Antagonis H2
Senyawa-senyawa antagonis reseptor H2 secara kompetitif dan reversibel
berikatan dengan reseptor H2 di sel parietal, menyebabkan berkurangnya
produksi sitosolik siklik AMP dan sekresi histamine yang menstimulasi sekresi
asam lambung. Interaksi antara siklik AMP dan jalur kalsium menyebabkan
inhibisi parsial asetilkolin serta inhibisi total histamin dan gastrin yang
menstimulasi sekresi asam sehingga mengurangi volume cairan lambung dan
konsentrasi H+. Antagonis reseptor H2 juga menghambat sekresi asam lambung
yang distimulasi oleh makanan, insulin, kafein, pentagastrin, dan nokturnal.
Yang termasuk antagonis reseptor H2 adalah Simetidine, Ranitidine,
Nizatidine, dan Famotidine. Yang potensinya paling lemah adalah simetidin
sedangkan yang paling kuat adalah Famotidin. Ranitidin memiliki durasi yang
lebih lama dari Simetidin. Ranitidine dan Simetidin digunakan juga untuk
profilaksis. Reseptor H2 terdapat di lambung, pembuluh darah (menurunkan
tekanan darah dengan menurunkan resistensi perifer, positif kronotropisme,
inotropik positif).
Farmakokinetik
Diekskresi sebagian besar lewat urin, memiliki t pendek, meningkat pada
gangguan ginjal. 30% dosis diinaktivasi lambat dalam hati. 70% dosis eksresi
lewat urin dalam bentuk tidak berubah.
Dosis : dewasa 200 mg & 400 mg 3x / hari sebelum tidur atau 400 mg sebelum
sarapan & 400 mg sebelum tidur. Anak-anak 20-40 mg/kg BB/ hari.
Efek Samping : lelah, pusing, diare, ruam, Jarang : ginekomastia, rasa bingung
yang reversibel, impotensi (pria), reaksi alergi, artralgia, mialgia, gangguan
darah, nefritis interstitial, sakit kepala, hepatotoksik, pankreatitis..
Antasida
(senyawa magnesium, aluminium, dan bismut, hidrotalsit, kalsium karbonat, Na-
bikarbonat)
Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga efektifitasnya
bergantung pada kapasitas penetralan dari antasida tersebut. Kapasitas
penetralan (dalam miliequivalen) adalah mEq HCl yang dibutuhkan untuk
memepertahankan suspensi antasida pada pH 3,5 selama 10 menit secara in
vitro. Peningkatan pH cairan gastric dari 1,3 ke 2,3 terjadi penetralan sebesar
90% dan peningkatan ke pH 3,3 terjadi penetralan sebesar 99% asam lambung.
Antasida ideal adalah yang memiliki kapasitas penetralan yang besar, juga
memiliki durasi kerja yang panjang dan tidak menyebabkan efek lokal maupun
sistemik yang merugikan.
Antasida dapat meningkatkan pH cairan lambung sampai pH 4, dan
menghambat aktifitas proteolitik dari pepsin. Antasida tidak melapisi dinding
mukosa namun memiliki efek adstringen. Secara kimia antasida merupakan basa
lemah yang bereaksi dengan asam lambung membentuk garam dan air. Antasida
juga dapat menstimulasi sintesis prostaglandin. Secara umum antasida dapat
dibagi menjadi dua golongan yaitu antasid sistemik dan non sistemik.
Antasida sistemik, diabsorpsi dalam usus halus sehingga dapat menyebabkan
urin bersifat alkali. Untuk keadaan pasien dengan gangguan ginjal, dapat terjadi
alkalosis metabolik sehingga saat ini penggunaannya sudah jarang. Contoh
antasida sistemik adalah Natrium bikarbonat (NaHCO3).
Antasida non sistemik, tidak diabsorpsi dalam usus sehingga tidak
menimbulkan alkalosis metabolik. Salah satunya adalah Magnesium [Mg(OH)2],
Aluminium [(Al(OH)3], Kalsium (CaCO3), Magnesium trisilikat (Mg2Si3O8nH2O),
Magaldrat.
Mg(OH)2 memiliki efek netralisasi yang lebih lama dibandingkan NaHCO3 atau
CaCO3, sedangakan Magnesium trisilikat, Al(OH)3 dan Aluminium fosfat memiliki
aktivitas antasid yang lemah.
Penggunaannya bermacam-macam, selain pada tukak lambung-usus, juga pada
indigesti pada refluks oesophagitis ringan, dan pada gastritis. Obat ini dapat
mengurangi rasa nyeri di lambung dengan cepat (dalam beberapa menit).
Efeknya bertahan 20-60 menit bila diminum pada perut kosong dan sampai 3
jam bila diminum 1 jam sesudah makan. Makanan dengan daya mengikat asam
(susu) sama efektifnya terhadap nyeri.
Peninggian pH
Garam-garam magnesium dan Na-bikarbonat menaikkan pH isi lambung sampai
6-8, CaCO3 sampai pH 5-6 dan garam-garam aluminium hidroksida sampai
maksimal pH 4-5.
Kehamilan dan Laktasi
Wanita hamil sering kali dihinggapi gangguan refluks dan rasa terbakar asam.
Antasida dengan aluminium hidroksida dan magnesiumhidroksida boleh
diberikan selama kehamilan dan laktasi.
Bismut subsitrat
Dapat membentuk lapisan pelindung yang menutupi tukak, lagipula berkhasiat
bakteriostatik terhadap Helicobacter pylori. Kini banyak digunakan pada terapi
eradikasi tukak, selalu bersama dua atau tiga obat lain.
Mekanisme kerja
Obat-obat golongan proton pump inhibitor mengurangi sekresi asam lambung
dengan jalan menghambat enzim H+, K+, ATPase (enzim ini dikenal sebagai
pompa proton) secara selektif dalam sel-sel parietal. Enzim pompa proton
bekerja memecah KH ATP yang kemudian akan menghasilkan energi yang
digunakan untuk mengeluarkan asam dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen
lambung. Ikatan antara bentuk aktif obat dengan gugus sulfhidril dari enzim ini
yang menyebabkan terjadinya penghambatan terhadap kerja enzim. Kemudian
dilanjutkan dengan terhentinya produksi asam lambung.
Farmakologi
Dosis : 20 mg sehari, kecuali untuk pasien sindrom Zollinger-Ellison yang
memerlukan 60-70 mg sehari.
Penghambatan terhadap enzim pompa proton maksimal bertahan selama 4 jam,
tetapi produksi asam lambat kembali ke jumlah normal (3-5 hari setelah
pemakaian dosis tunggal). Kerjanya panjang akibat akumulasi di sel-sel parietal.
Kadar penghambatannya tergantung dosis dan pada umumnya lebih kuat dari
AH2.
Obat-obat golongan ini memiliki digunakan untuk mengobati tukak peptik dan
sindrom Zollinger-Ellison.
Farmakokinetik
Obat-obat golongan ini mempunyai masalah bioavailabilitas karena mengalami
aktivitasi di dalam lambung lalu terikat pada berbagai gugus sulfhidril mukus dan
makanan. Oleh karena itu, sebaiknya diberikan dalam bentuk tablet salut
(diselubungi gula atau polimer) enterik.
Obat-obat golongan ini mengalami metabolisme lengkap. Tidak ditemukan dalam
bentuk asal di urin, 20% dari obat yang ditelan ditemukan dalam tinja.
Efek Samping
Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kenaikan gastrin darah dan
dapat menimbulkan tumor karsinoid pada tikus percobaan. Pada manusia belum
dapat dibuktikan.
Interaksi Obat
1. Omeprazol dengan Diazepam : terjadi peningkatan kadar Diazepam.
2. Omeprazol dengan Barbiturat : memanjangkan waktu tidur yang merupakan
efek dari Barbiturat.
ANALOG PROSTAGLANDIN
Mekanisme kerja
Prostaglandin E2 dan I2 dihasilkan oleh mukosa lambung, menghambat seksresi
HCl dan merangsang seksresi mukus dan bikarbonat (efek sitoprotektif).
Defisiensi prostaglandin diduga terlibat dalam patogenesis ulkus peptikum.
SUKRALFAT
Mekanisme kerja
Mekanisme Sukralfat atau aluminium sukrosa sulfat adalah disakarida sulfat
yang digunakan dalam penyakit ulkus peptik. Mekanisme kerjanya diperkirakan
melibatkan ikatan selektif pada jaringan ulkus yang nekrotik, dimana obat ini
bekerja sebagai sawar terhadap asam, pepsin, dan empedu. Obat ini mempunyai
efek perlindungan terhadap mukosa termasuk stimulasi prostaglandin mukosa.
