Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya makalahyang berjudul
³Orde Baru´. Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Secara garis besar makalah ini memuat latar belakang 
tenteng  politik dalam negri era order baru, kehidupan di bidang  ekonomi pada masa orde baru,
perkembangan sosial budaya pada masa orde baru. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak, penulis tidak mungkin menyelesaiakan penyusunan makalah ini,
untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif, terutama  7.DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................20 BAB I PENDAHULUAN    Latar Belakang
Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan antara kekuasaanmasa Sukarno
(Orde Lama) dengan masa Suharto. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru setelah
pemberontakan Gerakan 30 September tahun 1965. Orde baru lahir sebagai upayauntuk: mengoreksi
total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama, penataan kembali seluruh aspek kehidupan
rakyat, bangsa, dan negara Indonesia,melaksanakan Pancasila dan UUD1945 secara murni dan
konsekuen dan menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna
mempercepat proses pembangunan bangsa.    Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas,
terdapat beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu: ü  Bagaiman latar belakang
lahirnya orde baru ? ü  Bagaimana  politik dalam negri pada masa orde baru ? ü  Bagaimana kehidupan
bidang ekonomi pada masa orde baru ? ü  Bagaimana perkembangan social budaya pada masa orde
baru ? BAB II PEMBAHASAN

LATAR BELAKANG LAHIRNYA ORDE BARU

Orde baru lahir karena dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain : 1.     Terjadinya peristiwa
Gerakan 30 September 19652. 2.    Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena
peristiwa Gerakan 30September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah
berlangsunglama.. 3.    Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600%
sedangkanupaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan
bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat. 4.    Reaksi keras dan meluas dari masyarakat
yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar- besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan
demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili
5.    Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat bergabungmembentuk Kesatuan
Aksi berupa ³Front Pancasila´ yang selanjutnya lebih dikenaldengan ³Angkatan 66´ untuk menghacurkan
tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30September 19656. 6.    Kesatuan Aksi ³Front Pancasila´ pada 10
Januari 1966 di depan gedung DPR-GR mengajukan tuntutan’’TRITURA(Tri Tuntutan Rakyat). 7.    Upaya
reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan KabinetSeratus Menteri tidak juga
memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinettersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam
peristiwa Gerakan 30 September 1965. 8.    Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun
setelah upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965
tidak  berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub)

9.    Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak tak juga
berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang
ditujukan bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang  dianggap perlu untuk mengatasi keadaan
negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan. Upaya menuju pemerintahan Orde Baru : Setelah
dikelurkan Supersemar  maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa dan bernegara
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.Penataan dilakukan didalam lingkungan lembaga tertinggi
negara dan pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar  berdampak semakin besarnya kepercayaan
rakyat kepada pemerintah karena Suharto berhasil memulihkan keamanan dan membubarkan PKI.
Munculnya konflik dualisme kepemimpinan nasional di Indonesia.  Hal ini disebabkan karena saat itu
Soekarno masih berkuasa sebagai presiden sementara Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan.
Konflik Dualisme inilah yang membawa Suharto mencapai puncak kekuasaannya karena akhirnya
Sukarno mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Suharto.Pada tanggal
23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk mengukuhkan pengunduran diri
Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto sebagai pejabatPresiden RI. Dengan Tap MPRS No.
XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS dari
Presiden Sukarno .Tanggal 12Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai Pejabat  Presiden Republik
Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde
Baru. PadaSidang Umum bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto sebagai Presiden
Republik Indonesia

PERKEMBANGAN  POLITIK MASA ORDE BARU

1.Politik dalam negeri era order baru

A.   .Pembentukan Kabinet Pembangunan Kabinet awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966)
adalah Kabinet AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Amper yaitu untuk
menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan
nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebutCatur Karya Kabinet AMPERA adalah sebagai berikut.
·         Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangA

·         Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968

·         Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional.

·         Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya b.

B.    .Selanjutnya setelah  sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden untuk masa
jabatan 5 tahun maka dibentuklah kabinet yang baru dengan nama Kabinet Pembangunan..

C.    .Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik Setelah pemilu 1971 maka dilakukan
penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan
penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada
ideologi tetapi atas persamaan program. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-
politik, yaitu: ·         Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII,
danPartai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam). ·        
Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, PartaiMurba, IPKI, dan
Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat nasionalis). ·         Golongan karya (golkar) D.   Pemilihan
Umum  Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak enam kali yang
diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu:  tahun 1971, 1977,1982, 1987, 1992, dan1997.. E.   
Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat pada tanggal 2 Agustus 1969.
Kebijakan lain yang di ambil pemerintah Orde baru adalah menetapkan peran  ganda  ABRI  yang di
kenal dengan Dwifungsi ABRI.ABRI  tidak hanya  berperan dalam bidang pertahanan dan keamanan
Negara tetapi juga berperan di bidang politik.Hal terbukti dari banyaknya anggota ABRI
yang
ternyata memegang jabatan sipil  seperti walikota,bupati dan gubenur
bahkan ABRI memiliki jatah di keanggotaan  MPR/DPR.Alasan yang
mendasari kebijakan tersebut tertuang dalam pasal  27 ayat (1)UUD
1945.Pasal tersebut mengemukakan bahnwa “segala warga Negara 
bersama kedudukankannya di dalam hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak  ada kecualinya.Bukan hanya pada bidang politik 
pemerintahan,ternyata kedudkan ABRI dalam masyarakat Indonesia
juga merambat di sector ekonomi.Banyak anggota ABRI menjadi kepala
skepala BUMN maupun komisaris  di berbagai perusahaan swasta .  
KEHIDUPAN BIDANG EKONOMI ORDE BARU Pada masa Demokrasi
Terpimpin, Negara bersama aparat ekonominya mendominasi seluruh
kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit
ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program
pemerintah berorientasi pada usaha penyelamtan ekonomi nasioanl
terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan
keuangan Negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat . Tindakan
pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal
tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 %
setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program
pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Oleh karena itu
pemerintah menempuh cara sebagai berikut :

1. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi ekonomi yang kacau sebagai


peninggalan masa Demokrasi terpimpin, pemerintah menempuh cara: Ø
Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang pembangunan Ø
MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program
penylematan, program stabilitas dan rehabilitasi, serta program
pembangunan.           Program pemerintah diarahkan pada upaya
penyelamatan ekonomi nasional terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi.
Stabilisasi berarti mengendaliakan inflasi agar harga barang-barang tidak
melonjak terus. Sedangkan Rehabilitasi adalah perbaikan secara fisik sarana
dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem
ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi
kearah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.          
Langkah-langakah yang diambil Kabinet pada saat itu yang mengacu pada Tap
MPRS tersebut adalah sbb : 1. mendobrak kemacetan ekonomi dan
memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan, seperti : Ø
rendahnya penerimaan Negara Ø tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran
Negara Ø terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit bank Ø terlalu
banyak tunggakan hutang luar negri Ø penggunaan devisa bagi impor yang
sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.  2. Debirokrtisasi untuk
memperlancar kegiatan perekonomian  3. Berorientasi pada kepentingan
produsen kecil           Untuk melaksanakan langkah-langkahpenyelamatan
tersebut maka ditempuh cara : Ø mengadakan operasi pajak Ø cara
pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan dan kekayaan dengan
menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang Ø penghematan
pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta
menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara Ø membatasi kredit bank dan
menghapuskan kredit impor           Program stabilisasi dilakukan dengan cara
membendung laju inflasi. Hasilnya bertolak belakang dengan perbaikan inflasi
sebab harga bahan kebutuhan pokok melonjak namun inflasi berhasil
dibendung (pada tahun 1967- awal 1968). Sesudah kabinet pembangunan
dibentuk pada bulan juli 1968 berdasarkan Tap MPRS NO.XLI/MPRS/1968,
kebijakn ekonomi pemerintah dialihkan pada pengendalian yang ketat
terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valas.
Sejak saat itu kestabilan ekonomi nasional relatif tercapai sebab sejak 1966
kenaikan harga bahan-bahan pokok dan valas dapat diatasi.           Program
rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan berproduksi.
Selam 10 tahun mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada prasarana
ekonomi dan sosial. Lembaga perkreditan desa, gerakan koperasi, perbankan
disalahgunakan dan dijadikan alat kekuasaan oleh golongan dan kepentingan
tertentu. Dampaknya lembaga tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai
penyusun dan perbaikan tata hidup masyarakat. 2. Kerja Sama Luar Negri          
Keadaan ekonomi Indonesia paska Orde Lama sangat parah,hutangnya
mencapai 2,3-2,7 miliar sehingga pemerintah Indonesia meminta Negara-
negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran kembali utang Indonesia.
Pemerintah mengikuti perundingan dengan Negara-negara kreditor di Tokyo
Jepang pada 19-20 September 1966 yang menanggapi baik usaha pemerintah
Indonesia bahwa devisa ekspornya akan digunakan untuk pembayaran utang
yang selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahan-bahan baku.
Perundingan dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan sebagai
berikut: Ø Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1968
ditunda pembayarannya hingga tahun 1972-1979 Ø Utang-utang Indonesia
yang seharusnya dibayar tahun1969 dab 1970 dipertimbangkan untuk ditunda
juga pembayarannya. Perundingan dilanjutkan di Amsterdam, Belanda pada
tanggal 23-24 Februari 1967. Perundingan itu bertujuan membicarakan
kebutuhan Indonesia akan bantuan luar negri serta kemungkinan pemberian
bantuan dengan syarat lunak yang selanjutnya dikenal dengan IGGI (Inter
Governmental Group for Indonesia). Melalui pertemuan itu pemerintah
Indonesia berhasil mengusahakn bantuan luar negri. Indonesia mendapatkan
penangguhan dan keinginan syarat-syarat pembayaran utangnya. 3.
Pembangunan Nasional Dilakukan pembangunan nasional pada masa orde
baru dengan tujuan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya
adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasional
adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua
pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat
dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi trilogi Pembangunan adalah
sebagai berikut : Ø Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju
kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ø
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Ø Stabilitas nasional yang sehat dan
dinamis Pelaksanannya pembanguanan nasional dilakukan secara bertahap
yaitu: Ø Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun Ø Jangka
pendek mencakup periode 5 tahun (pelita / pembangunan lima tahun),
merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap
pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambunagn . Selama periode Orde
Baru terdapat 6 pelita, yaitu : Ø Pelita I Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga
31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembanguna ORBA. Tujuan Pelita I
: untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar
bagi pembangunan dalam tahap berikutnya. Sasaran Pelita I : pangan,
sandang, perbaikan prasarana,perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja,
dan kesejahteraan rohani. Titik Berat Pelita I : pembanguan bidang pertanian
sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui
proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia
masih hidup dari hasil pertanian. Muncul peristiwa marali (malapetaka
limabelas januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1974 bertepatan dengan
kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan
kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak
melakukan dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang
terlalu banyak beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran
barang-barang buatan Jepang. Ø Pelita II Dilaksanakan pada tanggal 1 April
1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran Utamanya adalah tersedianya pangan,
sandang, perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan
memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil,
pertimbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7 % per tahun. Pada awal
pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60 % dan pada akhir Pelita I laju
inflasi turun menjadi 47 %. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi
menjadi 9,5 %. Ø Pelita III Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31
Maret 1984. Pelita III pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi
Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang
dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu: a) Pemerataan pemenuhan
kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan b)
Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
c) Pemerataan pembagian pendapatan d) Pemerataan kesempatan kerja e)
Pemerataan kesempatan berusaha f) Pemerataan kesempatan berpartisipasi
dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan g)
Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air h)
Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan Ø Pelita IV Dilaksanakan pada
tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. titik beratnya adalah sektor
pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang
berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya
mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan
pembangunan ekonomi dapat dipertahankan Ø Pelita V           Dilaksanakan
pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor
pertnian dan industri. Indonesia memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik
dengan pertumbuhan rata-rata 6,8% per tahun. Posisi perdagangan luar negri
memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih
baik dibanding sebelumnya . Ø Pelita VI           Dilaksankan pada tanggal 1 April
1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya pada pembangunan pada sektor
ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembanguan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Pada
periode ini terjadi krisis moneter yang melanda Negara-negara Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa plitik dalam negri
yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh. 4.
Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi masa Orde Baru       Dampak Positif
Dari Kebijakan Politik Pemerintahan Orba Pemerintah mampu membangun
pondasi yang kuat bagi kekuasaan lembaga kepresidenan yang membuat
semakin kuatnya peran Negara dalam masyarakat. Situasi keamanan pada
masa ORBA relatif aman dan terjaga dengan baik karena pemerintah mampu
mengatasi semua tindakan dan sikap yang dianggap bertentangan dengan
Pancasila. Dilakukan peleburan partai dimaksudkan agar pemerintah dapat
mengontrol parpol.           Dampak Negatif dari Kebijakan Politik Pemerimtah
ORBA : Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter, dominatif,
dan sentralis. a. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat
merugikan rakyat. b. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran
berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Golkar menjadi
alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara 2 paratai
lainnya hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai Negara demokrasi. c.
Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk
melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihan
presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih. d. Demokratisasi yang terbentuk
didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) sehingga banyak wakil
rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang
diwakilinya. e. Kebijakn politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan
cenderung KKN. f. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi
kehidupan bebangsa dan benegara bahkan pada bidang-bidang yang
seharusnya masyarakat yang berperan besar terisi oleh personel TNI dan Polri.
Dunia bisnis tidak luput dari intervensi TNI/Polri. g. Kondisi politik lebih payah
dengan adnya upaya penegakan hukum yang sangat lemah. Dimana hukum
hanya diciptakan untuk keuntungan pemerimtah yang berkuasa sehingga tidak
mampu mengadili para konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat.
Dampak Positif Kebijakan Ekonomi Orde Baru a. Pertumbuhan ekonomi yang
tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah terencana dengan
baik dan hasilnya pun dapat dilihat secara konkrit. b. Indonesia mengubah
ststus dari Negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang memenuhi
kebutuhan beras sendiri (swasembada beras). c. Penurinan angka kemiskinan
yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat. d. Penurunan angka
kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin
meningkat. Dampak Negatif Kebijakan Ekonomi Orde Baru a. Kerusakan serta
pencemaran lingkungan hidup dan summer daya alam. b. Perbedaan ekonomi
antar daerah, antar golongan pekerjaan, antar kelompok dalam masyarakat
tersa semakin tajam. c. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (marginalisasi
sosial) d. Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). e. Pembangunan yang dilakukan hasilnya
hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat,
pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata. f. Pembangunan hanya
mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik,
ekonomi, dam sosial yang demokratis dan berkeadilan. g. Meskipun
pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental pembangunan
ekonomi sangat rapuh. h. Pembangunan tidak merata, tampak dengan adanya
kemiskinan disejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang devisa
terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilah yang
selanjutnya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional
Indonesia menkelang akhir tahun 1997.    KEHIDUPAN BIDANG SOSIAL-
BUDAYA ERA ORDE BARU           Masa Orde Baru diakui telah banyak mencapai
kemajuan dalam proses untuk mewujudkan cita-cita nasional. Dalam
kehidupan sosial budaya, masyarakat dapat digambarkan dari berbagai sisi.
Selama dasawarsa 1970-an laju  pertumbuhan penduduk mencapai 2,3%
setiap tahun. Dalam tahun tahun awal 1990-an angka tadi dapat diturunkan
menjadi sekitar 1,6% setiap tahun. Jika awal tahun 1970-an penduduk
Indonesia mempunyai harapan hidup rata-rata sekitar 50 tahun maka pada
tahun 1990-an harapan hidup lebih dari 61 tahun. Dalam kurun waktu yang
sama angka kematian bayi menurun dari 142 untuk setiap 1000 kelahiran
hidup menjadi 63 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Hal ini antara lain
dimungkinkan makin meningkatnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Sebagai contoh adanya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos
Pelayanan Terpadu sampai di tingkat desa atau RT.           Dalam himpunan Tap
MPR Tahun 1993 di bidang pendidikan, fasilitas pendidikan dasar sudah makin
merata. Pada tahun 1968 fasilitas sekolah dasar yang ada hanya dapat
menampung sekitar 41% dari seluruh anak yang berumur sekolah dasar.
Fasilitas sekolah dasar yang telah dibangun di pelosok tanah air praktis mampu
menampung anak Indonesia yang berusia sekolah dasar. Kondisi ini
merupakan landasan kuat menuju pelaksanan wajib belajar 9 tahun di tahun-
tahun yang akan datang. Sementara itu, jumlah rakyat yang masih buta huruf
telah menurun dari 39% dalam tahun 1971 menjadi sekitar 17% di
tahuan1990-an. Dampak dari pemerataan pendidikan juga terlihat dari
meningkatnya tingkat pendidikan angkatan kerja. Dalam tahun 1971 hampir
43% dari seluruh angkatan kerja tidak atau belum pernah sekolah. Pada tahun
1990-an jumlah yang tidak atau belum pernah sekolah menurun menjadi
sekitar 17%. Dalam kurun waktu yang sama angkatan kerja yang
berpendidikan SMA ke atas adalah meningkat dari 2,8% dari seluruh angkatan
kerja menjadi hampir 15%. Peningkatan mutu angkatan kerja akan mempunyai
dampak yang luas bagi laju pembangunan di waktui-waktu yang akan datang.
Kebinekaan Indonesia dari berbagai hal (suku, agama, ras, budaya, antar
golongan dsb.) yang mempunyai peluang yang tinggi akan terjadinya konflik,
maka masa Orde Baru memunculkan kebijakan yang terkait dengan
pemahaman dan pengamalan terhadap dasar negara Pancasila. Berdasarkan
Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 ditetapkan tentang P-4 yaitu Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia Pancakarsa). Dengan
Pancasila akan dapat memberikan kekuatan, jiwa kepada bangsa Indonesia
serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir dan batin yang makin baik
menuju masyarakat yang adil dan makmur. Dengan penghayatan terhadap
Pancasila oleh manusia Indonesia akan terasa dan terwujudlah Pancasila
dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Karena itulah diperlukan
suatu pedoman yang dapat menjadi penuntun dan pegangan hidup bagi sikap
dan tingkah laku setiap orang Indonesia. Untuk melaksanakan semua ini
dilakukanlah penataran-penataran baik melalui cara-cara formal, maupun
non-formal sehingga di tradisikan sebagai gerakan Budaya.   BAB III PENUTUP  
Kesimpulan 1.Lahirnya  orde baru  dilatarbelakangi oleh terjadinya G30S 1965,
diikuti dengan kondisi politik, keamanan dan ekonomi yang kacau (inflasi
tinggi). Wibawa presiden Sukarno semakin menurun setelah gagal mengadili
tokoh-tokoh yang terlibat G30S. Presiden mengeluarkan SUPERSEMAR 1966
bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk
memperbaiki keadaan negara. Akhirnya Presiden Sukarnomengundurkan diri
dan digantikan oleh Presiden Suharto. 2.Perkembangan politik pada masa orde
baru diawali dari penataan politik dalam negeri yaitu setelah sidang MPRS
1968 menetapkan Suharto sebagai presiden dan dibentuklah Kabinet
Pembangunan, penyederhanaan dan pengelompokan partai politik, pemilihan
umum serta mengadakan Perpera di Irian Barat pada 2 Agustus 1969. Kedua,
melakukan penataan politik luar negeri yaitu dengan kembali menjadi anggota
PBB serta normalisasi hubungan dengan beberapa negara. 3.Pada masa awal
Orde Baru pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat mulai
dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur dll. Upaya
pembangunanekonomi dilaksanakan melalui REPELITA (Rencana
Pembangunan Lima Tahun) yangdimulai pada tanggal 1 April 1969. Namun
pada akhir tahun 1997 Indonesia dilandakrisis ekonomi. Kondisi kian terpuruk
ditambah dengan KKN yang merajalela. 4.Dalam bidang social budaya pada
masa orde baru telah mengalami kemajuan. Antara lainmakin  meningkatnya 
pelayanan  kesehatan bagi masyarakat dan fasilitas pendidikan dasar sudah
makin merata dengan adanya program wajib belajar 9 tahun. Ditetapkan
tentang P-4 yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka
Parasetia Pancakarsa)untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Senin, 01 Juli 2013

masa orde baru


 Pemerintahan Orde Baru

Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan negara yang
diletakkan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan DUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Dengan kata lain, Orde Baru adalah suatu orde yang mempunyai sikap dan
tekad untuk mengabdi pada kepentingan rakyat dan nasional dengan dilandasi oleh
semangat dan jiwa Pancasila serta UUD 1945. Lahirnya Orde Baru diawali dengan
dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret.1966. Dengan demikian, Surat Perintah11 Maret
(Supersemar) sebagai tonggak lahirnya Orde Baru.
Setelah pemberontakan PKI digagalkan, tokoh-tokoh PKI yang berhasil meloloskan diri dari
Jakarta ke berbagai daerah. Mereka masih terus melakukan propaganda dan gerakan-
gerakan yang menentang. Di samping itu, kondisi perekonomian Indonesia yang cukup
memprihatinkan memperbesar tuntutan rakyat terhadap pemerintah untuk segera
menyelesaikannya. Akhirnya, timbul kesatuan-kesatuan aksi yang dipelopori oleh para
mahasiswa di antaranya KAMI, KAPPI, KABI, KASI, KANI, dan KAGI. Berbagai kesatuan
tersebut menuntut penyelesaian politis terhadap mereka yang terlibat
G30S/PKI. Kesatuan-kesatuan aksi itu membentuk kesatuan barisan yang disebut Front
Pancasila. Tanggal 10 Januari 1966 dengan dipelopori oleh para mahasiswa, Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI) mengadakan demonstrasi besar-besaran di Universitas
Indonesia. Para demonstran menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat kepada pemerintah. Isi
tiga tuntutan rakyat yang dikenal dengan Tritura adalah,
1.     BubarkanPKI.
2.   Pembersihan Kabinet Dwikoradari unsur-unsur PKI.
3.   Turunkan harga.
Pada tanggal 15 Januari 1966 diadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora di Istana
Bogor. Dalam sidang itu hadirpara wakil mahasiswa. Presiden Soekarno menuduh bahwa
aksi-aksi mahasiswa itu didalangi oleh CIA (Central Intelligent Agency) Amerika Serikat,
kemudian pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan perubahan
kabinet. Ternyata perubahan itu tidak memuaskan hati rakyat karena banyaktokoh yang
diduga terlibat dalam G30S masih berada di dalam kabinet baru yang terkenal dengan
sebutan Kabinet Seratus Menteri. Pada saat pelantikan kabinet tanggal 24 Februari 1966,
para mahasiswa, para pelajar, dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju Istana Merdeka.
Aksi itu dihadang oleh Pasukan Cakrabirawa dan menyebabkan terjadinya bentrokan.
Dalam perlstiwaitu, seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang bernama Arief
Rahman Hakim gugur. Dengangugurnya Arief Rahman Hakim, maka suasana demonstrasi
makin memanas. Upaya perjuangan tentaradan penentangan terhadap Orde Lama terus
berlangsung. Pada tanggal 11 Maretl 966, secara resmiPresiden Soekarno mengeluarkan
surat perintah kepada Letjen Scenario atas nama presiden untuk mengambil tindakan
gund terjaminnya keamanan dan kertetiban serta kestabilan pemerintah. Suratperintah itu
kemudian dikenal dengan sebutan Supersemar 1966. Bag! Letjen Soeharto, surat
tersebutmerupakan sumber hukum untuk mengambil langkah-langkah yang penting dan
memberikan arahbaru bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Stabilitas nasional, yang pada waktu'itu mengalami gangguan akibat adanya dominasi PKI
dalam politik pemerintah yang mencapai puncaknya:pada peristiwa G30S/PKI, berusaha
dipulihkan kembali. Usaha pemulihan itu dilakukan antara laindengan dikeluarkannya
surat keputusan pembubaran PKI sejak tanggal 12 Maret 1966 yang kemudiandiperkuat
dengan dikeluarkannya Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966. Sejak 11 Maret 1966
bangsaIndonesia memulai perjalanan dan perjuangan baru yang kemudian dikenal dengan
masa Orde Baru.Pada hakikatnya, Orde Baru merupakan suatu sikap mental yang bertujuan
menciptakan tata kehidupansosial, politik, ekonomi, dan kultural yang dijiwai oleh
Pancasila dan UUD 1945 yang murni dankonsekuen. Hal-hal yang diperjuangkan dalam
Orde Baru adalah,
1.     Sikap mental yang positif untuk menghentikan dan mengoreksi segala
penyimpangan atau
penyelewengan terhadap pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945.
2.     Masyarakat yang adil dan makmur, baik materiil maupun spiritual melalui
pembangunan.
3.     Sikap mental mengabdi kepada kepentingan rak'yat serta melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945
secara murni dan konsekuen.
Melalui hal-hal yang diperjuangkannya itu, Orde Baru menghendaki,
1.     Suatu tata pikir yang lebih nyata dan tepat guna tanpa meninggalkan idealisme
perjuangan.
2.   Mengutamakan kepentingan nasional.
3.     Tata susunan negara yang lebih baik dan stabil.
4.     Pimpinan dan pemerintahan yang kuat.
5.     Utamakan konsolidasi ekonomi dan sosial di dalam negeri.
6.     Pelaksanaan cita-cita demokrasi politik dan demokrasi ekonomi yang sungguh-
sungguh.
Landasan perjuangannya adalah,
1.     Landasan idiil yaitu Pancasila.
2.     Landasan konstitusional yaitu UUD 1945.
3.     Landasan operasional yaitu Ketetapan-Ketetapan MPRS/MPR.
Asas-asas Pembangunan Nasional:
1.     Asasmanfaat
2.     Asas usaha bersama dan keluarga
3.     Asas demokrasi
4.     Asas adil dan merata
5.   Asas perkehidupan dan
kesinambungan                                                                                    
6.     Asas kesadaran hukum
7.     Asas kepercayaan pada diri-sendiri

Program Perjuangan Orde Baru

       Untuk mencapai apa yang diperjuangkan dan apa yang dikehendakinya, Orde Baru
memerlukan adanya kejelasan arah dan usaha serta ukuran-ukuran Garis-garis besar
haluan Negara (GBHN). Dalam pelaksanaanya, diwujudkan melalui pembangunan di
segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan
lancar tanpa adanya stabilitas nasional yang mantap.
       Oleh karena itu, Orde Baru langsung berusaha mewujudkan stabilitas politik
sekaligus stabilitas ekonomi. Programnya bertujuan untuk :
1.    Memperbaiki penghidupan rakyat, terutama dibidang sandang dan pangan
2.    Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk kepentingan nasional
3.    Melanjutkan perjuangan antiimperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya.
       Pada masa Orde Baru, kegiatan pembangunan secara bertahap segera
dilaksanakan. Berbagai persiapan mulai diupayakan. Pada tanggal 21-30 Maret 1968
diadakan sidang umum V MPRS. Sidang ini menghasilkan beberapa ketetapan antara
lain :
1.    Jendral Soeharto diangkat sebagai presiden RI
2.    Akan dibentuk cabinet pembangunan
       Sebagai pelaksanaan ketetapan MPRS tahun 1968 tersebut, dibentuklah Kabinet
Pembangunan I, Kabinet ini bertugas melaksanakan lima macam program yang disebut
pancakrida.
Isi pancakrida yaitu :
1.    Menciptakan ketenangan politik
2.    Menysun dan merencanakan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
3.    Melaksanakn pemilihan umum
4.    Mengadakan pembersihan terhadap aparatur Negara
5.    Mengikis habis sisa-sisa G30S/PKI dan penyelewengan-penyelewengan terhadap
Pancasila.
       Program Kabinet Pembangunan I dapat dilaksanakan dengan baik. Stabilitas politik
berhasil diciptakan. Pembersihan terhadap G30S/PKI dapat dilaksanakan dengan baik,
termasuk menanggulangi penyelewengan-penyelewengan terhadap Pancasila.
Bermodal stabilitas nasional, pembangunan nasional Indonesia disegala bidang dapat
dilaksanakan. Tujuan pembangunan nasional dalah mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur secara merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, pembangunan perlu
direncanakan secara bertahap. Tahapan-tahapan pembangunan yang yang dikenal
dengan (Rencana Pembangunan Lima Tahun) I sampai dengan V. Repelita I sampai
dengan V yang berlangsung selama 25 tahun itu di kenal sebagai Pembangunan
Jangka Panjang tahap I. Rencana selanjutnya adalah pembangunan selama 25 tahun
ke depan yang disebut Pembangunan Jangka Panjang tahap II. Setiap tahapan
dilaksanakan selama 5 tahun, yaitu Pelita. Pelaksanaan Pelita selama 25 tahun I
(Pembangunan Jangka Panjang tahap, PJPT I) adalah sebagai berikut :
1.    Pelita I (1 April 1969-31 Maret 1974) sektor pertanian dan industri dititikberatkan pada
industri
mendukung sector pertanian. Pelita I telah menunjukkan hasil-hasil yang cukup
menggembirakan antara lain produksi beras telah meningkat dari 11,32 juta ton menjadi
14 juta ton. Pertumbuhan ekonomi rata-rata 3 % menjadi 6,7 % per tahun. Pendapatan
rata-rata penduduk (pendapatan perkapita) dari 80 Dollar Amerika menjadi dapat
ditingkatkan menjadi 170 Dollar Amerika. Tingkat inflasi dapat ditekan menjadi 47.8
persen pada akhir Pelita II (1973/1974).
2.    Pelita II (1 April 1974-31 Maret 1979) dengan strategi dasar diarahkan pada
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, stabilitas nasional, dan
pemerataan pembangunan dengan penekanan pada sektor pertanian dan
pengembangan industri yang mengolah bahaan mentah menjadi bahan baku.
3.    Pelita III (1 April 1979-31 Maret 1984) yakni dengan titik berat pembangunan
pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri
mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
4.    Pelita IV (1 April 1984-31 Maret 1989) dengan titik berat di sektor pertanian
untuk memanfaatkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi hasil pertanian
lainnya. Pembangunan sektor industri meliputi industri yang menghasilkan barang
ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil
pertanian , dan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industr
5.    Pelita IV (1 April 1989-31 Maret 1994) sektpr pertanian dan industri
diprogramkan untuk dapat menghasilkan barang ekspor industri yang menyerap banyak
tenaga kerja, baik industri yang mampu mengolah hasil pertanian dan swasembada
pangan, serta industri yang dapat menghasilkan barang-barang industri.
6.   Pelita VI (1 April 1994-31 Maret 1998) sektor pertanian dan industri yang
dititikberatkan pada pembangunan industri nasionaal yang mengarah pada penguatan
dan pendalaman struktur industri didukung kemampuan teknologi yang makin
meningkat.
Walaupun setiap Pelita memiliki arah pembangunan yang berbeda,, akan tetapi
semuanya memiliki tujuan yang sama. Tujuan Pelita secara umum adalah sebagai
berikut :
1.    Meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahterann rakyat
2.    Keletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan selanjutnya.

