Anda di halaman 1dari 37

OBAT-OBAT YANG MEMPENGARUHI SALURAN

CERNA
A. ULKUS PEPTIKUM
I. OBAT-OBAT ULKUS PEPTIKUM
Ulkus Peptikum (UP) adalah kerusakan pada jaringan mukosa,
submukosa sampai lapisan otot pada segmen saluran cerna yang berkaitan
langsung dengan cairan lambung. Kerusakan yang terbatas pada mukosa
saja disebut erosi.
Menurut loksdinys, ulkus peptikum (UP) dibedakan atas ulcus
ventriculi dan ulcus duodeni. Prevalensi: Di negara barat/ industri
diperkirakan: 10% populasi pernah UP, dan 30% pernah Gastritis dan Di
Indonesia belum ada data lengkap
II. PATOGENESIS ULKUS PEPTIKUM
Patogenensis terjadinya ulkus peptikum belum seluruhnya diketahui
dengan pasti.
Terdapat 3 faktor utama yang berperan, yaitu:
1. Faktor asam dan pepsin , bila produksi HCl berlebihan.
2. Faktor ketahanan mukosa teori gangguan keseimbangan faktor agresif
(merusak): faktor defensif.
3. Faktor infeksi dengan Helicobacter pylori.
Faktor-faktor

agresif

dan

defensif

yang

dapat

memengaruhi

keseimbangan
integritas saluran cerna, khususnya pada lambung dan duodenum.
Faktor Agresif
Asam lambung

Faktor Defensif
Aliran darah mukosa

Pepsin

(Mikrosirkulasi)

Refluks cairan empedu

Sel epitel permukaan

Nikotin

Prostagladin

Alkohol

Fosfolipid/Surfaktan

Obat AINS

Musin

Kortikosteroid

Bikarbonat

Helicobacter pylori

Motilitas

Sekitar pasien disebabkan oleh sekresi asam lambung yang berlebihan.


III. FISIOLOGI SEKRESI ASAM LAMBUNG
Dibedakan ke dalam 3 daerah sekresi, yaitu:
1. cardica gland area, menyekresi mukus dan pepsinogen
2. oxyntic (pariental) gland area, yang bersesuaian dengan fundus dan
badan lambung,
menyekresi ion hidrogen, pepsinogen, dan bikarbonat,
3. pyloric gland area, yang berlokasi di antrum, menyekresi gastrin dan
mukus.
Sel-sel pariental menyekresi ion H dalam responsnya terhadap
stimulasi-stimula
si gastrin, kolinergik, dan histamin. Stimulasi kolinergik dan induksi
gastrin menghasi
lkan pertambahan kalsium intraselular dalam receptor medicated,
yang mengaktif
kan protein kinase intraselular, dan akhirnya meningkatkan aktivitas
H+/K+ pump
yang memungkinkan terjadinya sekresi asam ke dalam lumen gaster.
Stimulasi
histamin, dengan suatu guanine nucleotide-binding protein (Gs)
mengaktifkan adenyl
cyclase yang menyebabkan meningkatnya level second messenger
cAMP intraselular Selanjutnya, aktivasi cAMP-dependent protein kinase
memulai stimulasi H+ -K+
pump. Sekresi asam oleh lambung dapat dimodulasi (diatur) oleh
cephalic vagal axis, oleh distensi lambung, dan oleh reseptor-reseptor

kimia lokal di mukosa.

Sel-sel pariental membebaskan ion-ion H melalui berbagai


mekanisme, berupa:

Histamin

menstimulasi

sel-sel

pariental

fungsional

dengan

meningkatkan pembentukan siklik adenosin monofosfat (cyclic AMP).


Asetilkolin dan gastrin menstimulasi sel-sel pariental fungsional dengan
meningkatkn

level cystosolic calcium.

Prostaglandin menghambat sekresi asam lambung dengan cara memblok


pembentukn

cAMP.

Omeprazol menghambat H+ K+ ATPase.


IV. PENGOBATAN ULKUS PEPTIKUM
Tujuan pengobatan ulkus peptikum adalah menghilangkan rasa
nyeri dan meny-embuhkan ulkus, serta mencegah kambuhnya ulkus dan
mencegah terjadinya
komplikasi. Berdasarkan patofisiologi terjadinya UP, tujuan terapi
farmakologi adalah
untuk:menekan faktor-faktor agresif dan/atau, memperkuat faktor-faktor
defensif, dan a

ntibiotika kombinasi.
V. OBAT-OBAT ULKUS PEPTIKUM
Menurut mekanisme kerjanya obat-obat ulkus peptikum dibedakan
atas:\
A. Obat-obat yang mengurangi keasaman lambung:
1. ANTASID
2. ANTISEKRESI:
antistamin-H2
antimuskarinik- H2
penghambat pompa proton.
B. Obat-obat yang memperkuat mekanisme pertahanan mukosa.
3. Golongan SITOPROTEKSI, yang bekerja dengan:
(1) meningkatkan pembentukan PGE-2 & Pg I-2, dan
(2) memperbaiki mikrosirkulasi. Obat-obat sitoproteksi antara lain:
Sukralfat, C
BS, Setraksat, Analog PG, Karbenoksolon
4. Antibiotika (untuk Helicobacter pylori).
GOLONGAN
1. ANTASID

PREPARAT
Al-hidroksid,
Ca-karbonat,

Mg-

hidroksid, Na-bikarbonat
2. ANTISEKRESI
a. H2 bloker

Simetidin,

b. Antimuskarinik

Nizatidin

c. Penghambat pompa proton

Pirenzepin, Hiosiamin, Mepenzolat

3. SITOPROTEKTIF

koloidal,

Sukralfat,

Misoprostol (Analog PG)


Amoksisilin,
Metronidazol

VI. ANTASID

Famotidin,

Omeprazol, Lansoprazol
Bismut

4. KOMBINASI AB

Ranitidin,

Klaritromisin,

Antasid merupakan senyawa-senyawa yang menetralkan atau


menurunkan keasaman lambung. Umumnya bersifat basa, tetapi bukanlah
basa karena tidak berisi radikal OH. Penggunaan utamanya ialah untuk
UP dan refluks esofagitis.
Mekanisme Kerjas:
a. Antasid bekerja menaikkan pH (menurunkan keasaman) isi lambung
(umumnya peningkatan pH diatas 3-4), dengan cara:
1. netralisir secara kimia, misalnya Na-bikarbonat
2. mengabsorpsi ion H, misalnya Al-hidroksid gel dan zat-zat koloidal.
b. Antasid menurunkan aktivitas pepsin, bergantung pada pH isi lambung.
- pH 1-2 aktivitas pepsin optimal.
- pH 4-4,5 aktivitas pepsin mulai menurun
- pH 7-8 pepsin inaktif total.
Peningkatan pH menginduksi pelepasan gastrin pH yang sangat
tinggi menyebabkan acid rebound.
Netralisasi asam juga akan meningkatkan tonus sfinkter esofagus
bagian bawah.
Antasid (khususnya produk-produk Al) dapat berikatan dengan asam
empedu.
Kegunaan antasid dipengaruhi oleh laju disolusi bentuk sediaan,
reaktivitasnya terhadap asam, efek fisiologis kation, kelarutan dalam air,
serta ada suatu tidaknya makanan di dalam lambung. NaHCO3 yang
sangat larut dalam air segera dibersihkan dari lambung dan menimbulkan
suatu muatan basa dan natrium. CaCO3 dapat menentukan HCl dengan
cepat dan efektif (tergantung pada ukuran partikel dan struktur kristal);
namun senyawa ini dapat menyebabkan distensi abdomen dan sendawa
disertai refluks asam. Kombinasi Mg2+ dan Al3+ hidroksida memberikan
kapasitas netralisasi yang relatif cepat dan bertahan lama.
Penggolongan Antasid
Berdasarkan pengaruhnya terhadap keseimbangan asam basa dan
elektrolit dalam tubuh

1. Antasid nonsistemik

ialah antasid yang kationnya membentuk

senyawa-senyawa ya
ng tidak larut dalam usus, dan tidak diabsorpsi sehingga tidak
memengaruhi keseimbangan asam basa dalam tubuh. Semua antasid selain Na-bikarbonat
termasuk dalam
golongan ini, yaitu Al-hidroksid, Ca-karbonat, Mg-hidroksid, dan lainlain.
2. Antasid sistemik ialah antasid yang ion-ionnya dapat diserap usus
halus sehingga
mengubah keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh dan
dapat terjadinya

alkalosis. Antasid yang termasuk golongan ini adalah

Na-bikarbonat.
Secara klinik antasid dapat dibagi atas 2 golongan:
a. Antasid kuat, yaitu antasid yang mempunyai aktivitas netralisasi asam
yang efektif,
termasuk Na-bikarbonat, Ca-karbonat, dan Mg-oksid.
b. Antasid tidak kuat, dengan kapasitas netralisasi asam lambung relatif
kecil, termasuk
semua antasid selain dari bagian (a), terutama yang efektif untuk ini,
yaitu:
Bi-koloidal dan Al-Mg-hidroksid. Na-bikarbonat tablet @500mg. SODA
water (bany
ak dijual di warung). Dosis: 1-4 gram.
1. Antasid Sistemik
Natrium Bikarbonat
Na-bikarbonat merupakan satu-satunya antasid sistemik yang
digunakan dalam pengobatan. Na-bikarbonat sangat efektif dan kerjanya
cepat. Na-bikarbonat juga digunakan untuk alkalinisasi urine dan
antipruritus.Reaksinya dengan HCl lambung:
NaHCO3 HCl NaCl + H2O + gas CO2

Gas CO2 yang banyak terbentuk distensi lambung, hebat


perforasi.
Ion-ion bikarbonat mudah diserap oleh usus halus masuk ke cairan
ekstrakseluler
kadar bikarbonat plasma .
Kelebihan bikarbonat ini akan diekskresi ke urine sehingga urine jadi
alkalis. Bila
terdapat gangguan fungsi ginjal, ekskresi bikarbonat. Efek Samping Obat/
Kerugian Na-bikarbonat:
1. Acid rebound = rebound hyperacidity = rebound hypersecretion.
Golongan antasid
non-sistemik dengan acid rebound yang kuat ialah Ca-karbonat.
2. Terjadinya distensi lambung oleh CO2
3. Bahaya terjadinya alkalosis sistemik.
2. Antasid Nonsistemik
Bekerja dengan mengikat ion H dalam lambung dan memindah
kannya ke dalam usus halus yang mempunyai pH alkali. Dalam usus
halus, ion H ini dilepaskan kembali dan antasid dikembalikan ke bentuk
tidak larut. Jadi, antasid ini tidak diserap. Sebagian antasid diekskresi
melalui tinja. Produk-produk Ca dan Mg dapat di serap dan dan
dieliminasi melalui ginjal.
Aluminium Hidroksid
Bekerja dengan menetralkan asam HCl, dan mengikat ion H serta
mengabsorpsi pepsin dan menginaktifkannya. Keuntungannya yaitu;
efeknya lama walaupun potensinya kurang, bersifat adstringen karena ion
Al juga dapat mengikat protein, bersifat demulsen yang dapat melindungi
ulkus dari HCl dan pepsin, bersifat adsorben. Namun efek sampingnya
yaitu

konstipasi,

defisiensi

fosfat

(dosis

besar

jangka

terjadi

osteomalasia), gangguan absorpsi vitamin, tetrasiklin,dll.


Suspensi Al-hidroksid berisi 3,6-4,4% Al2O3 dan tablet Alhidroksid berisi 50% Al2O3 (Al2O3 dihidrolisis dalam lambung menjadi Al

[OH]3). Dosis 600mg/kali.


Kalsium Karbonat
Merupakan

antasid

yang

efektif

karena

sebagai antasid,

potensinya cukup kuat, mulai kerjanya cepat, dan masa kerjanya lama.
Kekurangannya yaitu; konstipasi, mual, muntah, dan pendarahan, dapat
menimbulkan disfungsi ginjal berupa azotemia, adanya efek acid
rebound, dosis atau pemakaian yang lama menimbulkan gejala-gejala
keracunan Ca berupa hiperkalsemia, alkalosis, kelainan ginjal azotemia,
dan klasifikasi-klasifikasi metastatik. Sediaannya berupa tablet @ 600
dan 1000 mg. Dosisnya 1-2 gram sekali minum.
Magnesium
Efektivitasnya sama denga Ca-karbonat. Efeknya cukup lama
karena obat ini sukar larut setelah bereaksi dengan HCl lambung sehingga
berada lama di lambung. Pemberian terus-menerus dapat menimbulkan
diare. Sediaanya berupa suspensi susu Milk of Magnesia, berisi 7-8%
Mg (OH)2. Tablet susu magnesium, berisi 325 mg Mg(OH) 2. Tablet susu
magnesium, berisi 325 mg MG(OH)2. Dosis biasa 5-30 ml/kali atau 1-2
tablet/kali
Indikasi Antasid
1. Pengobatan UP:

Efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada UP.


Dapat membantu proses penyembuhan
Healing processini ternyata berhasil baik dengan

pemberian A
H2
2. Hiperasiditas yang

menyertai gastritis, UP, hiatal, hernia, dan

esofagitis.
3. Keluhan saluran cerna lain, seperti: heart burn,spasmepilorus, refluks
esofagitis,
dan acute strees ulcer
4. Pencegahan pembentukan batu fosfat dalam ginjal
5. Mencegah pembentukan batu/kristal.

6. Pengobatan diare kronis menggunakan Al-hidroksid.


Efek Samping Antasid
Yang sering terjadi ialah diare. Dosis besar terus-menerus dapat
menimbulkan:
1. Preparat Al - tinja keras, deplesi fosfat
2. Preparat Mg diare hebat, dehidrasi, hipermagnesia, bradiaritmia, dan
batu ginjal
3. Ca-karbonat-rebound hyperacidity, milk alkali syndrome (asidosis
metabolik,
hiperkalsemia, muntah, konfusi, sakit kepala, infisiensi ginjal), batu
ginjal,
gangguanneurologik, perdarahan saluran cerna, dan tinja yang keras
4. Na-bikarbonat alkalosis sistemik, milk alkali syndrome, dan rebound
Hypersecreti
on Antasid dapat menghambat absorpsi obat-obat lain, seperti obat
antikolinergik, te

rasiklin (membentuk kompleks yang tidak dapat

diabsorpsi oleh usus), digoksi, digit

oksin, fernotiazin, indometasin,

fenilbutazon, isoniazid; dan kemungkinan juga fenit

oin, antikoagulan

oral, kuinidin, produk-produk Fe per oral, propranolol, beberapa


AB, barbiturat, dan salisilat. Antasid dapat meningkatkan efek-efek
pseudoefedrin, l
evodopa, dan meperidin dengan cara memfasilitasi absorpsinya melalui
usus dan dap
at memperkuat efek-efek amfetamin dengan menurunkan ekskresinya
melalui urine.
Antasid yang banyak digunakan dalam klinik adalah Al-hidroksid,
Ca-karbonat, dan Mg-hidroksid.Kegagalan terapi umumnya disebabkan
oleh: Frekuensi pemberian obat yang tidak adekuat, dosis yang tidak
cukup, pemilihan preparat yang tidak tepat, dan pengobatan di malam
hari yang tidak terkontrol. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan pada
pemakaian Antasid, yaitu:

1. Saat dan frekuensi pemberian, umumnya 1jam sesudah makan


2. Potensi
3. Respons penderita
4. Hindari penggunaan jangka panjang antasid sistemik
5. Mulai kerja natasid bentuk suspensi lebih cepat dari bentuk tablet
6. Campuran 2 atau lebih antasid tidak lebih baik dari satu macam saja.
7. Untuk menghilangkan Efek konstipasi/pencahar, antasid lebih baik
diberikan
terpisah
8. Perhitungan biaya pengobatan harus berdasarkan biaya per hari, bukan
per satuan
obat.
Bentuk sediaanya ada tablet-kunyah 40mg-80mg 4x sehari,
teteasan/cairan 40mg 4x/hari, biasa tersedia dalam bentuk kombinasi
dengan antasid, dan pemberian biasanya tiap setelah makan dan sebelum
tidur, tablet harus betul-betul dikunyah karena dispersi yang sempurna
akan memfasilitasi kerja natidilatulennya.
VII. OBAT-OBAT ANTISEKRESI
Dalam keadaan normal sekresi asam lambung dilakukan dengan
cara: (1) membebaskan gastrin dari sel-sel G di antrum dan duodenum
yang mencapai reseptor spesifik pada sel pariental, terutama melalui
sirkulasi; (2) membebaskan histamin dari sel-sel mastosit yang kemudian
berikatan dengan reseptor histmain H2 pada sel-sek periental; (3)
membebaskan asetilkolin oleh stimulasi vagal yang mengaktifkan sel-sel
parietal melalui reseptor muskarinik.
H2 Bloker
Contohnya: simetidin, ranitidin, dan famotidin. Obat tersebut
merupakan penghambat sekresi asam lambung yang kuat, baik oleh
histamin, gastrin, maupun oleh zat-zat lain.
Indikasi kliniknya yaitu ulkus ventrikuli dan ulkus duodeni, sindrom

Zollinger-Ellison, keadaan-keadaan dengan hipersekresi asam lambung,


seperti pada masatositosis
sistemik.
1. Simetidin, efek sampingnya berupa keadaan konfusional terutama
terlihat pada orang
lanjut usia, efek antiandrogenik karena simetidin mengikat resptor
androgen yang
menyebabkan disfungsi seksual dan ginekomastia pada laki-laki,
leukopenia dan sim
etidin, mengganggu metabolisme (oleh mikrosom hati) beberapa obat
seperti
warfarin, teofilin diazepam, dan fenitoin. Tersedia dalam bentuk tablet
@ 200 mg.
Dosis 3x200 mg yang dikonsumsi bersama makanan dan ditambah
400mg ketika
akan tidur.
2. Ranitidin, pemberian bersama antasid dapat meninggikan pH
intragaster. Tersedia
bentuk tablet 150 mg. Dosis dewasa 2xsehari 150mg.
3. Famotidin, tidak berintegrasi dengan obat-obat lain. Tersedia dalam
bentuk tablet @
200 dan 400 mg. Dosis pemeliharaan 20mg/hari.
Bloker Muskarinik
Con tohnya: Pirenzepin HCl, Lansoprazol. Pirenzepin merupakan
penghambat spesifik sekresi asam lambung. Secara bermakna menurunkan
produksi cairan lambung karena bekerja selektif pada reseptor muskarinik.
Secara khusus/spesifik menghambat sekresi asam lambung saja, dan tidak
memengaruhi fungsi fisilogi normal saluran cerna. Ulkus lambung akut
dan kronis, ulkus duodenum akut dan kronis, gastritis dan duodenitis. Efek
sampingnya dapat berupa mulut kering, atau gangguan akomodasi. Jarang
terjadi pengerasan feses. Pemberian bersama H2 bloker sangat mengurangi

sekresi asam lambung, terutama bermanfaat pada penderita Sindrom


Zollinger-Ellison. Kerja zat-zat antiinflamasi tidak mengalami gangguan
bila diberikan bersama pirenzepin.
Omeprazol memounyai tempat kerja dan bekerja langsung pada
pompa asam lambung dari sel-sel pariental. Enzim gastrik atau pompa
proton banyak terdapat dalam sel-sel pariental. Pompa proton ini berlokasi
di membran apikal sel pariental. Dalam proses ini, ion H dipompa dari sel
pariental ke dalam lumen dan terjadi proses pertukaran dengan ion K.
Omeprazol memblok sekresi asam lambung dengan cara menghambat H+ /
K+ ATPase pump dalam membran sel pariental. Omeprazol dapat
diabsorpsi dengan baik melalui oral ataupun parental. Efek samping
umumnya ringan dan bersifat sementara yakni mual, diare, sakit kepala,
nyeri abdomen, flantula, dan dispepsia. Skin rush jarang ditemukan.
Omeprazol menghambat metabolisme oksidatif beberapa obat,
seperti diazepam, barbiturat, koumarin, dan fenitoin. Obat ini tidak
dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui. Omeprazol harus digunakan
hati-hati pada penderita penyakit hepar.
VIII. OBAT-OBAT SITOPROTEKTIF
Didefinisikan sebagai obat yang dapat mencegah atau mengurangi
kerusakan mukosa lambung atau duodenum oleh berbagai zat ulserogenik
atau zat penyebab nekrosis, tanpa menghambat sekresi atau menetralkan
asam lambung. Obat sitoprotektif dapat dibedakan atas:
a. Golongan analog Prostaglandin (bersifat sitoprotektif dan antisekresi) :
Analog PGE1
: misoprostol, rioprostil, dan Analog PGE2: enprostil, arbasprostil,
trimoprostil.
b. Semua nonprostagladin dengan
sukralfat, bismut kol
oidal, setraksat.
Analog Prostagladin:

proteksi lokal: Karbenoksolon,

Misoprostol Prostaglandin (PG)E2 dan PGI2 adalah prostaglandin


utama yang disintesis oleh mukosa gastrik; senyawa-senyawa ini
menghambat produksi asam dengan cara berikatan dengan resptor EP 3
pada sel-sel pariental. Mekanisme efek sitoproteksi PG mencakup
beberapa hal:
1. Meningkatkan alirah darah mukosa lambung-duodenum (efek vasodilatasi
PGE dan PGI; sedangkan PGF2 vasokontriksi), dan meningkatkan
kemampuan memperbaiki mukosa lambung-duodenum dengan cara
merangsang migrasi sel basal mukosa ke arah permukaan.
2. Meningkatkan sekresi mukus lambung-duodenum (hanya PGE saja)
3. Meningkatkan sekresi bikarbonat lambung-duodenum (PGE) dengan cara
meningkatkan

kadar

fosfolipid

mukosa

sehingga

meningkatkan

hidrofobisitas permukaan mukosa, dan mencegah/mengurangi difusi balik


ion H.
4. PGE menyebabkan hiperplasia mukosa lambung-duodenum, khususnya di
antrum, terutama dengan memperpanjang daur hidup sel-sel epitel yang
sehat, tanpa meningkatkan aktivitas proliferasi.
Analog PGE berfungsi untuk menyembuhkan ulkus peptikum.
Sediaan analog PGE tidak lebih efektif dibandingkan dengan H 2 bloker
karena mekanisme sitoproteksinya tidak dapat mengompensasi aktivitas
antisekresinya yang relatif lemah. Di samping itu, analog PGE ini kurang
efektif dalam menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan lebih banyak
efek samping (diare dan nyeri abdomen) dibandingkan H2 bloker bersifat
abortifasien.
Efek samping yang sering terjadi adalah diare (biasanya ringan dan
bersifat sementara), bergantung pada dosis, karena efek peningkatan
sekresi cairan di usus halus.
Nonprostaglandin
Karbenoksolon
Suatu drivat asam glikinizinat sintetik. Mekanisme kerjanya
mencaku: stimulaso sekresi mukus, stabilisasi membran mempercepat

regenerasi sel epitel permukaan yang rusak, dan aktivitas antipeptik.


Dengan dosis 200-300mg sehari, efek obat sebanding dengan simetidin
dalam mempercepat penyembuhan ulkus lambung dan duodenum.
Sukralfat
Adalah garam aluminium dari sukrosa sulfat. Dalam suasana asam,
obat ini membentuk pasta kental yang secara selektif terikat pada ulkus
dan berfungsi sebagai sawar yang melindungi ulkus terhadap difusi asam,
pepsin dan garam empedu.
Posologi
Sukralfat (Ulsanic R) tersedia dalam bentuk tablet 500mg. Dosis
dewasa 2 tablet 3-4 kali dalam keadaan perut kosong (di antarawaktu
makan) dan pada waktu tidur. Menyebabkan konstipasi ringan 2-10%
penderita, dan dapat menimbulkan toksisitas aluminium pada penderita
gagal ginjal. Obat harus diberi 4kali sehari dan tidak boleh diberikan
bersama antasid ataupun makanan.
Setraksat
Adalah ester dari asam traneksamat. Obat bekerja memperkuat
faktor-faktor defensuf pada lambung. Efek utamanya ialah meningkatkan
aliran darah mukosa lambung atau duodenum untuk memperbaiki
mikrosirkulasi mukosa di tepi ulkus dan di mukosa bebas ulkus. Ulkus
peptikum dan ulkus duodenum. Setraksat juga efektif untuk ulkus
kambuhan. Sentraksat terutama bermanfaat pada kasus ulkus kambugan
pada usia lanjut dan menegah karena pada usia ini aliran darah mukosa
menurun.. Sediaan terdspst dalam bentuk @ 200mg. Dosis dewasa 3-4 kali
sehari setelah makan dan sebelum tidur. Efek samping umumnya ringan
berupa gangguan saluran cerna, yang paling sering ialah konstipasi ringan.
Efek samping lain yang lebih jarang terjadi ialah berupa mual, muntah,
diare. Rasa penuh di ulu hati, mulut kering, dan erupsi kulit.
Kolodial Bismut Subsitrat
Adalah garam koloidal bismut dari asam subsitrat. Seperti halnya
dengan sukralfat, obat ini pada pH asam (<5) membentuk lapisan

pelindung yang selektif di dasar ulkus dan bertindak sebagai sawar


terhadap difusi asam, pepsin dan asam empedu. Obat ini mempunyai efek
sitoprotektif pada mukosa lambung melalui pembentukan PG endogen.
Sediaan terdapat dalam bentuk tablet yang berisi koloidal bismut substrat
120mg. Dosis 4 tablet diberikan jam sebelum makan. Obat ini diberikan
2-4 kali sehari, tidak boleh bersama antasida, susu ataupun makanan.
Untuk eradikasi C.pylori yang disertai dengan angka kekambuhan yang
lebih rendah, lama pemberian tidak boleh lebih dari 8 minggu, dan dengan
interval pemberian minimal 2 bulan. Indikasinya Gastritis dan ulkus
duodenum. Bismut bersifat neurotoksik ensefalopati , terutama bila
diberikan pada penderita dengan riwayat gagal ginjal. Obat ini
menyebabkan pewarnaan hitam pada lidah, gigi, dan feses yang reversible
serta dapat terjadi konstipasi dan melena. Oleh karena itu, obat ini tidak
boleh digunakan untuk terapi jangka panjang. Kontraindikasinya disfungsi
ginjal yang berat. Penggunaan jangka panjang dalam dosis tinggi tidak
dianjurkan karena dapat menimbulkan ensafalopati yang reversibel. Tidak
diindikasikan pada kehamilan.
IX. ANTIBIOTIKA
Compylobacter pylori yang sekarang disebut Helicobacter pylori
(Compylobacter pylori yang khusus terdapat di lambung) menyebabkan
kelainan gastritis kronis aktif tipe B, dan merupakan predisposisi
terjadinya ulkus peptikum. Adanya H.pylori ini dibuktikan dengan biopsi
mukosa lambung , atau dengan metode noninvasi dengan tes serologis dan
tes pernapasan. Walaupun perananan Helicobacter pylori dalam etiologi
ulkus masih belum jelas.
Eradikasi H.pylori

memberikan penyembuhan yang cepat dan

kekambuhan yang rendah. Eradiksi H.pylori memberikan kekambuhan


<15% dibandingkan dengan kekambuhan 60-100% pada terapi dengan
antisekresi biasa.
Eradikasi pilihan pertama berdasarkan efektivitas diperoleh dengan

penggunaan kombinasi triple therapy dengan bismut, metronidazol, dan


tetrasilklin selama 2 minggu. Suatu antisekresi juga sering ditambahkan
untuk terapi tersebut.
Eradiksi
amoksisilin,

pilihan

atau

kedua

klaritromisin

yang

menggunakan

dikombinasi

metronidazol,

dengan

antisekresi.

Penggunaan antimikroba tunggal memberikan penyembuhan 20-40%


tingkat erakdikasi.
Uji klinik yang menggunakan kombinasi koloidal bismut subsitrat
(4x20 mg), Metronidazol (4x400 mg) dan Tetrasiklin (4x500 mg) selama 1
minggu untuk eradikasi Helicobacter pylori memberikan kesembuhan 9294%.
B. OBAT-OBAT PROKINETIK
I. Pendahuluan
Gangguan motilitas saluran cerna dapat menyebabkan beberapa macam
penyakit pada saluran cerna seperti esofagitis, gastroparesis, dispepsia
fungsional, dispepsia nunolkus, pseudoobstruksi dan konstipasi. Dispepsia
didefinisikan sebagai suatu nyeri persisten atau rekuren dan/atau perasaan
tidak enak yang berpusat di abdomen atas, ada kemungkinan berkaitan
dengan makanan dan mungkin berkaitan dengan gejala dispepsia
lainnya.Ada 3 subtipe dyspepsia, yaitu dispepsia miripulkus, dispepsia
mirip dismotilitas dan dispepsia yang tidak speksifik.
II. Metoklopramid
Obat ini mirip dengan fenotiazin yang memiliki efek antidopaminergik,
bedanya obat ini juga meningkatkan motilitas saluran cerna.
Mekanisme Kerja
Obat ini merangsang motilitas saluran cerna atas tanpa merangsan
sekresi lambung, empedu, dan pangkreas. Obat ini juga
meningkatkan tekanan sfingter esophagus bagian bawah dan
meningkatkan

kecepata

pengosongan

lambung.

Obat

ini

meningkatkan tonus dan amplitude kontraksi lambung, merelaksasi

sfingter pylorus dan bulbus duodenum, serta menigkatkan


peristaltic duodenum dan jejunum.
Farmakokinetik
Metoklopramid diabsorbsi dengan baik di saluran pencernaan.
Konsentrasi puncak di plasma dicapai dalam 1-2 jam. Waktu paruh
eliminasi obat adalah 5-6 jam. Metabolisme di hati sangat sedikit
dan diekskresikan melalui ginjal.
Indikasi

Mengurangi gejala refluks gestroesofagal

Gastroparesis diabetic

Pencegahan mual-mual terutama pada kehamilan

Kontraindikasi

Obstruksi mekanik, pendarahan saluran cerna, dan perforasi

Penderita feokromositoma

Penderita epilepsy atau penderita yang memdapatkan


pengobatan

dengan

obat

yang

dapat

menimbulkan

gangguan ekstrapiramidal

Kanker payudara( meningkatkan kadar prolaktin)


Hati-hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui

Efek Samping

Mengantuk

Lesu

Gangguan ekstrapiramidal

Gajala perkinson

Gangguan endokrim

Diskinesia Tardif

Interaksi Obat

Tidak boleh diberikan bersama dengan atropine dan obat


antikolinergik

Efek sadasi meningkat jika doberikan bersama alcohol dan


penenang

Tidak diberikan bersama dengan penghambat monoamine


oksidase(hipertansi krisi)

Menigkatkan absorpsi parasetamol

Dosis
Gastroparesis
Dewasa

: 10 mg diberikan 30 menit sebelum makan

dan
sebelum tidur.

Anak - anak

: 0,5 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis

III.Domperidon
Obat ini merupakan suatu antidopaminergik, yang mempunyai sifat kerja
sebagai

antiemetic

mirip

dengan

mrtoklopramid

tetapi

gejala

ekstrapiramidal kurang karena menembus sawar otak.


Mekanisme Kerja
Obat ini menyebabkan tekanan sfingter esophagus bagian bawah
konstaksi yang lama pada duodenum dan pengosongan lambung.
Farmakokinetik
Obat ini diabsorbsi dengan baik jika diberikan peroral,
intramuscular dan rektal. Konsentrasi puncak di plasma dicapai
dalam 10-30menit untuk per oral dan intramuscular dan kurang
lebih 2 jam setelah pemberian rektal. Metabolisme lintas pertama
di hati dan diekskresikan ke empedu kurang lebih 60%. Waktu
paruh domperidon kurang lebih 7 jam.
Indikasi

Refluks gestroesofagal

Pencegahan mual-mual pada diare, dyspepsia, dismenore,


trauma kapitis, migren dan terapi radiasi .

Kontraindikasi

Depresi SSP

Hipersensitivitas

Efek Samping

Pembesaran payudara

galaktore

Interaksi Obat

Tidak boleh diberikan bersama dengan obat yang bersifat


hepatotoksik

dan

penghambat

monoamine

oksidase(hipertansi krisi)
Dosis

Dewasa

: 3x 20-40 mg/ hari

Anak - anak

: 0,6 mg/kg BB/ hari, dibagi dalam 3 dosis

IV. Sisaprid
Obat ini efektif mengurangi gejala gangguan saluran cerna dan berkerja
sebagai kolinomimetik kerja tidak langsung.
Mekanisme Kerja
Obat ini berkerja memperbaiki motilitas saluran cerna dengan cara
melepaskan asetikolin secara tidak langsung dari pleksus
mesenterikus. Obat ini diketahui bertindak sebagai agonis 5HT 4
dan antagonis serotonin. Obat ini juga meningkatkan tekanan
sfingter esophagus bagian bawah dan meningkatkan kecepata
pengosongan lambung, meningkatkan motilitas antroduodenal,
usus halus, dan usu besar.
Farmakokinetik
Obat ini

diabsorbsi dengan baik di saluran pencernaan.

Konsentrasi puncak di plasma dicapai dalam 1-2 jam. Waktu paruh


obat adalah 7-10 jam. Metaboliseutamanya adalah narsisaprid.
Dijumpai 1-3% dalam urine dan 5%dalan tinja.
Indikasi

Penyakit refluks gestroesofagal

Dispepsia fungsional atau dyspepsia nonulkus

Gastroparesis diabetika

Atoni saluran cerna pada pascaoperasi

Konstipasi kronik

Ulkus lambung

Obstruksi mekanik, pendarahan saluran cerna, dan perforasi

Wanita hamil dan menyusui

Penyakit jantung

Kontraindikasi

Efek Samping

Nyeri perut

borborismi

diare sementara

Interaksi Obat

Meningkatkan kadar plasma disorpiramid

Efek sadasi meningkat jika diberikan bersama alcohol dan


benzodiazepin

Menigkatkan absorpsi ranitidine, simetidin, fleikainid dan


siklosporin.

Dosis
Dispepsia fungsional

Dewasa

: 3x5-10 mg/hari.

Anak - anak : 3x0,15-0,30 mg/kg BB/ hari

Penyakit refluks gastroesofagal atau gastroparesis

Dewasa

: 3x5-10 mg/hari ditambah 10mg sebelum

tidur.

Anak - anak : 3x0,1 mg/kg BB/ hari

C. PENCAHAR DAN OBAT SALURAN CERNA LAINNYA


I. PENCAHAR

Pencahar (laksanasia, purgative, kataritik) adalah obat obat


yang digunakan untuk mengatasi gangguan buang air besar. Definisi
lain yaitu zat-zat yang dapat menstimulasi gerakan peristaltik usus
sebagai refleks dari rangsangan langsung terhadap dinding usus,
sehingga menyebabkan atau mempermudah proses defekasi dan
meredakan sembelit.
Dibagi menjadi :
a. Konstipasi adalah ketidakmampuan atau kesulitan defekasi
karena tinja yang
mengeras, kelemahan, atau kelumpuhan otot polos usus dan
gangguan refleks
defekasi
b. Obstipasi adalah kesulitan defekasi akibat adanya obstruksi intra
atau
ekstralumen usus (mislanya karsinoma/ kanker kolon sigmoid).
Pengaturan obat pencahar secara farmakologis yaitu frekuensi
defekasi, jumlahdan konsistensi tinja yang tidak normal. Efek samping
dari penggunaan obat pencahar yang berlebihan yakni gangguan nutrisi,
kram perut, gangguan keseimbangan air dan elektrolit, dan konstipasi
habitual (tidak bisa defekasi tanpa pencahar).
Penggolongan Pencahar
1. Menurut intensitas efeknya sebagai pencahar :
a. Laksatif : intensitas paling lemah merangsang gerakan usus,
tidak
menimbulkan kram di perut
b. Katartik atau purgative : menghasilkan gerakan usus yang
paling sering,
tinja lunak atau encer, dan disertai kram diperut
c. Drastika : intensitas paling kuat, feses dalam bentuk cair
2. Menurut tempat kerja :
a. Obat yang bekerja di usus halus , misalnya minyak jarak

b. Obat yang bekerja di usus besar : misalnya difenilmetan da


antrakuinon
c. Obat yang bekerja di rectum , misalnya enema dengan sabun
atau preparat
suppositoria
3. Menurut jenis efek dan masa latennya (waktu dari minum obat
samapai timbul
efek pencahar.

1.

Menurut mekanisme kerja

(Staff Pengajar FK UNSRI, hal 105-107)


A. Penggolongan Obat berdasarkan farmakologi dan sifat fisika kimiawinya
yakni :
1. Laksansia Kontak

(derivate-antrakinon, derivate difenilmetan

(bisakodil, pikosulfat,
fenolftaelin), dan minyak jarak) Zat-zat ini merangsang seara langsung
dinding usus
akibat peningkatan peristaltic dan pengeluaran isi usus dengan cepat.
a. Minyak jarak (Castrol oil, ol.ricini) mengandung trigliserida asam
risinoleat dan
asam lemak tak jenuh. Tidak dianjurkan untuk digunakan terusmenerus atau
dipakai lama karena dapat mengganggu absorpsi bahan makanan.
Efek samping
obat ini dapat menimbulakam kram pada usus dan rangsangan pada
pelvis,
sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil.
b. Bisakodil dalam merk dagang Dulcolax tablet, Dulcolax
suppositoria, dan
Dulcolax suppositoria anak. Indikasi untuk semua bentuk konstipasi,
untuk
evakuasi tinja dalam keadaan nyeri hebat, seperti hemoroid, pra dan
pasca operasi.
2. Laksansia Osmotik (zat magnesium sulfat/sitrat, natriumsulfat gliserol,

manitol, sorbitol, laktulosa, dan laktitol) Zat-zat ini berkhasiat


mencahar berdasarkan lambat absorpsinya oleh usus, sehingga menarik
air dari luar usus melalui dinding ke dalam usus via proses osmosa.
Tinja menjadi lebih lunak dan volumenya diperbesar. Gerakan
peristaltic diperkuat sehingga mempermudah pengeluaran isi usus.
Efek pencahar obat ini cepat terasa (dalam 3 jam setelah pemberian).
a. Magnesium sulfat dapt diabsorpsi usu sekitar 20% dan diekskresikan
melalui
ginjal. Bila terdapat gangguan fungsi ginjal, ekskresi garam
magnesium akan
terganggu sehingga pemberian garam Mg dapat menimbulakn gejala
keracunan
ion Mg dan menimbulkan gejala dehidrasi, hipotensi, paralisis
pernafasan, dan
gagal ginjal.
b. Laktulosa adalh disakarida siintetik atas laktosa dan fruktosa yang
tidak dapat
dipecah oleh enzim-enzim pancreas dan tidak diabsorpsi dalam usus
halus.
Biasanya tersedia dalam bentuk sirup dan bisa diberikan per rectal.
Efek samping
yang ditimbulkan berupa mual, muntah, perasaan tidak enak di perut,
diare, dan
dehidrasi.
3. Zat-zat pembesar volume (zat-zat lender (agar-agar, metilselulosa,
CMC) dan zat-zat nabati Psyllum, gom Sterculia, dan katul)
Khasiatnya mencahar berdasrakan rangsangan mekanis dan kimiawi
terhadap dinding usus ditambah dengan pelunakan tinja. Selama
pengobatan penting sekali untuk minum banyak air (hingga 3 liter
sehari)
4. Zat-zat pelican dan emmolientia (natrium-docusat, natriumlauril-sulfo-

asetat, paraffin cair) Zat-zat ini memiliki aktivitas permukaan


(detergensia) dan mempermudah defekasi, karena melunakkan tinja
dengan jalan meningkatkan penetrasi air kedalam tinja. Paraffin
berkhasiat sebagai bahan pelumas.
Pencahar yang Diberikan Secara Lokal di Rektum
Pencahar ini bekerja dengan membilas usus besar bagian bawah,
dengan atau
tanpa mengiritasi local atau merangsang untuk induksi pengeluaran tinja.
Pencahar
yang termasuk golongan ini adalah :
a. Enema

Bulk (salin)

Stimulant/ sekretori/ osmotic : bisakodil, dioktil natrium


sulfosuksinat, sabun, dan gliserin

b. Suppositoria

Lubrikan : gliserin

Pelunak tinja : dioktil natrium sulfosuksinat

Stimulant : bisakodil

Indikasi Pencahar :
a. Konstipasi , yaitu gangguan defekasi yang disebabkan oleh gangguan
fungsional, misalnya :
1. Kurang mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung
banyak air
2. Kurang

mengonsumsi

makanan

berserat

(makanan

yang

mempunyai massa yang dapat memperbesar isi usus)


3. Ketegangan saraf atau stress yang dapat menghambat motilitas
usus
4. Efek samping obat-obat lain, seperti opioid, antikolinergik, antacid
nonsistemik, dan Fe
5. Sering menahan defekasi secara sengaja

6. Penggunaan pencahar terlalu sering dan sembarangan


a. Untuk orang-orang yang tidak boleh mengejan kuat, seperti
pada penderita pasca-operasi, hemoroid, penyakit jantung berat
dan hernia
b. Untuk tindakan pra-operasi
c. Persiapan untuk foto rontgen , misalnya untuk rontgen didaerah
abdominal agar isi usus tidak mengganggu bayangan objek
yang akan difoto.
Efek Samping Pencahar :
Penggunaan pencahar secara teratur dalam jangka waktu lama
dapat menimbulkan :
1. Gangguan absorpsi bahan makanan dan vitamin yang larut dalam
lemak
(vitamin A, D, E, K)
2. Hambatan proses sintetis vitamin K dan B-kompleks oleh bakteri
usus
3. Kelemahan otot polos usus karena banyaknya ion-ion K dan Na yang
hilang bersama tinja
4. Konstipasi kronis akibat pemakaian perncahar yang terlalu sering
5. Gejala keracunan dengan ion-ion pencahar yang dapat diabsorpsi
6. Nyeri akibat kram usus, terutama terjadi pada pemakaian pencahar
rangsang
Kontraindikasi Pencahar
Pencahar tidak dianjurkan untuk digunakan pada keadaankeadaan sebagai
berikut:
1. Obstipasi (akibat obstruksi usus)
2. Ileus obstruksi
3. Radang usus, seperti colitis, apendistis, dll
4. Keadaan dehidrasi
5. Gizi yang etrlalu buruk

6. Wanita hamil, terutama pada kehamilan trimester pertama (bahaya


abortus)
7. Keadaan adanya iritasi pada usus
8. Penderita penyakit kandung empedu
II. ANTIEMETIKA
Perlindungan muntah dapat dianggap sebagai sebagai suatu cara
perlindungan alamiah dari tubuh terhadap zat-zat merangsang dan beracun
yang ada dalam makanan. Pada umumnya, muntah didahului oleh rasa
mual (nausea), yang bercirikan muka pucat, kerkeringat, liur berlebihan,
dan pernapasan tidak teratur. Tujuan fisologis mual adalah untuk
menghalangi masuknya makanan, dan muntah berarti mengeluarkan
makanan atau zat-zat toksik lain yang ada di saluran makanan bagian atas.
Muntah diakibatkan oleh stimulasi dari pusat muntah di medulla oblongata
dan berlangsung menurut beberapa mekanisme, seperti :
a. Akibat rangsangan langsung dari saluran cerna. Bila peristaltic dan
pelintasan lambung tertunda, terjadilah dispepsi dan mual. Pusat
muntah juga dirangsang jika terdapat kerusakan pada mukosa
lambung-usus, seperti pada radioterapi dan sitostika.
b. Secara tak langsung melalui CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone)
Adalah duatu daerah dengan banyak reseptor, yang letaknya
berdekatan dengan pusat muntah di medulla oblongata, tetapi diluar
rintangan darah-otak.
c. Melalui kulit otak (cortex cerebri), misalnya saat melihat, mencium,
atau merasakan sesuatu yang akan menimbulkan rasa mualndan
muntah. Biasanya disebut nauseating smells dan sickening sights.
Obat Obat Antiemetik
1. Antihistamin Antiemertik (difenhidramin hidroklorid, buklizin
hidroklorid, siklizin
hidroklorid, hidroksizin hidroklorid, hidroksizin pamoat, meklizin
hidroklorid,
ondansetron, dan trimetobenzamid hidroklorid)

Obat ini dapat memblok stimulasi perifer pusat muntah. Efektif untuk
pengobatan dan pencegahan muntah pada mabuk perjalanan dan
disfungsi telingan bagian dalamseperti pada sindrom meniere,
labrintitis, dan ototoksitas streptomisi. Obat ini dapat menghasilkan
efek adiktif jika berinteraksi dengan obat-obat lain yang juga
mempunyai efek antikolinergik. Efek samping yang ditimbulkan obai
jenis ini adalah efek mengantuk, pusing, sakit kepala, dan
kelesuan/kelemahan.
2.Fenotiazin

(proklorperazin,

prometazin,

tietilperazin,

dan

trimetobenzamid)Obat ini
bekerja pada CTZ dengan cara mengurangi muntah yang disebabkan
oleh iritan
lambung, dan dapat menghambat vagal perifer dan aferen simpatetik.
Efek samping
yang ditimbulkan obat jenis ini adalah sedasi.
3. Obat yang Memblok Reseptor Dopamin (Antagonis Dopamin)
(klorpromazin,
prometazin, trietilpirazin, dan triflupromazin) obat ini dapat mengobati
mual dan
muntah yang menyertai zat-zat fisik (terapi fisik dan partikel virus) dan
zat-zat kimia
(toksin dan kemoterapi Ca). Domperidon dan metaklopramid dapat
menghambat
stimulasi CTZ dan mempunyai efek prokinetik yang memperbaiki
pengosongan
lambung dengan cara mengurangi stimulasi pusat muntah yang berasal
dari perifer.
4. Antikolinergik (skipolamin hidromid) Memiliki efek samping
menginduksi vertigo,
mulut kering, mengantuk, pandangan kabur, dan takikardia, sehingga
obat ini tidak

lagi digunakan.
5. Benzodiazepine
Bezodiazepin dan derivatnya dapat membantu mencegah muntah yang
diinduksi

oleh

kortikal

sentral.

Efek

sampingnya

adalah

mengantuk.
Jenis jenis Mual Muntah
1. Mabuk Darat
Penyebab : pertentangan antara informasi yang yang disalurkan oleh
organ keseimbangan ke otak di satu pihak dan informasi dari indrera
mata dan perasa di lain pihak yang eharusnya bekerja sama dengan
organ keseimbangan (labirin), yang pada mabukdarat memegang peran
esensial.
Preventif : duduk di bus / mobil bagian depan atau disamping
pengemudi, jendela dibuka, jangan makan terlalu banyak sebelum
memulai perjalanan atau merokok.
Obat Pencegah : siklizin, meklizin, kombinasi sinarizin 20 mg +
domperidon 15 mg.
Curative : obat-obat tersebut bisa diberikan melalui injeksi atau
suppositoria.
2. Muntah Kehamilan
Curative : siklizin 3 dd 50 mg, meklizin 1 dd 12,5 25 mg atau
proklorperazin

2 dd 25 mg rectal, Vit. B6 (piridoksin) 3 dd 25.

3. Muntah Akibat Sitostatika


Penyebab : rangsangan langsung dari CTZ stimulasi dari retroperistaltik
(=terbalik) dan pelepasan serotonin di saluran lambung usus.
Curative : Pada obat-obat emetogen ringan / sedang Metoklopramida
oral 10-20 mg atau 50-100 mg i.v. sebelum permulaan terapi. Bila
terjadi gejala ekstrapiramidal, obat ini diganti dengan suatu antagonisserotonin (misalnya ondansetron) dikombinasi dengan deksametason
atau lorazepam. Pada obat-obat emetogen kuat
4. Muntah akibat radioterapi dan pasca-bedah

Curative : metoklopramida i.v./ i.m. 2-3 dd 10-20 mg atau secara rectal


dengan

dosisganda

Pemilihan Obat-Obat Antiemetik


1. Muntah karena factor psikogenik, paling baik dikontrol dengan obat
sedative dan antiansietas. Seperti : fenobarbital, buklizin
(mempunyai efek antihistamin),

hidroksizin

(mempunyai

efek

antihistamin).
2. Mual dan muntah karena mabuk perjalanan , baik diobati dengan oat
antihistamin

yang

antikolinergiknya.
difenhidramin

mempertimbangkan

Seperti

(Benadryl),

jumlah

klorfeniramin

dimenhidrinat

aktivitas

(Klortrimeton),

(Dramamine),

siklizin

(Marizin), meklizin (Bonamin), prometazin(Phenergan), difenidol


(Vontrol), trimetobenzamid (Tigan).
3. Mual dan muntah yang menyertai obat psikokimia yang merangsang
(CTZ), baik diobati dengan derivate fenotiazin. Seperti :
klorpromazin,

flufenazin

(Trilafon),

promazin,

prometazin

(Phenergan), tietilpiperazin, proklorperazin.

III. ANTIDIARE, ADSORBEN, DIGESTAN, DAN OBAT SALURAN


CERNA

LAINNYA

Obat-obat Antidiare
Dua macam antidiare yang paling sering diresepkan adalah
difenoksilat (denganantropin ), analog lemah dari memperidin dan
loperamid, yang secara kimia berhubungan dengan haloperidol.
Loperamid juga dapat diperoleh tanpa resep. Difenoksin adalah
metabolit aktif difenoksilat dan tersedia sebagai obat yang diresepkan.
Mekanisme kerjanya pada usus mirip dengan opiod, yaitu bekerja
dengan

menghambat

pembebasan

asetilkolin

melalui

reseptor

prasinaptik dalam system saraf enterik. Loperamid tidak dapat melewati


sawar darah otak sehingga efek sedasinya lemah dan kurang

menimbulkan adiksi dibandingkan fenoksilat. Obat-obat ini tidak boleh


digunkan

pada

pasien

dengan

colitis

ulseratif

karena

dapat

mempercepat terjadinya megakolontoksik. Telah dikemukakan bahwa


obat ini dapat memperpanjang masa diare pada pasien dengan infeksi
shigella atau salmonella . sebaliknya pada pasien irritable bowel
syndrome dengan diare utama , loperamid dalam dosis 2-4 mg 4 kali
sehari dapat menghasilkan perbaikan klinik yang mendasar, terutama
bila dikombinasi dengan meningkatkan diet yang mengandung serat,
dengan obat antibiotikolnergik sebagai antipasmodik, dan dengan
pemberian nasihat yang dapat membantu penderita. adsorben, seperti
kaolin dan pectin juga digunakan secara luas. Kerjanya adalah melalui
kemampuanya untuk mengapsorpsi senyawa dari larutan yang agaknya
potensial berikatan dengan toksin. namun, secara keseluruhan, kedua
obat ini kurang efektif dibandingkan obat yang telah disebutkan di atas,
dan kedua obat ini juga dapat mempengaruhi absorbsi obat lain.
Adsorben dan Protektif Gastrointestinal
Protektif gastroinstestinal dan adsorben yang utama adalah magnesium
trisilikat, alumuniumhidroksid, karbon aktif (activated charcoal), kaolin
dan pectin penggunaan obat ini per oral dapat menyerap bakteri, toksin
dan gas. Namun adsorpsi ini tidak spesifik, sehingga juga dapat
mengadsorpsi obat, nurien, dan enzim dalam saluran cerna.

Magnesium trisilikat adalah antacid yang relative lemah dan efektif


sebagai intestinal adsorben. Silicon dioksida gelantineus yang terbentuk
dari reaksi magnesium trisilikat dengan asam lambung dikatakan dapat
melindungi ulserasi permukaan mukosa dan memungkinkan penyembuhan
ulkus . garam ini juga memengaruhi absorpsi tetrasiklin, antikolinergik dan
obat lain. Antacid biasanya diberikan per oral dalam bentuk suspense
dalam air dengan dosis 1 gram 4 kali sehari. Pemberian secara menahun
jarang menimbulkan batu silica di ginjal.

Beberapa senyawa alumunium, seperti alumunium hidroksida gel, dried


alumunium hydroxide gel dan alumunium fosfat gel di gunakan sebagai

adsorben. Obat-obat ini juga memengaruhi obat seperti pada magnesium


trisilikat.

Karbon aktif berupa zat tidak berbau dan tidak berasa, merupakan residu
dari distilasi destruktif berbagai bahan organic untuk meningkatkan
kekuatan adsorpsinya.

Kaolin adalah hydra alumunium silikat alamiah, berbentuk bubuk dan


bebas dari partikel , seperti pasir dengan elutriasi. Obat ini digunakan
karena memiliki sifat adsopsi internal dan eksternal.

Pektin adalah produk karbohidrat yang dimurnikan dari ektrasi asam kulit
buah jeruk atau buah apel pomance. secarakimia, pectin terutama terdiri
dari asam galakturonat, beberapa gugus hidroksil yang di metilasi

Simetikon adalah kombinasi senyawa dimetil polisilokan dan silica gel


yang tersedia dalam bentuk sediaan tunggal atau kombinasi dengan
antacid. Simetikon memiliki sifat antibusa dan menolak air, obat ini
digunakan untuk obat tambahan pada kondisi gas terbentuk menjadi
masalah, seperti sering flatus, kembung perut fungsional, dan distensi gas
pascao peratif. Obat ini juga digunakan untuk mengurangi bayangan gas
dalam radiografi usus besar dan untuk memperbaiki visualisasi pada
gastoskopi. Simetikon juga digunakan dalam kombinasi dengana ntacid,
antispasmodic, sedative dan digestan.

IV. DIGESTAN
Digestan adalah obat yang membantu proses pencernaan dalam saluran
cerna dan digunakan sebagai terapi pengganti pada keadaan defisiensi
salah satu enzim pencernaan. obat yang umum di gunakan untuk
membantu pencernaan ini adalah enzim pencernaan (enzim lambung dan
enzim pankreas) dan garam empedu
Enzim pepsin
Pepsin adalah enzimproteolitik yang disekresi oleh lambung untuk
memulai hidrolisasi protein. Enzim proteolitik dalam usus dan enzim
pancreas mempunyai kemampuan untuk mencerna protein samapai tuntas,
dibandingkan dengan enzim pancreas, enzim pepsin ini kurang penting

karena difisiensi enzim pepsin tidak menimbulkan gejala serius. Difisiensi


enzim total dialami oleh penderita aklohidria (keadaan ketika tidak
terdapat HCI lambung, yang sering terdapat pada anemia pernisiosa dan
karnisoma lambung)
Enzim Pankreas
Sediaan

enzim

pancreas

yang

dikenal

adalah

pankreatin

dan

pankrealipase. Kedua zat ini berisi amylase, tripsin (protease ),dan lipase.
Pankrelipase dibuat dari pancreas babi dan aktifitas enzimnya relative
lebih tinggi.
Pankreatin terdapat dalam bentuk tablet enteral-bersalut. Dosis dewasa
0,3-1gram/kg BB per hari
Indikasi Pada penderita dengan difisiensi secret pancreas, seperti pada
pankreatitis, pancreas fibrotic ,dan mukovisi dosis yang berfungsi untuk
membantu pencernaan protein dan karbohidrat. enzim pancreas juga
digunakan sebagai terapi tambahan pada akhiliagastrika. Enzim ini
dirusak oleh asam lambung sehingga harus disediakan dalam bentuk tablet
enteral besalut.
Efek samping enzim pancreas tidak banyak menimbulkan efek samping ;
di antaranya berupa reaksi alergi, iritasi bukal dan perianal; dosis tinggi
dapat menimbulkan mual , diare, dan heperurisemia
V. KOLERETIK, HIDROKOLERETIK, EMPEDU, DAN GARAM
EMPEDU
Obat yang merangsang hepar untuk meningkatkan produksi empedu
dinamakan koleretik. Diantara merangsang produksi empedu dengan
gravitasi spesifik yang rendah, yang di perlukan pada penyakit saluran
empedu yang tidak disertai dengan gangguan hepar.
Empedu disekresi oleh hepar dalam saluran empedu dan diteruskan
kedalam duodenum. Empedu bukan suatu enzim komposisinya terdiri atas
air, garam, empedu, pigmen empedu, kolesterol, lesitin, dan garam
inorganic.dari semua komposisi tersebut, yang paling penting dalam

pencernaan lemak adalah efek hidrotropiknya. Tegangan permukaan yang


rendah dari lemak dan sebagian bertanggungjawab untuk emulsifikasi
lemak sebelum dicerna dan di absorpsi vitamin vitamin yang larut dalam
lemak (vitamin A,D,E,dan K) garam empedu (di perlukan dalam jumlah
yang besar) juga berfungsi untuk menetralkan asam lambung yang masuk
duodenum. Asam empedu merangsang produksi garam-garam empedu.
Di antara empedu ini yang terpenting dalam pengobatan adalah garam
empedu dan asama empedu. Empedu dan garam-garam empedu
diindikasikan untuk pasien dengan berbagai gangguan hepar yang
mempengaruhi proses pencernaan.
Asam dehidrokolat adalah suatu kolat semisintetik, terutama aktif untuk
merangsang sekresi empedu dengan BM rendah sehingga dinamakan juga
sebagai zat hidrokoleretik.
Asam kenodeoksikolat berfungsi menurunkan kadar kolesterol dalam
empedu. Obat ini bermanfaat untuk menghilangkan batu koleserol dalam
kandung empedu. Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi kolesterol
dalam usus dan menurunkan sintesis kolesterol dengan cara menghambat
enzim hidroksi-metil glutanil ko-A reduktase.
Efek samping. Penggunaan sediaan empedu ini dalam jangka waktu lama
dapat menimbulkan atrofi mikrofili saluran empedu, dan meningkatkan
liposit sinusoidal. Hepatotoksisitas yang dikaitkan dengan metabolitnya
(yaitu asam litokolat) juga dapat terjadi. Selain itu, juga dapat terjadi diare.
Garam empedu juga menurunkan ketahanan mukosa saluran cerna
terhadap HCl lambung sehingga merupakan factor penyebab terjadinya
gastritis , ulkus peptikum, dan refluks esofagitis.
VI.OBAT

YANG

DIGUNAKAN

UNTUK

MELARUTKAN

BATU

EMPEDU
Kolesterol dilarutkan dalam larutan empedu encer oleh kombinasi efek
asam empedu dan lesitin yang bersama dengan kolesterol membentuk
suatu campuran. Bila kolesterol diekskresikan ke dalam empedu dalam

jumlah relative lebih besar dari jumlah lesitin dan asam empedu, Kristal
kolesterol diendapkan dan dapat bergabung membentuk batu-empedu
kolesterol.
Terapi Oral
Kenodiol merupakan asam empedu utama pada manusia, dan ursodinol/
7a-epimer dari kolesterol. Keduanya aktif melarutkan batu kolesterol pada
beberapa pasien. Kenodiol menghambat pembatasan kecepatan enzim dari
konversi dari garam-garam empedu menjadi kolesterol. Ursodiol
menyebabkan transport kolesterol dalam bentuk Kristal cair, dan
tampaknya menstabilkan membrane kanalikular hepatosit.
Penggunaan kenodiol dibatasi oleh efek sampingnya. Diare yang
berhubungan dengan dosis terlihat sampai 30% pasien.

Ursodiol

tampaknya mempunyai efek samping dasar yang lebih sedikit, namun


harganya lebih mahal.
Obat-obat ini umumnya efektif untuk melarutkan sejumlah kecil (<5mm)
batu yang terkenang dalam kantong empedu. Obat-obat ini tidak dapat
melarutkan batu yang lebih besar dari 4% berat kalsium; namun, batu
dengan konsentrasi kalsium rendah jarang yang radioopak dan tidak akan
ditemukan.
Keaadaan lain yang telah dicoba dengan Obat-obat ini adalah gangguan
hepar kolestatik dan biliary tree. Akhir- akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa ursodiol efektif untuk sirosis empedu primer dan
kolangitis sklerosis.
Obat Lain
Metal terbutil eter dapat melarutkan batu kolesterol dalam kandung
empedu dan saluran empedu bila diberikan secara infuse melalui kateter
yang langsung ke dalam kandung e,pedu atau ke dalam lumen saluran
empedu.
VII.OBAT KOLITIS KRONIK
Obat utama yang digunakan dalam pengobatan penyakit radang usus besar
yang menahun (colitis ulseratif, penyakit Crohn) adalah salisilat dan obat

imunosupresif (kortikosteroid dan sitotoksik).


Salisilat
Bukti umumnya menunjukkan bahwa asam 5-aminosalisilat (5-ASA)
merupakan suatu antiinflamasi yang aktif pada radang usus besar. Dalam
[autogenesis nflamasi, banyak tempat dalam jalur arakidonat yang dapat
dipengaruhi oleh 5-aminosalisilat (kortikosteroid dan sitotoksik).
5-ASA tidak dapat diberikan secara oral dalam dosis yang cukup untuk
menghasilkan efek yang bermanfaat pada kolon tanpa disertai efek iritasi
saluran cerna bagian atas dan tanpa toksisitas sistemiknya. Sulfasalazin
merupakan suatu kombinasi sulfapiridin dengan 5-aminosalisilat yang
dihubungkan oleh ikatan azo.
Dosis terapi biasa untuk Sulfasalazin adalah 3-4 gram per hari yang
diberikan dalam dosis terbagi. Efek samping yang berhubungan dengan
dosis, seperti malaise, mual, rasa tidak enak pada perut, atau sakit kepala.
Sebagian efek samping ini dapat dicegah dengan memberikan dosis awal
yang lebih rendah dan secara perlahan ditingkatkan untuk memperoleh
tingkatan dosis yang dikehendaki, atau dengan menggunakan sediaan
bersalut (enteric-coated) atau dalam bentuk suspensi.
Tiga bentuk sediaan oral asam 5-salisilat telah dikembangkan. Sediaan
tersebut akan dibebaskan dalam bentuk aktif di bagian kolon bagian distal
yang dapat menghindari toksisitas sulfapiridin akibat absorpsi sistemik 5ASA yang berlebihan. Olsalazin adalah dua molekul 5-ASA yang
dihubungkan melalui ikatan azo, yang kemudian dipecah oleh kerja bakteri
di dalam kolon sehingga membebaskan zat aktif. Efek samping yang palig
sering terjadi adalah diare encer, yang ditemukan pada 15-35% pasien
yang menerima Olsalazin dan diperkirakan disebabkan oleh sifat
sekretagogum obat tersebut.
VIII.OBAT IMUNOSUPRESIF
Obat imunosupresif yang digunakan unuk pengobatan penyakit inflamasi
usus besar adalah kortikosteroid dan obat sitotoksik. Kortikosteroid telah
digunakan selama bertahun-tahun untuk mengontrol episode akut penyakit

ini.
Obat sitotoksik, khususnya azatioprin dan merkaptopurin tealh sering
digunakan dalam pengibatan penyakit inflamasi usus besar. Sifat steroidsparing-nya dapat dimanfaatkan pada pasien penyakit Crohn dan kolitis
ulseratif, dan tampaknya obat ini terutama membantu pada pengobatan
fistula aibat komplikasi dari penyakit Crohn. Dosis yang digunakan realtif
rendah, dimulai dengan 50mg/hari dan tidak lebih dari 1,5 mg/kg berat
badan per hari. Pada tingkatan dosis ini, komplikasi hematologic minimal,
meskipun masih sangat diperlukan pemantauan secara cermat.

DAFTAR PUSTAKA
Staff Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : EGC
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat Obat Penting. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo
Stringer, Janet L. 2008. Konsep Dasar Farmakologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai