PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fistula Vesiko Vagina banyak ditemukan di negara sedang berkembang
sebagai akibat persalinan yang lama maupun penanganan yang kurang baik. Di
negara maju Fistula Vesiko Vagina terbanyak disebabkan oleh tindakan operasi
histerektomi baik secara abdominal maupun transvaginal. (Sarwono, 2010)
Fistula Vesiko Vagina merupakan kasus yang tidak seorangpun
membayangkan akan terjadi pada dirinya. Penderitaan pasien, bukan hanya pada
fisik saja berupa mudahnya mengalami ISK, namun memiliki dampak psikososial
yang dirasakan lebih menyakitkan. Penderita merasa terisolasi dari pergaulan,
keluarga dan lingkungan kerjanya oleh karena senantiasa mengeluarkan urine dan
bau yang tidak sedap setiap saat. Tidak jarang suami akan meninggalkannya
dengan alasan tidak terpenuhinya kebutuhan biologis dengan wajar. (Sarwono,
2010)
Kasus Fistulla Obstetri seringkali dialami oleh para wanita dari kalangan
sosio ekonomi yang rendah dimana pada saat kehamilan dan persalinan tidak
mendapat pelayanan yang memadai sehingga persalinan berlangsung lama dan
terjebak pada persalinan kasip.
Kompresi kepala janin pada jalan lahir akan menyebabkan dinding vagina,
kandung kemih serta urethra mengalami nekrosis dan selanjutnya akan terjadi
fistula. Kehidupan masyarakat dengan tingkat sosio ekonomi yang rendah akan
menyebabkan gangguan kekurangan gizi yang menahun, akibatnya pada saat usia
reproduksi dan melahirkan kelak akan mengalami gangguan imbang janin dan
jalan lahir.
Pada kasus seperti ini apabila tidak mendapatkan pelayanan obstetri yang
memadai saat persalinan, penderita akan mengalami persalinan kasip.
Angka kejadian pasti di Indonesia sulit didapatkan oleh karena banyak
laporan hanya menggambarkan kejadian pada penderita yang datang ke Rumah
Sakit. WHO (1991) melaporkan angka kejadian di Afrika 55 – 80 per 100.000
kelahiran hidup. Di Ethiopia 90 % disebabkan oleh persalinan kasip.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Agar mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu post
fistuloraphy atas indikasi fistula vesiko vaginalis rawatan hari ke-5 dan 6
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian data subjektif pada ibu post fistuloraphy atas
indikasi fistula vesiko vaginalis di ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr.
M. Djamil Padang
2. Melakukan pengkajian data objektif pada ibu post fistuloraphy atas
indikasi fistula vesiko vaginalis di ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr.
M. Djamil Padang
3. Melakukan diagnosis pada ibu post fistuloraphy atas indikasi fistula vesiko
vaginalis di ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
4. Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu post fistuloraphy
atas indikasi fistula vesiko vaginalis di ruang Ginekologi Kebidanan
RSUP Dr. M. Djamil Padang
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada ibu post fistuloraphy atas
indikasi fistula vesiko vaginalis rawatan hari ke-5 dan 6?
2. Bagaimana cara pengumpulan data Subjektif, Objektif, Assesment,
Planning, pada ibu post fistuloraphy atas indikasi fistula vesiko vaginalis
rawatan hari ke-5 dan 6 yang dituangkan dalam bentuk SOAP?
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Fistula genitourinaria adalah terbentuknya hubungan antara traktus genitalis
dan traktus urinarius. Bentuk yang tersering adalah fistula vesikovaginal dan
fistula ureterovaginal.
