Anda di halaman 1dari 4

Medicine Computer

 Home
 Home
 Products Page
 Checkout
 Transaction Results
 Your Account
 Ebooks Anatomy Physiology
 Ebook Anatomy
 Kata Pengantar
 Katalog CD ROM Kedokteran

Inversio Uteri

18 Mar 2009
Obsgin medicom 0 Comments
Di negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal merupakan masalah besar
namun sejumlah kematian yang cukup besar tidak dilaporkan dan tidak tercatat dalam statistik
resmi. Tingkat kematian maternal di negara-negara maju berkisar antara 5 10 per 100.000
kelahiran penduduk, sedangkan di Indonesia diperkirakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran
hidup ( 1 ).

Penyebab kematian maternal cukup kompleks, salah satunya adalah terjadinya perdarahan post
partum ( 1 ). Perdarahan post partum adalah sebab penting kematian ibu : dari kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan (perdarahan post partum, plasenta previa, solutio plasenta,
kehamilan ektopik, abortus dan ruptur uteri) disebabkan oleh perdarahan post partum ( 2 ). Yang
termasuk etiologi perdarahan post partum adalah atonia uteri, retensio plasenta, trauma jalan
lahir, inversio uteri, ruptur uteri dan gangguan sistem pembekuan darah ( 3 ).

Inversio uteri merupakan suatu keadaan kegawatdaruratan obstetrik yang jarang terjadi (1 per
2000 12.000 kelahiran) ( 4 ), namun umumnya kelainan tersebut menyebabkan keadaan gawat
dengan angka kematian yang tinggi (15 70%) ( 1, 4 ), biasanya yang terjadi adalah syok yang berat (
2)
.
II.1. DEFINISI

Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke
dalam kavum uteri ( 5 ).

II.2. KLASIFIKASI

Inversio uteri dibagi atas : ( 5 )

(1). Inversio uteri ringan


Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruang rongga
rahim.

(2). Inversio uteri sedang

Fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina.

(3). Inversio uteri berat

Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.

Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi : ( 2, 4, 5 )

(1). Inversio inkomplit

Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau serviks uteri.

(2). Inversio komplit

Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.

II.3. ETIOLOGI

Penyebab inversio uteri dapat secara spontan atau karena tindakan. Faktor yang memudahkan
terjadinya adalah uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya ( 4, 5 ).

Yang spontan dapat terjadi pada grandemultipara, atonia uteri, kelemahan alat kandungan (tonus
otot rahim yang lemah, kanalis servikalis yang longgar), dan tekanan intra abdominal yang tinggi
(misalnya mengejan dan batuk) ( 2, 5 ).

Inversio uteri karena tindakan dapat disebabkan karena perasat Crede yang berlebihan, tarikan
tali pusat, dan pada manual plasenta yang dipaksakan, apalagi bila ada perlekatan plasenta pada
dinding rahim ( 5 ).

II.4. GEJALA KLINIS

Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas yang dijumpai pada kala III
persalinan atau post partum. Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak awalnya timbul dengan cepat,
seringkali rasa nyeri yang hebat dan dapat menimbulkan syok. Rasa nyeri yang hebat tersebut
disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulopelvikum dan
ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio sehingga terjadi tarikan
yang kuat pada peritoneum parietal ( 1 ). Perdarahan yang banyak juga dapat terjadi, akibat dari
plasenta yang masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga berakibat syok ( 1, 5 ).
Pemeriksaan luar pada palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba
lekukan pada fundus seperti kawah. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang merah di
luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik ( 2, 4 ).

Pada pemeriksaan dalam, bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus
uteri cekung ke dalam; bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam vagina
teraba tumor lunak; atau kavum uteri sudah tidak ada (terbalik) ( 5 ).

II.5. KRITERIA DIAGNOSIS

Diagnosis tidak sukar dibuat jika mengetahui kemungkinan terjadinya inversio uteri. Pada
penderita dengan syok, perdarahan, dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim
pada kala III atau setelah persalinan selesai, pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang
lunak di atas serviks uteri atau dalam vagina, sehingga diagnosis inversio uteri dapat dibuat ( 1 ).

II.6. DIAGNOSA BANDING

(1). Mioma uteri submukosum

Mioma uteri submukosum yang lahir dalam vagina, tapi fundus uteri ditemukan dalam bentuk
dan pada tempat biasa, konsistensi mioma lebih keras daripada korpus uteri setelah persalinan.

(2). Syok post partum oleh karena penyebab yang lain.

II.7. PENATALAKSANAAN

Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan terjadinya inversio uteri. Tarikan pada
tali pusat sebelum plasenta benar-benar lepas sebaiknya tidak dilakukan apabila dicoba
melakukan perasat Crede harus diindahkan sepenuhnya syarat-syaratnya. Pendorongan rahim
juga tidak dibenarkan ( 1, 5 ).

Apabila terjadi inversio uteri dengan gejala-gejala syok, yang pertama dilakukan adalah
memperbaiki keadaan umumnya, dengan memberikan oksigen, infus intravena cairan elektrolit
dan transfusi darah. Segera sesudah itu dilakukan reposisi dengan anestesi umum. Caranya yaitu
dengan memasukkan satu tangan seluruhnya ke dalam vagina sedangkan jari-jari tangan
dimasukkan ke dalam kavum uteri melalui serviks uteri, telapak tangan menekan korpus
perlahan-lahan tetapi terus menerus ke arah atas agak ke depan sampai korpus uteri melewati
serviks dan inversio ditiadakan. Kemudian dilakukan tamponade vagina ( 1, 2, 4, 5 ).

Apabila reposisi pervaginam gagal, selanjutnya dapat dilakukan tindakan pembedahan ( 1, 2, 4, 5 ).

II.8. PROGNOSIS

Prognosis inversio uteri dipengaruhi oleh kecepatan penanganan, makin lambat keadaan ini
diketahui dan diobat maka makin buruk prognosanya ( 2 ).
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H., Inversio Uteri, Ilmu Kebidanan, hal 22-24 dan hal 660-662, Ilmu Kebidanan
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Prawirohardjo, 1997.

2. Sastrawinata, R.S., Inversio Uteri, Obstetri Patologi, hal 238-242, Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran UNDIP, Bandung, 1984.

3. Mansjoer Arif et.al., Perdarahan Pasca Persalinan, Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Kapita
Selekta, Edisi 3, Jilid I, hal 313, Medik Aesculapius, Jakarta, 1999.

4. Taber B, Inversio Uteri, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, hal 444-447,
EGC, Jakarta, 1994.

5. Mochtar R, Inversio Uteri, Sinopsis Obstetri, Jilid I, Eds. 2, hal 304 306, EGC, Jakarta, 1998.

Anda mungkin juga menyukai