Anda di halaman 1dari 18

Konsep Desa Siaga

Pengertian, Tujuan, Indikator, dan Kegiatan Pokok Desa Siaga


Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga lahir sebagai
respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia yang tak kunjung selesai. Tingginya
angka kematian ibu dan bayi, munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis
paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik seperti SARS, HIV/AIDS dan
flu burung serta belum hilangnya penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah
merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. Bencana alam yang sering menimpa bangsa
Indonesia seperti gunung meletus, tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor dan kecelakaan
massal menambah kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia.
Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan dari sebelumnya
bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif dan bottom up. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya
memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa
siaga adalah suatu konsep peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, disertai
dengan pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya
secara mandiri.
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti kelurahan atau nagari atau istilah-istilah lain
bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asalusul dan adat-
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Depkes, 2007).
Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang bertanggung
jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah bimbingan dan interaksi dengan
seorang bidan dan 2 orang kader desa. Di samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa
untuk mendorong peran serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan
posyandu (Depkes 2009).
Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Selanjutnya,
secara khusus, tujuan pengembangan desa siaga (Depkes, 2006), adalah :
1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
2. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
3. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut (Depkes,
2006) :
1. Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-kurangnya 2
orang kader desa.
2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan dan
perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang dikenal dengan
istilah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang melaksanakan kegiatan-
kegiatan minimal :
 Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar
biasa serta faktor-faktor risikonya.
 Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta kekurangan
gizi.
 Kesiapsiagaan    penanggulangan    bencana    dan kegawatdaruratan kesehatan.
 Pelayanan    kesehatan    dasar,    sesuai    dengan kompetensinya.
 Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan
lingkungan dan lain-lain.

Prinsip pengembangan desa siaga (Depkes, 2008), yaitu :


1. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat yang terorganisir.
2. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan masyarakat dapat
didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat tentang situasi dan masalah-
masalah yang mereka hadapi.
3. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah, mereka melalui
desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila langkah tersebut tidak
cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes, dan
RSUD).
4. Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan berbagai program kesehatan.

Secara organisasi, koordinasi dan kontrol proses pengembangan desa siaga dilakukan
oleh sebuah organisasi desa siaga. Organisasi desa siaga ini berada di tingkat desa/kelurahan
dengan penanggung jawab umum kepala desa atau lurah. Sedangkan pengelola kegiatan harian
desa siaga, bertugas melaksanakan kegiatan lapangan seperti pemetaan balita untuk
penimbangan dan imunisasi, pemetaan ibu hamil, membantu tugas administrasi di poskesdes dan
lain-lain.

Kegiatan pokok desa siaga


1. Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga akan dicatat dalam
kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua informasi tersebut akan direkapitulasi dalam
sebuah peta desa (spasial) dan peta tersebut dipaparkan di poskesdes.
2. Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di laksanakan melal ui survei mawas diri
(SMD) dan musyawarah masyarakat desa (MMD). Melalui SMD, desa siaga menentukan
prioritas masalah. Selanjutnya, melalui MMD, desa siaga menentukan target dan kegiatan
yang akan dilaksanakan untuk mencapai target tersebut. Selanjutnya melakukan penyusunan
anggaran.
3. Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum desa siaga, masyarakat dihimbau
memberikan kontribusi dana sesuai dengan kemampuannya. Dana yang terkumpul bisa
dipergunakan sebagai tambahan biaya operasional poskesdes. Desa siaga juga bisa
mengembangkan kegiatan peningkatan pendapatan, misalnya dengan koperasi desa.
Mobilisasi sumber daya masyarakat sangat penting agar desa siaga berkelanjutan
(sustainable).
4. Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang efektif mengatasi
masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan kegiatan tersebut adalah pedoman
standar yang sudah ada untuk program tertentu, seperti malaria, TBC dan lain-lain. Dalam
mengembangkan kegiatan khusus ini, pengurus desa siaga dibantu oleh fasilitator dan pihak
puskesmas.
5. Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai bagian dari
surveilans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi Kartu Kesehatan Keluarga untuk diisi
sesuai dengan keadaan dalam keluarga tersebut. Kemudian pengurus desa siaga atau kader
secara berkala mengumpulkan data dari Kartu Kesehatan Keluarga untuk dimasukkan dalam
peta desa.
6. Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant) setiap tahun dari
DHS-2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya sesuai dengan proposal yang diajukan dan
proposal tersebut sebelumnya sudah direview oleh Dewan Kesehatan Desa, kepala desa,
fasilitator dan Puskesmas. Untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas, penggunaan dana
tersebut harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan pedoman yang ada.
Tahapan pengembangan desa siaga
Pengembangan desa siaga merupakan aktivitas yang berkelanjutan dan bersifat siklus. Setiap
tahapan meliputi banyak aktivitas.
1. Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD), dengan kegiatan antara
lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk kelompok masyarakat yang
melaksanakan SMD, pertemuan pengurus, kader dan warga desa untuk merumuskan
masalah kesehatan yang dihadapi dan menentukan masalah prioritas yang akan diatasi.
2. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri dari penentuan
prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan masalah. Aktivitas tersebut,
dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 2 (MMD-2). Selanjutnya, penyusunan rencana
kegiatan, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan
antara lain memutuskan prioritas masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana kegiatan
dan rencana biaya, pemilihan pengurus desa siaga, presentasi rencana kegiatan kepada
masyarakat, serta koreksi dan persetujuan masyarakat.
3. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan berupa
pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.
4. Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan berupa pertanggung
jawaban.

Pada pelaksanaannya, tahapan diatas tidak harus berurutan, namun disesuaikan dengan
kondisi masing-masing desa/kelurahan.
Indikator keberhasilan desa siaga
Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator, yaitu :
indikator input, proses, output dan outcome (Depkes, 2009).
1.    Indikator Input
a.    Jumlah kader desa siaga.
b.    Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
c.    Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
d.    Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
e.    Tersedianya dana operasional desa siaga.
f.    Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
g.    Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang dijumpai
dalam warna yang sesuai.
h.    Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi kurang, jumlah
penderita TB, malaria dan lain-lain).
2.    Indikator proses
a.    Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan sebagainya).
b.    Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
c.    Berfungsi/tidaknya poskesdes.
d.    Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
e.   Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan berbasis masyarakat.
f.    Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
g.    Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.

3.    Indikator Output


a. Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
b. Jumlah kunjungan neonates (KN2).
c. Jumlah BBLR yang dirujuk.
d. Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
e. Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
f. Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
g. Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
h. Jumlah keluarga yang punya jamban.
i. Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
j. Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
k. Adanya data kesehatan lingkungan.
l. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang menjadi
masalah setempat.
m. Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.

4.    Indikator outcome


a. Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.
b. Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
c. Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
d. Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.
MATERI PENYULUHAN DESA SIAGA

Pengertian Desa Siaga


Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa yang memiliki kemampuan
dalam menemukan permasalahan yang ada, kemudian merencanakan & melakukan
pemecahannya sesuai potensi yg dimilikinya, serta selalu siap siaga dalam menghadapi masalah
kesehatan, bencana , dan kegawatdaruratan.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan(bencana
dan kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri. Desa siaga ini merupakan program pemerintah
Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Desa yang dimaksud dalam desa siaga
adalah kelurahan / istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah, yang berwenang untukmengatur dan mengukur kepentingan masyarakat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan RI.
Desa Siaga adalah salah satu program Kementerian Kesehatan yang salah satu fokus
kegiatannya adalah mengurangi angka kematian Ibu, dengan meningkatkan peran serta
masyarakat setempat. Desa siaga adalah upaya bersama masyarakat untuk mengatasi persoalan
kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak.
Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu, siap
menjadi donor darah, siap memberi bantuan kendaraan untuk rujukan, siap membantu
pendanaan, dan bidan wilayah kelurahan selalu siap memberi pelayanan.
A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya dengan cepat dan
sigap mendampingi dan mengatur ibu yang akan melahirkan jika memerlukan tindakan gawat-
darurat.
Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan serta menjaga
kesehatan bayi yang baru dilahirkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa desa siaga adalah suatu keadaan dimana suatu desa
memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengenal, menghadapi dan mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri baik bencana maupun kegawatdaruratan.
2.2 Tujuan Desa Siaga
Tujuan Umum :
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah-
masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desanya.