Fistula vesikovaginal yaitu terbentuknya fistel atau lubang pada dinding
vagina yang menghubungkan kandung kemih dengan vagina, akibatnya urine
keluar melalui saluran vagina tanpa disadari. (Sarwono, 2010)
2.2 Etiologi
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Fistula Vesiko Vagina antara
lain :
a) Karena robekan oleh forceps, alat-alat yang meleset atau karena sectio
sesare
b) Karena nekrosis tekanan, dimana jaringan tertekan lama antara kepala
anak dan sympisis seperti pada persalinan dengan panggul sempit,
hydrocepalus atau kelainan letak. Kalau pembukaan belum lengkap dapat
terjadi fistula cervicalis atau fistel ureter, sedangkan pada pembukaan
lengkap biasanya terjadi fistula vesico vaginalis. Pengawasan kehamilan
yang baik disertai pimpinan dan penanganan persalinan yang baik pula
akan mengurangi jumlah fistel akibat persalinan.
Fistel karena perlukaan atau robekan terjadi segera setelah partus, sedangkan fistel
karena nekrosis (partus lama) terjadi 4-7 hari post partum.
2. Operasi Ginekologi, terjadi pada :
2.3 Gejala
Secara klinis gejala Fistula Vesiko Vagina mengalami inkontinen urine dan
tidak ada rasa nyeri. Komplikasi yang sering terjadi yaitu adanya iritasi pada
daerah perineum dan paha atas, dermatitis kronis, infeksi saluran kemih serta
penumpukkan kristal (Calculi pada buli-buli), amenorrhoe sekunder sebagai
akibat sentral oleh karena depresi berat dan endometritis. Juga dapat terjadi
striktura / stenosis vagina yang merupakan gejala yang sering bersamaan dengan
fistula.
Fistula sebagai akibat trauma obstetrik dapat timbul segera setelah persalinan
atau beberapa lama setelah persalinan, sedangkan fistula akibat tindakan operasi
ginekologi 5 - 14 hari pasca bedah.
Pada fistula yang kecil urine dapat merembes sedikit. Gejala paling sering
dari Fistula Vesiko Vagina adalah inkontinensia total involunter yaitu adanya
iritasi daerah vulva dan seringnya terjadi ISK. Trias gejala yang timbul setelah
tindakan pembedahan : sekret air kencing, nyeri perut dan kenaikan suhu badan
dapat dipastikan adanya Fistula Vesiko Vagina.
2.5 Klasifikasi
Terdapat 2 jenis fistula vesikovaginalis, yaitu :
1. Simple vesicovaginal fistulae
a) Ukuran fistula < 2-3 cm dan terletak supratrigonal
Tidak ada riwayat radiasi atau keganasan
Panjang vagina normal
2. Complicated vesicovaginal fistulae
a) Mempunyai riwayat radiasi sebelumnya
b) Terdapat keganasan pelvis
c) Vagina pendek
d) Ukuran fistula > 3 cm
e) Mengenai trigonum vesika urinaria
2.6 Diagnosis
Pada Fistula yang besar untuk membuat diagnosis tidaklah sulit oleh karena
dengan mudah dapat dilihat dan diraba, akan tetapi Fistula yang kecil sangat sulit.
Untuk itu diperlukan pemeriksaan tambahan antara lain :
1. Tes pewarnaan Urine (Test Metilen Biru)
Dilakukan jika dengan pemeriksaan Spekulum lokasi Fistel sukar ditentukan.
Beberapa kasa diletakkan dalam vagina, kemudian kandung kemih diisi dengan
metilen biru melalui kateter sebanyak 30-50 cc. Setelah 3 – 5 menit kasa dalam
vagina dikeluarkan satu per satu dengan mudah dapat terlihat adanya cairan
metilen biru dan sekaligus dapat mengetahui lokasi Fistula Vesiko Vagina.
2. Cara lain yang hampir sama yaitu ( Test Tampon Moir )
Disini digunakan untuk membedakan antara Fistula Utero Vagina yang kecil dan
Fistula Vesiko Vagina.
Caranya : 150 – 200 cc larutan metilen biru dimasukkan dalam kandung kemih,
sebelumnya sudah dimasukkan 3 tampon dalam vagina. Pasien kemudian disuruh
jalan-jalan selama 10-15 menit, kemudian tampon dikeluarkan. Jika tampon
bagian bawah basah dan berwarna biru maka kebocoran dari urethra. Jika bagian
tengah basah dan berwarna kebiruan berarti dari Fistula Vesiko Vagina. Jika
bagian atas yang basah tetapi tidak berwarna biru berarti dari ureter.
3. Endoskopi ( Cystoscopy )
Dapat membedakan lokasi dan ukuran Fistel serta derajat reaksi radang sekitar
Fistel. Banyak Fistel yang terjadi sesudah tindakan histerektomi dan lokasi
biasanya dibelakang cela intra uterin dan berhubungan dengan dinding anterior
vagina.
IVP dilakukan untuk membedakan Fistula Vesiko Vagina atau Obstruksi Ureter
dengan retrograde Pyelogram paling bermakna untuk menentukan adanya Fistula
Vesiko Vagina. Retrograde Pyelogram dilakukan jika pada IVP ditemukan
keadaan yang abnormal atau lokasi Fistula sukar ditentukan.
1. Waktu. Dianjurkan menunggu selama 3-6 bulan sampai infeksi dan udem
hilang. Penutupan dini saat diagnosis ditegakkan merupakan alternatif,
bilamana jaringan sekitar kering dan bebas infeksi. Fistula akibat radiasi
penutupan dilakukan sesudah 12 bulan.
2. Posisi yang tepat sangat diperlukan, dengan pasien biasa pada posisi
litotomi dorsal sedikit Trendelenburg’s. Sebagian besar fistula nampak
pada posisi ini. Pada beberapa kasus dengan posisi knee-chest, terutama
untuk lesi vaginal anterior dengan tarikan pada bagian belakang pubis.
Asisten pada kedua sisi diperlukan, dan paparan yang bagus didapat
dengan menggunakan retraktor Sims, Breisky, atau Wertheim .
3. Mobilisasi dan diseksi saluran fistula dan jaringan sekitar sangat penting.
Dianjurkan mengeksisi seluruh mukosa vagina untuk menutup saluran
fistula.
4. Penutupan dengan pembedahan dilakukan tanpa tekanan dan sebaiknya
diperhatikan kedua sisinya agar tidak terjadi tumpang tindih. Jika
kemudian tidak bisa dilakukan, interposisi jaringan flap mungkin dapat
dikerjakan. Penutupan buli-buli harus kuat, dan ini bisa diuji dengan
memasukkan larutan metilen biru atau susu steril ke dalam buli-buli.
5. Drainase buli-buli postoperasi lebih baik dipasang katheter suprapubis
selama 10-14 hari, dan keuntungan pemasangan katheter suprapubis
dibanding katheter uretra terutama pada penurunan risiko infeksi saluran
kencing, pasien lebih nyaman, dan pengosongan dini
6. Materi dan instrumen
2. Penatalaksanaan operasi
a. Operasi transvaginal
Reparasi transvaginal memberikan keuntungan, perdarahan minimal,
morbiditas dan mortalitas rendah, waktu operasi lebih pendek, dan waktu
pemulihan post operasi lebih pendek. Pendekatan pervaginal mengurangi
manipulasi saluran pencernaan, mengurangi morbiditas khususnya pada pasien
dengan fistula karena radiasi.
Sebelum memulai operasi transvaginal harus terlebih dulu dilakukan seleksi
terhadap jenis fistula urogenital yang akan dioperasi .
Jenis fistula urogenital :
1) fistula urethrovaginal
2) fistula vesikovaginal
3) fistula vesikoservikal
4) fistula ureterovaginal
Penanganan dengan pendekatan transvaginal hanya dikerjakan pada jenis
fistula urethrovaginal , fistula vesikovaginal , fistula vesikoservikal dan tidak
dilakukan pada fistula ureterovaginal yang biasanya terjadi sebagai komplikasi
histerektomi.
3.3 Perencanaan/intervensi
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau mal absorbsi usus,adanya
toksin, penyempitan segmental lumen.
Tujuan :
Diare dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Melaporkan penurunan frekuensi defekasi
2) konsistensi kembali normal
Intervensi Rasional
Abstrak
Latar belakang : fistula vesiko vaginalis merupakan bagian dari fistula vesiko
urogenital merupakansuatu keadaan ditandai fistel antara kandung kemih dengan
vagina yang menyebabkan rembesan urin keluar melalui vagina.Kasus : wanita
P3A0H3, 44 tahun, datang dengan keluhan terasa rembesan buang air kecil dari
kemaluan sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan muncul 7 hari setelah menajalani
operasi histerektomi 3 bulan yang lalu. Histerektomi dilakukan atas indikasi
mioma uteri dilakukan di Rumah Skit Swasta. Tanda vital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan inspekulo tampak cairan urin menumpuk di fornix posterior.
Dilakukan prosedur tes methylene blue didapatkan hasil positif di puncak vagina
anterior 1 fistel dengan ukuran 1-1,5 cm. Pada pasien . dilakukan fistulorraphy
vesikovagina dengan teknik repair latzko dalam spinal anasthesi. Pembahasan :
Kasus fistula vesiko vaginalis biasa muncul di negara berkembang. Diantara
faktor predisposisi adalah disebabkan operasi histerektomi, selain itu trauma
persalinan dan komplikasi operasi daerah pelvik. Pemeriksaan Fisik dan
pemeriksaan tambahan secara konvensional atau minimal invasif seperti
sistoskopi, sistografi menggunakan zat kontras bisa membantu menegakan
diagnosa, menentukan lokasi, ukuran dan jumlah fistel. Pembedahan adalah terapi
andalan untuk fistula urogenital melalui transvagina atau trans abdomen.
Pendekatan terapi tergantung ilmu, pengalaman dan kolaborasi dengan ahli lain
bila dibutuhkan.
Kata kunci: fistula vesiko vaginalis, histerektomi, latzko
Abstract
Background : Vesica vagina fistula is a part of urogenital fistula wich condition
that present fistula between bladder and vagina and make urine mold through
vagina.Case Report: Woman P3A0H3, 44 years old, admitted with complaining
mold of urine from vagina since three months ago after seven days having surgery
procedure. Complaint appeared seven days after histerctomi procedure. The
procedure do as indication myoma uterus, the procedure has done in Private
Hospital. vital signs are normal. On Per Speculum examination, clearly see there
are fluids on fornix posterior. methylene blue tes has proceed and get the positive
result. Fistula is at the top anterior of vagina, about 1-1,5 cm. Surgery procedure
fistulorraphy vesica vagina with latzko technique under Spinal Anesthesia has
performed Discussion : Vesica vagina fistula usually occur in the development
country. Predisposition factors of it caused by histerectomi procedure, besides
trauma during labour and complication of pelvic surgery may also too. Physical
and additional specific examination conventionally or minimal invasive like
cystoscopy, cystography with contrast can obtain diagnose, determine the
location, size and number of fistula. Surgery is the mainstay therapy for urogenital
fistula through trans vagina or trans abdomen. Approaching depend on
knowledge, experience and collaboration with other expert if needed.
Keywords: Vesica vagina fistula, histerectomy, latzko
Pendahuluan
Fistula vesiko vaginalis merupakan hubungan abnormal antara vesikourinaria
dengan vagina yang menyebabkan urin keluar terus menerus melalui vagina. Di
Eropa dan Amerika Utara, fistula obstetrik telah ditemukan sejak seratus tahun
yang lalu dan mulai menghilang. Umumnya kasus ini merupakan efek samping
dari terapi bedah dengan radium dan sinar x yang dalam penatalaksanaan
keganasan pada daerah pelvis. Obstetrik fistula muncul akibatkan trauma
persalianan yang mengenai 50.000-100.000 wanita setiap tahun secara global.
Fistula obstetri merupakan suatu kondisi yang dapat dicegah dan diobati.
