Anda di halaman 1dari 37

Refleksi Kasus September 2018

( Inversio Uteri )
P1A0 Post Operasi Laparatomi Reposisi Uteri

Disusun Oleh :

Ashar Randy Adil

N 111 16 113

Pembimbing Klinik :

dr. Djemi, Sp.OG.MARS

BAGIAN ILMU OBTETRIK DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

2018
BAB I
PENDAHULUAN

Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan, persalinan,
maupun masa nifas. Oleh karena itu, setiap perdarahan yang terjadi dalam masa
kehamilan, persalinan dan nifas harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan
serius, karena dapat membahayakan ibu dan janin. Setiap wanita hamil, dan nifas
yang mengalami perdarahan, harus segera dirawat dan ditentukan penyebabnya,
untuk selanjutnya dapat diberi pertolongan dengan tepat. Prognosis dan
penatalaksanaan kasus perdarahan selama kehamilan dipengaruhi oleh umur
kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan fetus dan sebab perdarahan. Karena pada
kedua kelainan ini cepat menyebabkan terjadinya syok.1
WHO memperkirakan bahwa ada lebih dari 585.000 kasus kematian ibu pada
tahun 1990 diseluruh dunia, dimana 25%-nya akibat perdarahan pasca persalinan.2
Walaupun inversio uteri adalah kasus yang jarang, tetapi masih merupakan salah satu
penyebab dari perdarahan pasca persalinan dini. Inversio uteri adalah suatu keadaan
dimana fundus uteri terputar balik keluar, baik sebagian atau seluruhnya ke dalam
uterus atau ke dalam vagina, bahkan dapat juga keluar vagina. Pada keadaan yang
ekstrim, kita dapat menjumpai endometrium yang berwarna keunguan dengan
plasenta yang masih melekat.3
Para ahli sepakat bahwa inversio uteri merupakan kasus yang serius dan
merupakan kasus kedaruratan obstetri, oleh karena dapat menimbulkan syok bahkan
sampai menimbulkan kematian. Walaupun ada beberapa kasus inversio uteri dapat
terjadi tanpa gejala yang berarti, tetapi tidak jarang kasus tersebut menimbulkan
keadaan yang serius dan fatal, dimana angka mortalitasnya cukup tinggi yaitu 15-
70% dari jumlah kasus. Upaya pencegahan dengan cara penatalaksanaan kala III yang
baik yaitu dengan cara memperhatikan saat dan cara yang tepat untuk melepaskan
plasenta, melalui tarikan yang ringan pada tali pusat setelah kontraksi uterus atau

1
setelah ada tanda-tanda lepasnya plasenta. Serta mengenal secara dini dan
penatalaksanaan yang adekuat dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.4
Tujuan penulisan refleksi kasus ini adalah untuk mengetahui gejala dan tanda-
tanda serta penanganan yang adekuat terhadap inversio uteri sehingga resiko
morbiditas dan mortalitas ibu dapat dikurangi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Inversio uteri adalah terbalik dan melipatnya uterus sedemikian rupa
sehingga lapisan endometriumnya dapat tampak sampai di luar perineum atau
dunia luar. Pada inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri,
sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri.
Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III
persalinan atau segera setelah plasenta keluar.5

2.2 INSIDEN
Inversio uteri adalah suatu kejadian emergency obstetrik yang sangat
jarang terjadi. Insiden dalam terjadinya inversio uteri adalah sebanyak 1 :
20.000 persalinan. Jika terjadi haruslah di tangani dengan cepat karena dapat
menyebabkan terjadinya kematian akibat pendarahan yang banyak.5
Insiden sangat bervariasi sekitar 1 per 1.584 persalinan hingga
sedikitnya 1 per 20.000 kelahiran dalam studi berbasis populasi baru-baru ini
di Belanda. Mortalitas karena inversio uterus telah dilaporkan setinggi 15 %.
Namun, di negara-negara dengan sumber daya yang banyak, hingga sekarang
sangat jarang, mungkin karena identifikasi sebelumnya dan manajemen yang
tepat. Ini sangat jarang terjadi pada pasien yang tidak hamil, hanya 150 kasus
yang dilaporkan di Amerika Serikat antara 1887 dan 2006.6
Para ahli sepakat bahwa inversio uteri merupakan kasus yang serius
dan kasus kedaruratan obstetri, oleh karena dapat menimbulkan syok bahkan
sampai menimbulkan kematian. Walaupun ada beberapa kasus inversio uteri
dapat terjadi tanpa gejala yang berarti tetapi tidak jarang kasus tersebut

3
menimbulkan keadaan yang serius dan fatal, dimana angka mortalitasnya
cukup tinggi yaitu 15-70% dari jumlah kasus.7

2.3 KLASIFIKASI 7
a. Berdasarkan waktu kejadian :
- Inversio akut, terjadi segera setelah persalinan
- Inversio subakut, terbentuknya cincin kontriksi pada servik.
- Inversio kronik, lebih dari 4 minggu pasca persalinan.
b. Berdasarkan derajat kelainan :
- Derajat satu (inkomplit), korpus uteri tidak melewati kanalis
servikalis.
- Derajat dua (komplit), korpus uteri keluar melalui cincin servik tetapi
tidak mencapai introitus vagina.
- Derajat tiga (totalis), korpus uteri mencapai atau keluar introitus
vagina.
c. Berdasarkan Etiologi :
- Inversio Uteri Non Obstetri : biasanya disebabkan oleh mioma uteri
submukosum atau neoplasma yang lain
- Inversio Uteri Obstetri : inversio uteri tersering yang terjadi setelah
persalinan.
- Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan,
tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
- Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual
plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.

2.4 ETIOLOGI
Meskipun pada umumnya berhubungan dengan penarikan tali pusat
yang yang berlebihan pada manaejeman aktif kala III, penyebab inversio uteri
tetap tidak dapat dijelaskan. Penyebab inversio uterus mungkin bersifat

4
endogen atau eksogen. Penyebab endogen meliputi perpanjangan dinding
uterus yang berlebihan karena adanya plasenta akreta, koil pada tali pusar, tali
pusar yang berlebihan, kehamilan multipel, janin sangat besar, dan
polihidramnion; Namun, penyebab ini jarang terjadi.5,8
Namun, sebagian besar kasus inversio uterus bersifat eksogen, dan
kondisinya sering disebabkan oleh kekuatan luar, seperti penarikan tali pusat
yang berlebihan pada kalai III persalinan, manuver crede yang kasar , dan
pelepasan plasenta manual. Dikatakan juga bahwa hal yang sangat berperan
pada kejadian inversio uteri adalah tali pusat yang kokoh dan tidak mudah
terlepas dari plasenta, dikombinasikan dengan tekanan pada fundus dan uterus
yang berelaksasi, termasuk segmen bawah uterus dan serviks uteri. Dan pada
beberapa kasus ditemukan karena lemahnya ligamen atau karena kelainan
kongenital dari uterus itu sendiri.5,8
Namun yang paling sering terjadi karena kesalahan dalam manajeman
aktif kala tiga yang melibatkan tekanan fundal dan atau daya tarik tali pusat
yang berlebihan yang dilakukan sebelum pemisahan plasenta. Turunan ke
bawah pada fundus, biasanya dikombinasikan dengan atonia uteri, dapat
menyebabkan inversio uterus parsial atau total. Penarikan plasenta terlalu
cepat saat melakukan manual plasenta. Hal ini juga dapat terjadi tanpa
kesalahan pada saat manejemn aktif kala III saat terjadi tekanan intra-
abdomen mendadak saat rahim rileks, seperti batuk atau 7 muntah. Tali pusar
pendek, implantasi fundus plasenta, plasenta yang tidak patuh, dan anomali
rahim merupakan faktor penyebabnya. Beberapa ahli juga berpendapat bahwa
penggunaan magnesium sulfat sesaat sebelum terjadinya persalinan bisa
menaikkan resiko terjadinya inveriso uteri, tetapi belum banyak penelitian
ilmiah yang mendukung argumen ini.9,10
Sehingga diketahui bahwa Penyebab inversio uterus paling sering
sebagai akibat dari kesalahan dalam manajemen aktif kala III persalinan,
dengan traksi prematur pada tali pusar dan / atau tekanan fundal sebelum

5
plasenta telah berpisah. Faktor lain yang terlibat termasuk adalah nulipar,
penggunaan magnesium sulfat selama persalinan, pengangkatan plasenta
manual setelah persalinan per vaginam atau pada operasi caesar sebelum
pemisahan plasenta lengkap. Tekanan tekanan abdomen yang tiba-tiba dengan
batuk, bersin, atau dorongan tali pusar pendek. Dan dapat juga terjadi jika
adanya atonia uteri, serviks yang masih membuka lebar. Dan adanya kekuatan
yang menarik fundus ke bawah (misalnya karena plasenta akreta, inkreta dan
perkreta, yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah) atau ada tekanan dari
fundus uteri dari atas (manuver crede).11

2.5 PATOFISIOLOGI
Mekanisme patofisiologis yang mendasari inversio uteri yang
sebenarnya masih belum diketahui. Secara klinis, faktor utama yang
mempengaruhi untuk inversio uteri adalah plasenta yang berimplantasi di
fundus, lemah dan lunaknya endometrium di lokasi implantasi plasenta, serta
dilatasi serviks segera post partum. Dalam beberapa kasus, terdapatnya tali
pusat yang pendek dan tarikan tali pusat yang berlebihan juga berkontribusi
untuk inversio uteri.5,8
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian
atau seluruhnya masuk. Ini adalah merupakan komplikasi kala III persalinan
yang sangat ekstrem. Inversio uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai
dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus
uteri keluar melalui servik dan berada diluar seluruhnya ke dalam kavum
uteri.5,8
Untuk menghasilkan suatu inversio, uterus harus melanjutkan
kontraksi pada waktu yang tepat untuk memaksa fundus sebelumnya terbalik
atau massa fundus plasenta, terbalik ke arah segmen bawah uterus. Jika
serviks berdilatasi kekuatan kontraksi cukup dan cukup kuat, dinding
endometrium melalui itu, menghasilkan inversi lengkap. Jika situasi kurang

6
ekstrem dari dinding itu, fundus sendiri terjebak dalam rongga rahim,
menghasilkan inversi parsial.5,8
Dalam kasus-kasus kronis atau yang lambat ditangani, bisa
menyebabkan nekrosis jaringan. Hal ini dikarenakan serviks menghalangi
aliran vena dan arteri, menyebabkan terjadinya edema. Jadi, penanganan
inversio uteri menjadi lebih sulit. Oleh karena servik mendapatkan pasokan
darah yang sangat banyak, maka inversio uteri yang total dapat menyebabkan
renjatan vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan yang
masif akibat atonia uteri yang 10 menyertainya. Inversio Uteri dapat terjadi
pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif khususnya bila dilakukan
tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan
keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenik.5,8

2.6 MANIFESTASI KLINIS


Syok merupakan gejala yang sering menyertai suatu inversio uteri.
Syok atau gejala-gejala Syok yang terjadi dapat tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang terjadi, oleh karena itu sangat bijaksana bila syok yang
terjadi setelah persalinan tidak disertai dengan perdarahan yang berarti untuk
memperkirakan suatu inversio uteri. Syok dapat disebabkan karena nyeri
hebat, akibat ligamentum yang terjepit di dalam cincin serviks dan rangsangan
serta tarikan pada peritoneum atau akibat syok kardiovaskuler.8,11
Perdarahan tidak begitu jelas, kadang-kadang sedikit, tetapi dapat pula
terjadi perdarahan yang hebat, menyusul inversio, uteri prolaps dimana bila
plasenta belum lepas atau telah lepas perdarahan tidak berhenti karena tidak
ada kontraksi uterus. Perdarahan tersebut dapat memperberat keadaan syok
yang telah ada. Sebelumnya bahkan dapat menimbulkann kematian-
Dilaporkan 90% kematian, terjadi dalam dua jam paskapersalinan akibat
perdarahan atau syok.8,11

7
Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan cekungan pada bagian fundus
uteri, bahkan kadang-kadang fundus uteri tidak dijumpai dimana seharusnya
fundus uteri dijumpai pada pemeriksaan tersebut. Pada pemeriksaan dalam
teraba tumor lunak di dalam atau di luar serviks atau di dalam rongga vagina,
pada keadaan yang berat (komplit) tampak massa berwarna merah keabuan
yang kadang-kadang didapatkan plasenta masih melekat dengan ostium tuba
dan, endometrium berwarna merah muda dan kasar serta berdarah.8,11
Mengingat kasus ini jarang didapatkan dan kadang-kadang tanpa
gejala yang khas maka perlu ketajaman pemeriksaan dengan cara :12
a. Meningkatkan derajat kecurigaan yang tinggi
b. Palpasi abdomen segera setelah persalinan
c. Periksa dalam
d. Menyingkirkan kemungkinan adanya ruptur uteri

2.7 DIAGNOSIS
A. Anamnesis8,13
Pasien sering datang dengan pendarahan setelah melahirkan.
Pendarahan dapat terjadi dengan atau tanpa adanya rasa nyeri. Kadang
pasien dengan riwayat melahirkan dibantu oleh dukun beranak apalagi
jika terjadi penarikan secara paksa terhadap tali pusat. Selalunya pasien
datang dalam kondisi yang sudah lemas. Pasien juga mengeluh adanya
massa merah yang menonjol keluar dari jalan lahir.

B. Pemeriksaan fisik8,13
Pasien dalam keadaan lemas dan gangguan hemodinamik.
Tekanan darah mulai turun dan tekanan nadi kurang lebih 20 mmhg,
denyut jantung menjadi lebih cepat demikian juga dengan frekuensi
nafas.

8
Saat di palpasi tinggi fundus uteri dapat di raba sebagian atau
sudah tidak dapat teraba lagi. Jika tinggi fundus uteri masih teraba
kemungkinannya dapat di rasakan seperti adanya lekukan ke dalam.
Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam di mana untuk melihat adakah
pendarahan datangnya dari robekan rahim, sisa plasenta atau plasenta
yang masih belum keluar. Dan dapat juga diperoleh hasil dimana fundus
uteri teraba di segmen uterus bagian bawah atau di dalam vagina

C. Pemerikaan Penunjang8,13
Pada saat setelah pengeluaran plasenta tidak terabanya fundus
uteri dan jika dicurigai sebagau inversi uterus, ultrasonografi harus
dilakukan. Dan untuk sebagai konfirmasi diagnosis jika dari hasil
pemeriksaan fisis tidak jelas. Antara modilitas yang dapat di gunakan
adalah USG.
Gambaran transabdominal dalam potongan transverse di panggul
bawah, rahim tampak sebagai tanda target dengan fundus yang bagian
dalam hiperechoic, yang dikelilingi lingkaran hipoechoic. Menunjukkan
fundus dikelilingi oleh cairan hypoechoic dimana cairan ini berada di
antara fundus dan dinding vagina.. Endometrium sejajar di tepi dari
fundus yang inversio.
Gambaran transabdominal pada potongan sagital, uterus tampak
sebagai gambaran cermin terbalik dari uterus yang normal. Kadang juga
dikatakan dibeberapa pustaka menunjukkan bayangan cermin rahim
dengan pseudostripe endometrium yang ditunjukkan oleh dua
permukaan serosa yang berlawanan. Fundus uteri berada di vagina
dengan cairan di fornik vagina. Kedua permukaan serosa berlawanan
menggambarkan garis endometrium atau garis semu.

9
Gambar 1. Gambaran transabdominal Inversio Uteri potongan sagital
(a) dan potongan transverse (b)

2.8 PENATALAKSANAAN
Tatalaksana sebaiknya harus dilakukan secara cepat :14
Hipotensi dan hipovolemi membutuhkan penggantian darah dan cairan
yang cepat. Langkah ini sebaiknya mengikuti guideline Royal Collage of
Obstetricians and Gyinaecologists (RCOG). Empat komponen utama
tatalaksana yang harus diperiksa dalam waktu yang bersamaan yaitu :14
- Komunikasi
- Resusitasi
- Memonitor dan investigasi
- Memastikan berhentinya perdarahan
Reposisi uterus secara cepat sangat penting untuk inversio akut pada
persalinan. Mengukur reposisi uterus dapat termasuk :14
- Persiapan tatalaksana kemungkinan laparatomi
- Indikasi administrasi tokolitik yaitu ; hal ini dapat meyebabkan agregasi
perdarahan :
1) Nitrogliserin 0,25-0,5 mg/iv
2) Terbutalin 0,1-0,25 mg/iv perlahan

10
3) Magnesium sulfat 4-6 gram/iv selama 20 menit
- Mencoba reposisi uterus. Hal ini harus dilakukan secara manual dan cepat
karena penundaan dapat mengakibatkan reposisi lebih sulit.
a. Metode Johnson
Reposisi uterus harus dilakukan secara perlahan mendorong ke
atas menuju umbilikus. Pertahankan bimanual kompresi uterus dan
masase hingga kontraksi uterus baik dan perdarahan berhenti.14
b. Metode Jones
Gunakan telunjuk untuk melakukan reposisi fundus uteri
sehingga dapat mencapai posisi semula pada intra uterine. Dorong
fundus kearah umbilikus dapat memungkinkan ligamentum uterus
menarik uterus kembali ke posisi semula. Bila dengan upaya reposisi
tersebut plasenta masih melekat jangan lakukan pelepasan plasenta,
tetapi baru di lakukan setelah reposisi berhasil dengan baik. Ini karena
jika plasenta di lepaskan maka dapat memicu terjadinya pendarahan
yang hebat.14
- Jika gagal, penggantian hidrostatik harus dilakukan dibawa pengaruh
anestesi spinal atau anestesi umum :14
a. Teknik O’Sullivan menggunakan infus saline hangat ke dalam vagina,
kemudian membuat aliran air dengan menggunakan tangan operator
dan vulva. Teknik modifikasi yang berhasil yaitu dengan
menggunakan cup vacum dan TURP untuk meningkatkan tekanan
hidrostatik.14

11
Gambar 2. Teknik hidrostatik

b. Tamponade ballon SOS Baksi telah berhasil digunakan untuk


menggantikan inversi uterus dan mengatur posisinya.14
- Jika hal tersebut gagal, pembedahan sangat diperlukan. Laparatomi untuk
pembedahan reposisi lebih sering digunakan. Insisi cervikal ring dapat
juga digunakan.14
- Jika tetap tidak berhasil, histerektomi merupakan pilihan terakhir dalam
menyelamatkan hidup pasien.14
Jika plasenta masih ada, lakukan pemeriksaan dan pengeluaran secara
hati-hati untuk memastikan tidak adanya perlekatan yang abnormal.
Anestesi umum atau relaksan uterus dapat diberhentikan dan dapat
diganti dengan oksitosin, ergometrin atau prostaglandin. Antibiotik dapat
dimulai dan stimulan dapat dilanjutkan minimal 24 jam. Ibu harus dimonitor
secara ketat setelah reposisi untuk mencegah reinversi.14
Bentuk-bentuk reposisi inversi uteri yang lain :7
a. Transabdominal
- Teknik Haultain
Di kerjakan secara laparotomi dengan dinding belakang
lingkaran kontraksi di incisi secara longitudinal sehingga

12
memungkinkan penyelenggaraan reposisi uterus sedikit demi sedikit,
kemudian luka di bawah uterus di jahit dan luka laparotomi di tutup.
Uterotonika di berikan supaya uterus mengalami kontraksi.7
- Teknik Huntington
Dinding abdomen di buka dan bagian inversio uteri akan
terlihat. Dua allis forcep akan di gunakan untuk mengambil bagian
fundus uteri dan forceps di tamponekan pada fundus. Di lakukan
sedemikian rupa supaya uterus tadi dapat di keluarkan dari cincin
kontraksi dan dapat di reposisikan kepada keadaan yang normal
kembali.7

Gambar 3. Teknik operasi abdominal


b. Transvaginal
Teknik Kustner (forniks anterior) dan teknik Spinelli (teknik
posterior). Merupakan teknik operasi melalui transvaginal di mana fundus
uteri di ganti melalui pemotongan servik anterior dan posterior.7
Pada beberapa kasus dan biasanya pada kasus dengan penyulit
perdarahan obstetrik yang parah, tindakan histerektomi pascapartum
mungkin dapat menyelamatkan nyawa. Operasi dapat dilakukan dengan

13
laparotomi setelah pelahiran pervaginam, atau dilakukan bersamaan
dengan sectio sesaria (disebut histerektomi sectio sesaria).7
Penghambat utama histerektomi sesarea adalah kehawatiran akan
peningkatan pengeluaran darah dan kemungkinan kerusakan kerusakan
saluran kemih. Faktor utama komplikasi tampaknya adalah apakah operasi
dilakukan secara elektif atau darurat. Morbiditas yang berkaitan dengan
histerektomi darurat meningkat. Pengeluaran darah pada umumnya
banyak dan hal ini berkaitan dengan indikasi operasi. Jika dilakukan atas
indikasi perdarahan, pengeluaran darah hampir selalu besar. Lebih dari 90
persen wanita yang menjalani histerektomi pasca partum darurat
membutuhkan tranfusi.7
Perawatan Pasca Tindakan11
a. Jika inversi sudah diperbaiki,berikan infuse oksitisin 20 unit dalam
500 ml NaCl 0.9 % atau ringer laktat sebanyak 10 tetes/menit.
b. Jika dicurigai terjadi perdarahan,berikan infus sampai dengan 60 tetes/
menit.
c. Jika kontraksi uterus kurang baik,berikan ergometrin 0,2 mg
d. Berikan antibiotic propilaksis dosis tunggal: Ampisilin 2g I.V dan
metronidazol 500 mg I.V
e. Lakukan perawatan pasca bedah jika dilakukan koreksi kombinasi
abdominal vaginal.
f. Jika ada tanda infeksi berikan antibiotik kombinasi sampai pasien
bebas demam selama 48 jam

2.9 KOMPLIKASI
Gangguan miksi dan stress inkotenesi, apabila seluruh uterus tertarik
ke bawah ini menyebabkan fascia dinding depan vagina mengendor dan
vesika urinaria akan terdorong ke belakang. Selain itu uretra juga turut ke
bawah bersama dengan penurunan cavum uteri.

14
Inkarserasi usus dapat terjadi karena ruang yang kosong antara cavum
dauglasi terisi usus halus atau sigmoid masuk ke dalam karena dinding uterus
sudah menonjol keluar.15

2.10 PROGNOSIS
Walaupun inversio uteri kadang-kadang terjadi tanpa banyak gejala
dan penderita tetap dalam keadaan baik, tetapi sebaliknya dapat pula terjadi
keadaan darurat sampai terjadi kematian penderita baik karena syoknya
sendiri ataupun karena perdarahannya. Kematian karena kasus inversio uteri
cukup tinggi yaitu 15-75% dari kasus. Oleh karena itu makin cepat dan tepat
diagnosis ditegakkan dan segera dilakukan tindakan reposisi, maka
prognosisnya makin baik. Sebaliknya makin lambat diatasi maka
prognosisnya menjadi buruk dan penundaan dari penatalaksaannya dapat
meningkatkan angka kematian. Akan tetapi bila penderita dapat bertahan
dengan keadaan tersebut setelah 48 jam maka prognosisnya berangsur-angsur
menjadi baik.16

15
BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan : Sabtu, 7 Agustus 2018


Ruangan : Kamar Bersalin RSUD Undata
Jam : 17.00 WITA

3.1 IDENTITAS
Nama : Ny. N Nama Suami : Tn. MZ
Umur : 26 tahun Umur : 27 tahun
Alamat : Jl. Baiya Raya Alamat : Jl. Baiya Raya
Pekerjaan : Perawat Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : D3 Keperawatan Pendidikan : SMA

3.2 ANAMNESIS
a) Keluhan utama :
Nyeri perut tembus belakang

b) Riwayat penyakit sekarang :


Pasien G1P0A0 masuk dengan keluhan nyeri perut tembus belakang
yang dirasakan sejak kurang lebih 4 jam sebelum masuk RS. Keluhan
disertai pelepasan air (+). lendir (+), darah (-), Mual (-), muntah (-),
pusing (-), sakit kepala (-) disangkal. BAB (+) biasa, BAK (+) lancar.
G1P0A0, Gravid aterm
HPHT : ?/11/2017 TP : ?/08/2018

16
c) Riwayat Penyakit Terdahulu:
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, ginjal,
hipertensi, diabetes melitus, dan asma.

d) Riwayat alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan
dan makanan.

e) Riwayat Penyakit Keluarga :


Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes melitus, dan asma.

f) Riwayat Haid :
Haid pertama kali usia 15 tahun, menstruasi teratur, lama menstruasi
7 hari, jumlah darah haid 2-3 kali mengganti pembalut setiap hari.

g) Riwayat Perkawinan
Sudah menikah

h) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Hamil Sekarang (tahun 2018)

i) Riwayat Kontrasepsi
Tidak pernah

3.3 STATUS GENERALISATA


Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Berat Badan : 80 Kg

17
Tanda vital :
Tekanan Darah : 120/60 mmHg
Nadi : 78x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5oC

Pemeriksaan Fisik Umum


1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk normochepal dan simetris, rambut warna hitam, tidak
mudah dicabut, tidak mudah rontok, tidak ada nyeri tekan.
2. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, edema palpebra -/-,
sekret -/-
3. Pemeriksaan Telinga
Deformitas (-), nyeri tekan (-), otore (-), discharge (-).
4. Pemeriksaan Hidung
Deformitas (-), nafas cuping hidung (-), epistaksis (-), discharge (-)
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Sianosis (-), bibir pecah-pecah (-), stomatitis (-), hiperemis pada
faring (-).
6. Pemeriksaan Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada simetris bilateral, pergerakan simetris
Palpasi : Pergerakan simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi :
 Paru : vesikuler (+/+), rhonki(-), wheezing(-)
 Jantung : S1/S2 murni regular.

18
7. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak cembung, peradangan (-), bekas operasi (-).
Palpasi :
Leopold 1 : TFU 2 jari dibawah processus xyphoideus (33 cm)
Leopold 2 : Punggung Kanan
Leopold 3 : Presentasi Kepala
Leopold 4 : Bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul
Auskultasi : Denyut jantung janin 143 x/m
Tafsiran Berat Janin: 33-11 x 155 = 3410 gram
8. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : edema (-), deformitas (-), akral dingin (-/-)
Inferior : edema (-), deformitas (-), akral dingin (-/-)

3.4 PEMERIKSAAN GENITALIA


Inspekulo
Tidak dilakukan.
Pemeriksaan dalam vagina :
Vulva normal, dinding vagina normal, massa (-), porsio lunak,
pembukaan 1 cm, ketuban utuh.

3.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Lengkap : 7 Agustus 2018
Parameter Nilai Normal Hasil
WBC 4.0-12 x 103/ µL 7,8
RBC 4.0-6.2 x 106/ µL 3.68
HGB 11-17 g/dL 10.3
HCT 35-55% 33,2
PLT 150-400 x 103/µL 204

19
HbSAg : (-) Non reaktif

3.6 DIAGNOSIS
G1P0A0 Gravid aterm inpartu kala I fase laten + KPD

3.7 PENATALAKSANAAN
a. Rencana Terapi
1) Infus RL 20 tpm
2) Siap darah 2 kantong whole blood (WB) 1 PRC
3) Inj.ceftriaxone 1 gr/IV/12 jam
b. Rencana Monitoring
1) Observasi BJF, HIS dan kemajuan persalinan

3.8 FOLLOW UP

Perawatan Hari Pertama (Kamar Bersalin) Hari Rabu, 8/8/2018


Subject Nyeri perut tembus belakang, pelepasan air (+), darah
(+), Lendir (+), pusing (-), nyeri kepala (-), mual (-),
muntah (-), BAK (+), BAB biasa
Object Keadaan Umum : sakit sedang
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 88x/m
Suhu : 36.3oC
Pernapasan : 20 x/menit
BJF : 125 x/m
Assessment GIP0A0 gravid aterm inpartu kala 1 fase laten + KPD
Planing - IVFD RL 20 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Observasi BJF, HIS, dan kemajuan persalinan

20
- Rencana SC cito (tapi keluarga minta untuk induksi
persalinan)
- Lapor konsulen advis : rencana USG besok tanggal
9/8/2018

Perawatan Hari Kedua, (Kamar Bersalin) Hari Kamis, 9/8/2018


Subject Nyeri perut tembus belakang (+), pelepasan (-), pusing
(-), nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-), BAK (+),
BAB (+) biasa
Object Keadaan Umum : sakit sedang
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/m
Suhu : 36.3oC
Pernapasan : 20 x/menit
BJF : 148 x/m
Pemeriksaan Dalam : Pembukaan 1 cm, portio tebal
lunak, ketuban merembes, kepala Hodge I
Assessment GIP0A0 gravid aterm inpartu kala 1 fase laten+ KPD
Planing - IVFD RL 20 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Observasi BJF, HIS, dan kemajuan persalinan
USG
Janin tunggal hidup, Usia kehamilan 38-39
minggu, TBJ : 3302 gram, AFI 3,2
Anjuran : terminasi kehamilan, Antibiotik
- Induksi persalinan

21
Perawatan Hari Ketiga, (Kamar Bersalin) Hari Jumat, 10/8/2018
Subject Nyeri perut tembus belakang (-), pelepasan lendir (+),
pusing (-), nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-), BAK
(+), BAB biasa
Object Keadaan Umum : sakit sedang
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/m
Suhu : 36.3oC
Pernapasan : 22 x/menit
BJF : 138 x/m
His : 4x10’ (40”-45”)
Pemeriksaan Dalam : Pembukaan 2 cm, portio tebal
lunak, ketuban merembes, kepala Hodge I
Assessment GIP0A0 gravid aterm inpartu kala I fase laten + KPD
Planing - IVFD RL 18 tetes/menit
- Injeksi ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Observasi BJF, HIS, dan kemajuan persalinan
- Lanjut Gastrul ke II jika pembukaan < 4 cm
- Jam 17. 00 Pembukaan lengkap, kepala Hodge IV,
ketuban selaput menempel,
- Jam 17. 15 Bayi perempuan Berat Badan Lahir
3600 gram, Panjang Badan lahir 48 cm lahir
dengan induksi + LBK + lilitan tali pusat 1x
- Jam 17. 20 Injeksi oxytocin 1 amp IM
- Jam 17. 25 Kosongkan kandung kemih
- Jam 17. 25 Plasenta belum lahir terjadi inversio
uteri
- Jam 17. 25 Lapor dokter asisten

22
- Jam 17. 30 Dokter asisten datang melihat pasien
- Jam 17. 35 Keadaan pasien lemah
TD : 90 / 60 mmHg
N : 100 x/ menit
R : 30 x / menit
Pasang 02 6 liter per menit
Pasang kateter tetap
- Jam 17. 40 Cek Hb hasil 3,6 gr/dl
Pasang infuse cabang :
Tangan kanan cairan gelofusin guyur
Tangan kiri cairan RL + Oxytocin 1 amp
guyur
- Jam 17.45 Ganti cairan NaCl di tangan kanan
Pasang darah WB labu I guyur
- Jam 17.50 Advis dokter spesialis : Siapkan
operasi laparatomi
- Jam 17.55 Pasang darah WB labu II guyur
- Jam 18.00 Ganti cairan gelofusin guyur
- Jam 18.20 Pasang darah WB labu III guyur
- Jam 19.10 Pasien didorong ke OK Cyto

23
Gambar: Inversio Uteri

Laporan Operasi:

- Pasien baring terlentang dalam posisi litotomi dibawah pengaruh anastesi


TIVA
- Pasang doek steril
- Dilakukan reposisi uteri sambil kontrol perdarahan, perdarahan (+) biasa
- Jahit bagian dinding vagina secara interuptus sambil kontrol perdarahan.
Perdarahan (+) masih banyak
- Lanjutkan laparatomi, pasien dibaringkan secara terlentang dalam
pengaruh intubasi
- Desinfeksi lapangan operasi, pasang duk sesuai prosedur

24
- Insisi abdomen dengan arah midline ±5-10 cm lapis demi lapis sampai
tampak segmen bawah rahim
- Tampak uterus bagian fundus menjepit kedalam / terlipat
- Reposisi uterus ke bentuk sebelumnya, sambil control perdarahan
- Perdarahan mulai tidak aktif, dari bawah (vagina / jalan lahir)
- Jahit peritoneum + fascia + otot . Kontrol perdarahan, perdarahan tidak
aktif
- Jahit lemak (sub kutis) + kulit sesuai kosmetik
- Tutup luka dengan kasa besar
- Bersihkan area operasi dengan kassa steril dan betadine
- Operasi selesai