Rabu, 03 Agustus 2011

Perkembangan Kekuasaan Orde Baru


Perkembangan Kekuasaan Orde Baru
Dengan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) Soeharto mengatasi
keadaan yang serba tidak menentu dan sulit terkendali. Setelah
peristiwa G30S/PKI, Negara Republik Indonesia dilanda instabilitas
politik akibat tidak tegasnya kepemimpinan Presiden Soekarno dalam
mengambil keputusan atas peristiwa itu. Sementara itu, partai-
partai politik terpecah belah dalam kelompok-kelompok yang saling
bertentangan, antara penentang dan pendukung kebijakan Presiden
Soekarno. Selanjutnya terjadilah situasi konflik yang membahayakan
persatuan dan keutuhan bangsa.
Melihat situasi konflik antara pendukung Orde Lama dengan Orde Baru
semakin bertambah gawat, DPR-GR berpendapat bahwa situasi konflik
harus segera diselesaikan secara konstitusional. Pada tanggal 3
Februari 1967 DPR-GR menyampaikan resolusi dan memorandum yang
berisi anjuran kepada Ketua Presidium Kabinet Ampera agar
diselenggarakan Sidang Istimewa MPRS.
Pada tanggal 20 Februari 1967, Presiden Soekarno menyerahkan
kekuasaan pemerintahan kepada Soeharto. Penyerahan kekuasaan dari
Presiden Soekarno kepada Soeharto dikukuhkan di dalam Sidang
Istimewa MPRS. MPRS dalam Ketetapannya No. XXXIII/MPRS/1967
mencabut kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno dan
mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia.
Dengan adanya Ketetapan MPRS itu, situasi konflik yang merupakan
sumber instabilitas politik telah berakhir secara konstitusional.
Sekalipun situasi konflik berhasil diatasi, namun kristalisasi Orde
Baru belum selesai. Untuk mencapai stabilitas nasional diperlukan
proses yang baik dan wajar, agar dapat dicapai stabilitas yang
dinamis, yang mendorong dan mempercepat pembangunan. Proses ini
dimulai dari penataan kembali kehidupan politik yang berlandaskan
kepada Pancasila dan UUD 1945. dengan adanya peralihan kekuasaan
dari Soekarno kepada Soeharto sebagai pemegang tampuk pemerintahan
di Indonesia, maka dimulailah babak baru yaitu sejarah Orde Baru.
Pada hakikatnya, Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan
rakyat, bangsa dan Negara yang diletakkan pada kemurnian
pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 , atau sebagai koreksi terhadap
penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di masa lampau. Di samping
itu juga berupaya menyusun kembali kekuatan bangsa untuk
menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan
bangsa.
Perjuangan dalam rangka meluruskan kembali jalan yang telah
diselewengkan, dicetuskan dalam tuntutannya yang dikenal dengan
sebutan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Pada hakikatnya tuntutan itu
mengungkapkan keinginan-keinginan rakyat yang mendalam untuk
melaksanakan kehidupan bernegara sesuai dengan aspirasi kehidupan
dalam situasi kongkret. Jawaban dari tuntutan itu terdapat dalam
ketetapan sebagai berikut :
1. Pengukuhan tindakan Pengemban Surat Perintah Sebelas
Maret yang membubarkan PKI beserta organisasi massanya pada
sidang MPRS dengan Ketetapan MPRS No. IV/MPRS/1966 dan
Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966.
2. Pelarangan faham dan ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme
di Indonesia dengan Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966.
3. Pelurusan kembali tertib konstitusional berdasarkan
Pancasila dan tertib hukum dengan Tap MPRS No. XX/MPRS/1966.
Usaha penataan kembali kehidupan politik ini dimulai pada awal
tahun 1968 dengan penyegaran DPR-GR. Penyegaran ini bertujuan
menumbuhkan hak-hak demokrasi dan mencerminkan kekuatan-kekuatan
yang ada di dalam masyarakat. Komposisi anggota DPR terdiri dari
wakil-wakil partai politik dan golongan karya. Taha selanjutnya
adalah penyederhanaan kehidupan kepartaian, keormasan, dan
kekaryaan dengan cara pengelompokkan partai-partai politik dan
golongan karya. Usaha ini dimulai tahun 1970 dengan mengadakan
serangkaian konsultasi dengan pimpinan partai-partai politik.
Hasilnya lahirlah tiga kelompok di DPR yaitu :
1. Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dari partai-partai
PNI, Parkindo, Katolik, IPKI, serta Murba
2. Kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri dari partai-partai
NU, Partai Muslimin Indonesia, PSII, dan Perti
3. Kelompok Organisasi Profesi seperti organisasi buruh, organisai
pemuda, organisasi tani dan nelayan, organisasi seniman, dan lain-
lain tergabung dalam kelompok golongan karya
Kebijakan Pemerintah Orde Baru
Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia,
langkah selanjutnya yang ditempuh oleh pemerintah adalah
melaksanakan Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional yang
diupayakan pada zaman Orde Baru direalisasikan melalui Pembangunan
Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan Jangka
Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap
Pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat
kesejahteraan bangsa Indonesia.
Untuk memberikan arah dalam usaha mewujudkan tujuan nasional
tersebut maka MPR telah menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) sejak tahun 1973. Pada dasarnya GBHN merupakan pola umum
