Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN ELIMINASI URINE : RETENSI URINE POST PARTUM


KONSEP ELIMINASI URINE
A. DEFINSI
Eliminasi
merupakan
proses
metabolisme

tubuh.

Pmbuangan

pembuangan
dapat

bowel (Wartonah, 2006).


Miksi adalah proses pengosongan

sisa-sisa

melalui
kandung

urine
kemih

dan
bila

kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam


terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter,
kandung kemih dan uretra. Proses ini terjadi dari dua
langkah
terisi

utama

yaitu:

sampai

nilai

ambang,

yaitu

timbul

(refleks

kandung

tegangan

di

dindingnya

yang

kemudian

refleks

saraf

berkemih)

yang

kemih

secara

meningkat

mencetuskan
yang

disebut

berusaha

progresif
diatas

langkah

kedua

refleks

miksi

mengosongkan

kandung

kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan


kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks
miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks
ini

bisa

juga

dihambat

atau

korteks serebri atau batang otak


Gangguan eliminasi urin adalah
individu

mengalami

atau

ditimbulkan
keadaan

berisiko

oleh

dimana

mengalami

pusat
seorang

disfungsi

eliminasi urine. Biasanya orang yang mengalami gangguan


eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu
tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih
melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.

B. PATOFISIOLOGI

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE

1. Pertumbuhan dan perkembangan


Usia
dan
berat
badan
dapat
pengeluaran

urine.

Pada

berkurang,

demikian

usia

juga

mempengaruhi
lanjut,

wanita

jumlah

volum

hamil

bladder
sehingga

frekuensi berkemih juga akan lebih sering.


2. Sosiokultural
Budaya masyarakat

dimana

sebagian

masyarakat

hanya

dapat miksi pada tempat tertutup dan sebaliknya pada


masyarakat yang dapat miksi pada lokasi terbuka.
3. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan
stimulasi berkemih.
4. Kebiasaan Seseorang
Misalnya seseorang

hanya

bisa

berkemih

di

toilet

sehingga ia tidak dapat berkemih menggunakan pot urin.


5. Tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot bladder, otot
abdomen,

dan

pelvis

untuk

berkontraksi.

Jika

ada

gangguan tonus otot, dorongan untuk berkemih juga akan


kurang.
6. Intake cairan dan makanan
Alcohol menghambat antideuretik

hormon

(ADH)

untuk

meningkatkan pembuangan urin. Kopi, teh, coklat, cola


(mengandung Cafeine) dapat meningkatkan pembuangan dan
ekskresi urin.
7. Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam terjadi penurunan produksi urin
karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit.
Radangan dan iritasi organ kemih menimbulkan retensi
urin.
8. Pembedahan
Penggunaan

anastesi

menurunkan

filtrasi

sehingga produksi urin akan menurun.


9. Pengobatan
Penggunaan duritik meningkatkan output
kolinergik,

dan

anti

hipertensi

urin.
10. Pemriksaan diagnostik
Intravenus pyelogram dimana
sebelum

prosedur

untuk

glomerulus

urin,

menimbulkan

pasien

mengurangi

dibatasi
output

anti

retensi

intak
urine.

Cystocospy dapat mnimbulkan edema lokal pada uretra,

spasme, dan spinter bladder sehingga dapat menimbulkan


urine.
D. MASALAH ELIMINASI URINE
1. Retensi Urine
Merupakan
penumpukan
ketidakmampuan

urine

untuk

dalam

bladder

dan

mengosongkan

kandung

kemih.

Penyebab distensi bladder adalah urine yang terdapat


dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya 250-400 ml.
2. Inkontinensia Urine
Ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau
menetap

untuk

mengontrol

inkontinensia :
pertama, stress
terjadi

pada

ekskresi

urine.

inkontinensia

saat

tekanan

yaitu

Ada

stress

intra-abdomen

jnis
yang

meningkat

seperti pada saat batuk atau tertawa


kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia

yang

terjadi saat klien terdesak ingin berkemih, hal ini


terjadi

akibat

infeksi

saluran

atau spasme bladder.


3. Enurisis
Merupakan ketidaksanggupan
yang

diakibatkan

kemih

menahan

karena

bagian

kemih

bawah

(mengompol)

ketidakmampuan

untuk

mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada


anak-anak atau orang jompo.
E. PERUBAHAN POLA BERKEMIH
1. Frekuensi : meningkatnya
intake

cairan

yang

frekuensi

meningkat,

berkemih

biasanya

terjadi

tanpa
pada

cystitis, stress dan wanita hamil.


2. Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya
terjadi pada anak-anak karena kemampuan spinter untik
mengontrol berkurang.
3. Dysuria : rasa sakit
misalnya

pada

dan

infeksi

struktur uretra.
4. Polyuria : produksi

kesulitan

saluran

urine

dalam

kemih,

melebihi

berkemih

trauma

normal,

dan
tanpa

peningkatan intake cairan misalnya pada pasien DM.


5. Urinary supression : keadaan diman ginjal memproduksi
urin secara tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100

ml/24

jam),

olyguria

(urine

berkisar

100-500

ml/24

jam).
KONSEP RETENSI URINE
A. DEFINISI
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di
kandung

kemih

dan

tidak

mempunyai

kemampuan

untuk

mengosongkannya secara sempurna. Retensio urine

adalah

kesulitan

fesika

miksi

karena

kegagalan

urine

dari

urinaria
B. ETIOLOGI
Penyebab

dari

pembesaran
infeksi,

retensi

urine

kelenjar

prostat,

kalkulus),

trauma,

antara
kelainan

lain
uretra

melahirkan

atau

diabetes,
(

tumor,

gangguan

persyarafan ( stroke, cidera tulang belakang, multiple


sklerosis

dan

menyebabkan
kontraksi

parkinson).

retensi
kandung

urine

kemih

kandung kemih. (Karch, 2008)

C. PATOFISIOLOGI

Beberapa
baik

atau

pengobatan
dengan

peningkatan

dapat

menghambat
resistensi

D. KLASIFIKASI RETENSI URINE


1. Retensi urin akut
Retensi urin yang akut adalah ketidakmampuan berkemih
tiba-tiba dan disertai rasa sakit meskipun buli-buli
terisi
sakit

penuh.
karena

Berbeda
urin

dengan

sedikit

kronis,
demi

tidak

sedikit

ada

rasa

tertimbun.

Kondisi yang terkait adalah tidak dapat berkemih sama


sekali,

kandung

disertai

rasa

kemih
nyeri,

penuh,
dan

terjadi

keadaan

tiba-tiba,

ini

termasuk

kedaruratan dalam urologi. Kalau tidak dapat berkemih


sama sekali segera dipasang kateter
2. Retensi urin kronik
Retensi urin kronik adalah retensi

urin

tanpa

rasa

nyeri yang disebabkan oleh peningkatan volume residu


urin

yang

bertahap.

Hal

ini

dapat

disebabkan

karena

pembesaran prostat, pembesaran sedikit2 lama2 ga bisa


kencing.

Bisa

kencing

sedikit

tapi

bukan

karena

keinginannya sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan


lebih tinggi daripada tekanan sfingternya. Kondisi yang
terkait adalah masih dapat berkemih, namun tidak lancar
,

sulit

memulai

mengosongkan

berkemih

kandung

(hesitancy),

kemih

dengan

tidak

sempurna

dapat
(tidak

lampias). Retensi urin kronik tidak mengancam nyawa,


namun dapat menyebabkan permasalahan medis yang serius
di kemudian hari.
E. TANDA DAN GEJALA
1. Diawali dengan urine mengalir lambat
2. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah
karena pengosongan kandung kemih tidak efisien.
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa
ingin BAK.
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada
retensio urine adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan specimen urine.
2. Pengambilan: steril, random, midstream
3. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb,
Keton dan Nitrit.
4. Sistoskopi ( pemeriksaan kandung kemih
5. IVP ( Intravena Pielogram ) / Rontgen
kontras.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Kateterisasi urethra.
2. Dilatasi urethra dengan boudy.
3. Drainase suprapubik
H. KOMPLIKASI
1. Urolitiasis atau nefrolitiasis
2. Pielonefritis
3. Hydronefrosis
4. Pendarahan
5. Ekstravasasi urine

dengan

bahan

I. RETENSI URINE POST PARTUM


Retensio urin merupakan salah satu komplikasi yang bisa
terjadi pada kasus obstetri . Retensi urine post partum
dapat terjadi pada pasien yang mengalami kelahiran normal
sebagai

akibat

kandung

kemih

dari

peregangan

dengan

predisposisi

edema

lainnya

meliputi sectio cesarea,

atau

trauma

trigonum.

dari

dasar

Faktor-faktor

dari

retensio

ekstraksi

vakum,

urine
epidural

anestesia, pada gangguan sementara kontrol saraf kandung


kemih, dan trauma traktus genital.
Retensi postpartum paling sering terjadi. Setelah terjadi
kelahiran
terjadi

pervaginam

9-14

spontan,

pasien;

disfungsi

setelah

kandung

kelahiran

kemih

menggunakan

forcep, angka ini meningkat menjadi 38 %. Retensi ini


biasanya

terjadi

akibat

detrusor-sphincter
sempurna

yang

dari

dengan

kemudian

dissinergis

relaksasi

uretra

menyebabkan

nyeri

antara

otot

yang

tidak

dan

edema.

Sebaliknya pasien yang tidak dapat mengosongkan kandung


kemihnya

setelah

sectio

cesaria

biasanya

akibat

dari

tidak berkontraksi dan kurang aktifnya otot detrusor.


J. ETIOLOGI RETENSI URINE POST PARTUM
Berkemih yang normal melibatkan relaksasi

uretra

yang

diikuti dengan kontraksi otot-otot detroser. Pengosongan


kandung kemih secara keseluruhan dikontrol didalam pusat
miksi

yaitu

pengosongan

diotak
kandung

dan

sakral.

kemih

akibat

Terjadinya
dari

adanya

gangguan
gangguan

fungsi di susunan saraf pusat dan perifer atau didalam


genital dan traktus urinarius bagian bawah.
Pada wanita, retensi urine merupakan penyebab terbanyak
inkontinensia

yang

berlebihan.

penyebab

akut

dan

penyebab

akut

lebih

permanen

khususnya

kronik

dari

banyak

gangguan

Dalam

hal

retensi

terjadi
pada

otot

ini

terdapat

urine.

Pada

kerusakan

yang

detrusor,

atau

ganglion parasimpatis pada dinding kandung kemih. Pada


kasus yang retensi urine kronik, perhatian dikhususkan
untuk peningkatan tekanan intravesical yang menyebabkan

reflux ureter, penyakit traktus urinarius bagian atas dan


penurunan fungsi ginjal.
Pasien post operasi dan post partum merupakan bagian yang
terbanyak menyebabkan retensi urine akut. Fenomena ini
terjadi

akibat

sekunder
epidural
trauma

dari

akibat

episiotomi

mengosongkan

kandung

kemihnya

dengan

edema

obstetri,

peregangan

pelvik,

khususnya

dan

atau

narkotik,

hematoma

abdominal,

kemih

pembedahan

obat-obat

pelvik,

atau

kandung

tindakan

anestesi,
saraf

trauma

nyeri

pada

insisi

pasien

manuver

atau
yang

Valsalva.

Retensi urine pos operasi biasanya membaik sejalan dengan


waktu dan drainase kandung kemih yang adekuat.
K. N,K

Anda mungkin juga menyukai