Faktor Predisposisi fistula obstetri kelahiran
prematur, akses yang terbatas ke pelayanan obstetri dan malnutrisi. Faktor lain
seperti kemiskinan, status sosial, pendidikan yang rendah sehingga penderita tidak
memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan. Prevalensi paling tinggi terdapat
pada masyarakat Afrika dan Asia.WHO memperkirakan ada sedikitnya 2.000.000
wanita hidup dengan fistula obstetri dan bertambah 50.000-100.000 setiap
tahunnya. Wanita-wanita ini membiarkan kondisinya tanpa penanganan
dikarenakan beberapa alasan: taraf pendidikan yang rendah bahwa masalah yang
mereka hadapi tidak dapat diperbaiki dan jarak yang harus ditempuh untuk
mencapai fasilitas. Wanita-wanita pada lingkungan yang sama juga tidak
memeriksakan keadaan mereka ke pusat pelayanan kesehatan meskipun tersedia
layanan kesehatan yang mendukung hal ini disebabkan oleh ketidak mampuan
mereka untuk membayar pelayanan kesehatan. Rehabilitasi sosial dari wanita
yang telah repair fistula juga termasuk sebuah tantangan, dimana beberapa pasien
merupakan wanita miskin, diabaikan suami, atau pasangannya atau malah
tidakmemiliki kemampuan untuk menghidupi diri sendiri.
Laporan Kasus
Seorang wanita P3A0H3 usia 44 tahun datang ke poli Obstetri dan Ginekologi sub
bagian Uroginekologi RSUP M Djamil Padang pada tanggal 16 Juni 2014 dengan
keluhan terasa rembesan buang air kecil dari kemaluan sejak tiga bulan yang lalu.
Keluhan dirasakan hilang timbul, berbau pesing. Keluhan muncul tujuh hari
setelah operasi histerectomi tiga bulan yang di Rumah Sakit Swasta. Riwayat
keputihan ada hilang timbul. Riwayat demam tidak ada. Riwayat nyeri perut
bagian bawah tidak ada. Riwayat nyeri buang air kecil tidak ada. Riwayat infeksi
saluran kemih berulang tidak ada. Riwayat trauma daerah panggul tidaka ada.
Riwayat pengobatan radiasi tidak ada. Riwayat keganasan tidak ada. Pasien
mempunyai tiga orang anak, anak pertama berusia 26 tahun, kedua 23 tahun dan
ketiga usia 20 tahun. Sebelumnya pasienhisterectomi supravaginal atas indikasi
mioma uteri di Rumah Sakit Swasta 3 bulan lalu. Saat kontrol ulang pasien
dianjurkan rujuk ahli uroginekologi.
Pemeriksaan status generalis keadaan umum tampak sakit sedang kesadaran
komposmentis, frekuensi nafas 18 kali permenit, frekuensi nadi 86 kali permenit,
tekanan darah 110/70 mmHg, Suhu 36,9°C. Pada pemeriksaan genitalia tampak
vulva urethra tenang, tidak ada tanda inflamasi, tidak ada massa, tidak ada
laserasi. Dilakukan pemeriksaan inspekulo, tampak liang vagina tenang, tidak ada
tanda inflamasi, tidak ada masa, tidak ada laserasi, portio tenang. Tampak cairan
urin menumpuk di formix posterior. Dilakukan tes methylen blue, hasil (+) di
puncak vagina anterior, ukuran 1-1,5 cm jumlah fistula satu.
Pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap, EKG, Ro thorax didapatkan dalam
batas normal. Pasien didiagnosa kerja dengan fistula vesikovagina. Pasien dirawat
di bangsal rawatan Ginekologi, dikonsul ke bagian Penyakit Dalam, bagian
Jantung, dan bagian Radiologi untuk toleransi operasi repair. Dilakukan
fistulorraphy vesikovagina dalam spinal anasthesi, pasien posisi lithotomi, repair
dilakukan dengan tehnik latzko. Terapi yang diberikan IVFD RL 8 jam/kolf,
injeksi Ceftriaxon 2x1 intravena dengan skin test, selama satu hari. Pasien anjuran
rawat selama 14 hari, pemasangan catheter threeway dan perawatan chateter
selama 14 hari. Vulva hygine dua kali sehari selama 14 hari. Terapi oral cefixime
2x200 mg peroral, betrix 1x500 mg peroral, asam mefenamat 2x500 mg peroral,
vitamin C 1x1000mg peroral.
