Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS 2

INFEKSI TRAKTUS GENETALIS

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. TITA NURAZIZA ( 2114201156 )


2
3
4
5

KELAS : 4C KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING :
RISCHA HAMDANESTI M.KEP

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TA 2022/2023
DEFENISI
Infeksi traktus genitalia, atau infeksi saluran reproduksi, merujuk pada infeksi yang terjadi di
organ-organ reproduksi pada wanita. Infeksi ini dapat melibatkan vagina, serviks (leher rahim),
uterus (rahim), tuba falopi, ovarium (indung telur), dan struktur terkait lainnya.

Infeksi traktus genitalia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, atau parasit. Beberapa jenis infeksi traktus genitalia yang umum meliputi:
1. Infeksi vagina (vaginitis): Ini adalah infeksi yang terjadi di vagina dan dapat disebabkan
oleh bakteri (seperti infeksi bakteri vaginosis), jamur (seperti infeksi jamur Candida),
atau virus (seperti infeksi herpes genital). Gejala yang mungkin muncul meliputi gatal-
gatal, keluarnya cairan vagina yang tidak normal, bau yang tidak sedap, dan rasa tidak
nyaman di daerah genital.
2. Infeksi serviks (servisitis): Infeksi ini terjadi di serviks atau leher rahim dan dapat
disebabkan oleh bakteri, virus (seperti human papillomavirus atau HPV), atau infeksi
menular seksual (IMS) seperti gonore atau klamidia. Gejala yang mungkin termasuk
keluarnya cairan vagina yang tidak normal, perdarahan di luar menstruasi, atau nyeri saat
berhubungan seksual.
3. Infeksi uterus (endometritis): Ini adalah infeksi yang terjadi di lapisan dalam rahim
(endometrium) dan biasanya terjadi setelah melahirkan, menjalani tindakan pengguguran,
atau setelah prosedur invasif pada rahim. Gejala yang mungkin termasuk demam, nyeri
perut bagian bawah, perdarahan yang tidak normal, atau keluarnya cairan vagina yang
berbau tidak sedap.
4. Infeksi tuba falopi (salpingitis): Ini adalah infeksi yang terjadi di tuba falopi, saluran yang
menghubungkan ovarium dengan rahim. Infeksi ini seringkali disebabkan oleh bakteri
yang naik dari vagina atau serviks. Salpingitis biasanya terkait dengan infeksi menular
seksual seperti gonore atau klamidia. Gejala yang mungkin termasuk nyeri perut bagian
bawah, demam, keluarnya cairan vagina yang berbau tidak sedap, atau perdarahan yang
tidak normal.

Pengobatan infeksi traktus genitalia tergantung pada penyebab dan jenis infeksi yang terjadi.
Biasanya melibatkan penggunaan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri, antijamur untuk
infeksi jamur, dan pengobatan spesifik untuk infeksi virus. Penting untuk segera mencari
perawatan medis jika mencurigai adanya infeksi traktus genitalia, karena jika dibiarkan tidak
terobati, infeksi dapat menyebabkan komplikasi serius seperti penyakit radang panggul atau
gangguan kesuburan.

ETIOLOGI
Infeksi traktus genitalia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri,
virus, jamur, dan parasit. Berikut adalah beberapa etiologi umum infeksi traktus genitalia:
1. Bakteri:
 Bakteri vaginosis: Umumnya disebabkan oleh pertumbuhan berlebih bakteri
anaerob dalam vagina, seperti Gardnerella vaginalis.
 Gonore: Infeksi bakteri yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.
 Klamidia: Infeksi bakteri yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.
 Infeksi salpingitis: Biasanya terkait dengan infeksi menular seksual, seperti
gonore atau klamidia, yang naik ke tuba falopi.
2. Virus:
 Human papillomavirus (HPV): Virus yang menyebabkan infeksi yang dapat
berkontribusi pada perkembangan kanker serviks dan kondiloma akuminatum
(kutil kelamin).
 Herpes simplex virus (HSV): Virus yang menyebabkan infeksi herpes genital
yang dapat menimbulkan luka atau lecet di area genital.
3. Jamur:
 Infeksi jamur Candida: Biasanya disebabkan oleh pertumbuhan berlebih jamur
Candida albicans di vagina, menyebabkan infeksi jamur vagina atau
vulvovaginitis kandidiasis.
4. Parasit:
 Trichomoniasis: Infeksi parasit yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan
ditularkan melalui kontak seksual.

Selain itu, beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
traktus genitalia meliputi praktik seksual yang tidak aman, memiliki pasangan seksual yang
memiliki infeksi menular seksual, sistem kekebalan tubuh yang melemah, penggunaan antibiotik
yang berlebihan, atau penggunaan bahan kimia iritan yang digunakan di area genital.
Penting untuk diingat bahwa setiap jenis infeksi traktus genitalia memiliki penyebab dan faktor
risiko yang spesifik. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk
mendapatkan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai terhadap infeksi yang mungkin
terjadi.

TANDA DAN GEJALA


Infeksi traktus genitalia dapat menunjukkan berbagai tanda dan gejala, meskipun gejala yang
muncul dapat bervariasi tergantung pada jenis infeksi dan organ yang terlibat. Berikut adalah
beberapa tanda dan gejala umum yang mungkin terkait dengan infeksi traktus genitalia:
1. Infeksi vagina (vaginitis):
 Gatal-gatal atau sensasi terbakar di daerah vagina.
 Keluarnya cairan vagina yang tidak normal, seperti berwarna putih, kekuningan,
atau berbau tidak sedap.
 Rasa tidak nyaman atau nyeri saat berhubungan seksual.
 Pembengkakan atau kemerahan pada vagina atau vulva.
2. Infeksi serviks (servisitis):
 Keluarnya cairan vagina yang tidak normal, seperti berwarna kekuningan atau
berbau tidak sedap.
 Perdarahan di luar siklus menstruasi, terutama setelah hubungan seksual atau
pemeriksaan ginekologi.
 Rasa sakit atau ketidaknyamanan di daerah panggul atau perut bagian bawah.
 Nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil.
3. Infeksi uterus (endometritis):
 Demam dan menggigil.
 Nyeri perut bagian bawah atau nyeri saat menyentuh perut.
 Perdarahan yang tidak normal, seperti pendarahan hebat atau perdarahan setelah
melahirkan atau tindakan pengguguran.
 Keluarnya cairan vagina yang berbau tidak sedap.
4. Infeksi tuba falopi (salpingitis):
 Nyeri perut bagian bawah yang tajam atau nyeri yang terus menerus di satu sisi.
 Demam dan menggigil.
 Keluarnya cairan vagina yang berbau tidak sedap.
 Perdarahan yang tidak normal atau perdarahan antara menstruasi.
5. Infeksi menular seksual (IMS):
 Gejala yang serupa dengan infeksi traktus genitalia lainnya, seperti keluarnya
cairan vagina yang tidak normal, perdarahan yang tidak normal, nyeri saat
berhubungan seksual, atau nyeri saat buang air kecil.
 Gejala khusus tergantung pada jenis IMS yang mendasarinya, seperti ruam, lecet,
atau benjolan di area genital (terkait dengan herpes genital atau kutil kelamin).

Penting untuk diingat bahwa tidak semua infeksi traktus genitalia menunjukkan gejala yang
jelas. Beberapa infeksi dapat bersifat asimptomatik atau menunjukkan gejala yang ringan. Jika
Anda mengalami gejala yang mencurigakan infeksi traktus genitalia, sebaiknya segera
berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi infeksi traktus genitalia melibatkan interaksi antara agen infeksius (bakteri, virus,
jamur, atau parasit) dengan jaringan dan sistem imun tubuh. Berikut adalah gambaran umum
patofisiologi infeksi traktus genitalia:
1. Penetrasi dan Proliferasi Agen Infeksius: Agen infeksius dapat memasuki traktus
genitalia melalui berbagai cara, seperti hubungan seksual, penularan melalui darah, atau
kontak langsung dengan daerah yang terinfeksi. Mereka dapat menyebar ke organ-organ
seperti vagina, serviks, uterus, tuba falopi, dan ovarium.
2. Adhesi dan Kolonisasi: Setelah masuk ke dalam traktus genitalia, agen infeksius dapat
melekat pada permukaan sel epitel dan mengkolonisasi jaringan. Beberapa agen infeksius
memiliki mekanisme khusus yang memungkinkan mereka melekat pada sel epitel.
3. Peradangan dan Respon Imun: Kolonisasi agen infeksius menyebabkan pelepasan faktor
patogen dan komponen seluler yang menginduksi respons imun tubuh. Sel-sel imun,
seperti sel neutrofil, makrofag, dan sel imun lainnya, bermigrasi ke daerah infeksi untuk
melawan invasi patogen. Respon imun ini dapat menyebabkan peradangan lokal, yang
ditandai dengan peningkatan aliran darah ke daerah yang terinfeksi, edema, dan
pelepasan mediator peradangan seperti sitokin.
4. Kerusakan Jaringan: Aktivitas agen infeksius dan respon imun tubuh dapat menyebabkan
kerusakan jaringan di traktus genitalia. Ini dapat terjadi melalui mekanisme langsung
seperti produksi enzim patogenik, invasi seluler, atau produksi toksin oleh agen infeksius.
Kerusakan jaringan juga dapat disebabkan oleh respon inflamasi yang berlebihan, yang
dapat merusak sel epitel dan struktur jaringan lainnya.
5. Komplikasi: Jika tidak diobati, infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan komplikasi
serius. Contohnya adalah penyakit radang panggul (PID), yang terjadi ketika infeksi
menyebar dari vagina atau serviks ke organ reproduksi yang lebih dalam seperti tuba
falopi, uterus, atau ovarium. PID dapat menyebabkan jaringan parut, penyumbatan tuba
falopi, kehamilan ektopik, dan gangguan kesuburan.

Patofisiologi infeksi traktus genitalia dapat bervariasi tergantung pada agen infeksius yang
terlibat, tingkat kekebalan tubuh individu, dan faktor-faktor lainnya. Penting untuk diingat bahwa
setiap jenis infeksi traktus genitalia memiliki mekanisme patofisiologi yang spesifik. Diagnosis
yang tepat dan pengobatan yang diberikan secara tepat waktu penting untuk mencegah
komplikasi dan mempromosikan pemulihan yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai