olahraga
7. Obat-obat tertentu
yang diabsorbsi buruk, bekerja lambat, dan lepas lambat dengan cara mempercepat transit
Konstipasi berarti pelannya pelannya pergerakan tinja melalui kolon. Kondisi ini
sering berhubungan dengan sejumlah besar tinja yang kering dan keras pada kolon disedens
yang menumpuk karena penyerapan cairan berlangsung lama (Guyton & Hall, 1996).
28
B. Jenis-Jenis Konstipasi
1. Konstipasi koloni, defekasi yang tidak teratur yang abnormal, dan juga
pengerasan feses tak normal yang membuat fasesnya sulit dan kadang
menimbulkan nyeri.
yang terjadi bila pola eliminasi usus seseorang tidak konsisten dengan apa yang
menimbukan konstipasi.
Konstipasi primer terdiri dari konstipasi dengan transit normal, konstipasi dengan
yang disebabkan oleh penyakit lain, yaitu penyakit endokrin dan metabolik,
1. Gangguan fungsi yang meliputi, kelemahan otot abdomen, kebiasaan defekasi tidk
mental.
29
rektal atau ulkus, fisura anal rektal, struktur anal rektal, prolaps rektal, dan tumor.
5. Fisiologis; perub ahan pola makan dan makanan yang biasa dikonsumsi,
D. Patofisiologi Konstipasi
pengaruh dari sepertiga fungsi utama kolon yaitu; transpor mukosa (sekresi mukosa
pengaruh dari gerakan isi kolon), aktivitas mioelektrik (pencampuran massa rektal), atau
proses defekasi. Dorongan defekasi secara normal dirangsang oleh distensi rektal melalui
empat tahap: rangsangan refluks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal,
relaksasi sfingter dan otot dalam region pelvik dan peningkatan tekanan intra-abdomen.
Gangguan salah satu dari empat proses ini dapat menimbulkan konstipasi (Smeltzer dan
Bare, 2008).
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik mencakup distensi abdomen, gemuruh usus, rasa nyeri dan
tekanan, penurunan nafsu makan, sakit kepala, kelelahan, tidak dapat makan, sensasi
pengosongan tidak lengkap, mengejan saat defekasi, serta eliminasi volume feses sedikit,
F. Obat-Obat Konstipasi
Ketika digunakan peroral, obat ini menyebabkan pengosongan usus besar dalam 8-10
jam. Obat ini menyebabkan sekresi air dan elektrolit dalam usus besar. Dalam bentuk
kombinasi dengan pelunak tinja mengandung decusate, obat ini berguna dalam
suppositoria dan tablet salut enterik, merupakan perangsang kolon yang kuat. Efek
samping meliputi kaku otot abdomen dan berpotensi kolon atonik dengan penggunaan
lama. Antasida tidak boleh digunakan pada saat yang sama dengan tablet salut enterik.
Antasida akan menyebabkan lapisan salut larut lebih dulu dalam lambung, yang
2. Bulk Laxative
Bulk Laxative meliputi koloid hidrofilik (dari bagian buah atau sayuran yang tidak
dicerna). Agen ini membentuk gel dalam usus besar, menyebabkan retensi air dan
distensi usus sehingga meningkatkan aktivitas peristaltik. Kerja yang sama dihasilkan
oleh methylcelullose, benih psyllium, dan kulit padi. Agen ini harus digunakan secara
hati-hati pada pasien yang hanya terbaring karena ada potensi abstruksi usus.
magnesium hydroside, merupakan garam (anion dan kation) yang tidak diserap dan
31
menhan air dalam usus dengan cara osmosis dan distensi usus, meningkatkan aktivitas
usus dan menyebabkan defekasi dalam beberapa jam. Laktuse merupakan produk yang
tidak dapat dihidrolisis oleh enzim usus. Dosis oral didegradasi dalam kolon oleh
bakteri kolon menjadi asam laktat, format dan asetat. Hal ini akan menimbulkan
Agen aktif permukaan yang teremulsikan dengan feses menghasilkan feses yang
lunak dan mudah dibuang. Afen-agen ini meliputi decusate, decusate calcium, dan
decusate potasium. Agen-agen ini dapat memerlukan beberapa hari untuk menjadi
efektif. Agen ini tidak boleh digunakan bersama dengan minyak mineral karena
5. Laksatif Pelumas
Minyak mineral dan suppositoria gliserin dianggap sebagai pelumas. Agen ini
memudahkan pengembangan feses yang keras. Minyak mineral harus digunakan per
oral dalam posisi tegak untuk menghindari aspirasi dan kemungkinan pneumonia lipid
atau lipoid.
DAFTAR PUSTAKA
Asakandar Tjokoprowiro, dkk. Buku aAjar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya: 2015.
Depkes RI. Buku Pedoman Pelaksanaan P2 Diare. Ditjen PPM dan PL. Jakarta:
2002.
Guyton A.C, Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. EGC. Jakarta: 1996.
Sudoyo, Aru W, dkk. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika. Jakarta:
2006.
Sudoyo, Aru W, dkk. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika. Jakarta:
2014.
Smeltzer, Suzane C, and Bare Brenda G. Buku Ajar Kesehatan Medical Bedah
Volume 2 Edisi 8. Buku Kedoktern EGC. Jakarta: 2008.