Anda di halaman 1dari 49

FARMAKOLOGI

OBAT GANGGUAN
SALURAN CERNA
PERTEMUAN 2
YANE DILA KESWARA
Sistem pencernaan
 Proses menerima makanan, merubahnya menjadi energi dan mengeluarkan sisa
proses tersebut

Sistem pencernaan makanan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu


1. proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung
2. proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus
3. proses pengeluaran sisa -sisa makanan melalui anus
GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN
Gastritis Diare Konstipasi Maag

Tukak
Hepatitis Apendisitis Wasir
lambung

Radang
Sariawan Sakit gigi Malnutrisi
usus buntu
OBAT-OBAT GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN
Antagonis
Histamin 2 Penghambat
Antasida Antikolinergik
atau H2- Pompa Proton
Blocker

Senyawa Antiemesis Laksatif Antidiare


Sitoprotektif
ANTASIDA
Berasal dari kata anti = lawan dan acidus = asam.
Antasida  senyawa yang mempunyai kemampuan untuk
menetralkan asam klorida (lambung) atau mengikatnya
secara kimiawi.
Bekerja dengan cara:
1. Menetralkan kondisi terlalu asam tersebut,
2. Menghambat aktivitas enzim pepsin yang aktif bekerja pada kondisi asam,
enzim ini diketahui juga berperan dalam menimbulkan kerusakan pada organ
saluran pencernaan manusia.
Antasida merupakan obat-obatan pereda sakit pencernaan,
gastritis (radang dinding lambung), serta reflux gastro oesofageal
(semburan asam lambung ke oesofagus).
Antasida digolongkan menjadi 2, yaitu antasida sistemik dan
antasida non sistemik
1. Antasida sistemik
Antasida sistemik dapat menyebabkan urine bersifat alkalis.
Pada pasien dengan kelainan ginjal, dapat terjadi alkalosis
metabolik.
Contohnya : NaHCO3
Natrium bikarbonat cepat menetralkan HCl lambung karena daya
larutnya yang tinggi.
Reaksinya adalah sebagai berikut: NaHCO3 +HCl NaCl + H2O
+CO2
2. Antasida non sistemik
Antasida non sistemik hampir tidak diabsorbsi dalam usus
sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolic.
Contoh obat :
Aluminium hidroksida (Al(OH)3) (Gelusil, Maalox, Polysilane)
Kalsium karbonat ( Kapur, Stomagel)
Magnesium hidroksida (Gelusil, Maalox, Mylanta).
Magnesium trisilikat(Mg2Si3O8nH2O)
Aluminium hidroksida (Al(OH)3)
Senyawa Aluminium yang merupakan suatu zat koloid yang
terdiri dari aluminium hidroksida dan aluminium oksida yang
terikat pada molekul air.
Cara kerja obat ini : Aluminium hidroksida akan melapisi
selaput lendir lambung sebagai lapisan pelindung. Senyawa ini
menetralkan asam klorida, juga dapat mengikat asam klorida.
Dosis aluminium hydroxide orang dewasa yaitu 640 miligram
(mg), oral 5 – 6 kali sehari sesuai kebutuhan setelah makan dan
sebelum tidur. Anda bisa menggunakan obat ini dengan dosis
maksimum harian 3.840 mg dan digunakan hingga dua
minggu.
Aluminium hidroksida (Al(OH)3)
Efek samping Al(OH)3 : konstipasi (yang dapat diatasi dengan
memberikan antasida garam Mg), mual muntah, gangguan adsorpsi
fosfat dapat terjadi sehingga menimbulkan sindrom depresi fosfat
disertai osteomalasia
penggunaan jangka lama, deplesi fosfat berkembang sebagai hasil
ikatan fosfat oleh alumunium di saluran pencernaan yang sulit
diabsorbsi di usus kecil Risiko deplesi fosfat meningkat pada
peminum alkohol, pasien malnutrisi, dan pasien dengan penyakit
ginjal (termasuk mereka yang menjalani hemodialisa).
Kalsium karbonat
◦ Kalsium karbonat  antasida yang efektif karena mula kerja
cepat, masa kerja lama, dan daya menetralkan asamnya cukup
tinggi.
◦ Peran obat ini sebagai antasida sudah amat berkurang. Seperti
pada natrium hidrogen karbonat, senyawa ini bereaksi dengan
asam klorida lambung dengan membentuk  CO2, walaupun
jumlah CO2 yang terbentuk jauh lebih sedikit tapi mengganggu.
◦ Efek samping CaCO3 : menyebabkan konstipasi, mual muntah,
perdarahan saluran cerna, disfungsi ginjal
Kalsium karbonat
◦ Fenomen acid rebound. Fenomena ini bukan berasal dari daya
netralisasi tetapi kerja langsung dari kalsium di antrum yang
mensekresi gastrin yang merangsang sel parietal yang
mengeluarkan HCl (H+) Akibatnya sekresi asam pada malam
hari akan sangat tinggi yang akan mengurangi efek netralisasi
obat ini.
◦ Dosis CaCO3 : Kalsium karbonat tersedia dalam bentuk tablet 600
dan 1000 mg. 1 g kalsium karbonat dapat menetralkan 21 mEq
asam.
◦ Dosis yang dianjurkan 1-2 g. Pemberian 4 gram kalsium karbonat
dapat menyebabkan hiperkalsemia ringan, sedangkan pemberian 8
gram mengakibatkan hiperkalsemia ringan
Magnesium hidroksida
◦ Magnesium Hidroksida digunakan sebagai katartik dan antasida.
◦ Obat ini praktis tidak larut dan efektif sebelum obat ini bereaksi
dengan HCl dan membentuk MgCl2.
◦ Magnesium hidroksida adalah antasida yang lebih efektif dari
alumunium tapi dapat menyebabkan diare, banyak sediaan
antasida mengkombinasi antasida magnesium dan alumunium.
◦ Magnesium hidroksida yang tidak bereaksi akan tetap berada
dalam lambung dan akan menetralkan HCl yang disekresi
belakangan sehingga masa kerjanya lama. Antasida ini dan
natrium bikarbonat sama efektifnya dalam hal menetralkan HCl.
Magnesium hidroksida
◦ Karena hanya sedikit jumlah Magnesium yang diserap, penggunaan
sediaan magnesium pada penderita ginjal sebaiknya berhati-hati,
karena ion magnesium dalam usus akan diabsorpsi dan cepat
diekskresi melalui ginjal
◦ Efek samping Mg(OH), menyebabkan efek katartik, sebab
magnesium yang larut tidak diabsorpsi tetap berada dalam usus
dan akan menarik air.
Magnesium hidroksida
◦ Sebanyak 5-10 % magnesium diabsorpsi dan dapat menimbulkan
kelainan neurologi, neuromuskular, dan kardiovaskular.
◦ Sebagian obat ini dapat diabsorpsi, akan meningkatkan kadar
kalsium dalam darah. Maka sebaiknya jangan diberikan lebih dari
20 g sehari.
◦ Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal jangan lebih dari 4
gram sehari.
Magnesium trisilikat
◦ Dosis : bubuk megnesium trisilikat yang mengandung sekurang-
kurangnya 20% MgO dan 45% silikon dioksida
◦ 1 gram magnesium trisilikat dapat menetralkan 13-17 mEq asam
dalam bentuk tablet 500 mg; dosis yang dianjurkan 1-4 gram.
◦ Efek samping Mg(OH): menyebabkan efek katartik, sebab
magnesium yang larut tidak diabsorpsi tetap berada dalam usus
dan akan menarik air. Sebanyak 5-10 % magnesium diabsorpsi
dan dapat menimbulkan kelainanneurologi, neuromuskular, dan
kardiovaskular.
Antagonis Histamin 2
atau H2-Blocker
AntiHistamin  Obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme
penghambatan bersaing pada sisi resepor H1, H2, H3.
Antagonis H2 adalah senyawa yang secara langsung bersaing
menghambat interaksi histamine dengan reseptor H2 sehingga
dapat menghambat asam lambung.
• Mekanisme kerja: Mempunyai struktur serupa dengan
histamine yaitu mengandung cincin imidazole, tetapi yang
membedakan adalah panjang gugus rantai sampingnya.
Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh histamine, gastrin,
dan asetilrolin.
• Antagonis H2 menghambat secara langsung kerja histamin
pada sekresi asam lambung dan menghambat kerja potensial
histamine pada sekresi asam yang dirangsang oleh gastrin atau
asetilrolin, sehingga histamine mempunyai efikasi intrinsik dan
efikasi potensial sedang gastrin dan asetilrolin hanya
mempunyai efikasi potensial
Efek samping antagonis reseptor-H2 adalah diare dan gangguan
saluran cerna lainnya, pengaruh terhadap pemeriksaan fungsi hati
(jarang, kerusakan hati), sakit kepala, pusing, ruam dan rasa letih.
Efek samping yang jarang adalah pankreatitis akut, bradikardi, AV
block, rasa bingung, depresi dan halusinasi, terutama pada orang tua
atau orang yang sakit parah, reaksi hipersensitifitas (termasuk
demam, artralgia, mialgia, anafilaksis), gangguan darah (termasuk
agranulositosis, leukopenia, pansitopenia, trombositopenia) dan reaksi
kulit (termasuk eritema ultiform, dan nekrolisis epidermal yang
toksik).
Dilaporkan juga kasus ginekomastia dan impotensi, namun jarang
terjadi.
Interaksi obat:
Simetidin menghambat metabolisme obat secara oksidatif di hati
dengan cara mengikat sitokrom P450 di mikrosom. Penggunaannya
sebaiknya dihindari pada pasien yang sedang mendapat terapi
warfarin, fenitoin dan teofilin (atau aminofilin), sedangkan interaksi
lain, mungkin kurang bermakna secara klinis. Famotidin, nizatidin,
dan ranitidin tidak memiliki sifat menghambat metabolisme obat
seperti halnya simetidin.
1. Ranitidin
Mekanisme Kerja Ranitidin HCl merupakan antagonis kompetitif
histamin yang khas pada reseptor H2 sehingga secara efektif dapat
menghambat sekresi asam lambung, menekan kadar asam dan
volume sekresi lambung (Siswondono dan Soekardjo, 1995).
Farmakokinetik: Ranitidin HCl diserap 39 – 87 % setelah pemberian
oral dan mempunyai masa kerja yang cukup panjang, pemberian
dosis 150 mg efektif menekan sekresi asam lambung selama 8–12
jam. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2–3 jam setelah pemberian
oral, dengan waktu paro eliminasi 2–3 jam
Efek samping Ranitidin HCl antara lain hepatitis, trombositopenia
dan leukopenia yang terpulihkan, sakit kepala dan pusing
Dosis : Ranitidin HCl adalah 150–300 mg
2. Famotidin
Mekanisme kerja: Famotidin merupakan antagonis kompetitif
histamin yang khas pada reseptor H2, sehingga secara efektif dapat
menghambat sekresi asam lambung, menekan kadar asam dan
volume sekresi lambung. Famotidin merupakan antagonis H2 yang
kuat dan sangat selektif dengan masa kerja Panjang
Farmakokinetika: Penyerapan Famotidin dalam saluran cerna tidak
sempurna 40–45 % dan pengikatan protein plasma relatif rendah 15–
22 %. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 1–3 jam setelah
pemberian oral, waktu paro eliminasi 2,5–4 jam, dengan masa kerja
obat 12 jam (Siswondono dan Soekardjo, 1995).
Efek samping obat antara lain adalah trombositopenia, konstipasi,
diare, sakit kepala dan pusing
Dosis Famotidin adalah 20–40 mg
3. Cimetidine
Indikasi: Digunakan unutuk pengobatan tukak lambung dan tukak
duodenum jinak, tukak stomal, refluks esofagitis, sindrom Zollinger-
Ellison, kondisi lain di mana pengurangan asam lambung akan
bermanfaat.
Interaksi Obat :
i. antasida, metoclopramide, dan sukralfat - dapat menurunkan
efektivitas cimetidine.
ii. Ketoconazole dan itraconazole - dapat menurunkan efektivitas
obat-obatan tersebut.
iii. Obat kemoterapi dan radioterapi - berisiko menurunkan produksi
sel darah merah.
iv. Antikoagulan minum, hydroxyzine, lidocaine, phenytoin, dan
3. Cimetidine
 Simetidin adalah penyekat reseptor H2 pertama yang digunakan
untuk pengobatan kelainan asam lambung.
 Dosis awal yang direkomendasikan adalah 300 mg 4x sehari.
 Penelitian  khasiat dosis 800 mg sebelum tidur untuk mengobati
tukak aktif  dengan angka penyembuhan mencapai 80% dalam 4
minggu
 ES: dapat memicu reversible gynecomastia dan impotensi, pusing,
peningkatan kadar aminotransferase serum, kreatinin, dan prolactin
serum
Inhibitor pompa proton
Inhibitor pompa proton
Proton-pump inhibitors lebih kuat daripada H2 blockers dalam
menekan sekresi asam.
Sementara proton-pump inhibitors adalah sebanding dengan H2
blockers dalam keefektifannya dalam merawat borok-borok lambung
dan duodenum, ia adalah lebih unggul dari H2 blockers dalam
merawat luka kerongkongan (esophageal ulcers).
Omeprazole 20 mg, esomeprazole 40 mg, lansoprazole 30 mg,
rabeprazole 20 mg, pantoprazole 40 mg, tenatoprazol 40 mg.
Efek samping: mual, sakit perut, sembelit, perut kembung, diare, sub
myophaty akut, arthralgia, sakit kepala dan ruam
Inhibitor pompa proton
Mekanisme aksi molekuler proton pump inhibitor (PPI) adalah
memblokir kerja enzim K +H + ATPase yang akan memecah K+H +
ATP menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam
HCL dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung.
PPI mencegah pengeluaran asam lambung dari sel kanalikuli,
menyebabkan pengurangan rasa sakit pasien tukak, mengurangi
aktifitas faktor agresif pepsin dengan pH >4.
Senyawa sitoprotektif
1. Sukralfat
Sukralfat membentuk suatu perekat yang mengikat diri secara
elektrostatik pada lubang tukak dan menutupi daerah tukak tersebut
sehingga tukak terlindungi dari penyerangan lebih lanjut oleh asma,
pepsin, dan garam empedu.
Sukralfat berpotensi memengaruhi absorpsi sejumlah obat lain
sehingga pemberian sukralfat bersama obat lain sebaiknya diberikan
2 jam sebelum atau sesudah mengonsumsi obat lain.
Baiknya diminum saat perut kosong setidaknya 1 jam sebelum
makan atau sebelum tidur.
ES = Konstipasi
Dosis Dewasa 1 g orally 4 times a day, Duration of therapy: 4 to 8
weeks
2. Analog prostaglandin (Misoprostol)
Merupakan analog sintetik prostaglandin E1 (PGE1) yang telah
diakui FDA untuk pencegahan tukak peptic yang disebabkan oleh
nsaid
Mencegah tukak peptic dengan meningkatkan pertahanan dan
perbaikan mukosa, meningkatkan sekresi bikarbonat yang
berlendir, menstimulasi aliran darah mukosa dan menurunkan
tingkat pergantian sel mukosa.
Dosis misoprostol untuk pencegahan tukak lambung karena NSAID
adalah 200 mg 4xsehari.
ES = sakit perut dan diare, nausea, muntah, dan sakit kepala.
Juga menyebabkan kontraksi uterus sehingga dikontraindikasikan
pada wanita hamil.
3. Sediaan yang mengandung bismuth
 Senyawa yang mengandung bismuth merupakan obat
pilihan untuk mengobati gastritis.
 Bismuth subsitrat koloid (colloidal bismuth subcitrate,
CBS) dan bismuth subsalisilat (BSS, Pepto-bismol) adalah
sediaan yang paling banyak digunakan
 Mekanisme aksi obat belum diketahui secara pasti,
perkiraan mekanisme aksinya antara lain pelapisan luka,
pencegahan kerusakan lebih lanjut karena pepsin/HCl,
pengikatan pepsin, dan stimulasi sekresi prostaglandin,
bikarbonat, dan sekresi mukosa
 Efek samping karena penggunaan jangka pendek jarang
ditemukan. Penggunaan jangka panjang dosis tinggi dapat
memicu neurotoksisitas
ANTIKOLERGIK
 Menurunkan sekresi asam dengan menghambat resptor muskarinik
asetilkolin.
 Salah satu antikolinergik yang sering digunakan untuk tukak peptic adalah
pirenzepin. Pirenzepin merupakan obat antikolinergik selektif dan termasuk
anggota kelas obat antimuskarinik baru untuk pengobatan tukak peptic.
 Pirenzepin merupakan senyawa piridobenzodiazepin dan dari segi struktur
mirip dengan imipramine. Tetapi berbeda dengan imipramine, piranzepin tidak
mempengaruhi SSP karena memiliki penetrasi sawar darah otak yang buruk.
 Piranzepin menunjukkan aktivitas antikolinergik yang bergantung dosis.
Tetapi ia dapat menghambat sekresi asam lambung pada dosis yang tidak
mempengaruhi produksi ludah, denyut jantung, fungsi penglihatan, fungsi
kantong kemih, atau motilitas gastrointestinal.
 ES: mulut kering ringan hingga sedang, gangguan penglihatan (pandangan
kabur)
Laksatif / pencahar
Pencahar
Kelas obat pencahar terbagi tiga klasifikasi umum :
Yang menyebabkan pelunakan tinja dalam 1 sampai 3 hari (pencahar
bulk-forming, docusates, dan laktulosa),
Melunakan feses atau setengah cair dalam 6 sampai 12 jam
(diphenylmethane derivatif dan turunan antrakinon);
Evakuasi yang menyebabkan air dalam 1 sampai 6 jam (cathartics
garam, minyak jarak, dan larutan polietilen glikol lavage-
elektrolit).
saluran pencernaan dan beraksi dengan meningkatkan volume padatan feses dan
melunakkan feses supaya lebih mudah dikeluarkan.
Pencahar bulk-forming meningkatkan volume feses dengan menarik air dan membentuk
suatu hidrogel sehingga terjadi peregangan dinding saluran cerna dan merangsang
gerak peristaltik.
Penggunaan obat pencahar ini perlu memperhatikan asupan cairan kedalam tubuh
harus mencukupi, jika tidah bahaya terjadi dehidrasi.
a. Bahan Osmotik
◦ Kerja : mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar, sehingga tinja menjadi
lunak  Cairan juga membantu meregangkan dinding usus besar dan merangsang
kontraksi  mudah dilepaskan
◦ Kandungan: garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan
sorbitol), gliserin
◦ Bekerja dalam 3 jam  digunakan sebagai pengobatan daripada pencegahan.
a. Bahan Osmotik
◦ Juga digunakan untuk mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada
saluran GI dan sebelum kolonoskopi.
◦ Beberapa bahan osmotik mengandung natrium, menyebabkan retensi) cairan pada
penderita penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah
besar.
Diphenylmethane dan Antrakinon Derivatif Bisacodyl
◦ Kerja : merangsang mukosa pleksus saraf usus besar
◦ Bisacodyl tidak dianjurkan untuk digunakan sehari-hari (setiap beberapa minggu)
untuk mengobati sembelit atau sebagai persiapan usus sebelum diagnostic prosedur
untuk pembersihan usus besar
◦ Senna atau sennosoids adalah senyawa golongan antrakuinon setelah penghapusan
Sagrada cascara dan casanthrone (cascara ekstrak). Efek Laksatif terbatas pada usus
besar, dan stimulasi syaraf pleksus di kolon
Saline cathartics
◦ merupakan garam anorganik yang mengandung ion-ion seperti Mg, S, P, dan sitrat,
yang bekerja dengan mempertahankan air tetap dalam saluran cerna sehingga terjadi
peregangan pada dinding usus, yang kemudian merangsang pergerakan usus
(peristaltik).
◦ terdiri dari ion yang relatif sulit diserap seperti magnesium, sulfat, fosfat, dan sitrat.
◦ efek : aksi osmotik dalam mempertahankan cairan di saluran GI.
Pencahar
◦ Magnesium merangsang sekresi cholecystokinin, sebuah hormon
yang menyebabkan stimulasi motilitas usus dan sekresi cairan.
◦ Diberikan secara oral atau rektal  gerakan usus dapat terjadi
beberapa jam setelah dosis oral dan 1 jam atau kurang setelah
pemberian rektal.
Pencahar
◦ Selain itu, Mg juga merangsang sekresi kolesitokinin, suatu hormon
yang merangsang pergerakan usus besar dan sekresi cairan. Senyawa
ini dapat diminum ataupun diberikan secara rektal. Pencahar saline
ini juga dapat digunakan untuk mengosongkan kolon dengan cepat
sebagai persiapan sebelum pemeriksaan radiologi, endoskopi, dan
pembedahan pada bagian perut (Gangarosa & Seibertin, 2003).
Antidiare
Orang dewasa, penatalaksanaan diare akut terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah:
a) Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit, cairan Ringer Laktat, bila tidak tersedia dapat
diberikan NaCl isotonic ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml
b) Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan idealnya sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan
Antidiare
c) Jalan masuk, rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral atau i.v
d) Jadwal pemberian cairan, rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke-3 setelah awal pemberian
2. Identifikasi penyebab diare, selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang terarah.
Antidiare
3. Terapi simtomatik, obat antidiare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional. Sifat beberapa golongan obat antidiare: Antimotilitas dan sekresi usus; turunan opiat, Difenoksilat,
Loperamid, Kodein HCl. Antiemetik; Metoklopramid, Domperidon.
4. Terapi definitif, edukasi yang jelas sangat penting dalam upaya pencegahan, higienitas, sanitasi lingkungan, dan
imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti (Mansjoer dkk, 2001).
Antidiare
Obat yang digunakan :
Adsorben dan obat pembentuk masa
Anti motilitas
Antisekretorik
Antimikroba
THANK’S

Anda mungkin juga menyukai