Selama perawatan pasien tidak ada deman, tidak ada mual, tidak ada nyeri
berkemih tidak ada komplikasi pasca fitulorrhaphy. Pada hari ke 14 pasca
operasi, chateter threeway dilepas. Nyeri tidak ada, demam tidak ada.
Pemeriksaan genital luka operasi tenang. Pasien diobservasi selama 2-3 hari, tidak
ada rembesan urin dari kemaluan, pasien boleh pulang. Anjuran kontrol tiga
minggu pasca rawat inap.
Pembahasan
Telah dilaporkan satu kasus seorang pasien perempuan 44 tahun dengan diagnosis
fistula vesiko vaginalis. Diagnosis ditegakan berdasarkan adanya rembesan urin
keluar dari kemaluan. Berbau pesing. Pasien riwayat post operasi histerectomi
supravagina atas indikasi mioma uteri tiga bulan yang lalu. Gejalamuncul tujuh
hari pasca operasi. Penyebab fistula obstetrik sering akibat trauma persalinan,
selain itu fistula bisa muncul akibat tindakan histerektomi perabdomen sesuai
pada kasus ini.
Klasifikasi fistula urogenital secara umum
dikelompokkan dalam empat jenis; vesiko-uterina, vesiko-vaginal, urethro-vaginal
dan uretero-vaginal. Fistul bisa muncul di lokasi, jumlah, ukuran tertentu dan
penyulit lainnya. Kasus fistula vesikovaginal 75% muncul akibat komplikasi post
histerktomi transabdomen atau transvagina. Fistula bisa menutup spontan bila
ukuran kecil, jaringan sekitar yang tenang dan sikatrik minimal.
Kriteria diagnostik fistula vesiko vagina dengan mendapatkan anamnesa
menyeluruh faktor resiko munculnya fistula, pemeriksaan genital, dan tes
diagnostik spesifik. Tes diagnostik menggunakan tes methylen blue, memerlukan
beberapa kassa, catheter dan cairan metyhlen blue dengan cairan steril atau salin
0,9 % sebanyak 20-30 cc dimasukan ke buli-buli melalui catheter. Nilai rembesan
methylen blue di kassa yang sudah dimasukan kedalam liang vagina. Didapatkan
lokasi, ukuran, dan bila mungkin jumlah fistula.
Jika pemeriksaan ini tidak berhasil, tes diagnostik selanjutnya adalah dengan cara
cystoskopi. Kolaborasi pemeriksaan Cystoskopi dilakukan bersama dengan ahli
Urologi. Kegunaan Cystoskopi membantu memastikan lokasi anatomis yang pasti
dari fistula dan hubungan fistula vesikovagina dengan muara urethra. Pada pasien
ini tidak dilakukan karena lokasi yang jelas, ukuran yang cukup besar, tidak
multiple, tidak ada penyulit. Pada kasus fistul lebih proksimal atau multiple,
melibatkan kandung kemih atau leher kandung kemih dan pada kasus fistula
complex yang memerlukan penanganan lebih lanjut, ahli Urogenital Obstetri
Ginekologi akan berkolaborasi dengan ahli Urologi. Dan operasi repairdikerjakan
bersama.
Ada beberapa tehnik repair fistula vesiko vagina. Pada pasien ini dilakukan repair
fistula dengan menggunakan tehnik latzko dalam spinal anesthesi. Tehnik ini
efektif pada fistula vesikovaginal yang berada di puncak vagina. Dengan
melakukan exisi cirkular mukosa vagina yang sudah diinfiltrasi adrenalin di
sekitar muara fistula. Setelah mukosa vagina di exisi, dilakukan penjahitan di
muara fistul menggunakan vicril 3.0 tanpa tension, lalu dilakukan penjahitan
mucosa vagina. Penjahitan menjadi two layer. Penanganan pasca operasi
mempunyai peranan penting. Pengaturan cairan, pemberian analgetik manajemen
nyeri, pemasangan threeway catheter selama 14 hari, antibiotik profilak, vulva
hygiene, jumlah urin 2-3 Liter dalam satu hari untuk memastikan tidak ada
regangan kandung kemih. Pada hari ke 14 pasien anjuran threeway catheter
dilepas, dan dalam 2-3 hari tidak ada rembesan urin dari kemaluan, pasien boleh
pulang, kontrol tiga minggu post operasi. Pasien dianjurkan tidak coitus selam 2-3
minggu.
Pendekatan pembedahan fistula urogenital dilakukan secara per abdominal atau
per vaginam. Hal ini tergantung pada temuan lokasi fistula. Namun pembedahan
perabdominal mulai ditinggalkan dengan berkembangnya teknologi lapasrcopic
surgery. Penemuan lokasi yang akurat dilakukan dengan menggunakan
cystoendoskopi. Fistula yang berada lebih proksimal, melibatkan leher kandung
kemih, ureter, jumlah multiple, lokasi yang sulit diidentifikasiakan melibatkan
ahli Urologi menggunakan tehnik laparascopic surgery dalam penanganannya.
ANALISIS KELOMPOK
Fistula vesiko vaginalis marupakan keadaan yang ditandai antar kandung kemih
yang menyebabkan rembesan urine dan disebabkan akibat trauma persalinan.
Kondisi ini dapat dicegah dan diobati dengan melakukan pemfis untuk
pembedahan dan terapi antar kolaborasi. Maka dari itu askes pelayanan kesehtan
perlu memberikan layanan kesehatan yang mendukung untuk wanita yang
memiliki faktor predisposisi kemiskinan status sosial dan pendidkan yang rendah.
Sehingga penderita dapat memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan yang
tersedia.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pelayanan asuhan kebidanan pada ibu post fistuloraphy atas indikasi fistula
vesiko vaginalis harus sesuai dengan instruksi dokter. Asuhan yang diberikan
kepada ibu tersebut, seperti mengontrol keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital,
menganjurkan ibu untuk bed rest total dan banyak minum air putih sesuai yang
diinstruksikan dokter, menganjurkan ibu untuk makan yang cukup dan
mengingatkan ibu untuk rutin minum obat yang diresepkan dokter.
5.2 Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini berguna bagi pembaca pada
umumnya dan khusunya berguna bagi penulis dalam memberikan Asuhan
kebidanan patologi pada ibu post fistuloraphy atas indikasi fistula vesiko
vaginalis. Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, agar pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Josoprawiro M.J. 2002. Penanganan Fistula Urogenital dengan pendekatan
transvagina. urogeniklogi I. Rekonstruksi obstet dan genikol. FK-UI:
2. Junizaf. 2002. Fistula Vesiko Vagina, Urogenikologi I, Uroginikologi
Rekontruksi obstet dan genekol. FK-UI : Jakarta.
3. Kohli N, Miklos J.R. 2007. Managing Vesica-Vagina Fistula, Womens Healt
and Education Center- Urogynology : Boston
4. Pranata, A. 2007. Karakteristik Kasus Fistula
Urogenital di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik dan
RSUD dr. Pirngadi Medan. Tesis. FK-USU : Medan
5. Riley V.J. 2004. Vesikovaginal Fistula, available at Emedicine.
6. Santoso BI. 2002. Fistula Urogenital, Urogenikologi I, Uroginikologi
Rekonstruksi Obstet dan ginekol FK-UI : Jakarta.
7. Shobeiri SA, Chesson RR, Echols KT. 2011. Cystoscopy Fistulography: A new
technique for the diagnosis of vesikocervical Fistula
8. Tafesse B, Muleta M, Michael A.W, et al. 2006. Obstetric Fistula and its
Physical, Social and Psychological dimension : The Etiopian Scenario. Acta
Urologica. 23;4:25-31
9. Wall L.L, Arrowsmith S.D, Briggs N.D. 2006. Urinary Incotinence in the
Developing Word: the Obstetric Fistula, Comittee 12, available at
fistulafoundation.org
10. WHO. 2006. Obstetric Fistula.
11. Zmora O, Tulchinsky H, Eyal G, Goldman G, Klauster JM, Rabau M. 2006.
Gracilis Muscle Transposition for Fistulas Between the Rectum and Urethra or
Vagina. Disease of the Colon and Rectum