Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

I. Masalah Utama
GSP : Halusinasi
II. Proses terjadinya masalah
A. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi
adalah:
a. Biologis
b. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang
maladaptif baru mulai dipahami.
c. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien.
Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
d. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan
orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial
budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

1
B. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul
gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,
isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak,
yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
c. Mekanisme Koping
Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan
berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain.
Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik
dengan stimulus internal. (Stuart, 2007).

C. Jenis Halusinasi
a. Pendengaran
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia,
hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam
keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (Maramis, 2005).

2
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi
yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara
mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau
bunyi tersebut (Stuart, 2007).
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks.
Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti
melihat monster.
c. Penciuman
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
D. Fase – Fase Halusinasi
1. Fase 1 : Comforting : Ansietas Sedang : halusinasi
menyenangkan.
Karakteristik : Klien mengalami perasaan mendalam seperti
ansietas, kesepian, rasah bersalah, takut, dan mencoba untuk
berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas.
Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori
berada dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat ditangani.
2. Fase II : Condemning : Ansietas Berat : Halusinasi menjadi
menjijikkan.
Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil
jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin
mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri
dari orang lain.
3. Fase III : Controlling : Ansietas berat : Pengalaman sensori
menjadi berkuasa

3
Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi
menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian
jika sensori halusinasi berhenti.
4. Fase IV : Conquering : Panik : Umumnya menjadi melebur
dalam halusinasi.
Karakteristik : pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam
atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik.

E. Rentang Respon
Rentang Respon Halusinasi
Adaptif Maladaptif
Pikiranlogis Distorsipikiran Gangguanpikir/delusi
Persepsikuat Ilusi Halusinasi
Emosikonsisten Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon
Pengalaman kurang Perilaku disorganisasi
Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak biasa Isolasi sosial
Berhubungan sosial Menarik diri

Halusinasi merupakan salah satu mal adaptif individu berada


dalam rentang respon neurobiology. Jadi merupakan persepsi
paling adaptif jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera. Klien dengan
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus itu tidak ada, di
antara kedua respon tersebut adalah respon individu yang
karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut
sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang
dilakukannya terhadap stimulus pancaindera tidak akurat sesuai
stimulus yang diterima.

4
F. Mekanisme Koping
Mekanisme Koping
Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan
berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal. (Stuart, 2007).

III. Masalah Keperawatan


a. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri, (Akibat)
orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori perseptual: halusinasi (Masalah Utama)

Isolasi sosial : menarik diri (Penyebab)

b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu di data


Perubahan sensori perseptual : halusinasi.
Data Subjektif:
1. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak
berhubungan dengan stimulus nyata.
2. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus
yang nyata.
3. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
4. Klien merasa makan sesuatu.
5. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.

5
6. Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan
didengar.
7. Klien ingin memukul/ melempar barang-barang.
Data Objektif:
1. Klien berbicara dan tertawa sendiri.
2. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
3. Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu.
4. Disorientasi.

IV. Diagnosa Keperawatan


Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Risiko Perilaku Kekerasan
Risiko Mencederai diri.

6
V. Rencana Tindakan Keperawatan

DX Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Halusinasi Tujuan Umum : a. Setelah 2x SP 1 Halusinasi
Pasien mampu pertemuan 1. Mengidentifikasi jenis
mengontrol halusinasi pasien mampu halusinasi pasien
Tujuan Khusus : menyebutkan 2. Mengidentifikasi isi
1. Pasien dapat waktu, isi, halusinasi pasien
mengenali frekuensi 3. Mengidentifikasi waktu
halusinasinya timbulnya halusinasi pasien
2. Pasien dapat halusinasi, dan 4. Mengidentifikasi
mengontrol respon frekuensi halusinasi
halusinasinya terhadap pasien
3. Pasien dapat halusinasi 5. Mengidentifikasi situasi
mengikuti b. Setelah 2x halusinasi pasien
program pertemuan 6. Mengidentifikasi respons
pengobatan pasien mampu halusinasi pasien
secara optimal menyebutkan 7. Mengajarkan pasien
cara menghardik halusinasi
mengontrol 8. Menganjurkan pasien
halusinasi : memasukkan cara
menghardik, menghardik halusinasi
minum obat, dalam jadwal kegiatan
bercakap – harian
cakap, dan SP 2 Halusinasi
melakukan 1. Mengevaluasi jadwal
aktifitas kegiatan harian pasien
c. Setelah 2x 2. Memberikan pendidikan
pertemuan kesehatan tentang
pasien mampu penggunaan obat secara
mendemonstras teratur
ikan cara 3. Menganjurkan pasien

7
menghardik, memasukkan dalam
minum obat, jadwal kegiatan harian
bercakap – SP 3 Halusinasi
cakap, dan 1. Mengevaluasi jadwal
melakukan kegiatan harian pasien
aktifitas 2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap –
cakap
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP 4 Halusinasi
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang
biasas dilakukan pasien
dirumah)
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

8
VI. Sumber

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan


Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa


Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai