Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NCB SMK 11 HARI DENGAN IKTERUS PATOLOGIS


DI PUSKESMAS LEWOLEMA
TAHUN 2021

Oleh :
MARIA JUNITA SONIA
NIM: 202006090006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NCB SMK 11 HARI DENGAN IKTERUS PATOLOGIS
DI PUSKESMAS LEWOLEMA
TAHUN 2021

Mahasiswa atas nama :

NAMA : MARIA JUNITA SONIA


NIM : 202006090006

Telah disahkan pada tanggal :

Pembimbing institusi Pembimbing klinik

HUDA ROHMAWATI, SST,M.KEB Maria Goreti Gruron,Amd.Keb


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Neonatus


2.1.1 Defenisi Neonatus
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah
kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan
sesudah lahir. Neonatus ini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi
berusia 7-28 hari (Muslihatun, 2010).
Berat badan lahir adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang
dalam waktu satu jam setelah lahir. Bayi berat lahir cukup bulan adalah bayi dengan
berat lahir dari 2500 gram (Muslihatun, 2010).
2.1.2 Kebutuhan Kesehatan pada Neonatus
1. Pemberian minum bayi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir (dalam waktu 30
menit) atau dalam 3 jam setelah masuk rumah sakit, kecuali apabila pemberian minum
harus ditunda karena masalah tertentu. Bila bayi dirawat di rumah sakit, upayakan ibu
mendampingi dan tetap memberikan ASI.
2. Asi eksklusif
Memberikan ASI dini (dalam waktu 30 menit -1 jam setelah lahir) dan eksklusif.
Asi eksklusif mengandung zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi,
mudah di cerna dan efisien, mencegah berbagai penyakit infeksi.
3. Buang Air Besar (BAB)
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari pertama
kehidupannya adalah berupa mekoneum. Mekoneum ini keluar pertama kali dalam
waktu 24 jam setelah lahir. Mekoneum 2-3 hari setelah lahir. Mekoneum yang telah
keluar dalam 24 jam menandakan anus BBL telah berfungsi.
Warna feses bayi berubah menjadi kuning pada saat bayi berumur 4-5 hari. Bayi
yang diberi ASI feses menjadi lebih lembut, berwarna kuning terang dan tidak berbau.
Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI cukup maka bayi
akan BAB lima kali atau lebih dalam sehari. Pada saat bayi berumur 3-4 minggu,
frekuensi BAB berkurang menjadi satu kali dalam 2-3 hari.
4. Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelah lahir. Hari
selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali perhari. Warna urine keruh atau merah
muda dan berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat.
5. Tidur
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir menghabiskan waktunya
untuk tidur. Macam tidur bayi adalah tidur aktif atau tidur ringan dan tidur lelap.
6. Kebersihan kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. Untuk
mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi, keutuhan kulit harus senantiasa dijaga.
Untuk menjaga kebersihan kulit bayi, bidan atau petugas kesehatan harus
memastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi selau
bersih dan kering.
7. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat yang benar pada bayi adalah dengan tidak membubuhkan
apapun pada pada pusar bayi. Menjaga pusar bayi agar tetap kering.
8. Keamanan bayi
Bayi meruapakan sosok yang masih lemah dan rentan mengalami kecelakaan.
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan pada bayi,
sebaiknya tidak membiarkan bayi sendiri tanpa ada yang menunggu, tidak membiarkan
bayi sendirian dalam air atau tempat tidur, kursi atau meja.
Untuk mencegah bayi agar terlindung dari berbagai infeksi, antara lain dengan
cara selalu mencuci tangan dengan air, sabun dan handuk bersih sebelum memegang
bayi serta setelah menggunakan toilet (Sehabis BAB/BAK).
Untuk mencegah oftalmia neonatorum memberikan salep/obat tetes mata
(Tetrasiklin 1%, Eritromisin 0,5 % atau Nitras Argensi 1%) dalam 1 jam setelah lahir.
Mencegah infeksi pada bayi juga bisa dilakukan dengan menjaga tali pusat bayi
dalam keadaan selalu bersih, meletakkan popok di sebelah bawah tali pusat. Jika tali
pusat kotor, mencuci bersih dengan air bersih (Muslihatun, 2010).
2.2 Konsep Dasar Ikterus Patologis
2.2.1 Pengertian
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjunctiva dan mukosa akibat penumpukan
bilirubin.
Ikterus fisiologis adalah :
- Ikterus yang timbul pada hari ke 2 dan ke 3
- Tampak jelas hari ke 5 ke 6, menghilang pada hari ke 10.
- Tidak mempunyai dasar patologis
- Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan
- Tidak mempunyai patensi menjadi kern ikterus
- Tidak menyebabkan sutu morbiditas pada bayi
