Anda di halaman 1dari 10

KONSEP BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

OLEH :

YOSEPO SEMBIRING

NIM : 042020026

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN JALUR KHUSUS

TA 2020/2021
PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS

       Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi
tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat, atau komunikasi. Dalam
keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat mampu berpikir dengan
sistematis dan menerapakan standar intelektual untuk menganalisis proes berpikir. Berpikir kritis
dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggungjawabkan
profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan. berpikir kritis merupakan pengujian
rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan,
dan aktivitas (bandman dan bandman, 1988).

KARAKTERISTIK BERPIKIR KRITIS

Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.
1.        Konseptualisasi
      Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan konsep adalah
fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran – pikiran tentang kejadian, obyek, atribut,
dan sejenisnya. Dengan demikian, konseptualisasi merupakan pikiran abstak yang digeneralisasi
secara otomatis menjadi simbol – simbol dan disimpan dalam otak.

2.        Rasional dan beralasan (reasonable)


      Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta
atau fenomena nyata.

3.        Reflektif
       Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir
atau mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan
menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.

4.        Bagian dari suatu sikap


       Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan selalu menguji apakah
sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lalu, dengan menjawab
pertanyaan mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya.

5.        Kemampuan berpikir
       Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima pemikiran dan
keyakinan orang lai, menganalisis semua isu,memutuskan secara benar, dan dapat dipercaya.

6.        Berpikir kritis adalah  berpikir kreatif


       Secara tradisional, profesi perawatan dan pendidikan keperawatan termasuk kurang kreatif.
Namun, saat ini  telah ada perubahan untuk membuat seorang perawat berpikir kreatif, yaitu selalu
menggunakan keterampilan intelektualnya untuk mencipta berdasarkan suatu pemikiran yang baru
dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep.

7.        Berpikir adil dan terbuka


       Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi
benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan dengan penuh kesadaran dan kemauan, kemudian hasilnya
disosialisasikan beserta argumentasi mengapa memilih dan memutuskan seperti itu.

8.        Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan


       Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, menciptakan
sesuatu  pemikiran baru, dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

ASUHAN KEPERAWATAN YANG BERMUTU TINGGI

       Asuhan keperawatan bermutu tinggi adalah tujuan perawatan disemua praktik pelayanan
keperawatan yang disebut “great Nursing”. Great Nursing adalah suatu konsep yang susah
didefinisikan secara sederhana, tetapi pada prinsipnya adalah aktivitas pelayanan perawatan untuk
menjadi lebih baik dan aman.
Klien + Anda (Perawat) + Keterampilan Berpikir + Pengetahuan + Proses Keperawatan =
Great Nursing
       Greating Nursing berfokus pada klien dan kesehatan seseorang yang unik, sehingga
membutuhkan kreativitas individu sebagai kombinasi ilmu dan seni. Prinsip dari Great Nursing adalah
penggunaan secara efektif semua komponen ekuasi dan keyakinan perawat bahwa klien adalah unik.
       Memahami  bahwa klien sebagai individu, keluarga kelompok atau komunitas, perawat adalah
seorang yang memberikan asuhan keperawatan kepada kllien berdasarkan ilmu dan kemampuan yang
telah diperolehnya dalam pendidikan formal perawat. Adapun keterampilan berpikir kritis adalah
integrasi dari kemampuan total recall, habits, inquiry, new idea and reactivity, dan knowing how you
think. Pada umumnya, pengetahuan dijelsak sebagai kumpulan informasi (aggregates of information)
yang diperoleh dari berbagai sumber.
       Proses keperawatan adalah suatu pendekatan pemecahan masalah klien melalui apa yang
digunakan oleh seorang perawat profesional dalm bentuk tindakan perawatan, yang meliputi
pengkajian, diagnosis, perencanaan, inplementasi, dan evaluasi.

ASUMSI DAN MODEL BERPIKIR T.H.I.N.K

       Asumsi berpikir (think)  adalah komponen dasar yang meliputi pikiran, perasaan, dan bekerja
bersama/sejalan dengan keperawatan. ada beberapa asumsi tentang berpikir kritis, yaitu :
       Asumsi pertama
adalah berpikir kritis melibatkan pemikiran,  perasaan, dan bekerja yang ketiganya merupaka
keseluruhan komponen penting bagi perawat profesional yang bekerja bersama – sama. Berpikir tanpa
bekerja adalah adalah sia – sia, bekerja tanpa berpikir akan lehahirkan bahaya, sedangkan berpikir
berpikir dan bekerja tanpa perasaan adalaha hal yang sangat  tidak mungkin (immposible).
       Asumsi kedua,
 berpikir kritis memerlukan pengetahuan. Walaupun pikiran, perasaan, dan bekeerja adalah sesuatu
hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada praktek keperawatan, tetapi dapt
dipisahkan menjadi bagian – bagian untuk proses pembelajaran.

