Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 7

1. Helgi F A Wairara
2. Mesike wetipo
3. June Caryn Diover
4. Lena Kobak
5. Bernandus Bame
6. Natalia C.F. Ampasoi
7. Yusintha Bibiana Bame
Definisi Inversio Uteri
Inversi Uterus adalah Keadaan dimana lapisan dalam
uterus (endometrium) turun dan keluar lewat osteum uteri
eksternum yang dapat bersifat inklompit sampai komplit.
(Wiknjosastro,2010)

Inversio Uteri adalah merupakan komplikasi Kala tiga


persalinan yang jarang terjadi, tetapi sangat mengancam jiwa
dan diklasifikasikan berdasarkan waktu keparahannya.
Uterus dapat digambarkan mengalami inversi jika fundus
prolaps ke dalam korpus uterus dan melewatinya.
(Maureen,2008)
Faktor—Faktor Inversio Uteri

Adanya Atonia Uteri Serviks yang masih terbuka lebar

Adanya kekuatan yang menarik fundus


ke bawah (misalkan disebaban karena
Tekanan intraabdominal yang keras dan
plasenta akreta, inkreta, dan perkreta,
tiba-tiba (misalnya batuk keras atau
yang tali pusatnya di Tarik keras ke
bersin)
bawah atau karena adanya tekanan pada
fundus uteri dari atas (maneuver crede))
Faktor Predisposisi Lain:

1. Posisi plasenta berada di fundus


2. Tali pusat pendek
3. Abnormalitas plasenta (Misalnya, plasenta ankreta, inkreta, dan perkreta)
4. Anomali kongenital uterus (Misalnya uterus bioKornusornu)
5. Berat kravitasi massa intrauterus (Misalnya fibroid)
Tanda Dan Gejala
Ada dua tanda utama yaitu syok dan nyeri
• Syok
Terjadi secara tiba-tiba, berat, dan mungkin tidak seimbang dengan banyaknya kehilangan darah dan
derajat inversion uteri. Syok terjadi respon terhadap stimulus neurogenik dan hipovolemia.
Perdarahan bisa ada atau tidak ada, tergantung pada apakah plasenta melekat pada dinding uterus.
• Nyeri
Nyeri biasanya hebat, di abdomen bawah, dan disertai dengan sensasi ingin mengejan. Nyeri
disebabkan oleh teraksi pada ligamen infundibulo-plevikum, ligamen teres dan ovarium.
Pada inversio uteri sub-akut dan kronis, tanda dan gejala mungkin kurang dermatitis dan biasanya
ditandai dengan retensi urine, pengeluaran lokia yang banyak dan kronis, serta sensasi “tertarik”
pada panggul bawah.
Inversio Di Tandai Dengan Tanda-Tanda
Sebagai Berikut :

1. Syok karena kesakitan


2. Perdarahan banyak dan bergumpal
3. Pada vulva tampak endometrium terbaik dengan atau tanpa plasenta yang
masih melekat.
4. Bila baru terjadi maka prognosis cukup baik, akan tetapi bila terjadinya
cukup lama maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus
mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi
Jenis—Jenis Inversio Uteri Berdasarkan Lamanya

• Inversio uteri akut : • Inversio uteri sub-akut : • Inversio uteri kronis :


Inversi dapat terjadi Inversio uteri sub-akut Inversio uteri kronis
selama kala tiga,saat terjadi 24 jam setelah terjadi setelah 28 hari
plasenta masih melekat Pelahiran dan sampai 28 atau lebih.
atau sudah lepas dan hari pasca partum cincin
sampai 24 jam setelah kontraksi serviks
persalinan. Inversio uteri biasanya berbentuk.
akut juga berhubungan
dengan kontraksi serviks
dan cincin kontraksi
serviks juga dapat
berbentuk, yang akan
mengganggu
pengembalian uterus.
Jeni-Jenis Inversio Uteri Berdasarkan Tingkat Keparahan

Di bagi menjadi III Derajat Inversio, yaitu :