Selain itu, sukralfat dapat langsung mengabsorpsi garam-garam empedu,
aktivitas ini nampaknya terletak didalam seluruh kompleks molekul dan bukan
hasil kerja ion aluminium saja.
Dosis
Dosis sukralfat adalah 2 g 2 kali sehari (pagi dan sebelum tidur malam) atau 1 g
4 kali sehari pada waktu lambung kosong (paling kurang 1 jam sebelum makan
dan sebelum tidur malam), diberikan selama 4-6 minggu atau pada kasus yang
resisten 12 minggu, maksimal 8 g sehari. Anak-anak tidak dianjurkan
mengkonsumsi obat ini. Profilaksis tukak stress (suspensi), 1 g 6 kali sehari
(maksimal 8 g sehari). Saran untuk obat ini yaitu sediaan tablet dapat
didispersikan dalam 10-15 ml air. Obat ini juga memerlukan pH asam untuk
diaktifkan dan sehingga tidak boleh diberikan bersama antasid atau antagonis
reseptor H2. Jika digunakan bersama antasida harus diberikan 30 menit sebelum
atau sesudah sukralfat.
Interaksi obat
Sukralfat dapat menurunkan absorpsi siprofloksasin, norfloksasin, ofloksasin,
tetrasiklin, warfarin, fenitoin, ketokonazol, glikosida jantung, dan tiroksin,
simetidin, ranitidin dan teofilin.
SENYAWA BISMUT
Mekanisme kerja
Senyawa bismut juga bekerja secara selektif berikatan dengan ulkus, melapisi
dan melindungi ulkus dari asam dan pepsin. Postulat lain mengenai mekanisme
kerjanya termasuk penghambatan aktivitas pepsin, merangsang produksi
mukosa, dan meningkatkan sintesis prostaglandin. Obat ini mungkin juga
mempunyai beberapa aktivitas antimikroba terhadap H pylori. Bila dikombinasi
dengan antibiotik seperti metronidazol dan tetrasiklin, kecepatan penyembuhan
ulkus mencapai 98%. Biaya dan potensi toksisitas dari regimen ini dapat
membatasi penggunanya pada ulkus yang serius atau pada penderita yang
sering kambuh. Garam bismut tidak menghambat ataupun menetralisasi asam.
Dosis
Regimen dosis bismut dengan kombinasi 3 obat lain digunakan dalam lini
pertama pengobatan ulkus karena H pylori. Regimen ini terdiri dari antagonis
reseptor H2 (omeprazole 40 mg 2 kali sehari), bismuth subsalisilat 525 mg 4 kali
sehari, metronidazol 250-500 mg 4 kali sehari, dan tetrasiklin 400 mg 4 kali
sehari (atau amoksisilin 500 mg 4 kali sehari atau klaritromisin 250-500 mg 4 kali
sehari). Jangka waktu pemakaian regimen dosis ini yaitu 14 hari.
Interaksi obat
Trikalium disitratobismutat dapat menurunkan absorpsi tetrasiklin.
Antibiotik
Amoxicillin
Farmakokinetik
Absorbsi:
Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di saluran
pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral. Nilai puncak
konsentrasi serum dan AUC meningkat sebanding dengan meningkatnya dosis.
Efek terapi Amoxicillin akan tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian per oral.
Meskipun adanya makanan di saluran pencernaan dilaporkan dapat menurunkan
dan menunda tercapainya nilai puncak konsentrasi serum Amoxicillin, namun hal
tersebut tidak berpengaruh pada jumlah total obat yang diabsorpsi.
Distribusi:
Distribusi obat bebas ke seluruh tubuh baik. Amoxicillin dapat melewati sawar
plasenta, tetapi tidak menimbulkan efek teratogenik. Namun demikian,
penetrasinya ke tempat tertentu seperti tulang atau cairan serebrospinalis tidak
cukup untuk terapi kecuali di daerah tersebut terjadi inflamasi. Selama fase akut
(hari pertama), meningen terinflamasi lebih permeable terhadap Amoxicillin,
yang menyebabkan peningkatan rasio sejumlah obat dalam susunan saraf pusat
dibandingkan rasionya dalam serum. Bila infefksi mereda, inflamasi menurun
maka permeabilitas sawar terbentuk kembali. Ikatan protein plasma kurang lebih
20%.
Metabolisme:
Amoxicillin sebagian besar dimetabolisme di hati menjadi metabolit inaktif oleh
enzim Cytochrome P450 2C19 (CYP2C19).
Ekskresi : Waktu paruh Amoxicillin adalah 61.3 menit dan diekskresi melalui
ginjal.
Farmakodinamik
Amoxicillin berikatan dengan penicillin-binding protein 1A (PBP-1A) di dalam
dinding sel bakteri. Penicillin mengasilasi penicillin-sensitive transpeptidase C-
terminal domain dengan membuka cincin laktam. Inaktivasi ini menghalangi
pembentukan formasi cross-link peptidoglikan sehingga menghalangi langkah
kedua, ketiga, dan langkah terakhir dari sintesis dinding sel. Lisis sel kemudian
dimediasi oleh autolytic enzymes seperti autolysins dari bakteri sendiri. Mungkin
amoxicillin juga menghalangi kinerja autolysin inhibitor.
Clarythromycin
Clarithromycin (Klaritromisin) adalah antibiotik golongan makrolida yang bekerja
menghambat sintesis protein bakteri dengan cara mengikat ribosom subunit 50s
dari bakteri yang sensitif. Klaritromisin efektif terhadap bakteri (yang peka)
seperti Streptokokus, Stafilokokus, B. catarrhalis, Legionelle spp, C. trachomatis
dan U. urealyticum.
Indikasi : Infeksi saluran pernafasan bagian atas & bawah, H. pylori, dan
infeksi kulit & struktur kulit tanpa komplikasi.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas
Efek samping : Diare, mual, nyeri & rasa tidak enak pada perut,
pengecapan abnormal, dispepsia, sakit kepala.
Dosis
Infeksi saluran pernapasan bagian atas & bawah : 250-500 mg tiap 12 jam
selama 10-14 hari.
Infeksi H. pylori : 2 kali sehari 500 mg selama 7 hari.
Infeksi kulit dan struktur kulit tanpa komplikasi : 250 mg tiap 12 jam selama 7-14
hari.
Terdapat bebrapa makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan pada penderita
penyakit ini, seperti yang terlihat pada tabel :
Jenis bahan
No. Boleh diberikan Tidak boleh diberikan
makanan
1 Sumber hidrat Beras, diubur atau ditiim; Beras kean aau wajik, bugur,
arang (nasi atau ketang , direbus aau jagung, canel, ubi singkong,
penggantinya) dipree; makaroni, mie, kentang goreng, cake, dodol
bihun, direbus; roti, dan kue yang terlalu manis
biskuit, marie dan epung-
tepungan, dibuat bubur
atau puding
2 Sumber protein Ikan, hati , daging sapi Daging, ikan , ayam yang
hewani (daging empuk, ayam digiling dikalengkan, digoreng,
atau penggatinya) atau dicincang dan dikeringkan (dendeng); telur
direbus, disemur, ditim ceplok atau goreng
atau dipanggang; telur
ayam direbus, didadar,
diceplok air, atau
dicampurkan dalam
makanan; susu
3 Sumber protein Tahu, tempe direbus, Tahu, tempe digoreng; kacang
nabati (kacang- ditim, atau ditumis; merah, kacang tanah digoreng
kacangan) kacang hijau direbus dan atau di oven
dihaluskan
4 Lemak Margarin, minyak (tidak Lemak hewan; santan kental
untuk menggoreng) dan
santan encer
5 Sayuran Sayuran yang tidak Sayura yang banyak serta dan
banyak mengandung menimbulkan gas; sayuran
serat dan tidak mentah
menimbulkan gas,
misalnya bayam, labu
siam, wortel, tomat,
direbus atau ditumis
6 Buah-buahan Pepaya, pisang rebus, Buah yang banyak serta dan
sawo, jeruk garut, sari menimbulkan gas, misaknya
buah (sebaiknya ambu biji, nanas, kedongdong,
dimakan bersama nasi) durian, nangka da buah yang
dikeringkan (sate pisang,
manisan pala, dan
sebagainya)
7 Bumbu-bumbu Gula, garam , vetsin, Lombok/ cabai, merica, cuka
kunyit, kunci, sereh , dan bumbu-bumbu yang
salam, lengkuas , sedikt merangsang
jahe, dan bawang