Akibatnya:
urin keluar tiba – tiba & hrs menggunakan popok ketika
mengalami gangguan ini.
Kondisi yg mengacu pd ketidakmampuan seseorg dlm
mengontrol KK.( Bladder ).
Saat tertawa, bersin, atau batuk mengalami kejadian yg
mengejutkan , dan selalu ingin BAK Inkontiensia Urine
Penyebab
Tegantung dr penyebab;
1. Inkontinensia urine akut
dpt disebabkan oleh
1. Sembelit
2. Infeksi saluran kencing
3. Konsumsi alkohol berlebihan
4. Minum terlalu banyak yg dpt mengiritasi KK
seperti ; bikarbonasi, kafein buah dan jus jeruk
lanjutan
5. Mengonsumsi obat seperti
Obat utk flu, alergi, depresi, nyeri, tekanan darah tinggi
Diuretik
Dekongestan
Dan relaksan otot
2. Inkontinensia Urine kronis
Dapat terjadi karena :
Otot KK yg terlali aktif
Terdpt obstruksi pd saluran kemih seperti batu saluran kemih
Otot dasar panggul lemah
Stroke
Lanjutan
kanker kandung kemih
Multiple sclerosis ( penyakit kronis pd sistem saraf pusat )
Penyakit parkinson
Tumor otak
Cedera tulang belakang
Interstitial cystitis ( radang kronis pd dinding kandung
kemih
Penyakit atau cedera yg mempengaruhi sistem sarat dan
otot , termasuk diabetes
Mobilitas yang minim
Penyebab khusus pd wanita
Infeksi atau iritasi pd vagina
Kehamilan dan persalinan
Ketidakseimbangan hormon terkait menopause
Histerektomi ( operasi pengankatan rahim ).
Faktor resiko inkontinensia urin
1. kelebihan BB terutama org dgn BMI 30/kg m2 atau
lebih akan menyebabkan regangan konstan pd KK
dan otot –otot sekitarnya. Akibatnya akam
menyebabkan kebocoran urin , misalnya ketika batuk
atau bersin.
2. Merokok : akan meningkatkan resiko terkena
inkontinensia urine karena merokok dpt menyebabkan
KK terlalu aktif krn efek nikotin pd dinding KK.
3. Konsumsi kafein dan alkohol : akan meningkatkan
resiko inkontinensia urine krn keduanya bersifat
diuretik, yg menyebabkan KK terisi dgn cepat &
memicu keinginan utk sering BAK
Faktanya wanita 2 x lebih memungkinkan
inkontinensia urine drpa laki – laki.
Pelaksanaan
Hrs dilakukan beberapa kali dlm sehari supaya efektif
Dilakukan seumur hidup
Dpt dilakukan 10 x utk setiap kali latihan dan sedikitnya
dilakukan 3 x sehari , walaupun ada yang menganjurkan
100 X/hr
Waktu : sedang berjalan ke kamar kecil, boleh diluar itu
Caranya
1. Lambat : kencangkan otot, tahan sampai hitungan
ke 3 dan lemaskan.
2. Cepat : kencangkan otot dan lemaskan secepat
3. Dorong keluar : tarik kedalam ; tarik keatas seluruh
dasar panggul se-akan2 sedang
mencoba menarik air masuk ke dlm
vagina. Kemudian dorong keluar se-
akan2 mencoba mengeluarkan air
tersebut.
Latihan ini juga menggunakan otot – otot abdomen
2. Fistula Genitalia
A. Pengertian :
Fistula adalah hubungan yang abnormal antara satu
visera berlubang dan visera yang lain atau dari satu visera
berlubang ke bagian luar.
Fistula adalah suat ostium abnormal,ber-liku2 antara 2
organ berongga internal atau antara organ berongga
internal dan dgn tubuh bgn luar
Fistula adalah sambungan abnormal diantara 2 permukaan
2pitel ( Chriss Brooker , 2008 )
Genitalia adalah organ reproduksi
• riwayat kesehatan
Tinggi badan
Berat badan
Tekanan darah
Pemeriksaan payudara secara klinis
Pemeriksaan panggul.
Pap smear
Pemeriksaan anus
Pemeriksaan ginekologi pertama sangat dianjurkan
pd usia ≥18 thn jika wanita memiliki :
Masalah menstruasi
Rabas vagina
Secara seksual aktif atau sedang merencanakan
kehamilan.
Frekwensi kunjungan setelah pemeriksaan pertama
tergantung pd rencana perawatan atau adanya
faktor resiko.
Pemeriksaan mulut, kulit dan anus secara digital
dianjurkan setiap tahun ; dimulai pd usia 50 thn.
2. UPAYA – UPAYA PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer :
dilakukan dgn cara meningkatkan derajat kesehatan utk mencegah
terjadinya penyakit.
pencegahan pd tahap ini dilakukan dgn bentuk promosi kesehatan
seperti penyuluhan tehnik SADARI/SARARI
Pencegahan primer : 1. edukasi & promosi , 2 vaksinasi
2. Pencegahan Sekunder :
Berupa deteksi dini penyakit dan segera mengobatinya utk mencegah
komplikasi
dilakukan terhdp individu yg memiliki resiko utk terkena kanker payudara
Pencegahan sekunder dilakukan dgn melakukan deteksi dini kanker serviks
atau dgn melakukan skrining ( dgn melakukan Pap Smear atau test
Papanicolaou )
3. Pencegahan Tersier :
Berupa pemulihan atau rehabilitasi utk mencegah kecacatan dan kematian
Biasanya diarahkan pd individu yg telah positif menderita kanker payudara
A. TEHNIK SADARI/SARARI
Pengertian
Merupakan pemeriksaan payudara sendiri secara
manual
Tujuan
utk membantu ♀ melakukan deteksi dini adanya
kelainan pd payudara (Suddarth & Brunner 2003)
Waktu yg tepat
antara hr ke 7 – 10 menstruasi dr siklus haid dgn
menghitung hari pertama sebagai hari I
( dimana pengaruh hormon sdh tdk terlalu besar lagi )
Waktu terbaik setelah periode haid.
Jika haid tdk teratur , lakukan pd hr yg sama.
Posisi saat pemeriksaan : berdiri & tidur terlentang.
♀ Pascamenopause dianjurkan utk memeriksa
payudaranya pd hr pertama setiap bulan utk
meningkatkan rutinitas pemeriksaan payudara sendiri.
Pemeriksaan payudara oleh petugas kesehatan
disarankan :
♀ berusia 20 – 40 thn : dilakukan setiap 3 tahun
A. Pengertian
Merupakan cara sederhana utk mendeteksi
kanker leher rahim sedini mungkin .
Merupakan pemeriksaan leher rahim dgn
cara melihat langsung leher rahim setelah
memulas dgn larutan asam asetat 3 – 5%
(Wjaya Delia , 2010 )
Selain IVA deteksi dini dpt dilakukan dengan Pap
Smear.
B. Tujuan
1. Meningkatnya motivasi masyarakat utk melakukan
pemeriksaan kesehatan secara rutin
2. Meningkatnya jlh wanita yg melakukan deteksi
dini kanker leher rahim.
3. Meningkatnya penemuan lesi pra kanker dan
stadium dini kanker leher rahim
4. Meningkatnya penemuan dini kanker leher rahim
5. Terlaksananya perluasan informasi ttg penyakit
kanker , faktor resiko kanker dan upaya
pengendaliannya.
C. Manfaat
1. Diagnosis dini keganasan
IVA berguna dlm mendeteksi dini kanker serviks ,
kanker endometrium, keganasan tubafalopii,
keganasan ovarium.
2. Perawatan ikutan dr keganasan
IVA berguna sbg perawatan ikutan setelah operasi
dan setelah mendapat kemoterapi & radiasi.
3. Menentukan proses peradangan
IVA berguna utk menentukan proses peradangan pd
berbagai infeksi bakteri dan virus.
D. Keuntungan IVA (Nugroho, 2010)