Inversio Uteri Derajat I


Inversio Uteri Derajat II
(Inkomplit)
Inversio uteri derajat II
Inversio uteri derajat I merupakan
merupakan inversi uterus
inversi uterus dimana korpus
melewati cincin serviks, namun
terbalik ke arah serviks, namun
belum mencapai perineum
belum mencapai cincin serviks

Inversio Uteri Derajat III


(komplit)
Inversio uteri derajat III
merupakan inversio uterus
komplit, dimana inversi fundus
uteri mencapai perineum.
Etiologi
Manejemen kala III yang salah (tarikan tali pusat yang terlalu dini dan penekanan
fundus sebelum plasenta terlepas) merupakan penyebab tersering inversio uteri. Hal ini
bisa terjadi bila persalinan dipimpin oleh petugas yang tidak terlatih. Situasi ini sering
ditemukan di negara berkembang.

Inversi uterus juga dapat terjadi secara spontan setelah dekompresi uterus mendadak,
seperti pada saat pelajaran bayi makrosemia atau gembar, atau yang jarang terjadi,
setelah peningkatan tekanan intra abdomen saat uterus dapat terdorong dan keluar
akibat batuk dan muntah.
Diagnosis

Tampilkan klinis dan diagnosis inversi uterus ditentukan oleh klasifikasi waktu dan
keparahan.
Inversi derajat pertama dapat tidak diketahui karena fundus tidak terlihat pada
introitus atau terpalpasi pada serviks dan mungkin tidak ada tanda dan gejala.
Akan tetapi, lekukan dapat terpalpasi pada fundus.
Inversi pada derajat dua lebih mudah diidentifikasi. Pada inversi derajat tiga,
uterus tidak terpalpasi di abdomen dan pada pemeriksaan dalam, fundus yang
mengalami inversi teraba di dalam vagina atau terlihat pada introitus. Plasenta
mungkin masih melekat atau sudah lepas. Inversi derajat dua atau tiga memerlukan
respon segera.
Penatalaksanaan
• Memanggil anastesi dan memasang infus untuk cairan/darah pengganti dan pemberian
obat.
• Beberapa senter memberikan MgSO4 untuk melepaskan uterus yang terbalik sebelum
dilakukan reposisi manual ( mendorong endometrium ke atas masuk ke dalam vagina
dan terus melewati serviks sampai tangan masuk ke dalam uterus pada posisi
normalnya).

Gambar Reposisi Manual


lanjutan
• Di dalam uterus, plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil dikeluarkan
dari rahim sambil memberikan uterotonika lewat infus atau IM. Tangan tetap
dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal.
Jika ibu sangat kesaktian, berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi tidak lebih dari 100
mg) IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/kg BB IM.
Catatan: Jangan berikan oksitosin sampai inversi telah direposisi.
• Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah dengan menggunakan uji
pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya bekuan darah setelah 7
menit atau terbentuknya bekuan darah lunak yang mudah hancur menunjukkan
adanya kemungkinan koagulopati.
• Berikan antibiotika antibiotik profilaksis dosis tunggal setelah meresposis uterus
✓ ampisilin 2g IV Ditambah Metronidazol 500 mg IV
✓ Atau sefazolin 1g IV Ditambah metronidazol 500 mg IV
Daftar Pustaka

1. Boyle, Maureen. 2008. Kekawatdaruratan Dalam persalinan. Jakarta: EGC.


2. Wiknjosastro,G. 2010. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirahardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka.
3. Wiknjosastro, G. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
PT.Bina Pustaka.
4. Kochenour NK. Diagnosis and Management Of Uterine Inversion. In: Gilstrap LC, Cunningham FG,
Vandorsten JP, editors. Operative Obstetrics. 2nd ed. USA: McGraw-Hill Companies;2002.
5. Bhalla R, Wuntakal R, Odejinmi F, Khan RU. Tinjau Pembalikan Rahim Akut. The Obstetrician &
Gynecologist 2009; 11: 13-8.
6. Ripley DL. Keadaan darurat uterus. Atony, inversio, dan rupture. Obstet Gynecol Clin North Am. 1999
September; 26 (3): 419-34
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai