• Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai
benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai
pengeluaran feses). Inkontinensia urine lebih sering terjadi pada wanita yang sudah
pernah melahirkan daripada yang belum pernah melahirkan (nulipara). Hal ini terjadi
karena adanya perubahan otot dan fasia di dasar panggul.
Jenis Inkontinensia Urin
• Inkontinensia Urgensi
Pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada
peringatan ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot
destrusor yang berlebihan atau kontraksi kandung kemih yang tidak
terkontrol.
• Inkontinensia Tekanan
Pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang
meningkatkan tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersin,
tertawa dan mengangkat beban berat adalah aktivitas yang dapat
menyebabkan inkontinensia urine.
• Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan (Over Flow
Inkontinensia)
Terjadi jika retensi menyebabkan kandung kemih terlalu penuh dan
sebagian terlepas secara tidak terkontrol, hal ini pada umumnya
disebabkan oleh neurogenik bladder atau obstruksi bagian luar
kandung kemih. (Charlene J.Reeves at all).
Etiologi Inkontinensia Urin
a. Gejala Infeksi Saluran Kemih
Serangan bakteri memicu infeksi lokal yang mengiritasi mukosa kandung kemih dan
menyebabkan dorongan kuat untuk buang air kecil.
b. Atrofi Vaginitis
Atrofi atau peradangan pada vagina akibat penurunan yang signifikan dari kadar estrogen;
kurangnya estrogen dapat menyebabkan penurunan kekuatan otototot dasar panggul. atrofi
mukosa vagina juga menyebabkan ketidak nyamanan vagina, rasa terbakar, gatal, dan
terkait dispareunia.
c. Efek Samping Obat
obat psikotropika dapat memperburuk inkontinensia, efek sedatif dan benzodiazepin dapat
mengganggu kemampuan pasien untuk mengendalikan fungsi kandung kemih, sehingga
urge incontinence iatrogenik diuretik dan meningkatkan Volume kemih konsumsi cairan
cepat dan berpotensi memperburuk gejala inkontinensia urin.
Etiologi Inkontinensia Urin
d. Konsumsi Kopi dan Alkohol
Kopi menyebabkan kedua efek diuretik dan efek iritasi independen, sehingga
mengisi kandung kemih yang cepat dan keinginan yang mendesak dan tidak
sukarela untuk buang air kecil.
Inkontinensia Urgensi
Ketidakmampuan menahan Inkontenensia Kombinasi
keluanya urin dengan gambaran Kombinasi antara Inkontinensia
seringnya terburu – buru untuk urgensi dan Inkontinensia stress.
berkemih. Inkontinensia Overflow
Inkontenesia Stress Urine menetes saat kandung kemih
Keluarnya urine selama batuk, penuh
mengedan, dan sebagainya. Urine 1. Disfungsi neutrologis
keluar tanpa kontraksi detrusor. 2. Penyakit endokrin
1. Tonus otot panggul yang buruk 3. Penurunan kelenturan dinding
2. Defisiensi sfreingter uretra, kandung keih
4. Obstruksi pintu keluar kandung
congenital atau didapat
kemih
3. Kelebihan berat badan
Manifestasi klinis Inkontinensia Urin
● Enuresis Noktural
10 % anak usia 5 tahun dan 5 % anak usia 10 tahun mengompol
selama tidur. Mengompol pada anak yang tua merupakan sesuatu yang
abnormal dan menunjukan adsanya kandung kemih yang tidak stabil.
● Gejala infeksi urin (frekuensi, disuria, nukturia), obstruksi (pancaran
lemah, menetes), trauma (termasuk pembedahan, misalnya reseksi
abdominoperineal), fistula (menetes terus – menerus ), penyakit
neurologis (disfungsi seksual atau usus besar) atau penyakit
sistemik (miasalnya diabetes) dapat menunjukkan penyakit yang
mendasari.
Pemeriksaan Diagnostik Inkontinensia Urin
1. Kultur Urine 7. Marshall Test (Marshall -Bonney test)
2. IVU : untuk menilai saluran bagian atas dan uji ini dapat dilakukan untuk mengetahui
obstruksi atau fistula apakah kebocoran dapat dicegah dengan cara
3. Sistoskopi jika dicurigai terdapat batu atau menstabilisasi dasar kandung kemih sehingga
neoplasma kandung kemih mencegah herniasime lalu diafragma
4. Pemeriksan speculum vagina ± sistogram urogenital atau tidak.
jika dicurigai terdapat fistula vesilovagina.
5. Uji Uro Dinamik 8. Pad Test
6. Q-Tip Test Merupakan penilaian semi objektif untuk
Tes ini dilakukan dengan menginsersikan mengetahui apakah cairan yang keluar
sebuah cotton swab (Qtip) yang steril kedalam adalah urin, seberapa banyak keluarnya urin
uretra wanita lalu kekandung kemih. Secara dan dapat digunakan untuk memantau
perlahan tarik kembali hingga leher dari Q-tip keberhasilan terapi inkontinensia.
berada di leherkandungkemih. Pasien lalu
diminta untuk melakukan Valsavamanuver atau
mengkontraksikan otot abdominalnya
Komplikasi Inkontinensia Urin
1. Ruam kulit atau iritasi
2. Infeksi saluran kemih
3. Inkontinensia meningkatkan risiko infeksi saluran kemih berulang.
4. Prolapse
Prolaps merupakan komplikasi dari inkontinensia urin yang dapat terjadi pada
wanita. Hal ini terjadi ketika bagian dari vagina, kandung kemih, dan dalam
beberapa kasus uretra, drop-down ke pintu masuk vagina. Lemahnya otot
dasar panggul sering menyebabkan masalah. Prolaps biasanya perlu
diperbaiki dengan menggunakan operasi.
Definisi Fistula Genetalia
• Fistula adalah terjadinya hubungan antara rongga alat dalam dengan dunia luar.
Fistula Genetalis adalah terjadinya hubungan antara traktus genitalia dengan
traktus urinarius atau, gastrointestinal dan dapat ditemukan satu atau gabungan
dua kelainan secara bersamaan.
Jenis Fistula Genetalia
1. Fistula Vesikovaginal
Fistula terbentuk antara vagina dengan kandung kemih. Disebut juga fistula kandung kemih.
2. Fistula Ureterovaginal
Fistula terbentuk antara vagina dan ureter (saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung
kemih).
3. Fistula Uretrovaginal
Fistula terbentuk antara vagina dengan uretra (saluran kemih). Nama lainnya adalah fistula
uretra.
4. Fistula Kolovaginal
Fistula terbentuk antara vagina dengan usus besar.
5. Fistula Enterovaginal
Fistula terbentuk antara usus halus dengan vagina.
Etiologi Fistula Genetalia
• Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Fistula Vesiko Vagina antara lain :
A. Komplikasi Obstetrik, yaitu terjadi karena persalinan.
1. Karena robekan oleh forceps, alat-alat yang meleset atau karena sectio sesare.
2. Karena nekrosis tekanan, dimana jaringan tertekan lama antara kepala anak dan
sympisis seperti pada persalinan dengan panggul sempit, hydrocepalus atau kelainan
letak.
B. Operasi Ginekologi, terjadi pada :
1. Karsinoma, terutama karsinoma servisis uteri.
2. Karena penyinaran : baru timbul 2-5 tahun setelah penyinaran.
3. Karena operasi ginekologis : pada histerektomi abdominal dan vaginal atau operasi
untuk prolaps dapat terjadi perlukaan vesika urinaria. Pada histerektomi totalis dapat
terjadi lesi dari ureter atau kandung kemih.
C. Fistula Recto Vaginal
• Cedera selama proses melahirkan
• Penyakit Crohn atau penyakit peradangan usus lainnya.
• Pengobatan kanker atau radiasi di daerah pinggul.
• Operasi yang melibatkan vagina, perineum, rektum dan anus berikut
komplikasinya.
• Penyebab lainnya seperti infeksi anus atau rektum; diverkulitis; ulcerative colitis;
atau cedera vagina lain yang tidak disebabkan proses melahirkan.
Klasifikasi Festula Genetalia
Fistula VesikoVaginal
Terdapat 2 jenis fistula vesikovaginalis, yaitu :
. A. Simple vesicovaginal fistulae
• Ukuran fistula < 2-3 cm dan terletak supratrigonal.
• Tidak ada riwayat radiasi atau keganasan
• Panjang vagina normal
B. Complicated vesicovaginal fistulae
• Mempunyai riwayat radiasi sebelumnya
• Terdapat keganasan pelvis
• Vagina pendek
• Ukuran fistula > 3 cm
• Mengenai trigonum vesika urinaria
Klasifikasi Festula Genetalia
• Fistula Recto Vaginal
Sejumlah faktor yang berhubungan dengan fistula
rektovaginal dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
fistula termasuk ukuran, lokasi, dan penyebab fistula.
Faktor-faktor yang untuk mengklasifikasikan fistula ke fistula
simple atau kompleks.
A. Simple rektovaginal fistula
• Rendah atau pertengahan vagina septum<2,5
cm dengan diameter
• Karena trauma atau infeksi
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Iritasi Kulit.
Ansietas berhubungan dengan Status Kesehatan.
Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Kelelahan
3. Intervensi
Diagnosa 1 : Kerusakan Integritas Kulit berhubungan Iritasi Kulit Tujuan : Integritas kulit pasien
menjadi baik.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada luka atau lesi pada kulit.
2. Mampu melindungi kulit dan mempertahakan kelembaban kulit.
3. Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka.
4. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang.
Asuhan Keperawatan Inkontinensia Urin
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses
pembedahan.
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri b.d iritasi mukosa, proses inflamasi Tujuan : Dapat mengatasi nyeri
yang dirasakan oleh pasien.
Kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmokologi untuk mengurangi nyeri).
2. Menyatakan rasa nyaman saat nyeri berkurang.
3. Mampu mengenali skala nyeri.
4. Tidak mengalami gangguan tidur.
Asuhan Keperawatan Fistula Genetalia