Anda di halaman 1dari 110

TRAUMA MELAHIRKAN

KLARA MEO, S.SiT


1. Inkontinensia Urine
Pengertian
 Adalah kondisi di mana tdk dpt mengontrol BAK.

 Klien kehilangan kontrol kandung kemih.

 Akibatnya:
 urin keluar tiba – tiba & hrs menggunakan popok ketika
mengalami gangguan ini.
 Kondisi yg mengacu pd ketidakmampuan seseorg dlm
mengontrol KK.( Bladder ).
Saat tertawa, bersin, atau batuk mengalami kejadian yg
mengejutkan , dan selalu ingin BAK Inkontiensia Urine
Penyebab
Tegantung dr penyebab;
1. Inkontinensia urine akut
dpt disebabkan oleh
1. Sembelit
2. Infeksi saluran kencing
3. Konsumsi alkohol berlebihan
4. Minum terlalu banyak yg dpt mengiritasi KK
seperti ; bikarbonasi, kafein buah dan jus jeruk
lanjutan
5. Mengonsumsi obat seperti
 Obat utk flu, alergi, depresi, nyeri, tekanan darah tinggi
 Diuretik
 Dekongestan
 Dan relaksan otot
2. Inkontinensia Urine kronis
Dapat terjadi karena :
 Otot KK yg terlali aktif
 Terdpt obstruksi pd saluran kemih seperti batu saluran kemih
 Otot dasar panggul lemah
 Stroke
Lanjutan
 kanker kandung kemih
 Multiple sclerosis ( penyakit kronis pd sistem saraf pusat )
 Penyakit parkinson
 Tumor otak
 Cedera tulang belakang
 Interstitial cystitis ( radang kronis pd dinding kandung
kemih
 Penyakit atau cedera yg mempengaruhi sistem sarat dan
otot , termasuk diabetes
 Mobilitas yang minim
Penyebab khusus pd wanita
 Infeksi atau iritasi pd vagina
 Kehamilan dan persalinan
 Ketidakseimbangan hormon terkait menopause
 Histerektomi ( operasi pengankatan rahim ).
Faktor resiko inkontinensia urin
1. kelebihan BB terutama org dgn BMI 30/kg m2 atau
lebih akan menyebabkan regangan konstan pd KK
dan otot –otot sekitarnya. Akibatnya akam
menyebabkan kebocoran urin , misalnya ketika batuk
atau bersin.
2. Merokok : akan meningkatkan resiko terkena
inkontinensia urine karena merokok dpt menyebabkan
KK terlalu aktif krn efek nikotin pd dinding KK.
3. Konsumsi kafein dan alkohol : akan meningkatkan
resiko inkontinensia urine krn keduanya bersifat
diuretik, yg menyebabkan KK terisi dgn cepat &
memicu keinginan utk sering BAK
Faktanya wanita 2 x lebih memungkinkan
inkontinensia urine drpa laki – laki.

 Karena kodrat perampuan yg hamil, melahirkan,


dan menopause.
 Ureter pd perampuan lebih pendek drpd laki – laki
Banyak wanita mengalami kebocoran urine yg tdk
dpt dikendalikan akibat cedera saat melahirkan
Lanjutan
 Kondisi – kondisi yg mengganggu pengontrolan
urine meliputi :
 Stres urinary incontinensia : akibat peningkatan tekanan
intraabdomen yang tiba – tiba . Miaslnya tekanan yang
mendadak timbul akibat bersin atau batuk.
Dapat terjadi setelah cedera pd struktur leher kandung
kemih
 Urgency incontinence : yg disebabkan oleh gangguan
pada kandung kemih dan uretra . Seperti uretritis dan
striktur uretra, trigonitis, dan sistitis, serta kondisi patologis
pd korda spinalis, dan abnormalitas traktus urinarius
didapat atau kongenital
Lanjutan
 Mekanisme sfingter pd leher KK mengompres uretra
bagian atas, mendorong ke atas di bawah simfisis, dan
membentuk suatu sudut akut di sambungan dinding
uretra posterior dan dasar KK.
 Utk mengosongkan KK , sfingter relaksasi dan trigon
berkontraksi utk membuka orifisium uretra interna dan
menarik dinding KK yg berkontraksi ke atas, sehingga
mendorong urine keluar. Sudut antara uretra dan dasar
KK menghilang atau membesar; bila otot
pubokoksigeus penyokong cedera.
lanjutan
 Perubahan ini , yg diiringi uretrokel, menyebabkan
inkontinensia.
 Urine menyembur keluar saat wanita diminta
mengejan atau batuk dalam posisi litotomi
Tindakan :
 Melakukan latihan kegel 80 sampai 100 kali dlm
sehari dpt meredakan inkontinensia stress ringan.
 Terapi penggantian hormon ( Hormone Replacement
Terapi = HRT) ; dpt meningkatkan pengontrolan
urine pd wanita pascamenopause
LATIHAN KEGEL
(latihan dasar panggul )
 Otot -otot yg menghentikan aliran kemih adalah
otot – otot pubokoksigeus. Melakukan latihan kegel
sewaktu berkemih membantu ibu hamil utk
mengetahui apakah telah melakukan latihannya
dgn benar.
 Apabila dpt menghentikan aliran kemihnya berarti
tonus ototnya baik.
Tujuan :
1. utk memperkuat otot-otot di sekitar organ reproduksi.
2. Memperbaiki otot – otot tersebut.

Pelaksanaan
 Hrs dilakukan beberapa kali dlm sehari supaya efektif
 Dilakukan seumur hidup
 Dpt dilakukan 10 x utk setiap kali latihan dan sedikitnya
dilakukan 3 x sehari , walaupun ada yang menganjurkan
100 X/hr
 Waktu : sedang berjalan ke kamar kecil, boleh diluar itu
Caranya
1. Lambat : kencangkan otot, tahan sampai hitungan
ke 3 dan lemaskan.
2. Cepat : kencangkan otot dan lemaskan secepat
3. Dorong keluar : tarik kedalam ; tarik keatas seluruh
dasar panggul se-akan2 sedang
mencoba menarik air masuk ke dlm
vagina. Kemudian dorong keluar se-
akan2 mencoba mengeluarkan air
tersebut.
Latihan ini juga menggunakan otot – otot abdomen
2. Fistula Genitalia
A. Pengertian :
 Fistula adalah hubungan yang abnormal antara satu
visera berlubang dan visera yang lain atau dari satu visera
berlubang ke bagian luar.
 Fistula adalah suat ostium abnormal,ber-liku2 antara 2
organ berongga internal atau antara organ berongga
internal dan dgn tubuh bgn luar
 Fistula adalah sambungan abnormal diantara 2 permukaan
2pitel ( Chriss Brooker , 2008 )
 Genitalia adalah organ reproduksi

 Fistula Vagina adalah suatu kondisi medis yg parah dimana


suatu vistula ( lubang ) berkembang antara rektum dan
vagina atau antara KK dan vagina setelah atau gagal
melahirkan.
 Fistula Fagina adalah terjadinya hubungan antara traktus
genitalia dgn traktus urinarius atau, gastrointestinal.
Fistula genitalia adalah
 Terjadinya hubungan antara traktus genitalia dengan
traktus urinarius
 dapat timbul diantara KK serta traktus genitalia
misalnya
 vesikovaginalis; antara ureter dan vagina
(ureterovaginalis)
 serta antara rektum atau kolon sigmoid dan struktur lain
( mis: enterovesikalis ).
 Lokasi terbanyak pd apeks vagina ukuran 1 – 2 mm
terjadi akibat terjepit oleh klem atau terikat oleh
jahitan.
B. Penyebab
1. Sebab obstetri : terjadinya penekanan jalan lahir oleh
kepala janin dlm waktu lama, seperti :
 Partus lama, iskemia kemudian nekrosis lambat, atau akibat
terjepit oleh alat pd persalinan buatan. ( tindakan SC,
kranioklasi, dekapitasi, ekstraksi dgn cunam, sectio, histerektomi
2. Sebab ginekologis :
 proses keganasan/carsinoma terutana ca cervix,
radiasi/penyinaran, trauma operasi atau kelainan kongenital
 Histerektomi totalis
 Lokasi terbanyak pd apeks vagina ukuran 1-2 mm terjadi
akibat terjepit oleh klem atau terikatboleh jahitan
3. Sebab trauma
 terjadi krna trauma ( abortus kriminalis )
4. Infeksi
 Fistula biasanya berkembang ketika terjadi
penekanan persalinan yg lama, janin belum lahir
sehingga aliran darah tdk lancar akibatnya terjadi
necrotis dan akhirnya membusuk.
 cedera ini dpt disebabkan oleh :
 pemotongan alat kelamin perampuan
 Aborsi
 Atau panggul patah tulang
 Pelecehan seksual & pemerkosaan
 trauma bedah
 Ca ginekologi
C. Klasifikasi fistula genitalia

1. Fistula vesikovaginalis : adalah ostium antara KK


dan vagina.
 Terbentuk di dinding vagina anterior
 Akibat cedera dekat sambungan uterovesikalis selama
histerektomi radikal utk menangani kanker.
 Urine keluar melalui vagina
 Menyebabkan inkontinensia komplet atau parsial.
2. Fistula rektovaginalis
 Terletak pd jarak > 3 cm proximal dr sfingter ani
eksternal
 adalah suatu ostium antara rektum dan vagina
disebabkan oleh :
 Infeksi episiotomi
 jahitan di sepanjang dinding rektum
 cedera rektum yg tdk diketahui selama proses
melahirkan.
 Dpt timbul akibat luasnya ca serviks atau terapi
radiasi
 Dpt diperburuk oleh Infeksi yg menghambat proses
penyembuhan
Hubungan kelainan pola miksi dgn
lokasi fistula :
 Ngompol terus menerus & pasien tdk pernah ingin
miksi lagi menandakan kebocoran dr KK . Jika
disertai menouria dipastikan jenis fistula
vesikouterina
 Ngompol terus sedikit-sedikit tapi masih ingin miksi ;
maka kebocoran dr salah satu ureter ( ureterovagina)
 Tdk ngompol tapi kencing keluar dari vagina ;
kebocoran pd ureter distal. Jika mengenai bagian
sfingter ngompol terus.
D. Gejala & tanda fistula genitalia :
1. Inkontinensia urine ( air kencing terus menerus mengalir,
menimbulkan bau, genitalia eksterna selalu basah )
2. Infeksi dan ulserasi pd saluran vagina
3. sering terjadi kelumpuhan yg disebabkan oleh kerusakan
4. merasa tdk nyaman
5. Haid terganggu, amenorhoe sekunder
6. Kulit sekitar anus menebal
7. Infeksi pd jalan lahir
8. Pd pemeriksaan spekulum terlihat dinding vesika menonjol
keluar
9. Flatus atau faeces dr vagina atau KK, keluar cairan dari
rektum tergantung pd saluran fistula.
Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi :
 Dpt terlihat fistula jika besar
 Luka lama bekas ruptur perineum tingkat 3 yg tdk terkoreksi
mudah dilihat langsung
 Inspekulo :
 melihat lokasi keluarnya feces dari ostium uteri ataukah pd
vagina
 Jika fistula cukup besar atau mengisi KK dgn biru metilen 7
tempat keluarnya larutan diidentifikasi.
 Cara lain : setelah pengisian KK dgn biru metilen , dipasang
3 buah tampon, disimpan pd vagina . Pasien
diminta berjalan, kemudian tampon dikeluarkan
, dilihat mana yg terwarnai.
 Pemeriksaan dengan kateter / sonde.
 Pemeriksaan endoskopi dgn retoskopi : sistoskopi
Pemeriksaan Penunjang
 Darah lengkap
 CT
 BT
 Golongan darah
 Urium kreatinin
 Protein
 Albumin
Komplikasi
 Infeksi
 Gangguan fungsi reproduksi
 gangguan dlm berkemih
 Gangguan dlm defekasi
 Ruptur / perforasi organ yg terkait
E.Pencegahan dpt dilakukan dgn cara

1. Pemeriksaan secara rutin ke perawatan


kandungan
2. Dukungan dr profesional perawatan kesehatan
terlatih selama kehamilan
3. Menyediakan Akses ke KB
4. Mempromosikan praktek jarak antar kelahiran
5. Mendukung perampuan dlm bidang pendidikan
6. Menunda pernikahan dini
F.Penatalaksanaan Perawatan
A. Pengkajian
1. Terutama berfokus pd
 traktus genito urinarius,
 organ – organ reproduksi,
 defekasi
 Faktor psikososial serta seksual
2. Riwayat kesehatan yg komplet
 Dahulu : partus lama, partus dgn tindakan , trauma operasi atau
kelainan kongenital , aborsi, pelecehan seksual atau pemerkosaan
 Sekarang : kelumpuhan.inkontinensia urine, haid terganggu, kulit
sekitar anus tebal, infeksi pd jalan lahir, dinding vesika menonjol
leluar, dan keluar cairan dari rectum .
 Riwayat menstruasi : biasanya haid terganggu dgn terjadinya
amennorhoe terganggu.
3. Pemeriksaan fisik :
 Keluar cairan dari rectum dan vagina , kulit sekitar anus tebal.
Infeksi pd jalan lahir, dan dinding vesika menonjol keluar.
2. pemeriksaan laboratorium
3. pemeriksaan diagnostik
4. Pengetahuan wanita ttg gangguan
5. Penatalaksanaannya.
6. Prognosis juga hrs dikaji
B. Diagnosa Keperawatan
1. Masalah Fisik
a. Konstipasi atau diare b/d perubahan anatomi
b. Nyeri b/d sokongan pelvis dan atau kesulitan eliminasi
c. Resiko tinggi cedera b/d kurangnya ketrampilan dlm melakukan
prosedur perawatan diri
d. Kurangnya pengetahuan ttg pentingnya mematuhi terapi.
2. Diagnosis psikososial
a. Ancietas b/d prosedur pembedahan yg mungkin dilakukan
b. Koping tdk efektif b/d perubahan citra diri
c. Perubahan proses keluarga atau hubungan interpersonal b/d
perubahan fungsional dan perubahan anatomi
d. Isolasi sosial , distress spiritual, gg citra diri dan harga diri
rendah b/d perubahan anatomi dan peruban fungsi.
C. Intervensi Keperawatan

 Diarahkan pd upaya memberi penyuluhan kpd


wanita tentang akibat dan gejala melahirkan
 Hal ini khusus penting dlm memandang tren
pemulangan ibu dan bayi saat ini dlm 24 jam
setelah suatu kelahiran normal atau dlm 3 hari
setelah kelahiran SC.
 Hrs informasikan ttg tanda masalah yg potensial
dan dinasehati utk menghubungi petugas
kesehatan tanpa ragu akan kesejahteraannya.
lanjutan
Pedoman antisipasi dan penyuluhan ttg mslh yg potensial
dan perawatan diri pasca partum dpt ditekankan di
kelas prenatal atau kunjungan rumah
1. Informasikan ttg higiene yg baik
2. Anjurkan untuk rendam duduk ( sitz baths )
3. Mencuci genitalia dgn air hangat dgn cermat
menggunakan sabun ringan
4. Lakukan latihan kegel jika ada inkontinensia urine
5. Berikan penyuluhan ttg :
 Minum obat teratur
 personal higyene
 Ganti pembalut setiap 2-3 jam.
 Dll.
I. PENGKAJIAN & PROMOSI
KESEHATAN WANITA
A. Pengkajian Alasan memasuki
sistem perawatan kesehatan
 Kebutuhan akan perawatan kesehatan bervariasi :
menurut budaya, agama , usia & perbedaan
kepribadian
 Perubahan status dan peran wanita , status sosial
ekonomi, pendidikan, dan keadaan pribadi
menciptakan perbedaan perilaku kesehatan.
 Pekerjaan di luar rumah, cacat fisik, perubahan
tempat tinggal, perpisahan atau perceraian , org
tua tunggal & status menjanda mempengaruhi
kemampuan wanita utk mencari perawatan.
1. Wawancara & Riwayat
 Perawat hrs meyakinkan datanya akan dirahasiakan,
karena kesederhanaan wanita dan ketakutan
tentang hal – hal yang tidak diketahui membuat
pengkajian ( wawancara, peme.fisik dan terutama
pemeriksaan pelvis ) merupakaan siksaan, terutama
menanyakan fungsi seksual & reproduksi.
 Perawat hrs peka terhdp keadaan tersebut.
1. Informasi Biografi
pada kunjungan pertama
 Nama , nomor KTP/identitas
 Usia
 Status perkawinan
 Suku
 Latar belakang budaya
 alamat
 Nomor telpon
 Pekerjaan
 Tanggal kedatangan/ masuk
 Penanggung jawab ( sanak saudara/suami )
Data identitas hrs tercantum di seluruh lembar dokumen.
2. Keluhan utama :
 Keluhan yang dirasakan atau gejala apa yg
menyebabkan datang utk periksa :
 Awitan & durasi ; jika tdk ada keluhan , perawat dpt
meneruskan dengan riwayat medis
 Masalah atau penyakit saat ini
 Riwayat keluhan penyakit yang sedang dialami
 Gejala & faktor yang terkait yg mempercepat,
memperburuk atau memperbaiki kondisi
 Wanita diminta menjelaskan bgm masalah
mempengaruhi gaya hidup sehari- hari.
3. Riwayat Medis
1). Kesehatan umum & kekuatan pasien
2). Penyakit masa kanak – kanak : campak, gondok, batuk
rejan, cacar air, demam scarlet, penyakit reumatik akut,
difteri, poliomielitis
3). Penyakit dewasa yg utama :
Tuberkulosa, hepatitis, hipertensi, diabetes infark
miokardium, penyakit tropis/parasit, penyakit menular
seksual ( PMS ), infeksi lain, masuk ke RS non- bedah (
tanggal dan lasan )

4). Imunisasi : polio, difteri, pertusis dan tetanus toksoid,


influensa, kolera, tifus tifoid. PPD terakhir atau tes kulit
lain, hepatitis atau antitksin lain.
5). Pembedahan :
tanggal, RS, diagnosis, komplikasi.
6). Cedera serius : menyebabkan kecacatan ; jika masalah
saat ini memiliki hubungan medis yang potensial dgn
suatu cedera , buat dokumentasi lengkap.
7). Obat – obatan
Pengobatan saat ini dan obat terakhir, meliputi :
dosis, obat yg diresep, beli bebas, jamu-jamuan,
pengobatan di rumah.
8). Alergi : terutama terhadap obat – obatan , alergi
lingkungan dan makanan.
9). Transfusi : reaksi, tanggal, dn nomor unit yg ditransfusi.
4. Riwayat keluarga
1). Apakah ada anggota keluarga wanita yg
mempunyai penyakit dgn ciri – ciri yg sama
dgn penyakit yg diderita wanita tersbt.
2). Status kesehatan atau penyebab kematian
ortu dan saudara kandung ( diserta usia saat
meninggal )
3). Apakah ada riwayat penyakit jantung, TD tinggi,
kanker, stroke, diabetes, pirai ( gout ), peny. Ginjal
peny. Tiroid , asma & kondisi alergi lain , peny.
Darah, penyakit menular seksual, penyakit
keluarga
4). Apa saja status kesehatan dan usia suami / isteri
dan anak – anak.
5). Adakah peny.keturunan dlm keluarga .mis :
hemofilia, anemia sel sabit. Bgn kondisi
kakek/nenek, bibi, paman dan keponakan?
Diagram pedigree/ genogram
5. Riwayat sosial & pengalaman
1). Status peribadi :
tempat lahir, tempat dibesarkan, lingkungan
rumah saat remaja ( co; ortu bercerai atau
berpisah, kelas sosial ekonomi, latar belakang
budaya ), pendidikan, posisi dlm keluarga, status
pernikahan, kepuasan hidup secara umum,
kegemaran, minat, pandangan terhdp hidup sehat.
2). Nutrisi :
Diet ; kebiasaan makan konsumsi kopi, teh, dan
alkohol, penggunaan suplemen vitamin & mineral
3). Latihan – aktifitas : kuantitas & jenis
4). Istirahat & tidur : keteraturan tidur, jam, waktu, istirahat
tidur yang lazim
5). Toleransi terhadap stres: stresor khas, tingkat stres pd
hr yg khusus di rumah atau dikantor, cara yg biasa
digunakan utk mengatasinya, beristirahat , penggunaan
obat – obatan terlarang ( frekwensi, jenis dan jumlah )
6). Seksualitas :
a. Apakah ia menjalani pemeriksaan panggul sebelumnya.
b. Waktu & frekwensi koitus jka aktif secara seksual
c. Riwayat kontrasepsi : jenis, kapan digunakan, masalah,
waktu dan alasan tdk melanjutkan penggunaannya.
d. Sikap terhadap rentang perilaku seksual yg
diterima sebagaimana yg ditetapkan oleh faktor –
faktor ; seperti budaya, agama, keluarga
e. Konsep seksual diri ( cara seseorg memandang
dirinya secara seksual mempengaruhi caranya
berhubungan dgn org lain).
f. Tingkat pengetahuan , termasuk pemahaman ttg
fungsi tubuh, anatomi fisiologi seksual, mitos, dan
kesalahan informasi tentang seks
g. Perilaku seksual : perkawinan atau hubungan lain
ada kesulitan atau rasa takut?
7). Kondisi rumah : pemukiman, kondisi ekonomi, jensi
asuransi kesehatan, jika ada binatang pemeliharaan
dan kesehatannya
8). Pekerjaan : yg biasa dilakukan saat ini ; kondisi 7
waktu, ketegangan fisik atau mental , lama pekerja,
paparan pd panas & dingin pd saat ini dan dahulu,
racun industri ( terutama timah, arsenik, krom, asbeston,
berilium, gas-gas beracun, bensin, dan polivinil klorida
atau karsinogen ) setiap perlengkapan & perlindungan
yg dibutuhkan paparan pd asap rokok
9). Lingkungan : perjalanan & paparan lain pd penyakit
menular, tinggal didaerah tropik, sumber infeksi , jika
ada.
 10). Catatan militer : tangggal & area geografi
tempat penugasan
 11). Agama : Larangan agama yg terkait dgn
perawatan kesehatan
 12) Kebudayaan dan suku :larangan atau anjuran
yg mempengaruhi pelayanan kesehatan
6. Tinjauan ulang sistem
 Tergantung pada masalah wanita / klien
1). Gejala Konstitusional umum:
 Tingkat energi, perasaan sehat/sejahtera, demam,
menggigil, malaise, letih, keringat pd malam; berat badan
( rata-rata, yang disukai, saat ini, perubahan, selera
makan)
2). Kulit:
Ruam atau erupsi, gatal, pigmentasi atau
perubahan tekstur, keringat berlebih ,
pertumbuhan kuku dan rambut yang abnormal
3). Muskuloskeletal :
kaku sendi, nyeri, restriksi gerak, bengkak,
kemerahan, panas, deformitas tulang, tegang dan
kram otot, peredaran darah, kerapuhan tulang,
telapak kaki rata, tulang punggung melengkung
4) Kepala :
a. Umum : sakit kepalayg sering atau tdk lazim, pusing,
sinkop, cedera kepala berat
b. Mata : masalah penglihatan atau ketajaman
penglihatan, nyeri, kotoran; penggunaan tetes
mata atau obat mata lain; riwayat trauma atau
penyakit mata keluarga, penggunaan kaca mata
atau lensa kontak; pemeriksaan mata terakhir
c. Telinga : kehilangan pendengaran, nyeri, kotoran,
tinitus, vertigo
d. Hidung : indra penghidu, frekwensi pilek,
obstruksi, epistaksis, kotoran , nyeri sinus
e. Tenggorok dan mulut: keparauan atau perubahan
suara, tenggorok sering nyeri, perdarahan atau
pembengkakan gusi, abces atau ekstraksi gigi gigi
saat ini, nyeri pd lidah atau mukosa bukal, ulkus,
gangguan rasa, gigi palsu, kunjungan terakhir ke
dokter gigi, frekwensi perawatan gigi, masalah
dgn mengunyahdan menelan.
f. Leher : nyeri, keterbatasan gerak, bengkak
5). Endokrin
 Pembesaran tiroid atau nyeri tekan, intoleransi panas
atau dingin, perubahan BB, Diabetes ( polidipsi, poliuri ),
perubahan pd bulu muka atau tubuh, dll
a. Menstruasi : keteraturan, durasi dan jlh aliran,
dismenore, periode menstruasi terakhir ( LMP ),
periode menstruasi sebelumnya ( PMP), periode
menstruasi normal terakhir ( LNMP ), keluaran atau
perdarahan antar menstruasi , gatal, tanggal terakhir
papsmear , usia waktu menopause , libido, frekwensi
hubungan seks, kesulitan berhubungan seks.
b. Kehamilan :
jumlah , keguguran/abortus, durasi kehamilan
pada setiap komplikasi selama kehamilan, atau
periode pasca partum; penggunaan kontrasepsi oral
atau kontrasepsi lain.
c. Payudara :
nyeri, nyeri tekan, benjolan, mammogram
6). Pernapasan : nyeri yg berhubungan dgn pernapasan,
dispnea, sianosis, mengi, batuk, sputum ( karakter &
kuantitas ), hemoptisis, keringat malam, paparan dgn
TB; tanggal dan hasil rontgen dada terakhir;
frekwensi & jenis infeksi, jumlah rokok yg diisap per
hari dan sdh berapa tahun.
7). Kardiovaskuler
Riwayat penyakit jantung bawaan, demam
reumatik, hipertensi, hipotensi, nyeri, dispnea,
palpitasi, jumlah bantal ( utk meninggikan kepala )
yg dibutuhkan utk tidur dengan nyaman, perkiraan
toleransi latihan, EKG terakhir atau tes jantung
lainnya.
8). Hematologi
golongan darah, faktor Rh, anemia,
kecenderungan memar atau mudah berdarah,
trombosis, tromboflebitis, setiap kelainan sel darah
yg diketahui , transfusi.
9). Imunitas
 Pembesaran kelenjar getah bening, nyeri tekan, atau
supurasi, infeksi ( jenis , respon terhdp terapi, komplikasi ),
gangguan autoimun
10). Pencernaan
napsu makan, pencernaan, intoleransi terhdp beberapa
makanan, disfagia, nyeri ulu hati, mual, muntah, keteraturan
BAB, sembelit, diare, perubahan warna/isi tinja ( warna
tanah liat, seperti ter, darah segar, lendir, makanan yg tak
dicerna), flatulen, hemoroid, hepatitis, ikterik, urine
berwarna gelap, riwayat tukak lambung, batu empedu,
polip, atau tumor, pemeriksaan X sebelumnya ( kapan,
dimana, hasil ).
11). Genitourinarius
Disuria , nyeri panggul atau suprapubik,
frekwensi, nokturia, hematuria, poliuri, keinginan utk
berkemih, urine menetes, kehilangan kekuatan
aliran, jalannya batu disaluran kemih, edema pd
muka, inkontinensia stres, hernia, PMS.
12). Neurologi
Sinkop, kejang, kelemahan, atau paralisis,
gangguan sensasi, tremor, kehilangan ingatan,
frekwensi yg tdk lazim, distribusi, atau nyeri kepala
yg hebat, cedera keapa yg serius dimasa lalu.
13). Psikiatrik
Depresi, perubahan mood, kesulitan utk
konsentrasi, kegelisahan, tekanan darah, pikiran utk
bunuh diri, lekas marah, gangguan tidur,
penyalahgunaan obat atau alkohol
B. PROMOSI KESEHATAN WANITA
Pengertian Promosi Kesehatan
 Segala bentuk pendidikan kesehatan dan intervensi
yg terkait dgn ekonomi , politik, dan organisasi yg
dirancang utk memudahkan terjadinya perubahan
perilaku dan lingkungan yg kondusif bagi
kesehatan ( Notoatmodjo, 2012 )
 Proses utk me kan kemampuan org dlm
mengendalikan & meningkatkan kesehatannya.
Dalam tahap – tahap reproduksi , promosi
kesehatan dilakukan pd saat wanita menjalani
perawatan prenatal dan perawatan KB
Perawatan kesehatan pd wanita sehat
Tujuan utama adalah :
 Mendidik wanita tentang dampak gaya hidup pd
status kesehatan & resikonya jika tdk
memperhatikan kesehatannya.
Sebagai agen pengubah & advokasi pasien,
perawat dpt meningkatkan pengetahuan & harga
diri wanita, sehingga dpt berperan aktif & puas
dlm perawatan kesehatannya.
 Hal yg penting bagi perawat utk mengetahui
ketertarikan wanita utk belajar & utk memiliki
pengetahuan dasar tentang topik tersebut.
 Topik pembelajaran hrs di minati oleh wanita &
penting hanya bila perawat memulai diskusi ttg hal
tersebut.
 Hal ini memberi perawat kesempatan utk
memotivasi pembelajaran & memfasilitas
pembuatan keputusan
Lanjutan
Kesehatan Reproduksi
Menurut UU NO.36 /2009 adalah keadaan sehat
secara fisik, mental & sosial secara utuh tdk
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yg berkaitan dgn sistem, fungsi, dan proses
reproduksi pada laki dan perampuan (Lubis, 2013)
Metode Promosi Kesehatan ( Wanita )

 Metode yang digunakan : promosi


perorangan
 utk membina perilaku baru atau seseorg
yg mulai tertarik pd suatu perubahan
perilaku atau inovasi. Dasar yg
digunakan pendekatan individu krn
setiap org mempunyai masalah atau
alasan yg berbeda.
Masalah kes.umum yg sering terjadi pd
dewasa awal/usia produktif ( Rohan &
Siyoto. 2013 ) diantaranya :
1. Infeksi saluran reproduksi ( PMS, HIV/AIDS )
2. Pencegahan dan penanganan aborsi serta infertil
dan berbagai kes.lainnya seperti kanker serviks
dan kanker payudara
3. Osteoporosis
4. Jantung koroner
5. Anemia
Utk mencapai kesehatan optimal perlu adanya
promosi kesehatan.
Menurut WHO ; 2009
 Promosi kesehatan adalah proses membuat org
mampu meningkatkan kontrol dan memperbaiki
kesehatannya.
 Strategi promkes secara global menurut WHO;
1984 dikenal dgn strategi ABG (AdvokasI, Bina
suasana, Gerakan masyarakat )
Promosi Kesehatan pd wanita
Promosi Kesehatan merupakan pemberdayaan
atau memandirikan masyarakat ( wanita ) agar
dapat memeliharan & meningkatkan kesehatan
 Memasyarakatkan program SADARI bagi wanita
mulai usia subur; setiap selesai menstruasi pd setiap
bulan.
 Kunjungan secara berkala setiap 1 sampai 3 tahun,
tergantung usia dan status resiko wanita.
Pemeriksaan tahunan yg meliputi :

• riwayat kesehatan
 Tinggi badan
 Berat badan
 Tekanan darah
 Pemeriksaan payudara secara klinis
 Pemeriksaan panggul.
 Pap smear
 Pemeriksaan anus
 Pemeriksaan ginekologi pertama sangat dianjurkan
pd usia ≥18 thn jika wanita memiliki :

 Masalah menstruasi
 Rabas vagina
 Secara seksual aktif atau sedang merencanakan
kehamilan.
 Frekwensi kunjungan setelah pemeriksaan pertama
tergantung pd rencana perawatan atau adanya
faktor resiko.
 Pemeriksaan mulut, kulit dan anus secara digital
dianjurkan setiap tahun ; dimulai pd usia 50 thn.
2. UPAYA – UPAYA PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer :
 dilakukan dgn cara meningkatkan derajat kesehatan utk mencegah
terjadinya penyakit.
 pencegahan pd tahap ini dilakukan dgn bentuk promosi kesehatan
seperti penyuluhan tehnik SADARI/SARARI
 Pencegahan primer : 1. edukasi & promosi , 2 vaksinasi
2. Pencegahan Sekunder :
 Berupa deteksi dini penyakit dan segera mengobatinya utk mencegah
komplikasi
 dilakukan terhdp individu yg memiliki resiko utk terkena kanker payudara
 Pencegahan sekunder dilakukan dgn melakukan deteksi dini kanker serviks
atau dgn melakukan skrining ( dgn melakukan Pap Smear atau test
Papanicolaou )
3. Pencegahan Tersier :
 Berupa pemulihan atau rehabilitasi utk mencegah kecacatan dan kematian
 Biasanya diarahkan pd individu yg telah positif menderita kanker payudara
A. TEHNIK SADARI/SARARI

Pengertian
Merupakan pemeriksaan payudara sendiri secara
manual
Tujuan
utk membantu ♀ melakukan deteksi dini adanya
kelainan pd payudara (Suddarth & Brunner 2003)
Waktu yg tepat
 antara hr ke 7 – 10 menstruasi dr siklus haid dgn
menghitung hari pertama sebagai hari I
( dimana pengaruh hormon sdh tdk terlalu besar lagi )
 Waktu terbaik setelah periode haid.
Jika haid tdk teratur , lakukan pd hr yg sama.
 Posisi saat pemeriksaan : berdiri & tidur terlentang.
 ♀ Pascamenopause dianjurkan utk memeriksa
payudaranya pd hr pertama setiap bulan utk
meningkatkan rutinitas pemeriksaan payudara sendiri.
Pemeriksaan payudara oleh petugas kesehatan
disarankan :
 ♀ berusia 20 – 40 thn : dilakukan setiap 3 tahun

 ♀ berusia > 40 thn : dilakukan setiap 1 tahun


 SADARI dianjurkan setiap bulan

 Dianjurkan pemeriksaan ginekologi pertama pd usia


≥ 18 thn jika memiliki :
 Masalah menstruasi
 Rabas vagina
 Rencana kehamilan
 Frekwensi kunjungan setelah pemeriksaan pertama
tergantung pd rencana perawatan atau faktor resiko.
 Deteksi dini kanker payudara :
Promosi & KIE melalui SADARI ( Periksa Payudara
Sendiri)
 Kanker payudara tersering ke II di Indonesia : 11
%
 Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian akibat
kanker pd wanita
 Data insiden berdasarkan umur:
o > 50 thn : 78 %
o < 40 thn : 6 %
 Rata – rata ditemukan pd usia 64 tahun
Hambatan dlm melakukan SADARI:
 Takut jika menemukan benjolan
 Merasa tdk mampu mengenali benjolan
 Merasa malu
6 langkah melakukan SADARI
1. Mulailah pemeriksaan dgn mengamati bentuk
payudara di cermin dgn posisi
 Pastikan pundak tegap / bahu hrs sejajar
 Letakan tangan di pinggang
 Perhatikan : bentuk, ukuran & warnanya
Kelainan yg mungkin ditemukan seperti :
 Kerutan
 Benjolan
 Lekukan
 Posisi puting yg tdk normal : tertarik ke dalam, atau perubahan
warna ( merah ), lecet, bengkak , atau cairan keluar dari puting.
 Struktur kulit yg tdk normal( merah, kasar, berkerut , dimpling
( kulit seperti tercubit ) , mengkilap, atau kulit menonjol =
menggembung ) atau bahkan nyeri
2. Angkatlah kedua lengan
 Utk melihat kelainan bentuk payudara lagi.
 Lihatlah apakah kedua payudara terangkat
bersama-sama.
3. Menggunakan ujung jari , tekan perlahan
permukaan payudara dan rasakan apakah ada
benjolan
Rabalah sesuai dgn pola berikut:
 Melingkar, dari atas ke bawah, dari tengah ke
samping, sampai area ketiak
 Lakukan langkah ini pd kedua payudara.
4. Selain pola melingkar, bisa melakukan pola
diagonal
5. Peras puting secara perlahan.
 Lihat apakah ada keluar cairan berwarna putih atau
kekuningan atau bahkan bercampur darah
6. Periksa dlm keadaan berbaring
a. Berbaring & letakkan bantal di bawah bahu kanan.
Letakkan lengan kanan anda di bawah kepala anda
b. Gunakan bantalan dr 3 jari tengah tangan kiri anda utk
merasakan benjolan atau penggumpalan / penebalan.
Bantalan jari anda adalah ujung ke3 setiap jari
c. Tekan agak kuat utk mengetahui perabaan payudara
anda. Daerah keras di lengkungan yg lebih rendah pd
setiap payudara adalah hal yg normal
d. Gerakan jari mengelilingi payudara sesuai langkah
yg ditentukan. Anda dpt memilih gerak melingkar ,
ke atas & ke bawah grs atau ke arah tengah .
Lakukan setiap kali dgn cara yg sama.
e. Sekarang periksa payudara kiri anda dgn
menggunakan bantalan jari –jari tangan kanan.
f. Periksa payudara ketika mandi . Tangan yg
bersabun akan bergerak dgn leluasa pd kulit yg
basah, sehingga mempermudah pemeriksaan
perabaan pd payudara anda.
B. SCREENING
Pengertian Screening :
adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha
utk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara
klinis
Dpt dilakukan dgn cara;
a. Pertanyaan ( ananmesa )
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan laboratorium
d. X-ray, termasuk diagnostic imaging
Tujuan skrinning & deteksi dini
 Utk mengurangi mordititas & mortalitas dr penyakit dgn
pengobatan dan pengobatan dini diarahkan penyakit tdk
menular CA , DM dll.

 Syarat – syarat screening :


1. Penyakit hrs merupakan mslh kesehatan yg penting
2. Hrs ada cara pengobatan yg efektif
3. Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosis
4. Diketahui stadium prepatogenesis dan pathogenesis
5. Tes hrs cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan ,
dpt diterima oleh masyarakat
6. Biaya hrs seimbang , biaya skrining hrs sesuai dengan
hilangnya konsekwensi kesehatan
Contoh program skrinning:

1. Test Papsmear utk skrining kanker serviks


2. Skrining donor darah utk mendeteksi HIV.
3. Mammography & pemeriksaan fisik utk skrinning Ca payudara pd
wanita diatas 50 thn.
10 juta org didunia terdiagnosa mengidap kanker setiap tahun
Pd ♀ diatas usia 50 thn diperkirakan meningkat jadi 15 juta org di
tahun 2020
Kanker menduduki peringkat ke 5 penyebab kematian
Ada 4 kanker utama pd wanita
1. Ca Payudara
2. Ca Serviks
3. Ca Ovarium
4. Ca Endometrium
1. Kanker payudara
 Faktor resiko
 Faktor genetik
 Usia diatas 50 thn
 Pernah menderita ca payudara
 Riwayat keluarga dgn kanker payudara
 pernah menderita penyakit payudara non kanker
 Haid pertama sebelum usia 12 thn
 Menopause setelah usia 55 thn
 Kehamilan pertama setelah usia 30 thn atau belum pernah
hamil
 Pemakaian terapi hormon
 Obesitas pasca
 Target skrining payudara : 80% pd usia 30 – 50
thn, 50% datang dlm stadium lanjut
 Pemeriksaan Papsmear lebih penting dilakukan pd
wanita yg belum pernah diskrining.
Program skrining secara periodik utk
wanita berusia 40 thn hingga 65 tahun
 Prosedur skrining berkala : PAP SMEAR
 Pemeriksaan fisik : payudara dan papanicolaou
( pap smear )
PAP SMEAR
 Pengertian
 Merupakan sebuah tes yg dpt memeriksa keadaan sel – sel
pd serviks ( leher rahim ) dan vagina.
 Sebuah prosedur utk menguji kehadiran kanker serviks pd
wanita
 Manfaat PapSmear ( Lestadi , 2009 )
1. Evaluasi Sitohormonal
Penilaian hormonal pd seorg ♀ dpt dievaluasi melalui
pemeriksaan papsmear. Bahan pemeriksaan papsmear
adalah sekret vagina yg berasal dr dinding lateral
vagina 1/3 bagian atas.
2. Mendiagnosis peradangan
Tampak perubahan sel yg khas pd sediaanpapsmear
3. Identifikasi organisasi penyebab peradangan
berdasarkan perubahan yg ada pd sel .
4. Mendiagnosis kelainan prakanker ( displasia ) leher
rahim dan kanker leher rahim dini atau lanjut
( karsinoma / invasif )
5. Memantau hasil terapi
Memantau hsl terapi hormonal ( misalnya infertilitas
atau gangguan endokrin.
 Tujuan
1. utk menemukan proses-proses premalignat dan malignat
2. Mendeteksi sel abnormal ( kanker serviks, sel-sel leher
rahim ) sejak dini, yg sangat penting utk pengobatan
sejak pra kanker.
3. utk mengetahui adanya HPV atau sel karsinoma
penyebab kanker leher rahim.
 Indikasi
Semua wanita usia ≥ 18 tahun :
1. Aktif melakukan hubungan seks
2. Pernah melahirkan
Faktor – faktor yg mempengaruhi
pap smear ( Fitria; 2007 )
1. Umur : paling sering ditemukan pd usia 35 – 55 tahun
2. Sosial ekonomi : sosek yg rendah ; krn ketidak
mampuan melakukan papsmear secara rutin
3. Paritas : jlh anak > 2 org atau jarak persalinan
terlalu dekat. Menyebabkan perubahan sel
abnormal dr epitel pd mulut rahim
1. Usia Wanita saat nikah
< 20 thn : krn pd usia muda sel – sel rahim masih
belum matang, sehingga rentan terhdp zat – zat kimia
yg dibawa oleh sperma, ketika ada rangsangan sel yg
tumbuh tdk seimbang , kelebihan sel bisa berubah sifat
menjadi sel kanker.
Wanita yg dianjurkan Test Pap Smear
( Sukaca , 2009 )
 Setiap 6-12 bulan utk ♀ yg usia muda sdh menikah atau
belum menikah dgn aktifitas seksual yg tinggi
 Setiap 6-12 bulantahun sekali utk ♀ yg berganu pernah
menderita infeksi HIV berganti-ganti pasangan seksual atau
kutil kelamin
 Setiap tahun bagi wanita yg berusia > 35 tahun
 Setiap tahun utk ♀ yg memakai pil KB
 Paptest setahun bagi wanita antara 40-60 tahun
 Sesudah 2 x pap tes ( -) dgn interval 3 tahun dgn catatan ♀
resiko tinggi hrs lebih sering menjalankan pap smear
 Sesering mungkin jika hsl papsmear menunjukkan
abnormal sesering mungkin setelah penilaian & pengobatan
prakanker maupun kanker serviks.
Tempat Pemeriksaan PapSmear dpt
dilakukan.( Sukaca; 2009 )
 Rumah Sakit Pemerintah
 Rumah Sakit Swasta
 Lab. Swasta , dgn harga yg cukup terjangkau
 Tempat – tempat yg menyediakan PapSmear
Test Pap smear dpt diulangi
 Setiap 3 tahun untuk ♀ usia 18 – 65 tahun
 Wanita beresiko lebih sering dilakukan test,
terlepas dr usia
Faktor resiko seperti :
 Papsmear sebalumnya menunjukkan adanya sel-sel
prakanker
 Paparan dietilstibestrol ( DES )
 Infeksi HIV
 Sistem kekebalan tubuh melemah krn transplantasi organ,
kemoterapi, atau penggunaan kortikosteroid.
Papsmear tdk dilakukan jika:

1. Setelah histerektomi total.


2. Usia tua ≥ 65 thn ; jika test sebelumnya tdk menunjukkan
tanda – tanda ca serviks.
Persyaratan sebelum test Papsmear :
1. Hindari hubungan intim selama minimal 24 jam
2. Hindari obat – obatan vagina ( tdk membersihkan dgn
cara irigasi )
3. Hindari spermisida ( alat kontrasepsi yg mengandung
bahan kimia utk membunuh sperma )
4. jangan menjalani Pap smear selama periode menstruasi.
Syarat Pengambilan PapSmear
(Romauli & Vindari, 2011)
 Bahan pemeriksaan hrs berasal dr porsio leher rahim
 Dapat dilakukan setiap waktu diluar masa haid, yaitu
sesudah hr siklus ketujuh sampai dgn masa pramenstruasi
 Apabila klien mengalami gejala perdarahan diluar masa
haid dan dicurugai penyebabnya kanker leher rahim,
sediaan papsmear hrs dibuat saat itu walau ada
perdarahan
 Pd peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda
sampai selesai pengobatan
 Klien dianjurkan utk tdk melakukan irigasi vagina ,
memasukan obat melalui vagina atau melakukan hubungan
seks dlm 24 jam
 Klien yg sdh menopause , pap smear dpt dilakukan kapan
saja’
Faktor – faktor Tes Pap Smear
 Jumlah sel yg dikumpulkan tdk memadai
 Sel – sel abnormal hanya sedikit
 Darah atau inflamasi sel menutup sel – sel
abnormal
Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
 Persiapan Pasien
1. Melakukan informet concent
2. Menyiapkan lingkungan sekitar klien
3. Jelaskan tujuan pemeriksaan & sensasi yg akan dirasakan
sewaktu pengambilan spesimen
4. Menganjurkan klien membuka pakaian bagian bawah
5. Menganjurkan klien berbaring di tempat tidur ginekologi
dengan posisi lithotomi
 Alat :
1. Meja troly , handscun
2. Speculum cocor bebek
3. Lidi kapas atau cytobrush
4. Sikat lembut atau perangkat scraping datar yg disebut spatula
yg bulat
5. 2 buah Obyek gelas
6. Botol khusus berisi alkohol 95 %
Lanjutan
7. Cytocrep atau hair spray
8. Tampon tang, kasah steril pd tempatnya
9. Lampu sorot
10. Formulir permintaan yg berisi : nama, usia, paritas, keluhan
atau alasan pengambilan spesimen
11. Waskom berisi larutan klorin 0,5 %
12. Tempat sampah
13. Tempat tidur ginekologi
14. Sampiran
Prosedur Kerja
1. Menyusun perlengkapan/bahan secara ergonomik.
2. Mencuci tangan dgn sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh
langkah dan mengeringkan dgn handuk kering dan bersih.
3. Menggunakan handscun steril
4. Melakukan vulva hygiene
5. Memperhatikan vulva & vagina apakah ada tanda – tanda infeksi.
6. Memasang speculum dalam liang vagina utk menahan dinding vagina
tetap terbuka
7. Speculum di masukkan kedalam vagina
8. Menyeka cairan/lendir serviks menggunakan kapas/spatula
9. masukan spatula tepat di dalam saluran serviks pd os exsterna , spatula
diputar melingkar 360 derajat
10. Lendir di oleskan pd kaca obyek mikroskop, jangan terlalu tebal dan
jangan terlalu tipis
11. Lalu disemprot ringan dengan lrutan fiksasi, dan dibiarkan kering
11. Fiksasi segera sediaan yg telah dibuat dgn cara:
a. Fiksasi basah
Dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu
sekret masih segar dimasukkan kedlm alkohol
95% . Setelah difiksasi selama 30 mnt ,
sediaan dpt diangkat dan dikeringkan serta kirim
dlm keadaan kering terfiksasi atau dpt pula
sediaan dikirim dlm keadaan terendam cairan
fiksasi didlm botol.
b. Fiksasi kering
 Dibuat setelah sediaan selesai diambil, sewaktu secret masih
segar disemprotkan cytocrep atau hair spray pd obyek gelas yg
mengandung apusan secret tersebut dgn jarak 10-15 cm dr kaca
obyek gelas sebanyak 2 – 4 semprotan.
 Kemudian keringkan sediaan dgn membiarkannya diudara
terbuka selama 10 – 15 mnt
 Setelah kering sediaan siap dikirim ke laboratorium sitologi utk
diperiksa bersamaan dengan formulir permintaan
12. Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasah
steril menggunakan tampon tang.
13. Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan –
lahan
14. Bertahu ibu bahwa pemwriksaan sudah selesai
dilakukan
15. Rapihkan ibu dan rendam alat – alat dan
melepaskan sarung tangan ( rendam dalam larutan
klorin 0,5% )
16. Cuci tangan dgn sabun dibawah air mengalir dgn
metode 7 langkah
17. Temui ibu kembali
18. Mencacat hasil tindakan dalam status.
Pengelompokan PapSmear( Sukaca, 2009 )
 Kelas I : Identik dgn normal smear, pemeriksaan ulang 1 tahun
lagi
 Kelas II: menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik ,
terkadang disertai pula dgn kariotik ringan.
Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi.
Pengobatannya disesuaikan dgn penyebabnya
. Bila ada radang bernanah maka akan
dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan
 Kelas III: Ditemukan sel diagnostik sedang keradangan berat,
periksa ulang dilakukan setelah pengobatan