pembangunan nasional dengan rangkaian program-programnya. GBHN
dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang
berisi program-program konkret yang akan dilaksanakan dalam kurun
waktu lima tahun. Pelaksanaan Repelita telah dimulai sejak tahun
1969.
Pembangunan nasional yang selalu dikumandangkan tidak terlepas dari
Trilogi Pembangunan sebagai berikut :
- Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
- Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
- Stabilitas Nasional yang sehat dan dinamis.
Selain itu dikumandangkan juga bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi sebagai akibat pelaksanaan pembangunan tidak akan bermakna
apabila tidak diiringi oleh pemerataan pembangunan. Oleh karena
itu, sejak Pelita III pemerintah Orde Baru menetapkan Delapan Jalur
Pemerataan yaitu :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, terutama sandang,
pangan dan perumahan
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan
kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan
khususunya bagi generasi muda dan kaum wanita
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan
Kenyataan bahwa Indonesia belum mampu melaksanakan pemerataan
pembangunan mengaharuskan kita untuk juga memikirkan cara lain yang
perlu ditempuh agar Indonesia dalam tahun-tahun mendatang lebih
berhasil dalam menanggulangi masalah ketimpangan distribusi
pendapatan dan pemerataan pembangunan. Dalam hal ini, yang perlu
diperhatikan juga adalah strategi pembangunan alternatif yang dapat
diterapkan di Indonesia. Jika kita melihat keberhasilan negara-
negara Asia Timur seperti Jepang, Korea, Taiwan, Hongkong, dll
dalam menggabungkan pertumbuhan ekonomi dengan distribusi
pendapatan yang merata, maka akan terlihat bahwa negara-negara
tersebut secara umum telah menerapkan tujuh model pembangunan
seperti yang dikemukakan oleh James Weaver, Kenneth Jameson, dan
Richard Blue yaitu :
1. Pembangunan yang mengutamakan penciptaan lapangan kerja
2. Pembangunan yang mengutamakan penyaluran kembali investasi untuk
membantu golongan penduduk miskin
3. Pembangunan yang terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar dari
seluruh penduduk
4. Pembangunan yang mengutamakan pengembangan sumber-sumber daya
manusia yang harus didahului oleh redistribusi harta produktif
5. Pembangunan yang mengutamakan pembangunan pertanian dulu sebelum
bisa mencapai pertumbuhan dengan pemerataan, khususnya dengan usaha
land reform
6. Pembangunan yang mengutamakan pembangunan pedesaan terpadu yang
menekankan bahwa berbagai usaha pokok sangat diperlukan untuk
keberhasilan pembangunan disertai pemerataan
7. Pembangunan yang mengutamakan penataan ekonomi internasional
baru yang menekankan bahwa konteks atau lingkungan internasional
harus diubah dulu sebelum strategi pembangunan disertai pemerataan
dapat berhasil
Hakikat Orde Baru
Tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
diletakkan pada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Landasan Orde Baru :
1. Landasan Ideal : Pancasila
2. Landasan Konstitusional : UUD 1945
3. Landasan Operasional : TAP MPRS/MPR
Integrasi Timor-timur ke dalam wilayah Republik Indonesia.
Wilayah Timor Timur merupakan wilayah koloni Portugis sejak abad
ke-16 setelah sempat berpindah tangan ke Belanda. Namun demikian,
karena jaraknya yang cukup jauh dari Portugis, wilayah Timor Timur
tidak diperhatikan oleh pemerintah pusat di Portugis. Pada tahun
1975, terjadi kekacauan politik yang melibatkan partai-partai
politik di sana. Partai-partai politik yang bertikai tidak mampu
menyelesaikan masalahnya. Hal ini diperparah dengan pemerintah
Portugis memilih meninggalkan Timor Timur. Dengan demikian, situasi
di Timor Timur menjadi tidak menentu dan tidak jelas
pemerintahannya.
Untuk meredakan kekacauan yang terjadi di Timor Timur, sebagian
masyarakat Timor Timur mempunyai keinginan menjadi bagian dari
negara Republik Indonesia. Keinginan itu disampaikan oleh para
pemimpin partai politik yang ada di Timor Timur. Keinginan itu
tentu saja disambut dengan baik oleh pemerintah Republik Indonesia.
Setelah melalui berbagai proses, akhirnya Timor Timur secara resmi
menjadi bagian dari negara Republik Indonesia pada bulan Juli 1976,
dan dijadika propinsi yang ke-27.
Namun demikian, ada juga partai politik yang tidak setuju dengan
masuknya Timor Timur menjadi wilayah Republik Indonesia. Kelompok
ini salah satunya adalah Fretilin. Kelompok inilah yang terus
memperjuangkan hak-haknya dengan melakukan gerilya terhadap
pemerintah Indonesia. Ketika Presiden Habibie menjabat sebagai
Presiden RI tahun 1999, merasa bahwa Timor Timur seperti duri dalam
daging. Untuk mengakhiri dilemma itu, Presiden Habibie memberikan
dua pilihan kepada rakyat Timor Timur, tetap bersatu atau pisah
dengan Indonesia. Usul ini ditanggapi oleh rakyat Timor Timur.
Kemudian di masa pemerintahan Habibie digelar jajak pendapat untuk
menentukan status Timor Timur. Akhirnya, berdasarkan hasil jajak
pendapat pada tahun 1999 Timor Timur secara resmi keluar dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan membentuk negara tersendiri
dengan nama Republik Demokrasi Timor Lorosae atau Timor Leste.

Anda mungkin juga menyukai