Tujuan Khusus :
1. Optimalisasi peran PKD.
2. Terbentuknya FKD yang berperan aktif menggerakan pembangunan kesehatan.
3. Berkembangnya kegiatan PMD ,pokja gotong royong,
4. Upaya kesehatan ,Survailance dan Pembiayaan kesehatan.
5. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan
melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
6. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan.
7. Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa.
Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dsb).
Menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Meningkatkan pertolongan persalinan oleh nakes.
Meningkatkan kepesertaan KB.
2.3 Sasaran Desa Siaga
Sasaran desa siaga dibedakan menjadi tiga jenis untuk mempermudah strategi intervensi,yaitu:
1.      Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat,
serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2.      Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga
atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan, dan pemuda,kader,serta petugas
kesehatan
3.      Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang-
undangan, dana, tenaga, sarana, dll. Seperti kepala desa, camat, para pejabat terkait, swasta, para
donatur, dan pemangku kepentingan lain.
2.4 Langkah-langkah Pengembangan Desa Siaga
Sebelum dibahas langkah-langkah pengembangan desa siaga akan dijelaskan terlebih dahulu
proses pembentukan desa siaga. Adapun proses pembentukan desa siaga yaitu:
a.       Persiapan di tingkat kabupaten
·         Keorganisasian tim lintas lembaga di tingkat kabupaten: dinas kesehatan, BKKBCS,
BPMD, BAPPEDA, dan LSM
·         Pelatihan-pelatihan
b.      Sosialisasi tingkat kecamatan
c.       Tingkat desa
·         Analisa masalah dengan metode PPA (Partisipatory Problem Analisys)
·         Pengorganisasian masyarakat dalam jejaring (pencatatan, dana, transport, KB)
·         Pertemuan rutin/bulanan desa siaga
Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu / memfasilitasi masyarakat untuk
menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi,
yaitu dengan menempuh tahap-tahap:
Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah.
Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan, dan melaksanakannya.
Memantau, mengevaluasi, dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan.
Secara garis besar, langkah pokok yang perlu ditempuh untuk mengembangkan desa siaga
meliputi :
1.      Pengembangan tim petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya dilaksanakan. Tujuan
Iangkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas,
baik petugas teknis maupun petugas administrasi. Persiapan pada petugas ini bisa berbentuk
sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi
setempat.
Keluaran atau output dan Iangkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya,
serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku
kepentingan dan masyarakat.
 