 Kelas IV : Telah ditemukan sel – sel yg telah mencurugakan


dan ganas
 Kelas V : ditemukan sel – sel ganas
TEST SCREENING IVA
 WHO : kanker serviks menempatan tingkat I
 Indonesia : angka penderita kanker serviks tertinggi di
dunia deteksi dini ca serviks dpt dilakukan dgn IVA
Di negara maju : utk menekan jumlah kasus kanker
serviks terutama dgn adanya program screening antara
lain dengan Tes Pap Smear
Indonesia tinggi ; gendala krn :
 Luas wilayah
 Kurang SDM sebagai pelaku screening khususnya tenaga
ahli patologik anatomic/sitologik , teknisi sitologi .
 Screening kanker serviks dgn metode yg lebih sederhana
antara lain IVA ( Inspeksi Visual dgn Asam Asetat )
.IVA ( INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT )

A. Pengertian
 Merupakan cara sederhana utk mendeteksi
kanker leher rahim sedini mungkin .
 Merupakan pemeriksaan leher rahim dgn
cara melihat langsung leher rahim setelah
memulas dgn larutan asam asetat 3 – 5%
(Wjaya Delia , 2010 )
Selain IVA deteksi dini dpt dilakukan dengan Pap
Smear.
B. Tujuan
1. Meningkatnya motivasi masyarakat utk melakukan
pemeriksaan kesehatan secara rutin
2. Meningkatnya jlh wanita yg melakukan deteksi
dini kanker leher rahim.
3. Meningkatnya penemuan lesi pra kanker dan
stadium dini kanker leher rahim
4. Meningkatnya penemuan dini kanker leher rahim
5. Terlaksananya perluasan informasi ttg penyakit
kanker , faktor resiko kanker dan upaya
pengendaliannya.
C. Manfaat
1. Diagnosis dini keganasan
IVA berguna dlm mendeteksi dini kanker serviks ,
kanker endometrium, keganasan tubafalopii,
keganasan ovarium.
2. Perawatan ikutan dr keganasan
IVA berguna sbg perawatan ikutan setelah operasi
dan setelah mendapat kemoterapi & radiasi.
3. Menentukan proses peradangan
IVA berguna utk menentukan proses peradangan pd
berbagai infeksi bakteri dan virus.
D. Keuntungan IVA (Nugroho, 2010)

1. Mudah, praktis, mampu dilaksana.


2. Dpt dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
3. Alat2 yg dibutuhkan sederhana
4. sesuai utk pusat pelayanan sederhana
5. Kinerja test sama dengan test lain
6. Memberikan hsl segera, sehingga dpt di ambil
keputusan mengenai penatalaksanaannya.
E. Jadwal IVA
1. Program screening oleh WHO :
a. Usia 35 - 40 thn : 1 kali
b. Usia 35 – 55 tahun : tiap 10 tahun
2. Nugroho Taufan ( 2010 )
Tiap 5 thn pd usia 35 – 55 tahun
Ideal & optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3
tahun pd usia 25 – 60 tahun.
Di Indonesia
Dianjurkan utk melakukan IVA bila
a. Hasil positif ( + ) adalah 1 tahun
b. Hasil negatif ( - ) adalah 5 tahun
Syarat ikut test IVA
1. Sdh melakukan hubungan seksual
2. Tdk sedang datang bulan atau haid
3. Tidak sedang hamil
4. 24 jam sebelumnya tdk melakukan hubungan
seksual
F. Pelaksanaan
 Persiapan alat
1. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada
pd posisi litotomi
2. Tempat sumber cahaya utk melihat serviks
3. Speculum vagina
4. Asam asetat 3-5%
5. Swab- lidi kapas
6. Sarung tangan
 Persiapan Pasien
1. Informent concent
2. Menjelaskan kepada klien tentang tujuan prosedur yg akan
dilakukan
 Cara Kerja
1. Jaga privacy dan kenyamanan pasien
2. Pasien dibaringkan dgn posisi litotomi ( berbaring dgn
dengkul ditekuk dan kaki melebar )
3. Lakukan vulva hygiene
4. Basahkan spekulum di air hangat dan masukan ke vagina
ps secara tertutup, lalu dibuka utk melihat leher rahim.
5. Bila terdpt banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas
steril basah utk menyerapnya , dgn menggunakan pipet
atau kapas, larutan asam asetat 3 – 5% diteteskan ke
dlm leher rahim dlm wkt 1 mnt, reaksinya pd leher rahim
sdh dpt dilihat.
6. Hasilnya :
 Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih –
putihan kemungkinan positif terdpt kanker.
Asam asetat berfungsi menimbulkan dehdrasi sel
membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker
yg berkepadatan protein tinggi berubah warna
menjadi putih
 Bila tdk dpt gambaran epitel/plak putih pd daerah
transformasi berarti hasilnya negatif
Kategori IVA
1. IVA negatif : menunjukkan leher rahim normal
2. IVA radang : serviks dgn radang ( Servisitis ) ,
atau kelainan jinak lainnya (polip serviks )
3. IVA Positif : ditemukan bercak putih . Kelompok ini yg
menjadi sasaran temuan screening kanker serviks dgn
metode IVA krn temuan ini mengarah pd diagnosis
serviks pra kanker
4. IVA kanker serviks : pd tahap inipun, upaya penurunan
temuan stadium kanker serviks, masih akan
bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
serviks bila ditemukan masih pd stadium invasif dini
( stadium IB – II B)
Tempat Pelayanan Tes IVA
 Di tempat – tempat pelayanan kesehatan
 Oleh :
 Perawat terlatih
 Bidan
 Dokter umum
 Dokter spesialis obgyn.

Anda mungkin juga menyukai