LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. X
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
B. ANAMNESA
Informasi diperoleh secara heteroanamnesis karena pasien tidak koorperatif dan tidak
dapat berkomunikasi dengan baik, anamnesis dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2016 saat
pasien sudah sekitar 2 hari diruangan Bougenvil Kelas III laki-laki, RSUD dr.Moh Saleh
Probolinggo.
1. Keluhan Utama
Pasien susah buang air kecil
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien tidak bisa buang air kecil sejak 2 bulan yang lalu dan merasa nyeri saat
harus menunggu beberapa saat untuk mengelurkan air kencing, terdapat juga
kencing yang menetes. Setelah kencing, pasien masih ingin kencing lagi karena
merasa tidak puas seolah-olah belum tuntas, pasien juga sering terbangun malam
hari untuk buang air kencing dan terkadang sulit ditahan sehingga pasien sering
buang air kecil di tempat tidur. Setelah itu pasien datang ke puskemas tapi karena
1
di puskesmas tersebut tidak terdapat kateter, pasien dirujuk ke RS Moh Saleh
pasang kateter dan berkonsul beberapa kali, baru lah keluarga pasien ingin pasien
(-)
b. Thorax
Jantung
Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-), deformitas (-),
Jejas(-)
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : S1 dan S2 reguler, tunggal, murmur (-), gallop (-)
Paru
2
Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-), gerak nafas
c. Abdomen
Perkusi : Timpani
d. Ekstremitas
5. Status Urologi
a. Regio Flank
Inspeksi : Bentuk pinggang simetris, benjolan -/-, jejas -/-
Palpasi : Bimanual Ballotement ginjal -/-
Perkusi : flank tets -/-
b. Regio suprapubik
Inspeksi : penonjolan (+)
Palpasi : nyeri (+)
c. Regio penoscrotal
Inspeksi : Orifisium uretra eksterna normal, terpasang DC (+)
Palpasi : Testis teraba dua buah kanan dan kiri, konsistensi kenyal
3
c. Mukosa rektum licin
berdungkul-dungkul
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. USG
4
Pembacaan hasil usg :
3. Pemeriksaan PSA
5
Tidak Kurang Kurang Kadang- Lebih Hampir Skor
dalam h (50%)
lima
kali
Selama sebulan terakhir, 0 1 1 3 4 5
berkemih?
Selama sebulan terakhir , 0 1 2 3 4 5
kencing terputus-putus?
Selama sebulan terakhir, 0 1 2 3 4 5
berkemih?
Selama sebulan terakhir, Tidak ada 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali 5 kali
0 1 2 3 4 5
seberapa sering anda harus
6
sejak mulai tidur pada
hari?
Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 31
Senang senang Pada Campuran Pada Tidak Buruk
tidak
puas
Seandainya anda harus 0 1 2 3 4 5 6
Resume
a. Anamnesis
Pasien laki-laki berumur 55 tahun datang dengan keluhan
1. Nyeri saat buang air kecil
2. Keluhan dirasakan sudah 2 bulan yang lalu
3. Pasien harus menunggu saat kencing serta harus mengedan agar air
kecingnya keluar
4. Pasien merasakan buang air kecil tidak tuntas atau tidak puas
5. Pasien merasa pancaran miksi yang lemah
6. Pasien merasa buang air kecil menjadi sering dan air kencing yang
keluar menetes
7. Pasien sering terbangun pada malam hari untuk kencing dan sulit
7
Inspeksi : bentuk pinggang simetris, benjolan (+)
Palpasi : bimanual ballotement ginjal -/-
Perkusi : flank test -/-
b. Regio suprapubik
Inpeksi : penonjolan (+)
Palpasi : nyeri tekan (+)
(+)
Palpasi :Testis teraba dua buah kanan dan kiri,
konsistensi kenyal
d. Regio Penoscrotal
Inspeksi: Orifisium uretra eksterna normal, terpasang DC (+)
Palpasi : Testis teraba dua buah kanan dan kiri,
konsistensi kenyal
Pemeriksaan Rectal toucher :
Kelainan kulit disekitar anus (-)
Tonus spincter ani mencengkram kuat
Mukosa rektum licin
Ampula recti kesan normal
Prostat : teraba prostat membesar, konsistensi padat lunak,
F. Planning
Pre Operasi:
8
Inform Concent
Puasa 8 jam
Infus RL
Pemberian antibiotik (intravena)
Operasi :
Prostatektomi terbuka (TVP= Transvesika prostatika)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
prostat. Penyebab dari BPH tidak diketahui secara jelas, tetapi beberapa hipotesis
9
menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar
menyempit dan menekan dasar dari kandung kemih. Penyempitan ini dapat
intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih
kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan
perubahan anatomi kandung kemih, dimana perubahan struktur ini oleh penderita
adalah istilah umum untuk menjelaskan berbagai gejala berkemih yang dikaitkan
dengan BPH. Keluhan pasien BPH berupa LUTS terdiri atas gejala obstruksi (voiding
merupakan penghasil cairan semen yang hanya dihasilkan oleh pria. Prostat berbentuk
pada umumnya memiliki ukuran dengan panjang 1,25 inchi atau kira kira 3 cm,
10
Dalam hubungannya dengan organ lain, batas atas prostat bersambung dengan
leher bladder atau kandung kemih. Di dalam prostat didapati uretra. Sedangkan batas
bawah prostat yakni ujung prostat bermuara ke eksternal spinkter bladder yang
terbentang diantara lapisan peritoneal. Pada bagian depannya terdapat simfisis pubis
bladder atau kandung kemih. Sedangkan Fascia Denonvilliers berada pada bagian
belakang.
C. Fisiologi
fisiologi prostat adalah suatu alat tubuh yang tergantung kepada pengaruh
endokrin. Pengetahuan mengenai sifat endokrin ini masih belum pasti. Bagian yang
peka terhadap estrogen adalah bagian tengah, sedangkan bagian tepi peka terhadap
11
androgen. Oleh karena itu pada orang tua bagian tengahlah yang mengalami
bertambah. Sel-sel kelenjar prostat dapat membentuk enzim asam fosfatase yang
paling aktif bekerja pada pH 5. Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang
berwarna putih susu dan bersifat alkalis. Cairan ini mengandung asam sitrat, asam
fosfatase, kalsium dan koagulase serta fibrinolisis. Selama pengeluaran cairan prostat,
kapsul kelenjar prostat akan berkontraksi bersamaan dengan kontraksi vas deferen dan
cairan prostat keluar bercampur dengan semen yang lainnya. (Purnomo, 2009).
Cairan prostat merupakan 70% volume cairan ejakulat dan berfungsi
memberikan makanan spermatozon dan menjaga agar spermatozon tidak cepat mati di
dalam tubuh wanita, dimana sekret vagina sangat asam (pH: 3,5-4). Cairan ini
dialirkan melalui duktus skretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian
dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Volume cairan
prostat kurang lebih 25% dari seluruh volume ejakulat. Dengan demikian sperma
dapat hidup lebih lama dan dapat melanjutkan perjalanan menuju tuba uterina dan
menetralkan keasaman cairan dan lain tersebut setelah ejakulasi dan sangat
meningkatkan pergerakan dan fertilitas sperma Etiologi Hingga sekarang masih belum
(DHT) dan proses menua. Terdapat perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi
pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi
perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan angka
kejadiannya sekitar 50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar 80%, dan usia
12
Etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga
menjadi penyebab timbulnya Benigna Prosat, teori penyebab BPH menurut Purnomo
antara estrogen dan testosteron), faktor interaksi stroma dan epitel-epitel, teori
androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Aksis
hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrotestosteron (DHT) dalam sel
prostad merupakan factor terjadinya penetrasi DHT kedalam inti sel yang dapat
dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada
prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5alfa reduktase dan jumlah
reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada
BPH lebih sensitive terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi
yang semakin tua, terjadi penurunan kadar testosteron sedangkan kadar estrogen
relative tetap, sehingga terjadi perbandingan antara kadar estrogen dan testosterone
meningkat, tetapi sel-sel prostat telah ada mempunyai umur yang lebih panjang
prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator
13
yang disebut Growth factor. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT
dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
sel-sel epitel maupun sel stroma. Basic Fibroblast Growth Factor (bFGF) dapat
menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada
pasien dengan pembesaran prostad jinak. bFGF dapat diakibatkan oleh adanya
prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasi dan fragmentasi sel, yang selanjutnya sel-
sel yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel di sekitarnya, kemudian
didegradasi oleh enzim lisosom. Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara
laju poliferasi sel dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai
pada prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati dalam
keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat baru dengan prostat yang
Didalam kelenjar prostat istilah ini dikenal dengan suatu sel stem, yaitu sel yang
14
Hiperplasi prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa
majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai
proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa.
Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot
perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-
lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostad, resistensi pada leher buli-
buli dan daerah prostad meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang
sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase
dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bisa mengosongkan vesika
urinaria dengan sempurna, maka akan terjadi statis urin. Urin yang statis akan menjadi
alkalin dan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. ( Baradero, dkk 2007)
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapat mengakibatkan
aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin yang menetes, kencing
kesulitan untuk memulai berkemih (hesitansi). Gejala iritasi juga menyertai obstruksi
urin. Vesika urinarianya mengalami iritasi dari urin yang tertahan tertahan didalamnya
sehingga pasien merasa bahwa vesika urinarianya tidak menjadi kosong setelah
berkemih yang mengakibatkan interval disetiap berkemih lebih pendek (nokturia dan
frekuensi), dengan adanya gejala iritasi pasien mengalami perasaan ingin berkemih
yang mendesak/ urgensi dan nyeri saat berkemih /disuria. (Purnomo, 2009).
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi,
ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat
15
bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi penderita harus mengejan sehingga lama
kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat
menyebabkan terbentuknya batu endapan didalam kandung kemih. Batu ini dapat
menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat juga
keluhan diluar saluran kemih. Menurut Purnomo (2011) Tanda dan gejala dari BPH
yaitu : keluhan pada saluran kemih bagian bawah, gejala pada saluran kemih bagian
urin tidak bisa keluar), hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran miksi lemah,
Intermiten (kencing terputus-putus), dan miksi tidak puas (menetes setelah miksi)
b. Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi yang
sluran kemih bagian atas berupa adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang,
inguinalis atau hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada
saan miksi sehingga mengakibatkan tekanan intraabdominal. Adapun gejala dan tanda
lain yang tampak pada pasien BPH, pada pemeriksaan prostat didapati membesar,
kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan, anoreksia, mual dan muntah, rasa tidak
nyaman pada epigastrik, dan gagal ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan
16
1. Observasi Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Pasien
dianjurkan untuk mengurangi minum setelah makan malam yang ditujukan agar
mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak
yang berat agar perdarahan dapat dicegah. Ajurkan pasien agar sering
dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat urofometri
dehidrotestosteron (DHT).
17
Adapun obat-obatan yang sering digunakan pada pasien BPH, diantaranya :
trigonum, leher vesika, prostat, dan kapsul prostat sehingga terjadi relakasi
didaerah prostat. Obat-obat golongan ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan
laju pancaran urin. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika
sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang. Biasanya pasien
memakai obat. Efek samping yang mungkin timbul adalah pusing, sumbatan di
hidung dan lemah. Ada obat-obat yang menyebabkan ekasaserbasi retensi urin
dekongestan, obatobat ini mempunyai efek pada otot kandung kemih dan sfingter
uretra
2. Pengahambat enzim 5 alfa reduktase Obat yang dipakai adalah finasteride
(proscar) dengan dosis 1X5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat
pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil. Namun obat
ini bekerja lebih lambat dari golongan alfa bloker dan manfaatnya hanya jelas
pada prostat yang besar. Efektifitasnya masih diperdebatkan karena obat ini baru
pengobatan bila dilakukan terus menerus, hal ini dapat memperbaiki keluhan
18
miksi dan pancaran miksi. Efek samping dari obat ini diantaranya adalah libido,
repeus dll. Afeknya diharapkan terjadi setelah pemberian selama 1- 2 bulan dapat
H. Terapi Bedah
Pembedahan adalah tindakan pilihan, keputusan untuk dilakukan pembedahan
didasarkan pada beratnya obstruksi, adanya ISK, retensio urin berulang, hematuri,
tanda penurunan fungsi ginjal, ada batu saluran kemih dan perubahan fisiologi pada
prostat. Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung pada beratnya
gejala dan komplikasi. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) intervensi bedah yang
insisi abdomen. Insisi dibuat dikedalam kandung kemih, dan kelenjar prostat
diangat dari atas. Teknik demikian dapat digunakan untuk kelenjar dengan segala
ukuran, dan komplikasi yang mungkin terjadi ialah pasien akan kehilangan darah
yang cukup banyak dibanding dengan metode lain, kerugian lain yang dapat
terjadi adalah insisi abdomen akan disertai bahaya dari semua prosedur bedah
abdomen mayor.
2. Prostatektomi perineal Adalah suatu tindakan dengan mengangkat kelenjar
melalui suatu insisi dalam perineum. Teknik ini lebih praktis dan sangat berguan
untuk biopsy terbuka. Pada periode pasca operasi luka bedah mudah
19
mungkin terjadi dari tindakan ini adalah inkontinensia, impotensi dan cedera
rectal.
3. Prostatektomi retropubik Adalah tindakan lain yang dapat dilakukan, dengan cara
insisi abdomen rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan
kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Teknik ini sangat tepat untuk
kelenjar prostat yang terletak tinggi dalam pubis. Meskipun jumlah darah yang
hilang lebih dapat dikontrol dan letak pembedahan lebih mudah dilihat, akan
meninggalkan atau bekas sayatan serta waktu operasi dan waktu tinggal
dirumah sakit lebih singkat.Komplikasi TURP adalah rasa tidak enak pada
terlalu besar atau prostat fibrotic. Indikasi dari penggunan TUIP adalah
keluhan sedang atau berat, dengan volume prostat normal/kecil (30 gram
20
atau kurang). Teknik yang dilakukan adalah dengan memasukan
instrument kedalam uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat
dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan
pada pasien dengan prostat kecil, kurang dari 40 cm3. Meskipun dapat
21
d. Pemasangan stent uretra atau prostatcatth yang dipasang pada uretra
lumen uretra prostatika. Pemasangan alat ini ditujukan bagi pasien yang
tinggi.
I. Komplikasi
5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus berlanjut
maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin yang akan
7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk batu
endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula
8. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada waktu miksi
22
J. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Purnomo (2011) dan Baradero dkk (2007) pemeriksaan penunjang
adanya sel leukosit, bakteri dan infeksi. Pemeriksaan kultur urin berguna untuk
antimikroba.
b. Pemeriksaan faal ginjal, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang
menegenai saluran kemih bagian atas. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah
perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA 10 ng/ml.
2. Radiologis/pencitraan Menurut Purnomo (2011) pemeriksaan radiologis bertujuan untuk
memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi bulibuli dan volume residu
urin serta untuk mencari kelainan patologi lain, baik yang berhubungan maupun tidak
kemih, adanya batu/kalkulosa prostat, dan adanya bayangan buli-buli yang penuh
dengan urin sebagai tanda adanya retensi urin. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik
sebagai tanda metastasis dari keganasan prostat, serta osteoporosis akbibat kegagalan
ginjal.
b. Pemeriksaan Pielografi intravena ( IVP ), untuk mengetahui kemungkinan adanya
kelainan pada ginjal maupun ureter yang berupa hidroureter atau hidronefrosis. Dan
prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter dibagian distal yang
penyulit yang terjadi pada buli-buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel atau sakulasi
buli-buli.
23
c. Pemeriksaan USG transektal, untuk mengetahui besar kelenjar prostat, memeriksa
mengukur sisa urin dan batu ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli, dan mencari
BAB III
ANALISIS KASUS
24
Diagnosis pada pasien ini adalah :
A. S ( Subjective )
Anamnesis :
Pasien tidak bisa buang air kecil sejak 2 bulan yang lalu dan merasa nyeri saat
saat untuk mengelurkan air kencing, terdapat juga kencing yang menetes. Setelah
kencing, pasien masih ingin kencing lagi karena merasa tidak puas seolah-olah
belum tuntas, pasien juga sering terbangun malam hari untuk buang air kencing
dan terkadang sulit ditahan sehingga pasien sering buang air kecil di tempat tidur.
Setelah itu pasien datang ke puskemas (tidak disebutkan puskesmas mana) tapi
Saleh Probolinggo, pasien datang ke poli bedah untuk dipasang kateter setelah di
pasang kateter dan berkonsul beberapa kali, baru lah keluarga pasien ingin pasien
keluar
4. Pasien merasakan buang air kecil tidak tuntas atau tidak puas
5. Pasien merasa pancaran miksi yang lemah
6. Pasien merasa buang air kecil menjadi sering dan air kencing yang keluar
menetes
7. Pasien sering terbangun pada malam hari untuk kencing dan sulit ditahan
dikeluhkan pada pasien BPH. Gejala obstruksi disebabkan oleh karena detrusor
25
gagal berkontraksi cukup kuat atau gagal berkontraksi dengan cukup lama
karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat
redup kemungkinan adalah cairan akibat retensi urine sehingga kandung kemih
penuh.
b. Regio anal
Pada pemeriksaan colok dubur atau rectal toucher adalah pemeriksaan yang
termasuk jinak atau ganas. Pada pemeriksaan colok dubur atau rectal toucher
ini di dapatkan tonus sphincter ani mencengkram jari pemeriksa dengan kuat,
mukosa rectum licin, ampula recti kesan normal, dan pada prostat konsistensi
padat kenyal, sulkus mediana tidak teraba jelas, puncak prostat tidak dapat
prostat yaitu apabila pada saat colok dubur batas atas prostat masih dapat
dicapai dengan ujung jari maka secara empiris dapat diperkirakan besar prostat
kurang dari 60gram dan sebaliknya bila batas atas prostat tidak bisa dicapai
dengan ujung jari maka diperkirakan besar prostat lebih dari 60gram. Besar
26
menggunakan operasi terbuka atau tertutup. Karena ukuran besar prostat
pasien ini diperkirakan >60 gram maka akan dilakukan prostatektomi terbuka
ng/mL dan pada pasien ini didapatkan kadar PSA 15,58 ng/mL, penyebab
Symptom Score ( IPSS ) skor ini berguna untuk menilai dan memantau
pasien yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan tentang tindakan
mulai 24.00 WIB) tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk
27
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
operasi. Diharapakan pada saat operasi sudah mencapai kadar optimal yang
merupakan cara yang paling efisien. Tindakan operasi dilakukan pada pasien ini
karena skor IPSS >18, terdapat retensi urin berulang/akut. Tindakan operatif yang
pasien memenuhi indikasi sebagai berikut : pasien dengan besar prostat > 60gram,
prostat yang besar yang diperkirakan tidak bisa di reseksi dengan sempurna dalam
28
- Minum banyak air (2000-3000cc)
- Edukasi, hindari : aktivitas berat, aktivitas seksual 6 minggu, konstipasi.
BAB IV
KESIMPULAN
kelenjar periuretral.
2. Hyperplasia prostat mempunyai angka kejadian yang
29
4. Gejala obstruktif berupa harus menunggu pada
permulaan miksi (Hesitency), pancaran miksi yang lemah (Poor stream), miksi terputus
(Intermitency), menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling), rasa belum puas sehabis
(Frequency), nokturia, miksisulit ditahan (Urgency), nyeri pada waktu miksi (dysuria).
6. Tanda-tanda obyektif hiperplasi prostat adalah
pembesaran prostat, pengurangan laju pancaran urin, dan volume residu urin yang
benar.
7. Derajat beratnya obstruksi pada hyperplasia prostat
tidak bergantung pada ukuran besar prostat melainkan ditentukan oleh volume residu
menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada pemeriksaan colok dubur dan sisa
penatalaksanaannya.
9. Komplikasi BPH seperti infeksi buli-buli,
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M dan Dayrit, M. 2007. Seri Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem
Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC
Presti, J.C., 2004. Neoplasms of the Prostate Cancer. In: Tanagho, E.A., McAninch,
J.W., Smiths General Urology, Sixteenth edition. USA: The McGraw-Hill
Companies, 367-384
Purnomo,B.B.,2009.DasardasarUrologi,Edisikedua.Jakarta:SagungSeto,69
83
30
Sjamsuhidayat, R. dan De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Copy Editor: Adinda
Candralela. EGC : Jakarta
Smeltzer, S dan Bare, B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth, Edisi 8, Volume 2, Alih bahasa oleh Kuncara..(dkk). Jakarta : EGC
Tanagho, E.A., 2004. Anatomy of the Genitourinary Tract. In: Tanagho, E.A.,
McAninch, J.W., Smiths General Urology, Sixteenth edition. USA: The
McGraw-Hill Companies, 10-12
31