ELA SINTIA
DEFENISI
1. Syok yang awalnya terjadi bersifat neurogenik karena terjadinya traksi pada peritoneum
dan meningkatkan tekanan pada tuba, ovarium dan usus. Stimulasi vagal (efek
parasimpatis) pada ligamentum uteri mencetuskan hipotensi dan bradikardia. Syok
neurogenik biasanya diikuti oleh syok hipovolemik dan hemoragik dan harus diwaspadai
pada inversio uteri.
2. Perdarahan banyak bergumpal Perdarahan terjadi pada kira-kira 94% kasus. Jumlah
perdarahan yang terjadiadalah sebanding dengan durasi inversio uteri. Perdarahan yang
banyak dan lama dapat mencetuskan syok hipovolemik.
3. Nyeri hebat dirasakan pada abdomen. Biasanya terjadi pada tahap persalinan kala III.
4. Fundus uteri tidak teraba pada pemeriksaan abdomen. Kadang-kadang teraba cekungan
pada daerah fundus pada derajat ringan.
5. Pada pemeriksaan panggul, tampak massa di vulva (derajat 1 atau 2) atau tampak
massa yang keluar dari introitus (derajat 3 atau 4).
6. Plasenta yang masih melekat dapat atau tidak dapat ditemukan.
7. Bila terjadi cukup lama, jepitan servikas yang mengecil akan membuat uterus mengalami
iskemia, nekrosis dan infeksi
PENATALAKSANAAN
• Inversio uteri merupakan suatu kasus gawat darurat. Oleh itu,
tindakan yang cepat dan tuntas harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya syok dan kematian pasien.
• Pada kasus inversio uteri, untuk suatu prognosis yang baik,
tindakan resusitasi serta reposisi uterus haruslah dilakukan
secara bersamaan.
• Setelah suatu diagnosa inversio uteri ditegakkan, secara garis
besar tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Lanjutan...
1. Resusitasi harus dimulai segera mungkin. Bantuan
anestesi harus dipanggil.
2. Pemasangan infus untuk cairan dilakukan sementara
darah pengganti dan pemberian obat disediakan.Jika ibu
sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kgBB (jangan
melebihi 100 mg) IM atau IV secara perlahan atau berikan
morfin 0,1 mg/kgBB IM.2
3. Reposisi uterus dilakukan secara manual sama ada
plasenta sudah lepas atau tidak. Fundus uteri didorong ke
atas masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks
sampai tangan masuk ke dalam uterus pada posisi
normalnya
Lanjutan...
4. Sekiranya plasenta belum lepas, plasenta tidak boleh dilepaskan
secara manual sehingga reposisi uterus telah dilakukan sepenuhnya
(resiko perdarahan masif).
5. Setelah reposisi uterus dilakukan, tangan tetap dipertahankan di posisi
agar konfigurasi uterus kembali normal dan kontraksi uterus dirasakan.
6. Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 200
ml cairan NaCl/Ringer Laktat IV dengan kecepatan 10 tetes/menit
untuk mencegah reinversio. Pemberian antibiotika dan transfusi darah
dilakukan sesuai kebutuhan.
7. Intervensi bedah dilakukan apabila jepitan serviks yang keras
menyebabkan manuver di atas tidak dapat dikerjakan, maka dilakukan
laparotomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi
bila uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis.
Reposisi Uterus