INVERSIO UTERI
Oleh :
Preseptor :
BUKITTINGGI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Inversio uteri merupakan suatu kasus obstetri yang gawat namun jarang
terjadi.1 Kasus ini termasuk perdarahan pasca persalinan yang harus ditangani
dengan segera sebelum terjadi komplikasi yang serius seperti syok dan kematian.2
Insidens terjadinya inversio uteri bervariasi dan dapat terjadi dari 1 per 2000
uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium eksternum, yang dapat bersifat
kelainan dan waktu kelainan. Terdapat 4 derajat kelainan yaitu derajat 1 dan 2
pemeriksaan fisik. Secara klinis, dapat ditemukan massa pada vagina, fundus uteri
yang tidak teraba, disertai dengan nyeri abdomen, perdarahan dan syok.1,7
reposisi uterus pada waktu yang bersamaan.8 Reposisi uterus dapat dilakukan
dengan manuver Johnson dan sekiranya gagal dilakukan reposisi hidrostatik dengan
ahli kebidanan. Oleh itu, cara manajemen persalinan kala III yang baik serta latihan
penanganan kasus ini haruslah diajarkan kepada ahli kebidanan untuk prognosis
yang menguntungkan.1,9
uteri.
berbagai literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
turun dan keluar lewat ostium eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai
komplit.3 Pada kondisi ini bagian atas uterus (fundus uteri) memasuki kavum uteri
sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri, bahkan ke
dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya sebelah luar.10
Insidens terjadinya inversio uteri bervariasi dan dapat terjadi dari 1 per 2000
di India adalah 3 kali lebih tinggi dari Amerika. Namun, sebuah penelitian
mendapatkan bahwa dengan pengenalan manajemen aktif pada kala III, insidens
terjadinya inversio uteri akut pada persalinan pervaginam telah berkurang sebanyak
4 kali lipat yaitu dari 1 per 2304 kelahiran ke 1 per 10044 kelahiran.9
Penyebab pasti dari inversio uteri masih belum diketahui.1 Secara umum,
berlebihan pada pertolongan aktif kala III. Namun, terdapat beberapa kasus inversio
uteri yang terjadi tanpa dilakukan traksi umbilikus.1,3 Faktor risiko yang
1. Manajemen kala III yang salah (Contoh: Traksi umbilikus yang dini atau
terlepasnya plasenta)
7. Janin makrosomia
2.4 Klasifikasi
introitus vagina.
Gambar 2. Derajat inversio uteri: Permulaan inversio dari fundus (Derajat 1 dan
2) biasanya tidak terlihat dari luar, hanya dapat terlihat apabila turun ke introitus
2.5 Patofisiologi
inversio uteri:
a.) Sebagian dari dinding uterus mengalami prolaps dan turun melalui serviks
1. Syok
Syok yang awalnya terjadi bersifat neurogenik karena terjadinya traksi pada
peritoneum dan meningkatkan tekanan pada tuba, ovarium dan usus. Stimulasi
terjadi sebanding dengan durasi inversio uteri. Perdarahan yang banyak dan lama
7. Bila terjadi cukup lama, jepitan servikas yang mengecil akan membuat
2.7 Diagnosis
Suatu diagnosis inversio uteri dapat ditegakkan dari keluhan pasien yang
ditemukan secara anamnesis dan pemeriksaan fisik. Inversio uteri yang komplit
dapat ditegakkan dengan mudah sekiranya teraba fundus uteri pada ostium externa
servikalis atau pada introitus sementara palpasi fundus uteri pada segmen bawah
uterus dan serviks diperlukan untuk inversio uteri imkomplit. Perdarahan yang
masif, nyeri abdomen, fundus uteri yang tidak teraba atau cekungan pada fundus
uteri saat palpasi abdomen serta syok pada pasien dengan hipotensi yang nyata
III yang lengkap, karena posisi uterus tidak dapat ditentukan dengan palpasi
abdomen.7 Menegakkan diagnosa pada inversio uteri pada derajat 1 dan pasien
tidak dapat ditegakkan secara klinis atau pada pasien dengan hemodinamik yang
stabil. Dalam hal ini, pemeriksaan ultrasonografi sangatlah membantu. Suatu
diagnosis inversio uteri dapat ditegakkan melalui USG sekiranya ditemukan adanya
huruf H).