       Asumsi ketiga,
 berpikir kritis dalam kepeerawatan bukan sesuatu yang asing, karena sebenarnya terjadi dalam
kehidupan sehari – hari.
       Asumsi keempat,
 berpikir kritis dapat dipelajari melalui bacaan. Para pembaca dapat belajar bagaimana cara
meningkatkan kemampuan berpikirnya.
       Asumsi kelima,
 berpikir kritis adalah cara berpikir secara sistematis dan efektif.
       Asumsi keenam,
 berpikir kritis dalam keperawatan adalah campuran dari beberapa aktivitas berpikir yang
berhubungan dengan konteks dan situasi dimana proses berpikir itu terjadi. Hal ini merupakan proses
yang kompleks dan tidak sederhana.

MODEL T.H.I.N.K BERPIKIR KRITIS

a.        Total Recall (Kemampuan Mengingat)


       Total recall atau kemampuan mengingat adalah kemampuan mengingat kembali fakta dimana
dan bagaimana menemukan pengalaman dalam memorinya ketika dibutuhkan. Fakta – fakta
keperawatan didapatkan berasal dari berbagai sumber, abik dikelas, buku, informasi dari klien atau
sumber lainnya. Misalnya, data – data tntang  klien dapat ditemukan dalam pengumpulan data. Selain
itu, dapat dikatakan juga sebagai kemampuan untuk mengakses pengetahuan, karena pengetahuan
menjadikan sesuatu dapat dipelajari dan disimpan dalam pikiran.
       Total recall sangat bergantung pada kemampuan memori otak. Memori adalah suatu proses yang
kompleks, yaitu proses untuk mengingat kembali hal – hal yang berhubungan dengan fakta dan
beberapa pengalamannya.
       Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa total recall adalah mengingat fakta – fakta dimana dan
mengapa serta menemukan sesuatu yang diperlukan dan fakta dalam keperawatan yang diperoleh dari
berbagai sumber termasuk klien dan keluarganya.
b.        Habits (Kebiasaan)
       Pola pikir yang diulang – ulang akan menjadi suatu kebiasaan baru (Second Nature) yang secara
spontan dapat dilakukan. Hasil dari kebiasaan tersebut menjadi cara baru dalam melakukan suatu
kebiasaan. Orang sering mengartikan bahwa suatu kebiasaan itu dilakukan tanpa berpikir.

       Hal itu sebenarnya bukan perilaku kebiasaan, tetapi hanya proses berpikir untuk menjadi
kebiasaan. Proses berpikir dalam suatu kebiasaan sudah tersusun secara sistematis dan dapat berjalan
menjadi otomatis tanpabanyak waktu untuk mempertimbangkan penggunaan cara – cara baru dalam
melakukan suatu aktvitas tertentu.

c.         Inquiry (Penyelidik)
       Inquiry (Penyelidik) adalah suatu penemuan fakta melalui pembuktian dengan pengujian terhadap
suatu isu penting atau pertanyaan yang membutuhkan suatu jawaban. Penyelidikan merupakan buah
pikiran utama yang digunakan dalam memperoleh suatu kesimpulan.
       Penyelidikan dalam praktek keperawatan sangat penting terutama pada tahap pengkajia. Adapun
tahapan penyelidikan melliputi :
·           Mencari atau mendapatkan suatu informasi tentang sesuatu hal;
·           Membuat rangkuman sementara dari informasi yang didapat;
·           Mengenali beberapa kesenjangan atas rangkuman yang dibuat;
·           Mengumpulkan informasi tambahan yang berhubungan dengan informasi pertama;
·           Membandingkan antara informasi baru dengan apa yang lebih dulu diketahui;
·           Mencoba menjawab beberapa pertannyaan dan analisi yang bias;
·           Mempertimbangkan satu atau lebih alternatif kesimpulan;
·           Memvalidasi keaslian alternatif kesimpulan dengan lebih banyak informasi.

d.        New Ideas And Kreativity ( Ide – Ide Baru Dan Kreativitas)


       New ideas and kreativity (ide – ide baru dan kreativitas) adalah ide – ide dan kreativitas yang
menentukan bentuk berpikir yang sangat khusus. Berpikir kreatif (creatuve thinkig) adalah kebalikan
dari kebiasaan (habits). Berpikir kritis sangat menghargai adanya kesalahan dan perbedaan terhadap
nilai – nilai yang dipelajari. Ide – ide baru dan kreativitas dasar perlu dikembangkan dalam
keperawatan, karena keperawatan memiliki bannyak standar yang dapat menjamin pekerjaan lebih
baik.

e.         Knowing How You Think (Tahu Bagaimana Kamu Berpikir)


       Knowing How You Think ( Tahu Bagaimana Kamu Berpikir) adalah kemampuan mengetahui
kita tentang bagaimanakita berpikit. Model “tahu bagaimana kita berpikir” ini dapat membantu
perawat bekerja secara kolaborasi dengan kesehatan lain. Satu hala yanga sangat penting dari tahu
bagaimana kamu berpikir ini adalah mereka ekerja dengan refleksi, bagaimana yang telah perawat dan
klien pikirkan dalam bekerja sama sewaktu menjalankan asuhan keperawatan.

MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

a.        Feeling Model
       Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir kritis
mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan
aktivitas keperawatan, dan perhatian/kewaspadaan. Feeling model merupakan pegangan utama dalam
keperawatan. namun perasaan saja tidak cukup, sehingga didalamnya harus ada pikiran dan
pengertian dari aktivitasyang dilakukan.

b.        Vision Model
       Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir,mengorganisasi dan menerjemahkan
perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan idetentang permasalahan perawatan
kesehatan klien.

c.         Examine Model
       Model ini digunakan untuk merefleksikan ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji ide dengan
bantuan kriteria yang relevan.model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis,
mencari, menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan sesuatu yang
berkaitan dengan ide.

       Berpikir kritis dalam pendidikan didefinisikan sebagai pengujian penalaran ide – ide, analisis
asumsi, prinsip, argumentasi, kesimpulan, isu, pertanyaan, keyakinan, dan tindakan yang dihadapi.

       Ada empat bentuk alasan berpikir kritis, yaitu: dedukatif, indukatif, aktivitas informal, aktivitas
tiap hari, dan praktik. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang definisi tersebut, alasan berpikir
kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan ketegasan
asumsi, kuatnya bukti – bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan buruk argumrn, serta
mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar, serta tindakan yang dilakukan

FUNGSI BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN


1.    Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari – hari.
2.    Membedakan sejumlah penggunaan dan isu – isu dalam keperaawatan.
3.    Mengidentifikasikan dan merumuskan masalah keperawatan.
4.    Menganalisis pengertian hubungan dari masing – masing indkasi, penyebab dan tujuan, serta
tingkat hubungan.
5.  Menganalisis argumentasi dan isu – isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6.     Menguji asumsi – asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7.     Melaporkan data dan petunjuk – petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8.     Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9.     Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas keperawatan.
10.   Digunakan dalam memberikan penjelasan, kerja sama, pembenaran, keyakinan, dan kesimpulan
serta tindakan keperawatan yang dilakukan.
11.    Memberikan alasan – alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
12.    Merumuskan dan menjelaskan nilai – nilai keputusan dalam keperawatan.
13.    Mencari alasan, kriteria, prinsip – prinsip, dan aktivitas nilai – nilai keputusan.
14.    Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

BERPIKIR KRITIS DALAM SETIAP PROSES KEPERAWATAN

a.        Berpikir Kritis Dalam Tahap Pengkajian Diagnosis


       Berpikir kritis dalam tahap pengkajian adalah proses pemahaman tentang informasi apa yang
dikumpulkan, metode prngumpulan data yang akan dilakukan, beroikir tentang kesesuaian informasi,
dan membuat suatu kesimpulan tentang respons klien terhadap kondisi sakitnya.
       Perumusan masalah keperawatan merupakan  kesimpulandari hasil pengkajiandan mengandung
dua kategori mendasar, yaitu kekuatan dan perhatian terhadap masalah kesehatan klien. Perhatian
terhadap masalah meliputi kemampuan perawat untuk mengatasi masalah secara mandiri, dan
perlunya keterlibatan profesi lain dan bekerja sama secara interdisiplin, serta perlu/tidaknya
perawatan klien yang harus dirujuk ketenaga kesehatan lain. Dengan demikian, berpikir kritis pada
tahap pengkajian meliputi kegiatan pengumpulan data dan validasi.
b.        Berpikir kritis dalam tahap perencanaan
Berpikir dalam perencanaan berarti menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil
yang diharapkan. Selain itu juga memerlukan keterampilan guna mensintesis ilmu yang dimiliki untuk
memilih tindakan yang tepat. Perencanaan asuhan keperawatan biasanya ditulis berisikan dimana dan
bagaimana menolong klien berdasarkan responnya terhadap kondisi klien.

