Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

FISTULA VESIKOVAGINAL

A. Definisi
Fistula Vesikovaginal merupakan salah satu jenis fistula urogenital pada wanita.Fistula
vesikovaginal terjadi karena terbentuknya saluran abnormal yangmenghubungkan antara kandung
kemih dan vagina. Fistula yang terbentuk memungkinkan pengeluaran urine tanpa disadari
kedalam liang vagina. Salah satu penyebab terjadinya fistula, yaitu trauma obstretik (termasuk di
dalamnya adalah partus yang lama & ukuran bayi yang besar). Kejadian ini sering terjadi pada
negara berkembang. Sedangkan pada negara maju trauma selama dalam pembedahanginekologik
menjadi penyebab utama terbentuknya fistula. Fistula vesikovaginal paling sering ditemukan pada
primigravida usia muda.

B. Etiologi
 Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Fistula Vesiko Vagina antara lain:
 Komplikasi Obstetrik
 Operasi Ginekologi
 Prosedur Urologi
 Radiasi
 Penyebab lain yang jarang ditemukan seperti kondisi peradangan saluran pencernaan,
penyakit chrons, trauma yang berasal dari benda asing dan kelainan kongenital

Faktor predisposisi terjadinya Fistula Vesiko Vagina


 PID berulang
 Diabetes Melitus
 Aterosklerosis
 Keganasan
 Endometritis

C. Jenis
Ada beberapa jenis fistula vagina:
 Fistula vesikovaginal. Disebut juga dengan fistula kandung kemih, pembukaan ini terjadi
antara kandung kemih dan vagina. Fistula vagina ini adalah yang paling umum terjadi.
 Fistula ureterovaginal. Jenis fistula ini terjadi ketika pembukaan normal berkembang antara
vagina dan saluran yang membawa urin dari ginjal ke kandung kemih (ureter).
 Fistula urethrovaginal. Fistula jenis ini, juga disebut fistula uretra, pembukaan terjadi antara
vagina dan tabung yang membawa urin keluar dari tubuh (ureter).
 Fistula rektovaginal. Fistula yang juga dikenal dengan fistula dubur ini terjadi ketika
pembukaan muncul di antara vagina dan bagian bawah ussu besar (rectum).
 Fistula colovaginal. Pada fistula colovaginal, pembukaan terjadi antara vagina dan colon.
Fistula enterovaginal, pembukaan terjadi antara usus halus dan vagina

D. Tanda dan Gejala


Tanda
Fistula vesicovaginalis :
 Wanita merasa tidak nyaman
 Inkontinensia urine
 Keluarnya urine pervaginam
 Sekunder dapat terjadi vaginitis dan eksema pada vulva
 Dapat menimbulkan infertilitas
 Sering menimbulkan amenorrhoe
Fistula rectovaginalis
 Inkontinensia alvi
 Kadang mengeluarkan cairan atau feses pervagina yang berasal dari rectum
 Flatus keluar melalui vagina
 Sekunder dapat terjadi infeksi jalan lahir

Gejala
Secara klinis gejala Fistula Vesiko Vagina mengalami inkontinen urine dan tidak ada rasa nyeri.
Komplikasi yang sering terjadi yaitu adanya iritasi pada daerah perineum dan paha atas,
dermatitis kronis, infeksi saluran kemih serta penumpukkan kristal(Calculi pada buli-buli),
amenorrhoe sekunder sebagai akibat sentral oleh karena depresi berat dan endometritis. Juga
dapat terjadi striktura / stenosis vagina yang merupakan gejala yang sering bersamaan dengan
fistula. Fistula sebagai akibat trauma obstetrik dapat timbul segera setelah persalinan atau
beberapa lama setelah persalinan, sedangkan fistula akibat tindakan operasi ginekologi 5 - 14 hari
pasca bedah. Pada fistula yang kecil urine dapat merembes sedikit. Gejala paling sering dari
Fistula Vesiko Vagina adalah inkontinensia total involunter yaitu adanya iritasi daerah vulva dan
seringnya terjadi ISK. Trias gejala yang timbul setelah tindakan pembedahan : sekret air kencing,
nyeri perut dan kenaikan suhu badan dapat dipastikan adanya Fistula Vesiko Vagina.

E. Diagnosis
Pada Fistula yang besar untuk membuat diagnosis tidaklah sulit oleh karena dengan mudah dapat
dilihat dan diraba, akan tetapi Fistula yang kecil sangat sulit.
Untuk itu diperlukan pemeriksaan tambahan antara lain :
1. Tes pewarnaan Urine (Test Metilen Biru)
Dilakukan jika dengan pemeriksaan Spekulum lokasi Fistel sukar ditentukan. Beberapa kasa
diletakkan dalam vagina, kemudian kandung kemih diisi dengan metilen biru melalui kateter
sebanyak 30-50 cc. Setelah 3 – 5 menit kasa dalam vagina dikeluarkan satu per satu dengan
mudah dapat terlihat adanya cairan metilen biru dan sekaligus dapat mengetahui lokasi Fistula
Vesiko Vagina.
2. Cara lain yang hampir sama yaitu ( Test Tampon Moir )
Disini digunakan untuk membedakan antara Fistula Utero Vagina yang kecil dan Fistula
Vesiko Vagina. Caranya : 150 – 200 cc larutan metilen biru dimasukkan dalam kandung
kemih, sebelumnya sudah dimasukkan 3 tampon dalam vagina. Pasien kemudian disuruh
jalan-jalan selama 10-15 menit, kemudian tampon dikeluarkan. Jika tampon bagian bawah
basah dan berwarna biru maka kebocoran dari urethra. Jika bagian tengah basah dan berwarna
kebiruan berarti dari Fistula Vesiko Vagina. Jika bagian atas yang basah tetapi tidak berwarna
biru berarti dari ureter.
3. Endoskopi ( Cystoscopy )
Dapat membedakan lokasi dan ukuran Fistel serta derajat reaksi radang sekitar Fistel. Banyak
Fistel yang terjadi sesudah tindakan histerektomi dan lokasi biasanya dibelakang cela intra
uterin dan berhubungan dengan dinding anterior vagina.
4. Pemeriksaan Radiologis
IVP dilakukan untuk membedakan Fistula Vesiko Vagina atau Obstruksi Ureter ,10 dengan
retrograde Pyelogram paling bermakna untuk menentukan adanya Fistula Vesiko Vagina.
Retrograde Pyelogram dilakukan jika pada IVP ditemukan keadaan yang abnormal atau lokasi
Fistula sukar ditentukan

F. Penanganan
Fistula vesikovaginal yang disebabkan oleh trauma. Pada keadaan ini segera setelah terjadi fistula,
kelihatan air kencing menetes ke dalam vagina. Jika hal ini ditemukan, harus segera dilakukan
penjahitan luka yang terjadi. Sebelum penjahitan, terlebih dahulu dipasang kateter tetap dalam
vesika urinaria, kemudian baru luka dijahit lapis demi lapis sesuai dengan bentuk anatomi vesika
urinaria; yaitu mula-mula dijahit selaput lendir, kemudian otot-otot dinding vesika urinaria lalu
dinding depan vagina. Jahitan dapat dilakukan secara terputus-putus atau jahitan angka delapan
(figure of eight suture). Kateter tetap dibiarkan di tempat selama beberapa waktu. Fistula
vesikovaginal yang disebabkan oleh karena lepasnya jaringan nekrosis. Dalam hal ini gejala beser
kencing tidak segera dapat dilihat. Gejala-gejala baru kelihatan setelah 3-10 hari pasca persalinan.
Kadang-kadang pada fistula yang kecil, dengan menggunakan kateter tetap (untuk drainase vesika
urinaria) selama beberapa minggu, fistula yang kecil tersebut dapat menutup sendiri. Pada fistula
yang agak besar, penutupan fistula baru dapat dilakukan setelah 3-6 bulan pasca persalinan.
Fistula rectovaginal Merupakan suatu fistula yang terjadi karena adanya perforasi pada septum
rectovaginal dapat terjadi karena proses persalinan.

Prinsip dan Metoda Penanganan


Suatu fistula yang diketahui 3 – 7 hari sesudah operasi dapat diperbaiki segera secara
transabdominal atau transvaginal. Tetapi fistula yang diketahui sesudah 7 – 10 hari postoperasi
akan diobservasi sampai proses radang dan indurasi hilang . Suatu fistula postoperasi yang kecil
dalam keadaan yang tenang dapat sembuh, dengan drainase buli-buli selama 2-3 minggu. Ketika
didiagnosis adanya fistula vesikovaginal postoperasi, stent ureter segera dimasukkan dan dipasang
selama 2 minggu. Karena oedema, pemasangan ini bisa gagal dan diulangi minggu berikutnya.
Penyembuhan spontan fistula ureterovaginal dapat terjadi dimana kontinuitas lumen ureter dan
infralesi ureter normal . Fistula yang kecil, berukuran < 2 mm, dahulu dilakukan fulgurasi atau
kauterisasi kimia dengan drainase buli-buli. Cara ini memiliki angka kegagalan tinggi dengan
tambahan perlukaan serta kerusakan pada jaringan sekitar. Penanganan modern fistula persisten
dengan pembedahan meskipun fistula tersebut berukuran sangat kecil.
Tidak ada penanganan medikal yang dapat mengkoreksi fistula vesikovaginal dan fistula
ureterovaginal dengan memuaskan. Meskipun estrogen conjugated (oral atau transvaginal) dapat
memperbaiki jaringan vagina menjadi lebih lunak dan lembut untuk persiapan reparasi fistula. Hal
ini penting untuk wanita postmenopause dan wanita dengan vaginitis atropik. Dapat juga
diberikan estrogen vaginal cream pada pasien hipoestrogenik. Estrogen vaginal cream diberikan
selama 4 – 6 minggu, dosis 2 – 4 gr saat tidur sekali per minggu . Untuk mengurangi risiko
cystitis, produksi mukus yang banyak, dan terbentuknya batu buli-buli, maka urine diasamkan
dengan diberikan Vitamin C oral 3 x 500 mg per hari. Untuk higiene pribadi dan perawatan kulit,
maka rendam duduk dengan kalium permanganat. Untuk fistula yang kecil, dapat dilakukan
pemasangan katheter selama 4 – 6 minggu. Meskipun drainase dengan katheter atau fulgurasi
pada pinggir fistula jarang berhasil sebagai pengobatan fistula

G. Pemeriksaan Penunjang
 Darah lengkap
 CT
 BT
 Golongan darah
 Urium creatiumi
 Protein Albumin

H. Komplikasi
1. Infeksi
2. Gangguan fungsi reproduksi
3. Gangguan dalam berkemih
4. Gangguan dalam defekasi
5. Ruptur/ perforasi organ yang terkait

I. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses pembedahan
c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi.
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi.

J. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi Rasional
1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
R/ Mencoba untuk mentoleransi nyeri tanpa analgesik.
2. Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas.
R/ Nyeri sebelum defekasi sering terjadi pada KU dengan tiba-tiba, dimana dapat berat
dan terus-menerus.
3. Catat petunjuk non-verbal, mis.gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati dengan
abdomen.
R/ Dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas/
beratnya masalah
4. Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan/ menghilangkan nyeri
R/. Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat
5. Bersihkan area rektal dengan sabun ringan dan air/lap setelah defekasi dan berikan
perawatan kulit.
R/ Melindungi kulit dari asam usus, mencegah ekskoriasi.
6. Observasi/ catat distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan TD
R/ Dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi, edema, dan jaringan
parut.

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses pembedahan
Tujuan : Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
R/ Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah
karakteristik infeksi.
2. Obeservasi penyatuan luka, adanya inflamasi
R/ Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan.
3. Pantau pernapasan, bunyi napas. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi 35-45 derajat,
bantu pasien untuk membalik, batuk, dan napas dalam.
R/ Infeksi pulmonal dapat terjadi karena depresi pernapasan, ketidakefektifan batuk, dan
distensi abdomen.
4. Observasi terhadap tanda/ gejala peritonitis, mis, demam, peningkatan nyeri, distensi
abdomen.
R/ Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan, peritonitis dapat terjadi bila
usus terganggu, mis, ruptur praoperasi, kebocoran anastomosis.
5. Pertahankan perawatan luka aspetik. Pertahankan balutan kering.
R/ melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah
bertindak sebagai retrograd, menyerap kontaminan eksternal.
6. Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.
R/ Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.

c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi.


Tujuan : Terjadi peningkatan rasa harga diri
Intervensi Rasional
1. Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganannya
R/ Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi
perubahan dalam hidup
2. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga
R/Mengindentifikasi penguatan dan dukungan terhadap pasien.
3. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga
R/ Pola koping yang efektif diasa lalu mungkin potensial destruktif ketika memandang
pembatasan yang ditetapkan.
4. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan
penanganannya.
R/Pasien dapat mengindentifikasi masalah dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
menghadapinya.

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Tujuan : Kecemasan berkurang atau teratasi
Intervensi Rasional
1. Catat petunjuk perilaku mis, gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata,
perilaku menarik perhatian.
R/ Stres dapat terjadi sebagai akibat gejala fisik kondisi, juga reaksi lain.
2. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
R/ membuka hubungan terapeutik. Membantu dalam meng-indentifikasi masalah yang
menyebabkan stres.
3. Akui bahwa ansietas dan masalah mirip yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan
perhatian mendengan pasien.
R/ Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stres.
4. Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.
R/ Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan
membantu menurunkan ansietas.
5. Berikan lingkungan tenang dan istirahat.
R/ meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
6. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian.
R/ tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang.
7. Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, mis teknik mengatasi stress
R/meningkatkan kontrol penyakit.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi.


Tujuan : Klien/ keluarga menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan.
Intervensi Rasional
1. Tentukan persepsi pasien/ keluarga tentang proses penyakit.
R/ Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kebutuhan belajar individu.
2. Kaji ulang proses penyakit, penyebab/ efek hubungan faktor yang menimbulkan faktor
pendukung.
R/ Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk membuat
keputusan informasi/pilihan tentang masa depan dan kontrol penyakit.
3. Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping.
R/ Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.
4. Tekankan pentingnya perawatan kulit, mis, teknik cuci tangan dengan baik dan perawatan
perineal yang baik.
R/ menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.
5. Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi periodik. 1.
R/Pasien dengan inflamasi beresiko untuk kanker dan evaluasi diagnostik teratur dapat
diperlukan.

.
DAFTAR PUSTAKA

Alianos. 2011. Fistula yang sulit di tebak available from :httpFistula yang sulit di tebak « alianos
xx.htm{23 agustus 2011: 20.33 wita}

F:\ulttult\fistula-vesiko-vagina 3.htm diarymusto. 2009. kuliah: avariable from “ http./diary_mustofo-


pnjang /htm 3 smester {23 agustus 2011: 20.33 wita}

FISTULA VESIKOVAGINAL. 2011. { fistula-vesikovaginal-.htm (23 agustus 2011}{23 agustus


2011: 20.33 wita}

Nasawasi lakshmi. 2009. Fistula Ani Luka Bernanah : available from: ini blog bedah banget. Htm.
{23 agustus 2011: 20.33 wita}
Khanzima. 2010. Asuhan Kebianan Patologi pada Partus Prematurus : available from: fistula-
vesikovaginal-.htm {23 agustus 2011: 20:12}
Low socio-economic status of women
Illiteracy and lack of
malnutrition Limited social roles formal education

Early marriage

Childbearing before pelvic growth is complete

Relatively large fetus or Cephalopelvic disproportion


mapresentation

Lack of access to emergency obstetric services

PATHWAY Obstructed labour Harmful traditional


practice
Obstructed labour injury complex
Fetal death

Fecal incontinence Fistula formation Urinary incontinence


Complex urologic injury
Vaginal scarring and stenosis
Secondary infertility
Muscoskeletal injury
Foot-drop
Chronic skin irriation
Offeresive odour

Stigmatization
Isolation and loss of social support
Divorce or separation
Worsening poverty
Worsening malnutrition
Suffering, illness and premature
death

Anda mungkin juga menyukai