4. Atoni uteri
2.10 Penatalaksanaan
Inversio uteri merupakan suatu kasus gawat darurat.1 Oleh itu, tindakan
yang cepat dan tuntas harus dilakukan untuk mencegah terjadinya syok dan
kematian pasien. Pada kasus inversio uteri, untuk suatu prognosis yang baik,
Setelah suatu diagnosa inversio uteri ditegakkan, secara garis besar tindakan
3. Reposisi uterus dilakukan secara manual sama ada plasenta sudah lepas atau
tidak. Fundus uteri didorong ke atas masuk ke dalam vagina dan terus
perdarahan masif).
6. Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 200 ml
mencegah reinversio.2,9
Langkah-langkah2,9:
vagina.
abdomen.
Langkah-langkah:
setinggi 2 m.
Identifikasi forniks
posterior.
Pasang ujung
selang douche
pada forniks
posterior sambil
menutup labia
sekitar ujung
selang dengan
tangan.
leluasa agar
menekan uterus ke
posisi semula.
Tindakan Operatif:
Metode Huntington
Pendekatan Huntington yaitu setelah tindakan laparatomi dilanjutkan
dengan menarik fundus uteri secara bertahap dengan bantuan forsep Allis. Forsep
Allis dipasang + 2 cm di bawah cincin pada, kedua sisinya, kemudian ditank ke atas
secara bertahap sampai fundus uteri kembali pada posisinya semula. Selain tarikan
ke atas maka dorongan dari luar ( pervaginam ) oleh asisten akan mempermudah
Metode Haultain
dinding posterior uterus dan melalui cincin kontriksi. Jari kemudian dimasukkan
melalui insisi ke titik di bawah fundus uteri yang terbalik dan diberilm tekanan pada
fimdus atau tekanan secara simultan dan tangan asisten. Bila reposisi telah komplit,
Pencegahan
setiap penyakit kronis, anemia dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan
2.11 Komplikasi
2. Syok
3. Endometritis
4. Infeksi asneksa
masuk ke dalam
7. Kematian
2.12 Prognosis
ahli kebidanan. Oleh itu, cara manajemen persalinan kala III yang baik serta latihan
penanganan kasus ini haruslah diajarkan kepada ahli kebidanan untuk prognosis
yang menguntungkan.1,9
BAB III
KESIMPULAN
2. Etiologi dari inverrsio uteri belum diketahui secara pasti, terdapat banyak
yang salah.
5. Gejala klinis pada inversio uteri termasuk syok, perdarahan yang hebat,
nyeri abdomen, terdapat massa di vagina dan tidak terabanya fundus uteri
di abdomen.
perdarahan yang massif, nyeri abdomen, fundus uteri yang tidak teraba atau
uteri, penyakit trofoblastik gestasional, atoni uteri dan kembar janin yang
tidak terdiagnosa.
1. Leal RFM, Luz RM, de Almeida JP dkk. Total and acute uterine inversion
after delivery: a case report. Journal of Medical Case Reports. 2014;
8(347): 1-4.
2. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu
diFasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi
TenagaKesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
3. Prawirohardjo S. 2012.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
4. Gibson B. Management of Acutely Inverted Uterus. Clinical Guidelines.
Obstetrics and Gynaecology. Mid Essex Hospital Services. 2014; 1:1-8 nhs
5. King Edward Memorial Hospital. Clinical Guidelines. Uterine Inversion in
Obstetrics and Midwifery Guidelines. Australia. 2013: 1-4
6. South Australian Perinatal Practice Guidelines-Uterine inversion. 2014. SA
Health: 1-4
7. Retnoningrum E, Prasmusinto D, Widyakusuma LS. Manual Reposition of
Uterine Inversion with Hemorrhagic Shockin Minimal Facilities Situation.
Indonesia J Obstet Gynecol. 2012. Jakarta; 36(1):48-51
8. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL dkk. Uterine Inversion dalam
Obstetrical Hemorrhage. Williams Obstetrics. 2014. McGraw-Hill
Education; Edisi 24: 787-788
9. Bhalla R, Wintakal R, Odejinmi F dkk. Acute inversion of the uterus. Royal
College of Obstetricians and Gynaecologists. 2009; 11:13-18
10. Sofian A. 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri dalam Obstetri Fisologi
dan Obstetri Patologi. Jakarta. EGC; 2:160-174.
11. Shruti P, Vibha M, Kimaya M dkk. Acute Uterine Inversion-A Catastrophic
Event. Journal of Postgraduate Gynecology and Obstetrics. 2010.
Mumbai:1-4
12. Draper R. Uterine Inversion. 2015. Patient Access. Diunduh dari:
patient.info/doctor/uterine-inversion Diakses pada: 13 April 2017.
13. Beringer RM, Patteril M. Puerperal uterine inversion and shock. British
Journal of Anaesthesia. 2004. Oxford; 92(3):439-441