Fitri Rahmawati
9B
Namun demikian, umumnya gejala yang timbul pada penyakit kelamin pria biasanya
mirip. Misalnya seperti ada benjolan atau ruam, serta gatal di penis atau testis. Bisa juga
dengan adanya nyeri saat buang air kecil.
Berikut beberapa penyakit kelamin yang sering terjadi pada pria dan patut kamu waspadai:
1. Kutil kelamin
Sedangkan pada kondisi yang parah, virus ini dapat menyebabkan timbulnya kanker anus,
tenggorokan, serta penis. Peyakit ini dapat menular melalui hubungan seksual secara vaginal
ataupun oral.
2. Gonore
Gonore disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat menyerang saluran kemih dan
rektum. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual ataupun oral tanpa menggunakan
kondom.
Umumnya, gonore tidak menimbulkan gejala. Namun apabila penyakit ini menyerang saluran
kemih, beberapa gejala dapat timbul 2 minggu setelah infeksi terjadi. Beberapa gejala gonore
di antaranya:
3. Penyakit sifilis
Penyakit kelamin yang sering menyerang pria berikutnya adalah sifilis. Sifilis atau
raja singa adalah jenis penyakit kelamin pria yang dapat ditimbulkan akibat hubungan seksual
secara vaginal, anal, maupun oral dan dilakukan dengan bergonta ganti pasangan tanpa
memakai kondom.
Penyakit sifilis menimbulkan luka pada alat kelamin atau mulut. Melalui luka inilah
penularan akan terjadi.
Timbul luka kecil, keras, dan tidak terasa sakit pada penis, anus, atau bibir. Gejala ini
muncul saat bakteri mulai memasuki tubuh
Pembengkakan kelenjar pada area di mana luka tersebut muncul
Kemerahan pada kulit yang tidak terasa sakit, umumnya muncul di telapak tangan dan
tumit kaki
Muncul luka seperti sariawan berwarna putih hingga keabuan pada rongga mulut, anus,
ketiak, hingga pangkal paha
Jika sifilis tidak segera diobati atau ditangani, penyakit ini akan dapat menyebabkan penyakit
yang lebih serius seperti kebutaan dan kelumpuhan.
4. Penyakit klamidia
Chlamydia atau klamidia adalah infeksi bakteri yang umum pada orang dewasa muda
yang aktif secara seksual. Ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
Banyak dari mereka yang terinfeksi tidak memiliki tanda atau gejala penyakit kelamin pria
ini.
Penyakit klamidia akan ditandai dengan gejala rasa sakit atau panas saat buang air kecil.
Untuk penanganan medis awal, dokter biasanya memberikan obat antibiotik.
Setelah dalam masa penyembuhan, penderita penyakit ini harus menjalani tes ulang dalam
waktu tiga bulan, untuk mendeteksi ulang apakah benar-benar penyakit tersebut sudah hiang.
Pria yang aktif secara seksual dapat berisiko terkena penyakit kelamin. Oleh sebab itu,
menjadi penting untuk melindungi kesehatan. Beberapa hal yang bisa dilakukan supaya kamu
terhindar dari penyakit kelamin di antaranya:
Melakukan vaksinasi
Pastikan untuk selalu memakai kondom saat berhubungan seks
Hindari juga untuk menggunakan kondom yang sama pada hubungan seks yang berbeda
Setia dengan satu pasangan, batasi jumlah pasangan seks. Hal ini juga bisa menjauhkan
kamu dari risiko tertular penyakit kelamin
Mengetahui gejala penyakit kelamin pada pria penting agar dapat dilakukan deteksi dini
sebelum penyakit tersebut menjadi bertambah parah. Hal ini juga berguna untuk melindungi
diri dari penularan penyakit menular seksual.
Penyakit kelamin pada wanita
Penyakit kelamin wanita bisa disebabkan oleh beragam hal, mulai dari infeksi hingga
kanker. Kondisi ini perlu diwaspadai karena sebagian penyakit kelamin wanita tidak
bergejala, sehingga sering kali terlambat diobati. Jika sudah demikian, penyakit kelamin
wanita bisa berpotensi menimbulkan komplikasi.
Sebagian besar wanita mungkin pernah mengalami keputihan, gatal, kemerahan, atau
nyeri pada area kewanitaannya. Berbagai kondisi tersebut bisa menjadi pertanda gejala awal
dari penyakit kelamin wanita.
Jika Anda mengalaminya, janganlah ragu atau sungkan untuk berkonsultasi ke dokter
guna menjalani pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan yang tepat.
3. Vulvovaginitis
Vulvovaginitis merupakan peradangan pada vagina dan vulva. Penyakit kelamin
wanita ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur di vagina, alergi terhadap
cairan pelumas kondom atau sabun pembersih vagina, serta penurunan kadar hormon
estrogen dalam tubuh akibat menopause atau penggunaan alat kontrasepsi.
Gejala vulvovaginitis meliputi rasa nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil dan
berhubungan seks, keluar cairan berbau dari vagina, serta pembengkakan dan kemerahan
pada kulit di sekitar area kelamin wanita.
4. Servisitis
Servisitis adalah peradangan pada serviks atau leher rahim. Kondisi ini umumnya
disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, reaksi alergi terhadap alat kontrasepsi dalam
rahim, produk pembersih kewanitaan, atau ketidakseimbangan hormon dalam tubuh.
Sebagian besar wanita yang menderita servisitis tidak merasakan gejala apa pun. Namun, ada
juga yang mengalami gejala berupa keputihan, nyeri saat buang air kecil dan berhubungan
intim, serta keluar darah dari vagina di luar masa menstruasi atau setelah berhubungan seks.
5. Salpingitis
Salpingitis merupakan peradangan pada saluran tuba atau tuba falopi. Sebagian besar
kasus salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri akibat perilaku seks berisiko. Peradangan ini
dapat menimbulkan kerusakan permanen pada saluran tuba yang akhirnya dapat
menurunkan tingkat kesuburan wanita.
Salpingitis terkadang tidak menunjukkan gejala. Apabila muncul, beberapa gejalanya bisa
meliputi:
Demam.
Pusing.
Mual dan muntah.
Sering buang air kecil.
Nyeri perut atau punggung bagian bawah.
Keluar cairan berwarna dari vagina dan berbau.
Nyeri saat menstruasi atau berhubungan seks.
Bagi wanita yang sudah berusia di atas 25 tahun atau telah aktif berhubungan seksual,
dianjurkan juga untuk melakukan langkah pencegahan tambahan berupa pemeriksaan serviks
atau Papsmear secara berkala ke dokter kandungan.
Hal ini perlu dilakukan karena penyakit kelamin wanita sering kali tidak menunjukkan gejala
yang jelas atau gejala baru muncul saat penyakit sudah berkembang menjadi lebih parah.