Keterangan : Terpasang 2 tampon vagina dan 1 kasa di perineum (Besok di


AFF

Instruksi post operasi laparatomi reposisi uteri


- Rawat ICU
- Nasal O2
- IVFD RL 500 ml + drips Oxytosin 1 amp 7 tpm
- Injeksi Ceftriaxone 1 gr /12 Jam
- Drips Metronidazole 500 mg/8 Jam
- Injeksi Ketorolac 30 mg/8 Jam
- Injeksi Asam Traneksamat 500 mg/8 Jam
- Injeksi Ranitidin 50 mg/12 Jam
- Injeksi Furosemide 1 amp (20 mg) extra
- Injeksi Calcium Glukonat 1 amp (100 mg) extra secara pelan-pelan
- Diet bubur
- Cek HB target 8 g/dl

25
Perawatan Hari Keempat, (Ruang ICU) Hari, Sabtu 11/08/2018
Subject Nyeri luka post op (+), pusing (-),mual (-), muntah (-),
PPV (+), BAK (+) kateter, BAB biasa
Object Keadaan Umum : sakit sedang
Tekanan darah : 127/67 mmHg
Nadi : 103x/m
Suhu : 36.7oC
Pernapasan : 20 x/menit
Assessment P1A0 Post op reposisi inversio uteri H-0
Planing - IVFD RL 20 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/8 jam/iv
- Inj. Metronidazole 500 mg/8 jam/iv
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
- Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
- SF 1x1 tab
- Cek lab DR, jika Hb < 8 gr/dL transfusi PRC 1
labu
- Jika keadaan umum stabil, rawat ruangan Matahari
- Inj. Asam tranexamat 1 amp / 8 jam  Stop
- Diet bubur

HasiL Laboratorium Darah 11 Agustus 2018 Pukul


10.25
Parameter Nilai Normal Hasil
WBC 4.0-12 x 103/ µL 18,2
RBC 4.0-6.2 x 106/ µL 2,09
HGB 11-17 g/dL 6
HCT 35-55% 18,7
PLT 150-400 x 103/µL 105

26
Perawatan Hari kelima, (Ruang Matahari) Hari, Minggu 12/8/2018
Subject Nyeri luka post op (+), pusing (-),mual (-), muntah (-),
PPV (+), BAK (+) via kateter, BAB biasa.
Object Keadaan Umum : sakit sedang
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 76x/m
Suhu : 36.5oC
Pernapasan : 18 x/menit
TFU : 1 jari dibawah umbilicus
ASI : +/-
Assessment P1A0 Post op reposisi inversio uteri H-1
Planing - IVFD RL 20 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/8 jam/iv
- Drips Metronidazole 500 mg/8 jam/iv
- Asam mefenamat tab 500 mg 3 x 1
- SF 1x1 tab
- Ganti verban besok

HasiL Laboratorium Darah 12 Agustus 2018 Pukul


20.04
Parameter Nilai Normal Hasil
WBC 4.0-12 x 103/ µL 16
RBC 4.0-6.2 x 106/ µL 2,57
HGB 11-17 g/dL 7,5
HCT 35-55% 23,4
PLT 150-400 x 103/µL 135

27
Perawatan Hari keenam, (Ruang Matahari) Hari, Senin 13/08/2018
Subject Nyeri luka post op (+), pusing (-),mual (-), muntah (-),
PPV (-), BAK (+) via kateter, BAB biasa
Object Keadaan Umum : sakit sedang
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84x/m
Suhu : 36.5oC
Pernapasan : 20 x/menit
TFU : 1 jari dibawah umbilicus
ASI : +/-
Assessment P1A0 Post op reposisi inversio uteri H-2
Planing - IVFD RL 20 tetes/menit
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/8 jam/iv
- Drips Metronidazole 500 mg/8 jam/iv
- Asam mefenamat tab 500 mg 3 x 1
- SF 2x1 tab
- Kalnex 3x1 tab (1 hari saja)
- Aff kateter

Perawatan Hari ketujuh, (Ruang Matahari) Hari, Selasa 14/8/2018


Subject Nyeri luka post op (+), pusing (-),mual (-), muntah (-),
PPV (-), BAK (+) via kateter, BAB biasa
Object Keadaan Umum : sakit sedang
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 86x/m
Suhu : 36.5oC
Pernapasan : 20 x/menit
TFU : 2 jari dibawah umbilicus

28
ASI : +/+
Assessment P1A0 Post op reposisi inversio uteri H-3
Planing - AFF infus
- Cefadroxyl 500 mg 2x1
- Asam mefenamat tab 500 mg 3 x 1
- SF 2x1 tab
- Boleh pulang

3.9 RESUME
Pasien ♀ 26 tahun G1P0A0 masuk dengan keluhan nyeri perut tembus
belakang yang dirasakan sejak kurang lebih 4 jam sebelum masuk RS. Keluhan
disertai pelepasan air (+). lendir (+), darah (-), Mual (-), muntah (-), pusing (-),
sakit kepala (-) disangkal. BAB (+) biasa, BAK (+) lancar.
Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
composmentis. Tanda vital TD 120/60 mmHg, N 78 x/menit, R 20x/menit, S
36,5oC.
Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi abdomen tampak cembung. Pada
palpasi, Leopold 1 Tinggi Fundus Uteri teraba 2 jari dibawah prosesus
xhypoideus (33 cm), leopold 2 teraba punggung bayi sebelah kanan, leopold 3
teraba presentasi kepala, leopold 4 teraba bagian terendah janin sudah masuk
pintu atas panggul. DJJ 143 x/m dengan tafsiran berat janin 3410 gram. Pada
pemeriksaan vaginal toucher didapatkan Vulva normal, dinding vagina normal,
massa (-), porsio lunak, pembukaan 1 cm, ketuban utuh.
Pemeriksaan laboratorium WBC 7,8 x103/μL, RBC 3,68 x106/μL, Hb
10,3g/dL, PLT 204 x103/μL, HCT 33,2%.
Didiagnosis dengan G1P0A0 gravid aterm inpartu kala 1 fase laten +
KPD. Dengan terapi awal Infus RL 20 tpm, Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam,

29
siap darah 2 WB, 1 PRC, serta observasi BJF, HIS dan kemajuan persalinan.
Dari IGD Kebidanan pasien dipindahkan ke Kamar Bersalin.
Pada perawatan hari pertama keluhan pasien masih sama yaitu nyeri perut
tembung belakang disertai pelepasan air dan lendir. Tanda vital, tekanan darah
90/60 mmHg, Nadi, respirasi dan suhu dalam batas normal, BJF 125 x/m.
Masih terpasang RL 20 tpm dan pemberian Injeksi ceftriaxone 1 gr/12 jam.
Pasien direncanakan akan dilakukan Sectio caesarea CITO namun keluarga
menolak dan meminta dilakukan induksi persalinan. Advice dari konsulen
Kamis, 9 Agustus 2018 akan dilakukan USG.
Perawatan hari kedua, keluhan nyeri perut masih sama. Tanda vital,
tekanan darah 90/60 mmHg, Nadi, respirasi dan suhu dalam batas normal, BJF
148 x/m. Pemeriksaan dalam pembukaan 1 cm, portio tebal lunak, ketuban
merembes, kepala Hodge I. Terapi lanjut. Hasil USG Janin tunggal hidup, Usia
kehamilan 38-39 minggu, TBJ : 3302 gram, AFI 3,2
Anjuran : terminasi kehamilan, Antibiotik. Akan dilakukan induksi
persalinan dengan pemberian gastrul.
Perawatan hari ketiga, keluhan tetap sama. Tanda-tanda vital dalam batas
normal, BJF 4 kali dalam 10 menit dengan durasi 40-45 detik. Pemeriksaan
Dalam : Pembukaan 2 cm, portio tebal lunak, ketuban merembes, kepala Hodge
I. Terapi lanjut, lanjut gastrula ke 2 jika pembukaan 4 cm. Pada pukul 17.00
pembukaan lengkap, kepala hodge 4, ketuban selaput menempel, Pukul 17.15
lahir bayi perempuan BBL 3600 gram dan PBL 48 cm dengan induk letak
belakang kepala serta lilitan tali pusat satu kali. Pukul 17.20 di injeksi oxytosin
1 ampul secara intramuscular. Pukul 17.25 mengosongkan kandung kemih,
plasenta belum lahir terjadi inversio uteri. Tanda vital tekanan darah 90/60
mmHg, Nadi 100 x/m, Respirasi 30 x/m, kemudian pasang O2 6 liter per menit
dan kateter tetap terpasang. Kemudian cek HB cito dengan HB terbaru 3,6 gr/dl
kemudian dilakukan resusitasi dengan pasang infus 2 line, masukkan darah WB
t3 kantong dan siapkan pasien untuk operasi laparatomi, pukul 19.10 pasien di

30
dorong ke OK cito untuk dilakukan laparatomi reposisi uteri. Selesai operasi
pasien di pindahkan ke ruang ICU, Instruksi post operasi laparatomi reposisi
uteri yaitu pemberian oksigen, cairan RL 500 ml + oxytosin 1 amp sebanyak 7
tpm, injeksi antibiotik, injeksi ketorolac, injeksi asam traneksamat, injeksi
ranitidine, injeksi furosemide, injeksi calcium glukonat dan diet bubur.
Perawatan hari keempat perawatan ICU, dengan diagnosis P1A0 post op
reposisi uteri H.0 keluhan pasien yatitu nyeri bekas operasi. Tanda vital dalam
batas normal. Terapi Cairan Rl 20 tpm, injeksi antibiotic, injeksi ketorolac,
injeksi ranitidine, pemberian SF 1x1 cek HB, jika HB < 8 g/dl transfuse PRC 1
labu. HB terbaru yatu 6 g/dl. Jika pasien stabil pindah rawat Matahari.
Perawatan hari kelima, post op hari ke pertama, keluhan pasien tetap
sama, tanda vital dalam batas normal. TFU 1 jari dibawah umbilicus, ASI +/-.
Terapi cairan dan injeksi antibitik lanjut, oral asam mefenamat dan SF. HB post
transfusi 7,5 g/dl.
Perawatan hari keenam, post op hari ke dua, keluhan tetap sama, tanda
vital dalam batas normal, TFU 1 Jari dibawah umbilicus, ASI +/-. Terapi lanjut
dengan tambahan pemberian kalnex 3x1 tablet, AFF kateter.
Perawatan hari ketujuh, post op hari ketiga. Keluhan masih sama, tanda
vital dalam batas normal. TFU 2 jari dibawah umbilicus, ASI +. Terapi injeksi
ganti oral, pasien boleh pulang dan kontrol ke poli KIA.

31
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien perempuan usia 26 tahun dengan G1P0A0 masuk dengan
keluhan nyeri perut tembus belakang yang dirasakan sejak ± 4 jam sebelum masuk
Rumah Sakit. Keluhan disertai pelepasan lendir tanpa pelepasan darah dan air.
Keluhan lain seperti mual, muntah, pusing serta nyeri kepala tidak dirasakan pasien.
Buang air besar biasa dan buang air kecil lancar.
Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi abdomen tampak cembung. Pada
palpasi, Leopold 1 Tinggi Fundus Uteri teraba 2 jari dibawah prosesus xhypoideus
(33 cm), leopold 2 teraba punggung bayi sebelah kanan, leopold 3 teraba presentasi
kepala pada bagian terendah janin, leopold 4 teraba bagian terendah janin sudah
masuk pintu atas panggul. Denyut jantung janin pada saat itu 143 kali/menit. Pada
pemeriksaan vaginal toucher didapatkan Vulva normal, dinding vagina normal, tidak
teraba massa, porsio lunak, pembukaan 1 cm, ketuban utuh. Pemeriksaan
laboratorium WBC 7,8 x103/μL, RBC 3,68 x106/μL, Hb 10,3g/dL, PLT 204 x103/μL,
Pasien saat itu direncanakan untuk persalinan normal dengan melihat tidak
adanya indikasi yang membahayakan untuk ibu dan anaknya. Terapi awal yang
diberikan adalah infus ringer laktat 20 tetes/menit, injeksi ceftriaxon 1 gram/ 12 jam.
Siapkan darah 2 kantong Whole blood dan 1 kantong PRC. Pada follow hari pertama,
terjadi pelepasan air dengan his yang tidak adekuat, akhirnya pasien di rencanakan
untuk tindakan sectio secarea namun pasien dan keluarga menolak tindakan dan ingin
persalinannya di induksi. Pasien di induksi menggunakan misoprostol. Pada tanggal
17/4/2018, bayi lahir dengan induksi letak belakang kepala dan lilitan tali pusat 1
kali. Pada saat management aktif kala III tiba-tiba terjadi inversio uteri.
Inversio uteri adalah terbalik dan melipatnya uterus demikian rupa sehingga
lapisan endometriumnya dapat tampak sampai di luar perineum atau dunia luar. Pada
inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri

32
sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan,
terjadi tiba-tiba dalam kala III persalinan atau segera setelah plasenta keluar.5
Inversio uteri adalah suatu kejadian emergency obstetrik yang sangat jarang
terjadi. Insiden dalam terjadinya inversio uteri adalah sebanyak 1 : 20.000
persalinan.5
Inversio uteri dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu berdasarkan waktu
kejadian, berdasarkan derajat kelaian dan berdasarkan etiologi.1 Pada kasus ini,
inversio uteri masuk dalam klasifikasi berdasarkan waktu kejadian masuk dalam
inversio akut, terjadi setelah persalinan, bersadarkan derajat kelainan masuk dalam
derajat 3 yaitu totalis, korpus uteri mencapai atau keluar introitus vagina, dan
berdasarkan etiologinya masuk dalam klasifikasi inversio uteri obstetric spontan.
Mekanisme patofisiologis yang mendasari inversio uteri yang sebenarnya
masih belum diketahui. Secara klinis, faktor utama yang mempengaruhi untuk inversi
uteri adalah plasenta yang berimplantasi di fundus, lemah dan lunaknya endometrium
di lokasi implantasi plasenta, serta dilatasi serviks segera post partum. Dalam
beberapa kasus, terdapatnya tali pusat yang pendek dan tarikan tali pusat yang
berlebihan juga berkontribusi untuk inversi uteri.5,8
Tatalaksana inversio uteri harus dilakukan secara cepat :14 Hipotensi dan
hipovolemi membutuhkan penggantian darah dan cairan yang cepat. Langkah ini
sebaiknya mengikuti guideline Royal Collage of Obstetricians and Gyinaecologists
(RCOG). Empat komponen utama tatalaksana yang harus diperiksa dalam waktu
yang bersamaan yaitu :14
- Komunikasi
- Resusitasi
- Memonitor dan investigasi
- Memastikan berhentinya perdarahan
Reposisi uterus secara cepat sangat penting untuk inversio akut pada
persalinan.

33
Pada kasus ini, setelah terjadinya inversio uteri tepatnya pada pukul 17.25
wita, kemudian dilakukan pemeriksaan HB dengan hasil HB 3,6 g/dl dari HB
sebelumnya 10,3 g/dl kemudian di pasang infus 2 line untuk resusitasi cepat pasien
dan memasukan darah 3 kantong dan siapkan untuk operasi laparatomi reposisi uteri.
Pada pukul 19.10 wita pasien didorong ke ruang operasi CITO, dilakukan laparatomi
reposisi uterus dengan metode Johnson. Dengan bentuk reposisi uteri transabdominal
dengan tehnik Huntington.
Perawatan paska tindakan pemberian Rl 500 ml + oxytosin 20 unit sebanyak 7
tpm. Menurut teori Jika inversi sudah diperbaiki,berikan infuse oksitisin 20 unit
dalam 500 ml NaCl 0.9 % atau ringer laktat sebanyak 10 tetes/menit.11
Komplikasi yang dapat terjadi pada inversi uteri yaitu : gangguan miksi dan
stress inkotenesi, apabila seluruh uterus tertarik ke bawah ini menyebabkan fascia
dinding depan vagina mengendor dan vesika urinaria akan terdorong ke belakang.
Selain itu uretra juga turut ke bawah bersama dengan penurunan cavum uteri.
Inkarserasi usus dapat terjadi karena ruang yang kosong antara cavum
dauglasi terisi usus halus atau sigmoid masuk ke dalam karena dinding uterus sudah
menonjol keluar.15
Walaupun inversio uteri kadang-kadang terjadi tanpa banyak gejala dan
penderita tetap dalam keadaan baik, tetapi sebaliknya dapat pula terjadi keadaan
darurat sampai terjadi kematian penderita baik karena syoknya sendiri ataupun karena
perdarahannya. Kematian karena kasus inversio uteri cukup tinggi yaitu 15-75% dari
kasus. Oleh karena itu makin cepat dan tepat diagnosis ditegakkan dan segera
dilakukan tindakan reposisi, maka prognosisnya makin baik. Akan tetapi bila
penderita dapat bertahan dengan keadaan tersebut setelah 48 jam maka prognosisnya
berangsur-angsur menjadi baik.16 Pada kasus ini pasien dapat bertahan dengan
keadaan tersebut setelah 48 jam maka prognosis pasien ini baik.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Obstetri & Ginekologi. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. Bandung. Elstar offset.
2000
2. Diidy GA. Post partum haemorrhage: New management option. Clin Obstet
Ginecol 2002: hal 32-33
3. Eastman Nj, Hellman LM. Inversion of the uterus. In: William obstetrics. 18th
ed, New York: Appleton & Lange. 2001. hal 1005-10
4. Heyl PS, Stubblefield PG, Phillippe M. Recurrent inversion of the puerperal
uterus managed with 15(s)-15-methyl prostaglandin F2α and uterine packing.
Obstet Gynecol 2009; 63: hal 263-264
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et all. Obstetrical Hemorrhage.
Dalam: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et all. Williams Obstetrics.
Edisi ke-23. New York. McGraw Hill. 2010. hal 757 – 801
6. Witteveen T., van Stralen G., Zwart J. Puerperal Uterine Inversion in the
Netherland : A Nationwide Cohort Study. Acta Obtet Gynecol Scand.
Netherland. 2013
7. Setiawan, SD., Ratna DP. P4 A0 Perdarahan Pasca Persalinan ec Inversio Uteri dan
Syok Hipovolemik dengan Histerektomi. Jurnal Medula Unila. 2017 April ; 7(2)
8. Ida A et all. Succesfull Reduction of Acute Puerpural Uterine Inversion with
the Use of a Bakri Postpartum Ballon. 2015 Maret 30
9. Leal, Monteiro RF .Total and Acute Uterine Inversion after delivery. 2014
10. Doumotchis SK, Arulkumaran S. Editor. Emergencies In Obsetrics and
Gynaecology Second Edittion. London: Oxford University Press; 2016. p. 167-
169
11. Karkata MK. Perdarahan Pascapersalinan dalam: Saifuddin
AB,Prof.DR.drMPH,SpOG(K) dkk, editor. Ilmu Kebidanan Sarwono

35
Prawirohardjo Edisi Keempat. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2014. h. 522-529
12. Baskett TF. Acute Uterine Inversion. 2012 Juli 12
13. Rodiani, Susianti, Gemayangsura .P2A0 Post Partum Hemorrhagic Post Partum
Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia Berat. 2017 Juli 12
14. Payne J. Uterine Inversion. Emergency Medicine and Trauma. UK. Medical
Professionals. 2015.
15. RS Gibbi, BY Karlan, AF Harney et all. Post Partum Hemorrhage. Dalam : RS
Gibbi, BY Karlan, AF Harney et all. Danforth's Obstetrics and Gynecology.
Edisi ke-10. New York. Lippincott Williams & Wilkins, 2008
16. Leal, Monteiro RF .Total and Acute Uterine Inversion after delivery. 2014

36

Anda mungkin juga menyukai