( Maternal Neonatal, 2002 , 381 dan Perawatan Anak Sakit, 2005 : 274)
Ikterus patologis adalah :
- Ikterus yang timbul dlam 24 jam pertama kehidupan
- Serum bilirubin total > 12 mg / dl
- Peningkatan kadar bilirubin 5 mg% atau > dalam 24 jam
- Ikterus yang disertai BBL < 2000 g dan uk < 36 minggu
2.2.2 Etiologi
1. Penyakit hemolitik, ISO antibodi karena ketidakcocokan golongan darah ibu dan
anak seperti Rhesus antagonis, ABO,dsb.
2. Kelainan dalam sel darah merah seperti pada defisiensi G-6-PD ( glukosa 6 fosfat
dehidrokinase, talasemia, dll.
3. Hemolisis, hematoma, polisitemia, perdarahan karena trauma lahir.
4. Infeksi, Septisemia, meningitis, infeksi saluran kemih, penyakit karena
5. toksoplasmosis, sifillis, rubela, hepatitis.
6. Kelainan metabolik, hipoglikemia, galaktosemia.
7. Obat –obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin seperti
sulfonamida salisilat, sodium benzoat, gentamisin.
8. Pirau enterohepatik yang meninggi, obstruksi usus letak tinggi, penyakit hirscprung,
stenosis pilorik, mekoneum ileus.
2.2.3 Patofisiologi
Ikterus pada BBL disebabkan oleh stadium maturasi fungsional (fisiologik) /
manifestasi dari suatu penyakit. 75% dari Bilirubin yang ada pada BBL berasal dari
penghancuran Hb dan miaglobin sitokrom, katalase dan triptofan pirolase. 1 gram Hb
yang hancur menjadi 75 mg bilirubin. Bayi cukup bulan menghancurkan eritrosi
sebnyak 1 gram / hari dalam bentuk bilirubin indirek yang terikat dengan albumin
bebas ( 1 gram albumin mengikat 16 mg bilirubin ). Didalam hepar bilirubin diikat
enzim glukoronil transverase menjadi bilirubin direk yang larut dalam air diekskresi ke
sistem empedu masuk kedalam usus menjadi sterkobilin. Sebagian diserap kembali dan
keluar melalui urine sebagai urobilinogen. Pada BBL bilirubin direk diubah menjadi
bilirubin indirek didalam usus karen aterdapat beta-glukoronidase. Bilirubin indirek
diserap kembali oleh usus kembali ke hati disebut siklus intrahepatik.
2.2.4 Komplikasi
Terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengkatan bilirubin indierek
pada otak pada korpus striatum, talamus, nukleus, subtalamus hipokampus, nukleus
merah didasar ventrikel IV.
2.2.5 Manifestasi Klinis
1. Tampak mata berputar-putar
2. Letargis ( cemas)
3. Kejang
4. Tidak mau menghisap
5. Mitosis, Ketegangan otot
6. Retardasi Mental
7. Tonus otot meninggi
8. Leher kaku ( Opistotonus )
9. Bila bayi hidup dapat terjadi spasme otot, opistotonus, kejang.
10. Tuli, gangguan bicara.
Derajat ikterus pada neonatus menurut KRAMER
Zona Luas ikterus Kadar Bilirubin ( mg %)
1 Kepala dan Leher 5
2 Badan Bagian Atas ( Pusat – Leher ) 9
3 Badan Bagian Bawah ( Pusat – Paha ) dan 11
Tungkai
4 Lengan, Tungkai, kaki dibawah Dengkul 12
5 Tangan dan Kaki 16
( Kapita Selekta Jilid 2, 2000 : 504)
2.2.6 Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah :
1. Kurang masukan cairan dan nutrisi
a. Memberi minum sesuai kebutuhan
b. Bila bayi malas minum berikan berulang- ulang
c. Bila bayi tidak mau menghisap dot berikan pakai sendok
d. Jika tidak habis beri pakai sonde
2. Resiko terjadi kern ikterus
Gejala dini dan pencegahannya :
a. Jika bayi telah terlihat mulai kuning , jemur pada matahari pagi ( sekitar pukul 07.00 -
08.00 selama 15 – 30 menit).
b. Periksa darah untuk bilirubin , jika hasilnya masih dibawah 7 mg% ulang keesokan
harinya.
c. Berikan banyak minum
d. Perhatikan hasil darah bilirubin , jika hasilnya 7 mg %/ lebih, segera hubungi dokter
karena bayi perlu terapi.
Cara mengambil darah bilirubin
a. Persiapan : sediakan kapas alkohol, mikropipet jarum penusuk plester, pengambilan
darah perifer dari ibu jari kakai / tumit bayi.
b. Genggam beberapa saat bagian yang akan ditusuk
c. Hapus dengan alkohol ( kapas alkohol) kemidian ditusuk agak dalam agar darah
keluar lancar ( tidak boleh diremas bagian yang ditusuk karena semuanya akan
keluar).
d. Hapus darah yang pertama keluar kemudian tampung darah dengan mikropipet yang
agak dicondongkan ke bawah bagian pangkalnya.
e. Biarkan darah mengalir hampir mmenuhi mikropipet, kira-kira 1cm dari pangkal
tutup dengan jari dan hentikan menampung darahnya.
f. Beri etiket dan kirim ke laboratorium
g. Perhatikan bekas tusukan bila darah masih keluar, tekan agak lama kemudian tutup
dengan plester.
3. Gangguan rasa aman dan nyaman akibat pengobatan
a. Memangku bayi setiap memberi minum
b. Mengajak beomunikasi secara verbal
c. Mengusahakan agar bayi tidak kepanasan / kedinginan
d. Memelihara kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya.
e. Mencegah terjadi infeksi ( memperhatikan cara kerja asptik ).

2.2.7 Penatalaksaaan Medis


1. Terapi sinar
- Diberikan jika kadar bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang sulit larut dalam air
menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air, dan dikeluarkan melalui urine ,
tinja, sehingga kadar bilirubin menurun.
- Cara kerja :
Menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawaan tetrapirol yang sulit larut
dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam dan cairan empedu
duodenum dan menyebabkan bertanbahnya pengaluaran cairan empedu ke dalam usus
sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin akan keluar bersama feces.
- Alat untuk terapi sinar :
a. Sebuah kotak untuk 8 – 10 Lampu neon @ 20 watt yang disusun secara paralel
b. Pleksiglas 0,5 inci yang melapisi bagian bawah kotak tersebut yang berfungsi
memblok sinar uv.
c. Filter biru yang berfungsi membesarkan energi cahaya yang sampai pada bayi.
d. Alat- alat pengaman listrik
e. Kaki tumpuan dan regulator untuk turun / naiknya lampu
- Komplikasi terapi sinar
a. Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan peningkatan IWL (
penguapan cairan ). Pada BBLR kehilangan cairan dapat meningkat 2-3x lebih besar.
b. Frekuensi defekasi meningkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin indirek dalam
cairan empedu dan meningkatkan peristaltik usus.
c. Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar ( berupa kulit
kemerahan ) tetapi akan hilang jika terapi selesai.
d. Gangguan retina jika mata tidak ditutup
e. Kenaikan suhu akibat sinar lampu Jika hal ini terjadi sebagian lampu dimatikan tetapi
diteruskan . Jika suhu terus naik , lampu semua dimatikan sementara bayi dikompres
dingin dan berikan ekstra minum.
f. Dapat menimbulkan kemandulan. Komplikasi pada gonad.
2. Transfusi tukar ( exchange transfusion )
Dilakukan pada keadaan hiperbilirubinemia yang tidak dapat diatasi dengan tindakan
lain misalnya telah diberikan terapi sinar tetapi kadar bilirubin tetap tinggi.
Indikasi :
a. Kadar bilirubin indirek > 20 mg %
b. Peningkatan kadar bilirubin indirek cepat yaitu 0,3 – 1 mg % per jam
c. Anemia berat pada neonatus denagn gejala gagal jantung
d. Bayi dengan kadar Hb tali pusat kurang 14 mg %
e. Uji coomb positif
Tujuan :
a. Mengganti eritrosit yang dapat menjadi hemolisis
b. Membuang antibodi yang menyebabkan hemolisis
c. Menurunkan kadar bilirubin indirek
d. Memperbaiki anemia

Sebelum transfusi dilaksanakan, periksa dahulu :


a. Kadar bilirubin indirek dan albumin dalam serum, diperlukn darah 3 ml
b. Darah tepi lengkap
c. Golongan darah ABO, Rhesus dan golongan darah lainnya ( 1 ml darah)
d. Kadar G – 6 – PD dan enzim lainnnya diperlukan 3 ml darah dalam
sitrat / hepanin dan 2 ml darah biasa.
e. Uji comb ( direk dan indirek ) bersama titernya diperlukan darah 3 ml.
f. Biakan darah ( bila perlu )
g. Ibu golongan darah ( ABO, Rh )
h. Ayah golongan darah ( ABO, Rh)
Perawatan setelah transfusi saraf
1. Vena umbilikalis ( vena lain yang dipakai memasukkan kateter jika tidak dapat
pada vena umbilikalis yaitu vena safera, cabang vena femoralis, hal ini dilakukan
jika tali pusat telah lepas ) dikompres dengan larutan NaCL, kemudian ditutup
dengan kasa steril dan diplester.
2. Bayi diberikan antibiotik
3. Kadar Hb dan bilirubin serum diperiksa tiap 12 jam
4. Bila perlu transfusi tukar diulang sesuai kebutuhan.
5. Bila bayi diberi terapi sinar lagi pantau tanda vital setiap jam kompres pada bekas
kateter dimasukkan bila kering dibasahi lagi perhatikan sekitar vena tersebut
apakah terjadi merah dan pengerasan ) ( tanda infeksi )

PENEGAKAN DIAGNOSA IKTERUS NEONATURUM BERDASARKAN WAKTU


KEJADIANNYA
Waktu Diagnosa Banding Anjuran Pemeriksaan
Hari ke 1 Penyakit hemolitik ( bilirubin indirek) - Kadar bilirubin
- Inkompatabilitas darah serum berkala Hb,
( Rh, ABO Sferositosis Ht, retikulosit,
Anemi hemolitik non sediaan apus darah
sferositosis ( misal : defisiensi - Gol darah ibu / bayi
G6PD) uji comb
Ikterus obstruktif ( bilirubun direk ) - Uji tapis defisiensi
- Hepatitis neonatal enzim
- Uji serologi terhadap
TORCH
Hari ke 2- 5 - Kuning pada bayi prematur - Hitung jenis darah
- Kuning fisiologis lengkap
- Sepsis - Urine, mikroskopik
- Darah ekstra vaskuler dan biakan urine
- Polisitemia - Pemeriksaan
- Sferositisis kongenital terhadap infeksi
bakteri
- Gol darah ibu / bayi
uji comb.
Hari ke 5 – - Sepsis - Uji fungsi tiroid
10 - Kuning karena ASI - Uji tapis enzim
- Defisiensi G6PD - Gula dalam urine
- Hipotiroidisme - Pemeriksaan
- Galaktosemia terhadap Sepsis
- Obat – obatan
Hari ke 10 - Atresia biliaris - Urine
atau lebih - Hepatitis neonatal mikroskopikdan
- Krista koledukus biakan urine
- Sepsis ( ISK ) - Uji serologik
- Stenosis pilorik terhadar TORCH
- Alfa feto protein,
Alfa-1 antitripsin
- Biopsi hati
- Kolesitrografi
- Uji rose – Bengal

PEDOMAN PENGELOLAAN IKTERUS MENURUT WAKTU TIMBULNYA DAN


KADAR BILIRUBIN
Bilirubin < 24 Jam 24 – 48 jam 49 -72 jam 72 jam
( mg%)
<5 Pemberian makan yang dini
5–9 Terapi sinar Kalori cukup
bila hemolisis
10 – 14 Transfusi tukar Terapi sinar
bila hemolisis
15 – 19 Transfusi tukar Transfusi tukar Terapi sinar +
bila hemolisis
>20 Transfusi tukar

BAGAN PENANGANAN IKTERUS PADA BBL


TANDA - Warna kuning pada kulit dan sklera mata ( tanpa hepatomegali,
TANDA perdarahan kulit dan kejang – kejang)
KATEGORI Normal Fisiologik Patologik
PENILAIAN
DAERAH 1 1+2 1–4 1- 5
IKTERUS
(RUMUS 1–2 >3 >3 >3
KRAMER) ≤ 5 – 9mg % 11- 15 >20 mg %
Kuning Hari Ke 5mg% mg %
Kadar Bilirubin
PENANGANAN
BIDAN Terus - Jemur - Rujuk ke RS
ATAU diberi dimatahari - Banyak
PUSKESMAS ASI pagi jam 7 – 9 minum
selama 10
mnt
- Badan bayi
telanjang
mata ditutup
- Terus diberi
ASI
Banyak
minum
RUMAH SAKIT Sama Sama dengan Terapi Terapi sinar
dengan diatas sinar
di atas
Nasihati bila - Periksa gol darah ibu dan
semakin bayi
kuning - Periksa kadar bilirubin
kembali - Waspadai bila kadar
bilirubin naik > 0,5 mg /
jam Coombs test

2.3 Konsep Manajemen Asuhan pada Bayi dengan Ikterus Patologis


I. Pengkajian
Tanggal.................. Jam............WIB
1. Data Subjektif
a. Biodata
Identitas bayi yaitu nama, tanggal lahir, jenis persalinan, jenis kelamin, no
register dan biodata ibu, ayah yaitu nama, umur, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat
b. Keluhan utama
Bayi tampak kekuningan di seluruh tubuh, facces lendir dan perut distendet,
Serum bilirubin total > 12 mg / dl.
c. Riwayat kesehatan .
1) Riwayat penyakit dahulu : penyakit yang pemah diderita sebelumnya.
2) Riwayat prenatal : pemeriksaan kehamilan, kebiasaan ibu, nutrisi saat
hamil, Obat-obatan yang dikonsumsi saat hamil, penyakit yang diderita
(hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus, TOREH, TBC), kelahiran
premature sebelumnya, kehamilan kembar, plasenta previa.
3) Riwayat natal : umur kehamilan, berat badan lahir, panjang badan, lingkar
kepala, lingkar dada, warna ketuban, kelainan ditemukan, tindakan
persalinan, apsgar score, riwayat KPD, riwayat pre-eklamsi, penolong
persalinan.
d. Riwayat kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Untuk mengetahui kebiasaan minum ASI anak berapa ....cc/jam sekai
minum dalam sehari dapat diketahui dari status gizi anak tersebut

2) Eliminasi
Untuk mengetahui frekuensi, warna dan konsistensi
3) Istirahat
Untuk mengetahui lama istirahat siang...jam/hari dan istirahat
malam....jam/hari
4) Personal Hygiene
Untuk mengetahui bayi mandi...kali/hari, ganti baju setiap kali mandi dan
ganti popok setiap BAK/BAB
5) Aktivittas
Untuk mengetahui aktivitas yang diakukan oleh bayi
e. Riwayat Psikososial
Untuk mengetahui respon orang tua dan lingkungan maupun sebaliknya
terhadap kelahiran bayi
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : baik, cukup, sedang dan lemah
2) Kesadaran : composmentis, samnolen, apatis, koma
3) TTV :
a) S : normal (36,5 – 37,5oC)
b) RR : normal (40 – 60 x / menit)
c) N : normal (100 – 160 x/menit)
d) Antropometri
1. PB : normal (48 – 52 x/menit)
2. BBL : normal (2500 – 4000 gram).
3. LIKA : normal (32-37 cm)
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi

bersih/tidak, hitam/tidak, tampak benjolan abnormal/ tidak, ada


Kepala : cepal hematoma/tidak, ada caput succedaneum/tidak.

Wajah : pucat/tidak

Mata : simetris/tidak, sclera kuning/ tidak, conjungtiva pucat/ tidak.

simtris/tidak, bersih/tidak, ada sekret/tidak, ada pernafasan


Hidung : cuping hidung/tidak, terpasang O2/tidak

bersih/tidak, ada serumen/tidak, terdapat/tidak lubang paten,


Telinga : terdapat/tidak daun tulang rawan

bibir lembab/kering, bibir agak kebiruan/tidak, ada labio skizis/


Mulut : tidak, ada labiopalato skizis/ tidak.

tampak pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis/tidak dan


Leher : kelenjar limfe/tidak

Dada : simetris/tidak, tampak retraksi dada/tidak

tampak benjolan abnormal/tidak, kembung/tidak, tali pusat segar,


Abdomen : tampak darah pada bekas potongan tali pusat, tali pusat terikat
kuat dan terbungkus kasa steril.

Genetalia : bersih/tidak, scrotum sudah turun

Ekstremitas : Atas : gerakan lemah/tidak, oedema/tidak, sindaktil/


tidak,polidaktil/tidak, warna agak kebiruan/tidak, kuku
pucat/tidak, lanugo banyak pada kulit
Bawah : gerakan lemah/tidak, oedema/tidak, sindaktil/
tidak,polidaktil/tidak, warna agak kebiruan/tidak, kuku
pucat/tidak, lanugo banyak pada kulit

Palpasi

Kepala : teraba benjolan abnormal / tidak

teraba pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis dan kelenjar


Leher : limfe/tidak

Dada : : teraba benjolan abnormal/tidak

teraba benjolan abnormal/ tidak, teraba pembesaran hepar/ tidak,


Abdomen : datar lemas, tidak kembung

Ekstremitas : biasanya teraba dingin.

Auskultasi
Dada : terdengar suara wheezing maupun ronchi /tidak
Perkusi
Abdomen : kembung / tidak
c. Pemeriksaan Refleks
Reflek Moro :+/- kuat/lemah
Reflek Rooting : +/- kuat/lemah
Reflek menelan : +/- kuat/lemah
Reflek menggenggam : +/- kuat/lemah
Reflek menghisap : +/- kuat/lemah
II. Interpretasi Data Dasar
Dx : NCB/NKB SMK/KMK Usia...dengan ikterus patologis
Ds :-
Do :
HR : 130 x / mnt - Warna kulit kuning
S : 36,5°C - Kunjunctiva kuning
RR : 46 x / mnt - Ikterus
PB : 48 cm - Mukosa kuning
BB : 3200 gram
Lika : 35 cm
Lila : 10 cm
Lida : 30 cm
III. Indentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi
dapat mengganggu keselamatan hidup klien, sehingga harus diantisipasi, dicegah,
diawasi dan dipersiapkan untuk mengatasi komplikasi yang terjadi.
Indentifikasi diagnosa atau masalah potensial : kern ikterus
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan langkah yang berkesinambungan dari proses penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada saat bidan bersama klien, yaitu terdapat indikasi situasi dimana bidan
bertindak sesuai dengan kewenangannya.
Identifikasi kebutuhan segera : berkolaborasi dengan dokter
V. Intervensi
Tanggal : Jam :
Diagnosa : NCB/NKB SMK/KMK Usia...dengan ikterus patologis
Tujuan : ikterus berkurang, bayi menjadi sehat, tidak terjadi kern ikterus
Kriteria Hasil :
Ku : Baik
HR : 120 – 160 x / mnt
S : 36,5 – 37,5°C
RR : 30 – 60 x / mnt
Warna kulit merah, Tidak terjadi Ikterus, Konjunctiva merah
muda, Mukosa merah.
Intervensi:
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
R : agar ibu mengetahui keadaan bayi nya saat ini
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
R : mencegah terjadinya infeksi silang antara ibu dan tenaga kesehatan
3. Jaga bayi dalam kondisi hangat
R : mencegah agar bayi tidak terjadi hipotermi
4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayi secara adekuat
R : agar kebutuhan nutrisi bayi tercukupi
5. Berikan ASI dan PASI sesering mungkin
R : minum yang banyak dapat membantu mengurangi Ikterus.
6. Ganti popok bayi ketika bayi BAK/BAB
R : menjaga bayi agar tetap dalam keadaan bersih
7. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A dalam pemberian terapi
R : dengan melakukan kolaborasi bidan melakukan fungsi dependen untuk
membantu mempertahankan kondisi klien.
VI. Implementasi
Sesuai dengan intervensi
VII. Evaluasi
Mengacu pada kriteria hasil dengan menggunakan SOAP
BAB III
TINJAUAN KASUS

8. PENGKAJIAN
Tanggal : 12 – 06 – 2021 Jam : 07.00 WIB
a. Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama bayi : By.Ny “F”
Umur bayi : 11 hari
Tgl/ jam lahir : 02-06-2021/ 06.00 WIB
Jenis kelamin : laki-laki
Identitas Orang Tua
Nama ibu : Ny “S” Nama ayah : Tn “S”
Umur : 33 tahun Umur : 39 tahun
Agama : Katolik Agama : Katolik
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan :- Penghasilan : Rp 1jt/bln
Alamat :Lewobele Alamat : Lewobele
9. Alasan datang
Bayi lahir pada tanggal 02-06-2021 pukul 06.00 wib secara spontan ditolong oleh
bidan, jk laki-laki, BB 3200 gram, A-S 7-8, S 35,7˚C, keadaan umum cukup baik,
kesadaran composmentis, pergerakan aktif
10. Keluhan utama
Bayi mengalami ikterus
11. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang lalu : -
b. Penyakit sekarang : bayi mengalami ikterus
c. Penyakit keluarga :
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, keturunan, dan
tidak ada keturunan kembar
d. Riwayat pranatal, natal dan post natal
1) Pranatal
anak kedua, ibu tidak pernah menderita penyakit yang mempengaruhi
seperti DM, Hepatitis, jantung, asma, hipertensi, dan TBC. Ibu periksa
hamil 6x selama hamil. Status TT ibu T4. Ibu suntik TT selama hamil 1x
2) Natal
Ibu melahirkan secara spontan pada tanggal 02-06-2021 jam 06.00 wib
dengan usia kehamilan 38 minggu, warna ketuban jernih dengan JK laki-
laki, bayi langsung menangis dengan BB 3200 gram, PB 49 cm, LK 30
cm, LD 35 cm, LILA 10 cm, S 35,7˚C, anus (+), caput (-), tidak ada
kelainan bawaan.
3) Post natal
Setelah lahir bayi berada di rumah selama 10 hari dan bayi mengalami
ikterus patologis.
12. Riwayat Psikologi
Ayah dan ibu senang dengan kelahiran bayinya
13. Riwayat imuninasi vit K 1
Vit K : 1 jam setelah lahir 1 mg
14. Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi : Bayi minum ASI dan PASI secara baik,
Eliminasi : BAB/BAK +/+
Istirahat : bayi lebih banyak tidur
Aktivitas : tangisan dan gerakan bayi sudah aktif
PH : Bayi dimandikan, dikeringkan dan diganti baju 2 kali sehari.
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : cukup baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : Nadi :144 x/ menit
Suhu :35,7 0 C
RR :52 x/ menit
Antropometri
BB : 3200 gr
PB : 49 cm
LK : 30 cm
LD : 35 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : mesochepal, tidak ada caput succedaneum
Wajah : simetris, tidak ada benjolan, ada ikterus
Mata : tidak ada perdarahan, konjungtiva merah muda, sclera putih
Telinga : normal, simetris tidak ada kelainan dan tidak ada serumen
Hidung : normal, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : bibir kering, bibir agak kebiruan, tidak ada labio skizis labiopalato
skizis
Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis dan
kelenjar limfe
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen: tidak ada benjolan abnormal, tidak kembung
Genetalia: bersih, skrotum sudah turun
Anus : tidak ada atresia ani
Ekstremitas:
Atas :gerakan lemah, tidak oedema, tidak ada sindaktil/polidaktil, tangan
terlihat kuning.
Bawah : gerakan lemah, tidak oedema, tidak ada sindaktil/polidaktil kaki terlihat
kuning.
Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroi dan vena jugularis
Abdomen : tidak teraba benjolan abnormal, datar lemas, tidak kembung
3. Reflek Primitif
Reflek Moro :+ (baik)
Reflek Rooting : + (baik)
Reflek menelan : + (baik)
Reflek menggenggam : + (baik)
Reflek menghisap : + (baik)

4. Data penunjang
Lab : DL ( bilirubin total 9,98 mg/dl)
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA
Tanggal : 12-06-2021 Jam : 07.15 wib
Dx : NKB SMK 11 hari dengan ikterus patologis
Ds : lahirkan secara spontan pada tanggal 2-6-2021 jam 06.00 wib dengan usia
kehamilan 38 minggu, BB 3200 gram, bayi terlihat kuning.

D0 :
HR : 144 x / mnt - Warna kulit kuning
S : 36,7°C - Kunjunctiva kuning
RR : 52 x / mnt - Ikterus
PB : 49 cm - Mukosa kuning
BB : 3200 gram
Lika : 34 cm
Lila : 10 cm
Lida : 30 cm
Inspeksi :
Mulut mukosa bibir kuning, , tidak ada labio skizis labiopalato skizis
Abdomen: tidak ada benjolan abnormal, tidak kembung
Ekstremitas:
Atas :gerakan lemah, tidak oedema, tidak ada sindaktil/polidaktil warna
agak kebiruan, kuku pucat, lanugo banyak pada kulit
Bawah : gerakan lemah, tidak oedema, tidak ada sindaktil/polidaktil warna agak
kebiruan, kuku pucat, lanugo banyak pada kulit
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Kern ikterus
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter Sp.A
V. INTERVENSI
Tanggal : 12-06-2021 Jam : 07.30 wib
Diagnosa : NCB SMK 11 hari dengan ikterus patologis
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan, ikterus berkurang, bayi
menjadi sehat, tidak terjadi kern ikterus
Kriteria Hasil :

Ku : Baik
HR : 120 – 160 x / mnt
S : 36,5 – 37,5°C
RR : 30 – 60 x / mnt
Warna kulit merah, Tidak terjadi Ikterus, Konjunctiva merah
muda, Mukosa merah.
Intervensi:
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
R : agar ibu mengetahui keadaan bayi nya saat ini
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
R : mencegah terjadinya infeksi silang antara ibu dan tenaga kesehatan
3. Jaga bayi dalam kondisi hangat
R : mencegah agar bayi tidak terjadi hipotermi
4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayi secara adekuat
R : agar kebutuhan nutrisi bayi tercukupi
5. Berikan ASI dan PASI sesering mungkin
R : minum yang banyak dapat membantu mengurangi Ikterus.
6. Ganti popok bayi ketika bayi BAK/BAB
R : menjaga bayi agar tetap dalam keadaan bersih
7. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A dalam pemberian terapi sinar 2x24
jam
R : dengan melakukan kolaborasi bidan melakukan fungsi dependen untuk
membantu mempertahankan kondisi klien.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 12-06-2021 Jam : 07.40 wib
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan bayi
3. Menjaga bayi dalam kondisi hangat
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi secara adekuat
5. Memberikan ASI dan PASI sesering mungkin
6. Mengganti popok bayi ketika bayi BAK dan BAB
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A dalam pemberian terapi sinar 2 x
24 jam.
VII. EVALUASI
Tanggal : 12-06-2021 Jam : 08.30 wib
Dx : NCB SMK 11 hari dengan ikterus patologis
S :-
O : Ku : baik
Kesadaran : composmentis
Tubuh masih terlihat kuning
TTV: S : 36,6˚C
RR : 44x/menit
N : 138x/menit,
BAB/BAK: -/+
A : NCB SMK 11 hari dengan ikterus patologis
P : 1. Observasi TTV bayi setiap 2 jam
2. menjaga bayi agar tetap hangat
3. mengganti popok setiap kali basah
4. memberi bayi minum PASI 30 cc setiap 2 jam
5. mengganti posisi bayi saat terapi sinar setiap 6 jam sekali

Anda mungkin juga menyukai