c.         Berpikir kritis dalam tahap implementasi


Berpikir kritis dalam tahap implementasi tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam
menguji hipitesis, karena tindakan keperawatan adalah tindakan nyata yang menentukan tingkat
keberhasilan untuk mencapai tujuan. Bekerja melalui aktivitas khusus, yaitu asuhan keperawatan
untuk membantu mencapai tujuan dalam perencanaan keperawatan, akan selalu menggunakan pikiran
tentang apa yang harus dilakukan, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana intervensi keperawatan
dilakukan.

d.        Berpikir kritis dalam tahap evaluasi


Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji evektivitas tindakan dimana perawat harus
dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien, dan memutuskan apakah
tindakan keperawatan perlu diulang. Berpikir dan kumpulkan informasi tentang respons klien setelah
beberapa tindakan keperawatan dilakukan.
              
PENERAPAN BERPIKIR KRITIS DALAM TRANSKULTURAL KEPERAWATAN

Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:


Penggunaan bahasa dalam keperawatan

Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat


menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta,
perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara nonverbal saat
melakukan pedokumentasian keperawatan

Argumentasi dalam keperawatansehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus


berargumentasi untuk menemukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan
penjelasan, mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988)
argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi
perdebatan, upaya untuk mempengaruhi individu ataupun kelompok.Pengambilan keputusan dalam
keperawatansehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.

Penerapan proses keperawatan. Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses
keperawatan, diantaranya :
a.      Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan data
berfikir kritis, mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.

b.      Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang paling kritis,


menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.

c.       Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil


yang diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.

d.      Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah keterampilan


dalam menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat keberhasilan.

e.       Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil


keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.

Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka perawat
professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi terpenuhinya kebutuhan dasar
klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis dalam menangani hal tersebut. Tuntutan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan
keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan
penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan
asuhan keperawatan.

Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan


nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh
perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada
suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan
kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang
mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan
rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa
nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka
ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk
bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah
mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada
penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Untuk memahami perbedaan budaya yang ada maka
perawat perlu berpikir secara kritis. Dalam berpikir kritis seorang perawat harus bisa menyeleksi
kebudayaan mana yang sesuai dengan kesehatan atau yang tidak menyimpang dari kesehatan. Jika
perawat dapat memahami perbedaan budaya maka akan bisa meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dari perawat.

Budaya shock adalah kecemasan dan perasaan (dari kejutan, disorientasi, ketidakpastian,


kebingungan, dll) merasa ketika orang harus beroperasi dalam budaya yang berbeda dan tidak dikenal
seperti satu mungkin terjadi di negara asing. Ini tumbuh dari kesulitan dalam asimilasi budaya baru,
menyebabkan kesulitan dalam mengetahui apa yang sesuai dan apa yang tidak. Hal ini sering
digabungkan dengan atau bahkan tidak suka untuk jijik (moral atau estetika) dengan aspek-aspek
tertentu dari kebudayaan baru atau berbeda.

MANFAAT BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

Berikut ini merupakan manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
1.   Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2.    Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan
3.    Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4.    Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta
tingkat hubungan.
5.    Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6.   Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7.    Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8.   Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9.   Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10.  Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
11.  Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12.  Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
13.  Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

LANGKAH LANGKAH PEMECAHAN MASALAH


1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi.
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7. Evaluasi

KESIMPULAN
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi berpikir kritis adalah berpikir
dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan
kata bukan pikiran.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan profesional karena cara
berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.

SARAN
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita harus mengembangkan
pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan
masalah keperawatan. Serta menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam keperawatan. Sehingga saat berpikir kritis dalam
keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat
DAFTAR PUSTAKA

(2007). Critical Thinking and Evidence-Based Nursing. http://www.asrn.org. akses tanggal 3


November 2016.

Aprisunadi, 2011, Hubungan antara Berpikir Kritis Perawat dengan Kualitas Asuhan Keperawatan di
Asuhan Keperawatan di Unit Perawatan Ortopedi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta,
Tesis, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok.

Azwar, 2003, Menjaga Mutu PelayananKesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Barth, 2010, The
Measurement and Teaching of Critical Thinking Skills,http://www.cret.or.jp/j/report/100215-william-
bart-1.pdf, akses tanggal 11 Agustus 2016.

Black dan Hawks, 2009, Medical Surgical Nursing, Clinical Management for Positive Outcomes, Vol. 2
8thed, Saunders Elsevier, St. Louis, Missouri.

Anda mungkin juga menyukai