PENDAHULUAN
lambung (Arif et al, 2014). Antasida merupakan basa lemah yang bereaksi
dengan asam hidroklorida lambung untuk membentuk garam dan air. Antasid
pompa proton. Antasida masih banyak digunakan oleh pasien sebagai obat
bebas untuk mengobati nyeri ulu hati dan dipepsia intermiten (Katzung,
2010).
pencernaan asam, mulas, dispepsia, dan asam lambung, selain itu juga untuk
pencegahan stres ulserasi dan perdarahan GI, mengurangi risiko yang terkait
(AHFS,2008).
1
Antasida nonsistemik misalnya sediaan magnesium, aluminium, dan kalsium
(Sihombing, 2015).
Antasida yang biasanya digunakan terdiri dari dua kombinasi zat yaitu
hidroksida praktis tidak larut dan tidak efektif sebelum bereaksi dengan HCl
asam klorida selain itu juga dapat mengikat sebagian asam klorida secara
maksimum sampai pH 4-5 dan garam magnesium sampai 6-8 dan keduanya
tidak larut dalam air namun dapat larut dalam asam mineral encer
jika diberikan dalam dosis besar bila hebat dapat menyebabkan kehilangan
et al, 2014).
asam ini cukup kuat, lambung memiliki lapisan lendir tebal yang
melindunginya dari HCl. Ketika lambung sudah terlalu penuh atau ketika kita
2
kerongkongan yang tidak memiliki proteksi. HCl akan bereaksi dengan
umumnya dikenal sebagai heartburn dan juga ketika produksi asam lambung
peptikum (gastrik dan duodenal), dan jejas mukosa akibat stres. Pada semua
keadaan tersebut, terjadi erosi mukosa atau ulserasi bila efek kaustik yang
prostaglandin, aliran darah, dan proses restitusi dan regenerasi pasca jejas
sel). Lebih dari 99% ulkus peptikum disebabkan oleh infeksi bakteri
(OAINS). Obat yang digunakan dalam terapi kelainan asam peptik salah
satunya adalah agen yang menurunkan keasaman lambung dan agen yang
Prevalensi titik satu tahun dari ulkus petikum di AS adalah sekitar 1.8%,
dengan prevalensi seumur hidup dari 8-14% (Mark et al, 2005). Di Indonesia
ditemukan antara 6-15% terutama pada usia 20-50 tahun (Suyono, 2001).
3
Antasida memiliki banyak interaksi obat. Antasida dapat
jalur GIT (Gullgler and Algayer, 1990). Selain itu antasida juga dapat
terionisasi pada pH lambung, tetapi hemat larut air (Neuvonen and Kivist,
1994).
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan mengenai obat antasida.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui sifat fisik kimia dan rumus kimia antasida
b. Untuk mengetahui farmakologi umum dari antasida
c. Untuk mengetahui farmakodinamik antasida
d. Untuk mengatahui farmakokinetik antasida
e. Untuk mengatahui toksisitas dari obat antasida
1.3 Manfaat
A. Bagi Masyarakat
Meningkatkan wawasan masyarakat agar lebih memahami tentang apa
4
B. Bagi Penulis
Agar penulis lebih memahami bagaimana farmakologi umum,
BAB II
FARMASI FARMAKOLOGI
Antasida dibagi dalam dua golongan yaitu antasida sistemik dan antasida
a. Antasida Sistemik
5
1. Natrium bikarbonat
Misalnya soda kue dan alka seltzer (Katzung, 2010). Natrium
al,2012).
NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2
b. Antasida Non-Sistemik
dibandingkan dengan obat yang tidak larut lainnya, Al (OH) 3 dan sediaan
6
Ini mengadsorbsi pepsin dan menginaktivasinya. Absorpsi makanan
et al,2012).
Antasida Al tersedia dalam bentuk suspensi AL(OH)3 gek yang
dalam bentuk tablet Al (OH) 3 yang mengandung 50% AlO3. Satu gram
antasida yang efektif, karena mula kerjanya cepat, maka kerjanya lama
asam pada malam hari akan sangat tinggi yang akan mengurangi efek
dalam bentuk tablet 600 dan 1000 mg. Satu gram kalsium karbonat dapat
ini praktis tidak larut dan tidak efektif sebelum obat ini bereaksi dengan
7
memperlambat pengosongan dari lambung, sehingga memperpanjang
bereaksi akan tetap berada dalam lambung dan akan menetralisiskan HCI
(Estuningtias et al,2012).
Sediaan susu magnesium (milk of magnesia) berupa suspensi yang
mEq asam. Dosis yang dianjurkan 5-30Ml. Bentuj lain ialah tablet susu
adsorben yang baik; tidak hanya mengadsorpsi pepsin tetapi juga protein
dan besi dalam makanan. Mula kerja magnesium trisilikat lambat, untuk
untuk menetralkan 60% HCI 0,1 N diperlukan waktu satu jam. Ditinjau
sebagai antasida.
Magnesium trisilikat tersedia dalam bentuk tablet 500mg; dosis yang
8
dioksida. Satu gram magnesium trisilikat dapat menetralkan 13-17 mEq
asam.
penggunaan lokal.
Masa kerja sebagai antasida
netrolitiasis fosfat.
Aluminium Suspensi 4-5%
9
Kalsium Dosis: 2-3 g/hari Mula kerja cepat, masa kerja
keracunan oral.
1. Natrium Bikarbonat
10
Rumus molekul : NaHCO3
berbau
Berat molekul : 78,01 g/mol
Rumus molekul : Al(OH)3
Titik lebur : 300C (572 F)
Berat jenis (air=1) : 2,423
Larut : pelarut alkali, asam klorida
3. Kalsium Karbonat
11
Kelarutan :Gravitasi khusus (air=1) 2,7-2,9. pH 8-9 (larutan dalam
alkohol.
4. Magnesium Hidroksida
12
- Tidak bereaksi dengan HCl jika pada Mg(OH)2 terdapat garam-garam
ammonium
5. Magnesium Trisilikat
(Depkes RI, 1995)
Rumus Kimia : Mg2SiO63H2O
Berat Molekul : 260,86
Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol; terurai
klorpromazin
Stabilitas : Stabil pada PH Asam
Dosis : Dewasa : 500mg-1gr, sehari 1,5gr-3gr
Anak-anak : 75mg-250mg
Wadah : Dalam wadah tertutup baik
2.3 Farmakodinamik
Farmakodinamik merupakan suatu efek fisiologi dan biokimiawi obat
a. Khasiat
13
lemah yang bereaksi dengan asam hidroklorida lambung untuk
lambung tukak peptik akan hilang, tetapi tdak berarti pasien dalam tahap
cukup, pemilihan sediaan yang tidak tepat, sekresi asam lambung yang
sebaiknya dihindarkan (2) bentuk suspensi mula kerjanya lebih cepat dari
pada bentuk tablet, (3) urutan daya netralisasi asam oleh antasid dari
dihidroksi aluminium asetat, (4) campuran dua atau lebih antasid tidak
lebih baik dari pada satu antasid. Untuk menghilangkan konstipasi atau
14
diare lebih baik memberikan 2 preparat terpisah daripda sebagai
campuran.
Pada pasien tukak peptik yang berat pengobatan dengan antasid perlu
15
dan mengangkat kepala lebih tinggi pada saat tidur harus dimulai dan
dosis dua tablet atau 1 sendok makan empat kali sehari (setelah makan
3. Acid Ingestion
Meskipun kemanjuran antasida untuk menghilangkan gangguan
4. Upper GI Bleeding
perdarahan GI. Dalam satu studi terkontrol secara acak pada pasien sakit
(AHFS,2008).
5. Aspirasi Asam Lambung
Antasida telah diberikan sebagai profilaksis tambahan untuk
16
Efek hypophosphatemic aluminium yang mengandung antasida
2.4 Farmakokinetik
17
metabolisme atau biotransformasi serta ekskresi atau eliminasi obat (Joenoes,
2012).
jam setelah makan sampai 3 jam (Wehbi dkk, 2013) dalam Batubara 2014.
c. Ikatan Protein
18
Aluminium hidroksida dapat berikatan dengan protein sehingga
tidak hanya mengadsorpsi pepsin tetapi juga protein Dan besi dalam
dari aluminium yang ada dalam antasida diabsorpsi), yang tidak diabsorpsi
akan dibuang melalui urin, sisanya melalui feses (Wehbi dkk, 2013) dalam
1. Efek samping
antasida sistemik atau kalsium karbonat dan minum susu dalam jumlah
besar untuk jangka lama. Gejalanya adalah sakit kepala, iritabel, lemah,
19
mual dan muntah. Sindroma ini ditantai dengan hiperkalsemia, alkalosis
ringan, kalsifikasi dan terbentuknya batu ginjal serta gagl ginja kronik.
alkali susu.
b. Batu Ginjal, Osteomalasia dan Osteoporosis
Aluminium hidriksida dan fosfat dapat membentuk senyawa yang
sukar larut dalam susu halus, sehimgga mengurangi absorpsi fosfat dan
20
Hampir semua antasida mengandung natrium, sehingga perlu
Dalam sebuah laporan oleh Badan Zat Beracun dan Penyakit Terdaftar,
-durasi kronis paparan oral (365 hari atau lebih) (Becker, 2013).
diri, malu atau malu, Perasaan iritabilitas, agitasi atau jengkel (Zander,
2012).
21
dr. Rohimatul jannah dr Winda Alpiniawati
12700313 12700327
ttd
|| ttd
Pro : tuan Anton
Pro: an ima
Umur : 40 tahun
Alamat : surabaya
BAB III
PEMBAHASAN
Sejak review sebelumnya oleh Hurwitz yang diterbitkan pada tahun 1977
sejumlah besar laporan tentang interaksi obat dengan antasida telah muncul,
22
molekul kompleks tidak larut oleh metal ion chelation dengan berbagai antasida;
penyerapan tetrasiklin dapat menurun lebih dari 90% oleh karena interaksi ini.
secara signifikan dengan adanya antasida, dan konsentrasi rendah dari plasma
efek pada tekanan darah sistolik pasien. Penyerapan glikosida digoxin dan
digitoksin jantung tidak dihambat oleh antasida pada tingkat yang signifikan,
antasida yang diberikan cukup tinggi dan ketika obat diberikan secara bersamaan.
signifikan menurun dengan adanya natrium bikarbonat dan kalsium karbonat, tapi
23
ibuprofen dan piroksikam tidak terpengaruh dalam penyerapan mereka bila
waktu terjadinya konsentrasi plasma puncak dari obat (Gullgler and Algayer,
1990).
Penyerapan antasida di usus diatur oleh pH usus, kelarutan lemak dan pKa
tidak larut dalam air dan hanya terionisasi pada pH rendah, dalam hal itu
keasaman lambung memainkan bagian penting dalam interaksi ini. Demikian juga
antasida. Obat lain yang dipengaruhi oleh perubahannya oleh pH lambung antara
tetrasiklin serta ciprofloxacin yang dapat membentuk kelat (chelat) tidak larut
dengan Ca, Al, Bi dan besi, sehingga efek antibakteri yang dimilikinya akan
berkurang. Interaksi ini dapat dihindari apabila interval antara obat setidaknya 2-3
24
jam. Kelasi juga tampaknya memainkan peran penting dalam mengurangi
Perubahan dalam pH urin yang mengubah ekskresi obat asam lemah atau
ginjal. Implikasi dari mekanisme ini tercermin dalam pengobatan salisilat atau
antasida atau dengan mengasamkan urin. Asam askorbat dan obat asam (acid)
yang dilakukan Pertiwi, et al., (2014) didapat potensi interaksi obat yang terjadi
25
dengan berikatan dengan obat tersebut, sehingga menyebabkan penurunan
gugus fungsi 3-carbonyl dan 4-oxo pada molekul siprofloksasin. Kompleks yang
terbentuk adalah kompleks yang tidak larut dan tidak dapat diabsorbsi (Hussainet
efektivitas terapi antibiotika (Lacy, et al., 2005; Sultana et al., 2004). Antasida
(Sultana et al., 2004). Pemberian antasida 5-10 menit, 2 jam, dan 4 jam setelah
74%, dan 13%; serta mempengaruhi Area Under Curve (AUC) siprofloksasin
masing-masing sebesar 85%, 77%, dan 30% (Bolhuis et al., 2011). Interaksi ini
sebelum pemberian antasida, atau 6 jam setelah pemberian antasida. Selain itu,
26
receptor blockers atau Proton Pump Inhibitor karena tidak memiliki interaksi
pencernaan yang asam, akan membentuk kompleks dengan protein yang akan
kompleks yang tidak larut antara fluorokuinolon dan komponen aluminium dari
2005). AUC siprofloksasin yang diberikan secara oral menurun lebih dari 90%
82% dan hanya 4% (Pertiwi., 2015). Pada penelitian yang dilakukan Lee et al.
(dilakukan Lee et al., 1997). Interaksi fuorokuinolon dengan sukralfat juga dapat
27
Potensi antasida untuk berinteraksi dengan obat lainnya yang diminum
berkurangnya atau tertundanya penyerapan obat yang terkena. Namun, hal itu
terionisasi pada pH lambung, tetapi hemat larut air (sparingly water soluble).
28
efek hipoglikemik atau antikoagulan yang meningkat tak terduga berpotensi
asam klorida di dalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa
BAB IV
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Barbara et al. 2009. Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition. The McGraw-
Hill Companies. Pages 265-266.
Batubara, Chairil Amin(2014).Perbedaan Efektifitas Antasida, Ranitidin Dan
Omeprazol Dalam Pencegahan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Dan Pengaruhnya Terhadap Terjadinya Pneumonia Serta Outcome
Penderita Stroke Akut. Tesis Pada Prodi Neurologi FK USU. Medan
2014.
Becker, Lilian (2013). Safety Assessment of Alumina and Aluminum Hydroxide
as Used in Cosmetics. http://www.cir-safety.org/sites/default/files/
alumina.pdf
Bolhuis, M.S et al. 2011. Pharmacokinetic Drug Interactions of Antimicrobial
Drugs: A Systematic Review on Oxazolidinones, Rifamycines, Macrolides,
Fluoroquinolones, and Beta-Lactams. Pharmaceutics, 3, 865-913.
