Anda di halaman 1dari 7

Tugas Individu Resume

“Analisis berbagai jenis aspek pertumbuhan dan perkembangan anak”


(Astri Purwanti/ 23330001)
MATKUL: LANDASAN PEDAGOGIK
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Padang (UNP)
(astripurwanti@yahoo.com/ astripurwanti91@admin.paud.belajar.id)

1. Pertumbuhan Fisik dan Peranan Gizi (Growth and Nutrition)


Pertumbuhan fisik adalah bagian penting dari perkembangan anak usia dini. Peranan gizi
yang memadai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berikut penjelasan lebih detail (Wardle, J., & Llewellyn, C. (2012):
a. Pertumbuhan Fisik: Anak usia dini mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat.
Mereka tumbuh dalam tinggi, berat badan, dan ukuran tubuh lainnya. Pertumbuhan ini
mencakup perkembangan organ-organ internal dan sistem-sistem tubuh seperti otak,
tulang, dan otot. Pertumbuhan yang sehat adalah indikator penting perkembangan anak.
b. Peranan Gizi: Nutrisi dan gizi memainkan peranan utama dalam mendukung
pertumbuhan anak. Makanan yang mengandung berbagai nutrisi penting seperti
protein, vitamin, mineral, karbohidrat, dan lemak sangat diperlukan. Ini membantu
dalam pembentukan sel-sel tubuh dan jaringan, termasuk otak, serta dalam penyediaan
energi yang dibutuhkan untuk beraktivitas.
c. Pentingnya Pola Makan Seimbang: Pola makan seimbang adalah kunci dalam
memberikan gizi yang cukup untuk anak. Ini berarti menyediakan makanan yang
mencakup berbagai kelompok makanan seperti buah, sayuran, daging, susu, dan biji-
bijian. Pola makan seimbang membantu memenuhi kebutuhan gizi anak untuk tumbuh
dan berkembang secara optimal.
d. Pengaruh Gizi Terhadap Kesehatan: Kekurangan nutrisi dapat berdampak negatif pada
pertumbuhan dan kesehatan anak. Kekurangan gizi seperti kekurangan zat besi, vitamin
A, atau asam folat dapat menyebabkan masalah kesehatan dan perkembangan.
Makanan yang mengandung nutrisi tersebut sangat penting dalam asupan anak.
e. Pemberian ASI (Air Susu Ibu): Pemberian ASI pada bayi adalah contoh penting dalam
peranan gizi. ASI mengandung nutrisi yang sangat baik untuk perkembangan bayi,
termasuk antibodi yang mendukung sistem kekebalan tubuh bayi. ASI disarankan
sebagai makanan utama bayi hingga usia 6 bulan.
2. Motorik Skill atau Pengembangan Kinetik: Berbalik Tengkurap, Duduk,
Merangkak, Berdiri/Tegak, Berjalan, Berlari, dan Melompat.
Pengembangan motorik adalah aspek penting dari perkembangan anak usia dini.
Ini mencakup kemampuan fisik dan koordinasi tubuh. Berikut penjelasan tentang beberapa
langkah perkembangan motorik anak, yang biasanya diidentifikasi pada usia dini, beserta
referensi (Payne, V. G., & Isaacs, L. D. (2017):
a. Berbalik Tengkurap: Biasanya, bayi dapat membalikkan diri dari posisi tengkurap ke
posisi terlentang sekitar usia 4 hingga 6 bulan. Ini adalah langkah awal dalam
perkembangan motorik bayi dan menunjukkan perkembangan otot leher dan punggung
yang lebih kuat.
b. Duduk: Bayi biasanya mulai duduk tanpa bantuan sekitar usia 6 hingga 7 bulan. Ini
adalah langkah penting dalam perkembangan motorik, karena bayi dapat lebih aktif dan
mulai mengamati dunia di sekitarnya dari posisi duduk.
c. Merangkak: Merangkak adalah langkah berikutnya dalam perkembangan motorik bayi.
Ini bisa dimulai sekitar usia 7 hingga 10 bulan. Bayi merangkak untuk mengeksplorasi
lingkungan mereka.
d. Berdiri/Tegak: Saat anak mulai berdiri dengan dukungan atau berpegangan, ini
menunjukkan perkembangan otot kaki yang kuat. Biasanya dimulai sekitar usia 9
hingga 12 bulan.
e. Berjalan: Langkah berjalan adalah salah satu tonggak penting dalam perkembangan
motorik. Bayi biasanya mulai berjalan sekitar usia 12 hingga 18 bulan. Ini adalah tahap
di mana mereka mulai menjelajahi dunia mereka dengan lebih mandiri.
f. Berlari dan Melompat: Setelah mampu berjalan, anak akan mulai berlari dan bahkan
melompat, yang merupakan tanda perkembangan motorik yang lebih lanjut. Ini
biasanya terjadi saat anak mencapai usia prasekolah.
g. Pengembangan motorik adalah aspek penting dalam perkembangan anak karena
memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan dunia sekitarnya dan membangun
keterampilan fisik yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari.
3. Peran Pelatih (Trainer) dalam Menghadapi Kondisi yang Dialami Anak
Peran pelatih atau guru sangat penting dalam membantu anak mengatasi berbagai kondisi
yang mereka alami selama masa perkembangan. Pelatih berperan dalam membimbing dan
memberikan dukungan kepada anak. Berikut penjelasan mengenai peran pelatih dalam
menghadapi kondisi yang dialami anak Pianta, (R. C., & Kraft-Sayre, M. (2003):
a. Pengenalan dan Pemahaman: Pelatih perlu mengenali kondisi atau tahap
perkembangan yang sedang dialami anak. Ini mencakup pemahaman tentang tahap
perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan sosial anak. Dengan pemahaman ini,
pelatih dapat merencanakan pembelajaran yang sesuai.
b. Pengaturan Lingkungan: Pelatih dapat mengatur lingkungan pembelajaran agar sesuai
dengan kebutuhan anak. Ini mencakup penyediaan bahan, mainan, atau peralatan yang
mendukung perkembangan anak.
c. Stimulasi Perkembangan: Pelatih harus merancang kegiatan yang merangsang
perkembangan anak. Ini dapat mencakup permainan, latihan motorik, aktivitas
kognitif, dan latihan emosional. Tujuannya adalah memastikan anak terlibat dalam
aktivitas yang mendukung perkembangannya.
d. Kepedulian dan Perhatian: Pelatih harus memperlihatkan perhatian dan kepedulian
terhadap anak. Ini mencakup mendengarkan cerita anak, merespon pertanyaan mereka,
dan memberikan dukungan emosional.
e. Evaluasi dan Pemantauan: Pelatih juga harus melakukan evaluasi perkembangan anak
secara teratur. Ini membantu mereka memahami apakah anak mencapai tonggak-
tonggak perkembangan yang diharapkan.
f. Kolaborasi dengan Orang Tua: Pelatih perlu berkolaborasi dengan orang tua atau wali
anak. Mereka dapat saling berbagi informasi tentang perkembangan anak dan
mendiskusikan cara terbaik untuk mendukung anak.
g. Pemecahan Masalah: Jika anak menghadapi masalah atau kesulitan dalam
perkembangan, pelatih harus mencari solusi dan strategi yang sesuai untuk membantu
anak mengatasi masalah tersebut.
h. Peran pelatih sangat penting dalam membantu anak menghadapi berbagai kondisi dan
tahap perkembangan mereka. Dengan dukungan dan bimbingan yang tepat, anak dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.
4. Perkembangan Sensori dan Hubungannya dengan Alat Indra pada Anak
Perkembangan sensori mengacu pada kemampuan anak untuk mengenali dan
merespons rangsangan dari lingkungan melalui alat indra mereka. Ini adalah tahap penting
dalam perkembangan anak, karena melalui sensori mereka mulai memahami dunia di
sekitar mereka. Berikut penjelasan mengenai perkembangan sensori dan hubungannya
dengan alat indra pada anak (Woolfson, R. C., Grant, A., McMillan, K., & West, R. (2004):
a. Alat Indra:
 Bunyi (Suara): Sejak lahir, bayi mampu mendengar suara-suara di sekitarnya.
Mereka akan merespons dengan menggerak-gerakkan tangan atau merespons
suara-suara yang dikenali, seperti suara ibu atau ayah.
 Cahaya dan Rupa: Mata adalah alat indra yang memungkinkan anak untuk
melihat dunia sekitarnya. Perkembangan penglihatan terjadi sejak bayi lahir
hingga mencapai kemampuan penglihatan yang lebih baik.
 Suhu: Anak mulai merespons perubahan suhu di sekitarnya. Mereka dapat
merasa nyaman atau tidak nyaman ketika terlalu panas atau terlalu dingin.
 Rasa Pahit, Asam, Manis: Bayi memiliki kemampuan untuk merasakan
berbagai rasa. Ini adalah tahap awal pengenalan makanan dan penentuan
preferensi rasa.
 Haus dan Lapar: Anak mampu merasakan sensasi haus dan lapar, yang
merupakan sinyal untuk mengonsumsi makanan atau minuman.
b. Perkembangan Sensori:
 Sensori Tactile (Perabaan): Ini mencakup perkembangan kemampuan perabaan
atau sentuhan. Bayi akan bereaksi terhadap sentuhan lembut atau kasar dan
mulai mengeksplorasi benda-benda dengan menyentuhnya.
 Sensori Visual: Perkembangan penglihatan adalah salah satu aspek sensori
yang paling penting. Anak mulai mengenali warna, bentuk, dan perbedaan
visual lainnya.
 Sensori Auditif (Pendengaran): Bayi akan merespons suara-suara di sekitarnya,
bahkan bisa mengidentifikasi suara-suara tertentu.
 Sensori Olfaktori (Penghidu): Anak mulai mengenali berbagai bau. Ini dapat
memengaruhi respon mereka terhadap makanan dan lingkungan sekitarnya.
 Sensori Gustatori (Pengecapan): Anak-anak mulai mengembangkan preferensi
rasa dan merespons makanan yang berbeda.

Perkembangan sensori ini adalah dasar bagi anak-anak untuk memahami dunia dan orang-
orang di sekitar mereka. Mereka mulai mengeksplorasi dunia melalui indra mereka dan
membangun pengetahuan tentang lingkungan serta cara berinteraksi dengan dunia ini.

5. Bagaimana Pendidikan Anak Usia Dini (AUD) Merespons Perasaan yang dialami
Annak.

Pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat penting dalam merespons
perasaan anak. Dalam mengelola perasaan anak, penting bagi pendidik di AUD untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional anak. Berikut adalah
beberapa langkah dan cara pendidikan AUD dapat merespons perasaan yang dialami anak
(Denham, S. A., & Brown, C. (2010):

a. Penciptaan Lingkungan Aman: Penting untuk menciptakan lingkungan di mana anak


merasa aman dan nyaman. Perasaan keamanan adalah dasar dari perkembangan
emosional yang sehat. Guru dan staf di AUD harus berperilaku konsisten dan
memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anak.
b. Pendekatan yang Hangat dan Empati: Anak-anak pada usia dini seringkali mengalami
perasaan seperti cemas, takut, atau bahkan frustrasi. Guru perlu memiliki pendekatan
yang hangat dan empati dalam merespons perasaan tersebut. Misalnya, jika seorang
anak sedang marah, guru bisa membantunya merasa dimengerti dan mengajarkan cara
mengatasi kemarahan dengan kata-kata yang sesuai.
c. Mengajarkan Keterampilan Emosional: Pendidik di AUD dapat mengajarkan anak-
anak keterampilan dasar untuk mengelola emosi mereka. Ini bisa melibatkan
pengajaran pengenalan emosi, mengenali perasaan, dan cara ekspresi yang sehat.
Misalnya, anak-anak diajarkan cara mengatakan apa yang mereka rasakan.
d. Bercerita dan Aktivitas Kreatif: Menggunakan cerita dan aktivitas kreatif dapat
membantu anak-anak menyampaikan perasaan mereka. Aktivitas seperti melukis,
bermain peran, atau membaca cerita yang berhubungan dengan emosi dapat membantu
anak-anak mengenali dan berbicara tentang perasaan mereka.
e. Mendorong Interaksi Sosial: Interaksi sosial yang sehat membantu anak-anak
memahami dan merespons perasaan orang lain. Pendidik di AUD dapat menciptakan
peluang untuk bermain dan berinteraksi dengan teman sebaya, sehingga anak-anak
belajar tentang empati dan bagaimana merespons perasaan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Wardle, J., & Llewellyn, C. (2012). Healthy and unhealthy eating. In A. M. Gallagher & J. C. C.
Yeo (Eds.), Current Topics in Behavioral Neurosciences (Vol. 12, pp. 77-96). Springer.

Payne, V. G., & Isaacs, L. D. (2017). Human Motor Development: A Lifespan Approach.
Routledge.

Pianta, R. C., & Kraft-Sayre, M. (2003). Successful Kindergarten Transition: Your Guide to
Connecting Children, Families, and Schools. Paul H. Brookes Publishing.

Woolfson, R. C., Grant, A., McMillan, K., & West, R. (2004). Helping children to cope with
hospitalization: an intervention for parents. Clinical Child Psychology and Psychiatry,
9(3), 359-366.

Denham, S. A., & Brown, C. (2010). "Plays nice with others": Social–emotional learning and
academic success. Early Education and Development, 21(5), 652-680.

Anda mungkin juga menyukai