2.      Pengembangan tim masyarakat


Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat, serta
masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa
Siaga. Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar
mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun
dana atau sumber daya lain, sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar.
Sedangkan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan
mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif
bagi pengembangan Desa Siaga. Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral,
dukungan finansial atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat
dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat di bidang kesehatan
seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan
Desa, PKK, serta orga¬nisasi kernasyarakatan Iainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini
diikut¬sertakan dalam setiap pertemuan dan kesepakatan.
3.      Survei mawas diri (SMD)
Survei Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self Survey (CSS)
bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya.
Survei ini harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat dengan birnbingan tenaga
kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka menjadi sadar akan permasalahan yang
dihadapi di desanya, serta bangkit niat dan tekad untuk mencari solusinya, termasuk membangun
Poskesdes sebagai upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa.
Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka.
Keluaran atau output dan SMD ini berupa identifikasi masalah-masalah kesehatan serta daftar
potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut,
termasuk dalam rangka rnembangun Poskesdes.
4.      Musyawarah mufakat desa (MMD)
Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah mencari alternatif
penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Poskesdes, dikaitkan dengan potensi
yang dimiliki desa. Di samping itu, juga untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan
Desa Siaga.
lnisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari para tokoh masyarakat yang telah
sepakat mendukung pegembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh
masyarakat, termasuk tokoh-tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat
rnungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung pengembangan Desa Siaga
dan kelestariannya (untuk itu diperlukan advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya adalah daftar masalah
kesehatan, data potensi, serta harapan masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan
untuk penentuan prioritas, dukungan dan kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh masing-
masing individu/ institusi yang diwakilinya, serta langkah-Iangkah solusi untuk pembangunan
Poskesdes dan pengembangan masing-masing Desa Siaga
2.5 Pendekatan Pengembangan Desa Siaga
Agar percepatan pengembangan desa siaga cepat tercapai maka ada beberapa strategi yang
dilakukan oleh Tim Pengembangan Desa Siaga, di antaranya adalah sebagai berikut :
Pemberdayaan
Pada prinsipnya konsep Desa Siaga adalah pemberdayaan, dimana peran serta dari masyarakat
adalah yang utama. Langkah awal yang dilakukan dalam pemberdayaan tersebut dengan
membantu kelompok masyarakat memegenali masalah-masalah yang mengganggu kesehatan
sehingga masalah tersebut menjadi masalah bersama. Kemudian masalah tersebut
dimusyawarakan untuk dipecahkan bersama. Pembinaan Desa Siaga dilakukan dengan
menggerakkan segenap komponen yang ada dalam masyarakat agar secara mandiri dan
berkesinambungan, mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya dan mengenali potensi yang
dimiliki guna mengatasinya. Mengajak masyarakat agar terlibat secara mandiri dalam Desa
Siaga juga dilakukan dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan semisal pada saat ada
pelaksanaan Posyandu. Petugas kesehatan dari Puskesmas sangat memberi andil yang sangat
besar dalam pengembangan Desa Siaga dengan startegi pemberdayaan tersebut.
Bina Suasana (Empowerment)
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang mendorong
individu, keluarga dan masyarakat agar berperan dalam pengembangan Desa Siaga.Bina suasana
dilakukan dengan pemberian informasi tentang Desa Siaga melalui leaflet. Misal yang telah
dilakukan dengan adalah pembagian selebaran informasi tentang Demam Berdarah Dengue
dengan pendekatan konsep Desa Siaga. Hal lain yang juga dilakukan adalah memotivasi kader-
kader kesehatan di desa agar mampu mempunyai pengaruh untuk menciptakan opini positif
tentang Desa Siaga kepada masyarakat. Pemasangan papan Desa Siaga juga adalah salah satu
strategi bina suasana, hal ini dilakukan agar desa siaga menjadi familir di tengah-tengah
masyarakat.

Advokasi
Advokasi terus dilakukan oleh Tim Teknis Pengembangan Desa siaga dan tim promosi
kesehatan oleh tenaga kesehatan puskesmas. Pendekatan juga dilakukan kepada stakeholder yang
terkait guna memberikan dukungan, kebijakan, dana, tenaga, sarana dan prasarana.
Kemitraan
Bentuk kemitraan untuk pengembangan Desa Siaga Siaga masih dalam tahap penjajakan. Tim
Teknis Desa Siaga telah melakukan pendekatan terhadap pihak ketiga ( Pihak Swasta ) agar
dapat mengambil peran dalam pengembangan Desa Siaga. Tentunya ada manfaat bagi Pihak
swasta yang ditawarkan jika Desa Siaga berjalan dengan baik.
2.6 Peran Perawat dalam Pelaksanaan Desa Siaga
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Proporsi tenaga keperawatan (perawat dan bidan) merupakan proporsi tenaga
terbesar (48%) yang dapat mempengaruhi kinerja rumah sakit dan puskesmas/ sarana pelayanan
kesehatan lainnya. Perawat berperan dalam UKP (Upaya kesehatan perorangan) dan Upaya
kesehatan masyarakat (UKM). Peran perawat  di semua tatanan pelayanan kesehatan di setiap
level rujukan dimana bentuk pelayanan yang diberikan berupa pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprehensif.
Perawat sebagai ujung tombak tenaga kesehatan di masyarakat tentu harus juga dipersiapkan
dalam pelaksanaan desa siaga ini. Dengan mengacu dari prinsif-prinsif keperawatan komunitas
yaitu (Astuti Yuni, Nursari 2005) :
·         Kemanfaatan, yang berarti bahwa intervensi  yang dilakukan harus memberikan manfaat
sebesar – besarnya bagi komunitas.
·         Prinsip otonomi yaitu komunitas harus diberikan kebebasan untuk melakukan atau
memilih alternative yang terbaik yang disediakan untuk komunitas.
·         Keadilan yaitu melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
komunitas.
Adapun peran perawat disini antara lain (Old, London, & Ladewig, 2000)
·         Sebagai pemberi pelayanan dimana perawat akan memberikan pelayanan keperawatan
langsung dan tidak langsung kepada klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
·         Sebagai pendidik, perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan resiko
tinggi  atau dan kader ksehatan.
·         Sebagai pengelola perawat akan merencanakan, mengorganisasi,menggerakan dan
mengevaluasi pelayanan keperawatan baik langsung maupun tak langsung dan menggunakan
peran serta aktif masyarakat dalam kegiatan keperawatan komunitas.
·         Sebagai konselor, perawat akan memberikan konseling atau bimbingan kepada kader,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan komunitas dan kesehatan ibu dan anak.
·         Sebagai pembela klien (advokator) perawat harus melindungi dan memfasilitasi keluarga
dan masyarakat dalm pelayanan keperawatan komunitas.
·         Sebagai peneliti perawat melakukan penelitian untuk mengembangkan keperawatan
komunitas dalam rangka mengefektifkan desa siaga.
Mengacu dari BPPSDM Dep Kes 2006, mengenai sumber daya manusia (SDM) Kesehatan di
Desa Siaga dijelaskan bahwa SDM pelaksana pada desa siaga ini menempati posisi yang sangat
penting , dimana mereka akan berperan dalam sebuah tim kesehatan yang akan melaksanakan
uapya pelayanan kesehatan . SDM Kesehatan yang akan ditempatan di desa siaga ini memiliki
kompetensi sebagai berikut:
·         Mampu melakukan pelayanan kehamilan dan pertolongan persalinan, kesehatan ibu dan
anak
·         Mampu melakukan pelayanan kesehatan dasar
·         Mampu melakukan pelayanan gizi individu dan masyarakat
·         Mampu melakukan kegiatan sanitasi dasar
·         Mampu melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan
·         Mampu melakukan pelayanan kesiapsiagaan terhadap bencana , dan mampu
melaksanakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Perawat dengan peran dan fungsinya untuk ikut mensukseskan Desa Siaga, sebaiknya telah
dipersiapkan dengan baik sehingga beberapa persyaratan SDM seperti dijelaskan diatas bisa
dicapai.
Suatu kelurahan/ desa dikatakan sebagai kelurahan/ desa siaga aktif jika :

1. Penduduknya dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar (yankesdas) setiap


hari.
2. Penduduknya dapat mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM).
3. Melaksanakan Surveillance Berbasis Masyarakat (SBM) : a. Pemantauan
penyakit, b. Pemantauan kesehatan ibu dan anak (KIA), c. Pemantauan gizi,
dan d. Pemantauan lingkungan dan perilaku.
4. Penduduk dapat memahami dan mengatasi kedaruratan kesehatan.
5. Penduduk dapat memahami cara penanggulangan bencana.
6. Masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Pelayanan Kesehatan Dasar :


Yang melaksanakan adalah tenaga kesehatan dengan memberikan pelayanan
kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, anak, penemuan dan penanganan penderita
penyakit.

Pengembangan UKBM :

 Aktifnya posyandu balita


 Aktifnya posyandu lansia
 Adanya pos kesehatan pondok pesantren
 Pos upaya kesehatan kerja (UKK)

Melaksanakan Surveillance Berbasis Masyarakat :

Yang melaksanakan adalah kader dan tenaga kesehatan, dengan kegiatan sebagai
berikut :

1. Pengamatan dan pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi,


lingkungan dan perilaku yang menimbulkan masalah kesehatan masyarakat.
2. Pelaporan kurang dari 24 jam kepada tenaga kesehatan untuk respon cepat.
3. Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah
kesehatan.
4. Pelaporan kematian.

Penanggulangan bencana, dilakukan dengan kegiatan :

 Bimbingan dalam mencari tempat yang aman untuk mengungsi.


 Sosialisasi akibat bencana.
 Sanitasi dasar di pengungsian.
 Menggalang donor darah secara sukarela.
 Pelayanan kesehatan bagi pengungsi.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Dalam hal ini masyarakat mandiri di bidang kesehatan dan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. Diantara kegiatan yang dilakukan adalah :

 Melaporkan segera jika dirinya, keluarganya dan tetangganya menderita


penyakit menular.
 Memanfaatkan dan menanam tanaman obat keluarga (TOGA).
 Berobat jika sakit atau mengantar orang lain berobat.
 Periksa hamil secara teratur ke tenaga kesehatan.
 Makan dengan gizi berimbang.
 Menggunakan garam beryodium pada saat memasak.
 Tersedia oralit dan zink untuk balita.
 Pertolongan persalinan kepada tenaga kesehatan.
 Tablet tambah darah (Fe) selama hamil dan nifas.
 Vitamin A bagi ibu nifas.
 ASI eksklusif.
 Makanan pendamping ASI dan vitamin A balita.
 Timbang bayi dan balita dengan kartu menuju sehat (KMS).
 Imunisasi bayi, anak, ibu dan wanita usia subur.
 Tidak merokok, minuman keras, napza dan bahan berbahaya lainnya.
 Menyediakan rumah dan kendaraan untuk keadaan darurat.
 Dana sosial ibu bersalin, tabungan ibu bersalin dan dana sehat.
 Mengupayakan dan memakai sanitasi dasar.
 Mencegah pencemaran lingkungan.
 Akseptor aktif KB.
 Memanfaatkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM), pos
kesehatan kelurahan dan pelayanan kesehatan.
 Melaporkan kematian.
 PHBS lain yang dianjurkan.
 Saling mengingatkan untuk ber-PHBS.
DESA SIAGA
28 Juni 2018 | Dilihat 45462 Kali

89

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri.

Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas – batas wilayah, yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan Desa Siaga

Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli,
dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :

 Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang


pentingnya kesehatan.
 Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko
dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah,
kegawadaruratan dan sebagainya)
 Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan
kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan. 

Ciri-Ciri Desa Siaga

1. Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan


dasar ( dengan sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik
bangunan, perlengkapan & peralatan alat komunikasi ke masyarakat & ke
puskesmas )
2. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat
3. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
4. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat 

Sasaran Pengembangan
Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi,
sasaran ini dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan


hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di
wilayah desanya
2. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh
agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan
kebijakan, peraturan perundang –undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti
kepala desa, camat, pejabat terkait, LSM, swasta, donatur, dan pemilik
kepentingan lainnya.

Kriteria Pengembangan

Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat
kriteria.

1. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi
telah ada forum atau lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam
bentuk apa saja misalnya kelompok rembuk desa, kelompok pengajian, atau
kelompok persekutuan do’a.
2. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota
forum mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat , selain
posyandu. Demikian juga dengan polindes dan posyandu sedikitnya sudah
oada tahap madya.
3. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan
secara aktif,dan mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan
biaya berbasis masyarakat.Jika selama ini pembiyaan kesehatan oleh
masyarakat sempat terhenti karena kurangnya pemahaman terhadap sistem
jaminan,masyarakat didorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa
dimulai dari sistem yang sederhana dan di butuhkan oleh masyarakat
misalnya tabulin.
4. Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah
terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta berperilaku
hidup bersih dan sehat. 

Keberhasilan Program

Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok


indikator, yaitu : indikator input, proses, output dan outcome (Depkes, 2009).
1.    Indikator Input

 Jumlah kader desa siaga.


 Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
 Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
 Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
 Tersedianya dana operasional desa siaga.
 Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
 Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang
dijumpai dalam warna yang sesuai.
 Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi
kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).

2.    Indikator proses

 Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan


sebagainya).
 Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
 Berfungsi/tidaknya poskesdes.
 Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
 Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan
berbasis masyarakat.
 Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
 Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.

3.    Indikator Output

 Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.


 Jumlah kunjungan neonates (KN2).
 Jumlah BBLR yang dirujuk.
 Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
 Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
 Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
 Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
 Jumlah keluarga yang punya jamban.
 Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
 Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
 Adanya data kesehatan lingkungan.
 Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang
menjadi masalah setempat.
 Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.

4.    Indikator outcome


 Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.
 Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
 Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
 Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.

Anda mungkin juga menyukai