Departemen Kesehatan. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995.
Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Dewi, Fuzie E.K.(2015).Prarancangan Pabrik Magnesium Klorida Dari
Magnesium Hidroksida dan Asam Klorida Kapasitas 35.000 TON/Tahun.
Skripsi pada Prodi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Estuningtias et al, 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi5. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta. Hal 518-512.
Gugler R., Allgayer H., 1990. Effects of antacids on the clinical pharmacokinetics
of drugs. An update. Clin Pharmacokinet. 1990 Mar;18(3):210-9.
H. M. Lal, U. Lal. 2008. Drug Interactions - Mechanisms and Clinical
Implications. Medicine Update; Vol. 18, chapter 89, page 674-690
Hussain, F., Arayne, M.S., and Sultana. 2006. Interactions between sparfloxacin
and antacids dissolution and adsorption studies. N. Pak. J. Pharm. Sci.,
19 (1), 16-21.
Joenes. 2009. ARS Prescribendi Resep yang Rasional, edisi ke-5. Penerbit Buku
Airlangga Press, Surabaya
Katzung. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi-10. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal 1048
Krewski D, Yokel R A, Nieboer E, Borchelt D, Cohen J, Harry J. 2007. Human
Health Risk Assessment For Aluminium, Aluminium Oxide, And
Aluminium Hydroxide. world-aluminium; 1-769
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance, L.L. (Eds.). (2005). Drug
Information Handbook 17th Edition. Ohio : Lexi-Comp Inc.
Lee, L.J., Hafkin, B., Lee, I.D., Hoh, J., and Dix, R. (1997). Effects of food and
sucralfate on a single oral dose of 500 milligrams of levofloxacin in
healthy subjects. Antimicrob. Agents Chemother, 41(10), 2196-2200.
31
Mark et al. 2005. Peptic Ulcer Disease. Guidelines for Clinical Care, University
of Michigan Health System.
Mark et al. 2005. Peptic Ulcer Disease. Guidelines for Clinical Care, University
of Michigan Health System.
Neuvonen Pertti J, Kivist Kari T. 1994. Enhancement of Drug Absorption by
Antacids An Unrecognised Drug Interaction. Springer International
Publishing; Volume 27, Issue 2, pp 120-128
Pertiwi, G.A.E., Niruri, R., Tanasale, J.D., Erlangga, I.B.E. (2014). Potensi
Interaksi Obat Pada Penggunaan Antibiotika Golongan Florokuinolon
Dari Pasien Dewasa Dengan Demam Tifoid. Jurnal Universitas Udayana.
Bali.
Saputri, Dian. 2013. Makalah Kimia Farmasi II, Obat-Obat Saluran Pencernaan.
Kemenkes RI Pangkal Pinang.
Sari, Dewi. 2010. Formulasi Sediaan Tablet Fast Disentegrating Antasida dengan
Explotab Sebagai Bahan Penghancur dan Starlac sebagai Bahan Pengisi.
Universitas Muhamad Surakarta. PDF
Sihombing M. 2015. Penetapan Kadar Aluminium Hidroksida Dalam Sediaan
Tablet Antasida Yang Beredar Di Kota Medan Dengan Metode
Kompleksometri. Sumatra Utara. repository.usu.ac.id.
Sultana, N., Arayne, M.S., and Hussain, F. (2005). In Vitro Monitoring of
Ciprofloxacin Antacids Interactions by UV & HPLC. Pak. J. Pharm. Sci.,
18(4), 23-31.
Susiloningtyas, Is. (2012). Pemberian Zat Besi (Fe) Dalam Kehamilan.
Makalah Ilmiah Universitas Sultan Agung. Semarang
Suyono S. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Ed III: Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sweetman, S.C. (Ed.). (2009). MartindaleThe Complete Drug Reference 36th
edition. Grayslake: Pharmaceutical Press.
Thompson, Grant. 2009. Antacids. International Foundation for Funcitional
Gastrointestinal Disorders.
Tomina, O.E dkk. (2014). Antacids Clinical Pharmacology. Journal of V. N.
Karazin` KhNU. 1141. 2014.
Wahyuningtyas Ika, 2010. Formulasi Sediaan Tablet Fast Disintegrating Antasida
Dengan Primojel Sebgai Bahan Penghancur Dan Manitol Sebagai Bahan
Pengisi. Surakarta. eprints.ums.ac.id. 3-16.
Zander Andrea M. 2012. Part II: Toxic Metals and Minerals: Sources and
Symptoms All the toxic metals can be passed from mother to child via the
placenta. Toxic/Poisoning: Sources and Symptoms of Specific Heavy
Metals. Roblongo; 1-4
32
33