Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU BERSALIN NY “A” GI P0 A0 USIA KEHAMILAN


37 MINGGU LEBIH 5 HARI INPARTU KALA I FASE AKTIF DENGAN
KPD JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERIN
DI PUSKESMAS LEWOLEMA KEC LEWOLEMA

Disusun Oleh:

MARIA JUNITA SONIA


NIM 202006090006

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY “A” GI P0 A0 USIA


KEHAMILAN 37 MINGGU LEBIH 5 HARI INPARTU KALA I FASE
AKTIF DENGAN KPD JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERIN
DI PUSKESMAS LEWOLEMA KEC LEWOLEMA

Mahasiswa atas nama :

NAMA : Maria Junita Sonia

NIM 202006090006

Telah disahkan pada tanggal :

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik/CI

Fauziah Laili, SST., M.Keb Maria Goreti G. Ruron, A.Md.Keb


BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi melalui vagina ke
dunia luar (Kuswanti & Melina, 2013:1). Menurut Manuaba (2012)
persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (plasenta dan janin)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan).

2. Tanda dan Gejala

persalinan. Wanita tersebut mungkin mengalami semua, sebagian


atau bahkan tidak sama sekali tanda gejala yang ada dibawah :

1. Lightening, mulai dirasakan kira –kira dua minggu sebelum persalinan,


adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor.
2. Perubahan Servik, konsistensi servik menjadi seperti pudding dan
terjadi sedikit penipisan
3. Persalinan Palsu, persalinan palsu tediri dari kontraksi uterus yang
sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks.
4. Ketuban pecah Dini, pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir
kala satu persalinan. KPD dialami oleh 80% wanita hamil dan
mengalami persalinan spontan dalam 24 jam.
5. Bloody show, plak lender disekresi serviks sebagai hasil proliferasi
kelenjar lender serviks pada awal kehamilan.
6. Lonjakan energy, wanita hamil mengalami lonjakan energi 24 sampai
48 jam sebelum terjadinya persalinan. Ia akan merasa bersemangat,
setelah beberapa minggu dan hari merasa letih secara fisik dan
kelelahan akibat kehamilan.
7. Gangguan saluran cerna, ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk
diare, kesulitan mencerna, mual muntah, diduga hal-hal tersebut
merupakan gejala menjelang persalinan walaupun belum ada
penjelasan untuk hal ini.
3. Bentuk- bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
a. Partus biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK
dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung < 24 jam.
b. Persalina buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan
berlangsung dengan bantuan dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan
pervaginam (ekstraksi porceps / cunam, ekstraksi vakum dll) dan
perabdomen (SC).
c. Persalinan anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak
dengan sendirinya tetapi berlangsung setelah pemberian oksitosin
atau prostaglandin atau setelah pemecahan ketuban.
d. Persalinan lama bila persalinan berlangsung lebih dari 24 jam.
4. Teori Penyebab Mulainya Persalinan
Penyebab sebenarnya yang membuat persalinan di mulai masih belum
diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang turut berperan dan saling terkait
antara lain :
1. Perubahan kadar hormone
Perubahan kadar hormone disebabkan oleh plasenta yang mengalami
penuaan, sehingga villi konugalis mengalami perubahan yang
mengakibatkan kadar progesterone menurun yang menyebabkan
relaksasi otot menghilang. Terjadi 1-2 mgg sebelum persalinan dimulai
kadar esterogen dan prostaglandin meninggi.
2. Distensi uterus
a. Serabut otot yang teregang sampai batas kemampuannya akan
bereaksi dengan mengadakan kontraksi.
b. Produksi dan pelepasan prostaglandin miometrium
c. Keadaan uterus yang semakin membesar menyebabkan iskemik
otot uterus sirkulasi uterus plasenta terganggu
3. Tekanan janin
Kalau janin sudah mencapai batas pertumbuhan di dalam uterus yang
akan menyebabkan :
a) Penurunan ketegangan pada dinding uterus
b) Stimulasi dinding uterus yang tegang tersebut hingga timbul
kontraksi
Faktor-faktor lain antara lain :

a) Penurunan tekanan secara mendadak ketika selaput amnion pecah


b) Gangguan emosional yang kuat (lewat korteks hipotalamus
hipofise) dapat menyebabkan pelepasan oksitosin.
4. Teori instansi mekanik
Di belakang serviks terdapat ganglion serviks (fleksus Franken
houser). Bila ganglion ini geser dan ditekan penurunan kepala janin
maka dapat menimbulkan kontraksi uterus.
1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1. Power
Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang
berguna untuk mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot –otot
perut, kontraksi diagfragma dan aksi ligamamnet, dengan kerja sama
yang baik dan sempurma. Ada dua power yang bekerja dalam proses
persalinan. Yaitu HIS dan Tenaga mengejan ibu. HIS merupakan
kontraksi uterus karena otot – otot polos bekerja dengan baik dan
sempurna, pada saat kontraksi, otot –otot rahim menguncup sehingga
menjadi tebal dan lebih pendek, Sedangkan tenaga mengejan ibu
adalah tenaga selain HIS yang membantu pengeluaran
2. Passanger
Faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah faktor
janin.Meliputi sikap janin, letak janin, dan bagian terendah.Sikap janin
menunjukkan hubungan bagian –bagian janin dengan sumbu tubuh
janin, misalnya bagaimana sikap fleksi kepala, kaki, dan lengan.Letak
janin dilihat berdasarkan hubungan sumbu tubuh janin dibandingkan
dengan sumbu tubuh ibu. Ini berarti seorang janin dapat dikatakan
letak longitudinal ( preskep dan presbo), letak lintang, serta letak oblik.
Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjukkan bagian janin apa
yang paling bawah.

3. Passage
Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu :
- Bagian keras, bagian ini terdiri dari tulang panggul ( Os coxae, Os
Sacrum, Os Coccygis ), dan Artikulasi( Simphisis pubis, Artikulasi
sakro-iliaka, artikulasi sakro-kosigiu).
- Bagian lunak, jalan lunak yang berpegaruh dalam persalinan
adalah SBR, Serviks Utreri, dan vagina. Diamping itu otot – otot,
jaringan ikat, dan ligament yang menyokong alat – alat urogenital
juga sangat berperan penting dalam persalinan.
4. Psikis Ibu
Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja otot
– otot yang dibutuhkan dalam persalinan baik itu yang otonom
maupun yang sadar. Jika seorang ibu menghadapi persalinan dengan
rasa tenang dan sabar, maka persalinan akan terasa mudah untuk ibu
tersebut. Namun jika ia merasa tidak ingin ada kehamilan dan
persalinan, maka hal ini akan menghambat proses persalinan.
5. Penolong
Dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan dorongan
ingin mengejan asli atau yang palsu. Untuk itu, seorang mitra yang
dapat membantunya mengenali tanda gejala persalinan sangat
dibutuhkan. Tenaga ibu akan menjadi sia –sia jika saat untuk mengejan
yang ibu lakukan tidak tepat.

1.3. Mekanisme Penurunan Kepala

1. Penurunan (Kepala masuk PAP)


Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap
sacrum, linea inominata, ramus superiorost pubis dan pinggir atas
simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam sinklitismus arah
sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.dapat
juga terjadi keadaan :
Ø Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut
lancip kepan dengan pintu atas panggul.
Ø Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut
lancip kebelakang dengan pintu atas panggul.
2. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil
rendah dari ubun-ubun besar.kepala memasuki ruang panggul dengan
ukuran paling kecil (diameter suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di
dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
3. Putar paksi dalam
Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari
belakang atas ke bawah depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis
dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang mengadakan
rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis.
4. Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di
bawah simpisis (sebagai hipomoklion), kepala mengadakan defleksi
berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.
5. Putar paksi luar
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
6. Ekspulsi
Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan
miring dan menyesuikan dengan bentuk panggul, sehingga di dasar
panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada dalam posisi depan
belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang.
mekanisme persalinan fisiologis penting di pahami, bila ada
penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan
operatif tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2012).
1.4.Tanda persalinan

Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000 ), yaitu:


a) Kekuatan his semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir
bercampur darah.
c) Dapat disertai pecah ketuban
d) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu:
perlunakan serviks, pendataran serviks, dan terjadi pembukaan
serviks.
1.5 Tahap Persalinan Normal

1. Kala 1 : Kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan


kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks
yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap ( 10 cm). Hal
ini sering dikatakan sebagai tahap pembukaan serviks ( Helen Varney
2007)
Fase Laten dimulai sejak pemukaan awal sampai dengan 4 cm
biasanya fase ini berlangsung kurang dari 8 jam. Sedangkan fase aktif
persalinan berlangsung ketika pembukaan 4 sampai dengan lengkap.
Dalam proses ini terjadi penurunan bagian terbawah janin.
2. Kala II : Kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm.
3. Kala III : Penatalaksanaan aktif pada ala III (Pengeluaran aktif
plasenta) membantu menghindari terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Penatalaksanaan aktif kala III meliputi : Pemberian
oksitosin dengan segera. Pengendalian tarikan pada tali pusat,
Pemijitan uterus segera setelah plasenta lahir.
4. Kala IV : Kala II adalah o menit sampai 2 jam setelah persalinan
plasenta berlangsung. Ini merupakan masa kritis bagi ibu, karena
kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau mengalami suatu
keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini. Bidan harus
terus memantau keadaan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati.

II. Konsep dasar KPD


1. Pengertian KPD
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan atau di mulainya tanda inpartu. Ketuban Pecah Dini
(KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan
pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini
(KPD) terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah
Dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8 – 10%
perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini. Pada
kesimpulan yang dapat diambil bahwa Ketuban Pecah Dini adalah
Pecahnya selaput ketuban sebelum terdapat tanda persalinan. Ketuban
pecah dini bisa terjadi pada usia kehamilan Aterm maupun pada kehamilan
Prematur.
2. Etiologi ketuban pecah dini
Walaupun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini,
namunpenyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti.Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui. Adapun beberapa etiologi dari penyebab kejadian
ketuban pecah dini menurut beberapa ahli yaitu:
b. Serviks inkompeten (leher rahim)
Pada wanita dalam presentasi kecil dengan kehamilan yang jauh dari
aterm, serviks yang inkompeten dapat menipis dan berdilatasi bukan
sebagai akibat dari peningkatan aktifitas uterus melainkan akibat dari
kelemahan intrinsik uterus sehingga menyebabkan ketuban pecah.
c. Ketegangan rahim berlebihan
Ketegangan rahim berlebihan maksudnya terjadi pada kehamilan
kembar dan hidramnion. Etiologi hidramnion belum jelas, tetapi
diketahui bahwa hidramnion terjadi bila produksi air ketuban
bertambah, bila pengaliran air ketuban terganggu atau kedua-duanya.
Dicurigai air ketuban dibentuk dari sel-12 sel amnion. Di samping itu
ditambah oleh air seni janin dan cairan otak pada anensefalus. Air
ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan
yang baru. Salah satu cara pengeluaran ialah ditelan oleh janin,
diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya
masuk peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban akan terganggu bila
janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esophagus atau tumor-
tumor plasenta. Hidramnion dapat memungkinkan ketegangan rahim
meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum
waktunya.
d. Kelainan letak janin dalam rahim
Kelainan letak janin dalam rahim maksudnya pada letak sungsang dan
lintang. Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan <32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak
dengan bebas, dan demikian janin dapat menempatkan diri dalam letak
sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan trimester akhir janin
tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena
bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas difundus
uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil
disegmen bawah uterus. Letak sungsang dapat memungkinkan
ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah
sebelum waktunya.
e. Kelainan jalan lahir
Kelainan jalan lahir maksudnya kemungkinan terjadi kesempitan
panggul yang terjadi pada perut gantung, bagian terendah belum masuk
PAP, disporposi sefalopelvik. Kelainan letak dan kesempitan panggul
lebih sering disertai dengan ketuban pecah dini namun mekanismenya
belum diketahui dengan pasti. 8
f. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
Pecahnya ketuban dapat terjadi akibat peregangan uterus yang
berlebihan atau terjadi peningkatan tekanan yang mendadak di dalam
kavum amnion, di samping juga ada kelainan selaput ketuban itu
sendiri. Hal ini terjadi seperti pada sindroma Ehlers-Danlos, dimana
terjadi gangguan pada jaringan ikat oleh karena defek pada sintesa dan
struktur kolagen dengan gejala berupa hiperelastisitas pada kulit dan
sendi, termasuk pada selaput ketuban yang komponen utamanya adalah
kolagen. 72% penderita dengan sindroma Ehlers-Danlos ini akan
mengalami persalinan preterm setelah sebelumnya mengalami ketuban
pecah dini preterm.
g. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban
pecah. Adanya infeksi pada selaput ketuban (korioamnionitis lokal)
sudah cukup untuk melemahkan selaput ketuban di tempat tersebut.
Bila terdapat bakteri patogen di dalam vagina maka frekuensi
amnionitis, endometritis, infeksi neonatal akan meningkat 10 kali.
Ketuban pecah dini sebelum kehamilan preterm sering diakibatkan oleh
adanya infeksi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang
terikat pada membrane melepaskan substrat seperti protease yang
menyebabkan melemahnya membran. Penelitian terakhir menyebutkan
bahwa matriks metaloproteinase merupakan enzim spesifik yang
terlibat dalam pecahnya ketuban oleh karena infeksi.
h. Trauma
Trauma yang didapat, misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini
karena biasanya disertai infeksi. Frekuensi koitus pada trimester ketiga
kehamilan yang lebih dari tiga kaliseminggu diyakini berperan pada
terjadinya KPD. Hal ini berkaitan dengan kondisi orgasme yang
memicu kontraksi rahim oleh karena adanya paparan terhadap hormon
prostaglandin didalam semen atau cairansperma.
i. Anemia
Pengaruh anemia terhadap kehamilan adalah KPD. Hasil penelitian ini
sejalan dengan teori dari Allen (2001) yang menyatakan bahwa anemia
dapat menyebabkan hipoksia dan defisiensi besi sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi norepinefrin serum yang dapat menginduksi
stres ibu dan janin, yang merangsang sintesis corticotropin releasing
hormone (CRH ). Konsentrasi CRH merupakan peningkatan faktor
risiko utama untuk persalinan dengan ketuban pecah sebelum
waktunya. CRH juga meningkatkan produksi kortisol janin, dan kortisol
dapat menghambat pertumbuhan longitudinal janin. Mekanisme
alternatif bisa jadi bahwa kekurangan zat besi meningkatkan kerusakan
oksidatif pada eritrosit dan unit fetoplasenta. Kekurangan zat besi juga
dapat meningkatkan risiko infeksi ibu yang mengakibatkan pecahnya
ketuban terlalu dini.
3. Faktor risiko ibu bersalin dengan ketuban pecah dini
1. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-
hari, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat
membahayakan kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga
keselamatan ibu maupun janin. Kejadian ketuban pecah sebelum
waktunya dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat
dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu hamil agar selama masa kehamilan
hindari/kurangi melakukan pekerjaan yang berat. Pola pekerjaan ibu
hamil berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kerja Fisik pada saat
hamil yang terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi tiga jam
perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja
menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah
dini. Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam kehidupan, namun
pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan
kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu
maupun janin.
2. Paritas.
Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu dari
penyebab terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya. Paritas 2-
3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1
dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi, risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan
obstetric lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi/ dicegah dengan keluarga berencanaParitas kedua dan ketiga
merupakan keadaan yang relative lebih aman untuk hamil dan
melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut
dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum
terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah
selaput ketuban dengan baik. Ibu yang telah melahirkan beberapa kali
lebih berisiko mengalami KPD, oleh karena vaskularisasi pada uterus
mengalami gangguan yang mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban
mudah rapuh dan akhirnya pecah spontan. Pada paritas yang rendah
(satu), alat-alat dasar panggul masih kaku (kurang elastik) daripada
multiparitas

3. Riwayat KPD sebelumnya


Berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali. Patogenesis terjadinya
KPD secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen
dalam membran sehingga memicu terjadinya KPD aterm dan KPD
preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami
KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan
berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali
dari pada wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya, karena
komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan
kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya
4. Usia kehamilan
Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat
ukur kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran
sering ditentukan dengan pengkajian usia kehamilan. Pada tahap
kehamilan lebih lanjut, pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan
mungkin sangat penting karena dapat timbul sejumlah penyulit
kehamilan yang penanganannya bergantung pada usia janin. Periode
waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding terbalik dengan, usia
kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III hanya
diperlukan beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan
trimester II. Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak
diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga janin lebih matur.
Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan
membahayakan janin serta situasi maternal.
5. Nutrisi saat hamil
Kenaikan berat badan berkaitan dengan status nutrisi, kenaikan
BB yang selama hamil adalah 11,5-16 kg pada IMT normal yaitu 18,5-
24,9 kg/m2. Semakin sedikit kenaikan berat badan selama hamil
semakin buruk satus gizi ibu hamil. Sedangkan status gizi berkaitan
dengan kejadian ketuban pecah dini.20 Ibu hamil dianjurkan untuk
menambah asupan protein menjadi 12 % per hari 75-100 gram. Ibu
hamil yang mengkonsumsi protein kurang dari kebutuhan akan semakin
tinggi resikonya untuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. Protein
merupakan bagian dari zat gizi dan merupakan bagian terbesar tubuh
sesudah air.
Seperlima bagian tubuh adalah protein, setengahnya ada di dalam
otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di
dalam kulit dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh.
Protein mempunyai fungsi yang khas yang tidak dapat di gantikan oleh
zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
Komponen utama dari selaput ketuban adalah kolagen, serat
kolagen merupakan komponen utama dari ECM (Extracellular Matrix)
dan merupakan protein berserat yang terdiri dari tiga buah rantai, yang
membentuk triple helix seperti, memberikan kekuatan tarik ke ECM.
Sebagian besar bukti mengarah bahwa ketuban pecah dini berhubungan
dengan proses biokimia meliputi rusaknya kolagen antarmatriks
ekstraseluler amnion dan korion.
Matriks ekstraseluler terdiri dari serat tiga dimensi diisi dengan
makromolekul yang berbeda seperti: kolagen (terutama tipe I dan III),
elastin, glukosaminoglikan, dan proteoglikan. Rusaknya kolagen antar
matriks ekstraseluler amnion, korion dan programmed death of cell
pada membrane janin dan lapisan uteri maternal (desidua) sebagai
respon terhadap berbagai rangsangan seperti peregangan membrane
(membrane stretching) dan infeksi saluran reproduksi, yang
menghasilkan mediator seperti prostaglandin, sitokin dan hormone
protein yang mengatur aktivitas enzim degradasi matriks. Komponen
utama matriks ekstraseluler adalah protein berserat. Protein sangat
dibutuhkan untuk ibu hamil selain untuk perkembangan janin, protein
juga dibutuhkan untuk pembentukan jaringan pada tubuh ibu termasuk
jaringan ikat pada selaput ketuban .

6. Riwayat Penyakit
Pada riwayat penyakit yang dapat dijadikan sebagai faktor
predisposisi terjadinya ketuban pecah dini yaitu adanya riwayat infeksi
traktus genital dan anemia pada saat kehamilan. Karena penyakit
tersebut sangat bepengaruh terhadap terjadinya ketuban pecah dini.
Sehingga perlu dilakukan pengkajian riwayat penyakit untuk
mengetahui faktor penyebab yang mungkin terjadinya terhadap
komplikasi yang sedang terjadi.
4. Tanda dan Gejala ketuban pecah dini
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan air ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban barbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut merembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau
berdiri, kepala janin yang terletak di bawah biasanya mengganjal atau
menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri perut, denyut jantung janin betambah cepat merupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi.
5. Patofisiologi ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban
inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat
keseimbangan antara sisntesis dan degrasi ekstraseluler matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan
aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Faktor risisko untu terjadinya ketuban pecah dini adalah :
1. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.
2. kurangnya tembaga dan asama askorbik yang berakibat pertumbuhan
3. struktur abnormal karana antara lain merokok.

6. Diagnosis Ketuban Pecah Dini


Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban
di vagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian
terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan
cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes laksmus (Nitrazin Test) merah
menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan
USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu
ibu lebih dari 38°C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah
>15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami
infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik.
Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila
akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan). Pada Pemeriksaan
dalam Cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu
dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam
persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam pemeriksaan dalam
vagina hanya dilakukan pada ketuban pecah dini yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit
mungkin. Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan
dilakukan penangan aktif (melahirkan bayi) karena dapat mengurangi
latensi dan meningkatkan kemungkinan infeksi.
7. Komplikasi ketuban pecah dini
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung
pada usia kehamilan. dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,
persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden seksio sesarea. Atau gagalnya persalinan normal.
1. Persalinan prematur
Selaput ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung usia kehamilan. pada kehamilan aterm 90%
terjadi setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu
50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.5
2. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada
ibu akan terjadi korioamnionitis. Pada bayi akan terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitas, umumnya terjadi korioamnionitis sebelum
janin terinfeksi. Ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering
pada aterm. Secara umum insiden infeksi skunder pada ketuban peah
dini meningkat sebandingdengan lamanya periode laten.

3. Hipoksia dan asfiksia


Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali
pusat sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan
antara terjadinya gawat janin dan derajat ologohidramnion, semakin
sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
4. Sindromdeformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka
dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar.
8. Penatalaksanaan ketuban pecah dini
1. Pastikan diagnosis
2. Tentukan umur kehamilan
3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janian.
4. Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina
yang kadang-kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan.
5. Diagnosis ketuban pecah dini prematur dengan inspekulo diliat adanya
cairan ketuban keluar dari kavum uteri. Periksaan pH vagina
perempuan hamil sekitar 4,5; bila ada cairan ketuban pHnya sekitar
7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin akan menakan pH vagina.
6. Dengan pemeriksaan ultrasound adanya ketuban pecah dini dapat
dikonfirmasikan dengan adanya oligohidramnion. Nilai air ketuban
normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan serviks. Penderita
dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit
untuk pemeriksa lebih lanjut. Jika pada perawtan air ketuban berhenti
keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan
dalam kala aktif. Korioamnionitis, gawat janin, persalinan diterminasi.
Bila ketuban pecah dini pada kehamilan prematur, diperlukan
penatakasanaan yang komprehensif. Secara umum penatalaksanaan
pasien ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada
infeksi dan gawat janin, penatalakaanaan bergantung pada usia
kehamilan
III. KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
I. Pengkajian data
Data subyektif
a. Biodata
1) Umur
Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda
dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan,
sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini (Nugroho,
2010). Usia ibu hamil ≥ 35 tahun berpotensi terjadinya KPD
karena pada usia ini otot panggul mulai mengendor sehingga
mempengaruhi inkompeten serviks (Manuaba, 2012:456).
2) Pekerjaan
Pada ibu yang pekerjaannya menyebabkan kelelahan dan lama
kerja lebih dari 3 jam/hari merupakan faktor yang paling
dominan penyebab KPD (Sudarto dan Tunut, 2016).
3) Paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali (grande
multipara) dan pernah mengalami KPD pada kehamilan
sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini
lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan
berikutnya (Manuaba, 2012: 456).
b. Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat
pemeriksaan (Varney,2008). Keluhan-keluhan yang dirasakan ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini adalah ibu mengatakan
mengeluarkan cairan yang merembes melalui vagina, ada bercak
yang banyak di vagina, nyeri perut dan demam.
Sedangkan menurut Saifuddin (2014 : M-113) keluarnya cairan
dari vagina, tidak ada kontraksi dalam 1 jam. Keluar air ketuban
berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak.
c. Riwayat kehamilan, persalin dan nifas yang lalu
1) Kehamilan : Faktor-faktor yang merupakan predisposisi yaitu
multipara, grande multipara, overdistensi uterus (hidramnion,
hamil ganda), CPD (Cephalo Pelvik Disproportion), servix
inkompeten (Manuaba, 2012: 456).).
2) Persalinan : Terjadi pembukaan premature serviks dan membran
terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi dan nekrosis
serta dapat diikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga
membran ketuban makin berkurang. Makin lama periode laten,
makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan
prematuritas sehingga menyebabkan morbiditas. (Manuaba,
2012:112).
3) Nifas: Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir,
hidup) apakah dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat
komplikasi atau intervensi pada masa nifas dan apakah ibu
tersebut mengetahui penyebabnya (Sujiyatini, 2009).

d. Riwayat kehamilan sekarang


Riwayat kehamilan sekarang perlu dikaji untuk mengetahui apakah
ibu resti atau tidak, meliputi:
1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Digunakan untuk mengetahui umur kehamilan (Winkjosastro,
2010).
2) Hari Perkiraan Lahir (HPL)
Untuk mengetahui perkiraan lahir (Winkjosastro, 2010)
3) Keluhan-keluhan
Untuk mengetahui apakah ada keluhan-keluhan pada trimester
I, II, dan III (Winkjosastro, 2010).
4) Ante Natal Care (ANC)
Mengetahui riwayat ANC, teratur/ tidak, tempat ANC, dan saat
kehamilan berapa (Sujiyatini, 2009).
e. Riwayat keluarga berencana
Ibu pernah atau belum pernah menjadi akseptor KB, bila pernah
disebutkan alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai dan lamanya
penggunaan, sehingga dapat diketahui jarak kehamilannya
(Nursalam, 2013).
f. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini (Sujiyatini,
2009).
2) Riwayat penyakit sistemik
Untuk mengetahui apakah pasien menderita penyakit seperti
jantung, ginjal, asma, hipatitis, DM, hipertensi dan epilepsi atau
penyakit lainnya (Sujiyatini, 2009).
3) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC dan hepatitis, menurun seperti
jantung dan DM (Sujiyatini, 2009).
4) Riwayat keturunan kembar
Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam
keluarga (Sujiyatini, 2009).
5) Riwayat operasi
Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani
(Sujiyatini, 2009).
g. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal :
beratbadan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah
dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk
mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa
pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi
yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgarscor rendah,
gawat janin (Manuaba, 2012).
2) Personal Hygiene
Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi,
keramas, ganti pakaian (Wiknjosastro, 2010).
3) Aktivitas
Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama
kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan.
Kelelahan dalam bekerja dapat menyebabkan lemahnya korion
amnion sehingga timbul ketuban pecah dini (Notoadmodjo,
2010).
4) Istirahat
Ibu hamil yang kurang tidur akibat kekelahan atau sebab yang
lain merupakan salah satu fakto penyebab KPD. Kebutuhan
istirahat/tidur pada ibu hamil, malam hari ± 8 jam dan pada
siang hari hari dalam keadaan rileks 1-2 jam (Romauli, 2011:
144).

5) Seksual
Frekuensi coitus pada trimester ketiga kehamilan yang lebih
dari 3 kali seminggu diyakini berperan dalam terjadinya KPD.
Hal ini berkaitan dengan kondisi orgasme yang memicu
kontraksi rahim oleh karena adanya paparan terhadap hormon
prostaglandin didalam semen atau cairan sperma (Winkjosastro,
2010)
6) Riwayat Ketergantungan
Kebiasaan merokok dapat minum alkohol dapat berpengaruh
pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2500 zat
kimia yang teridentifikasi termasuk karbon monoksida, amonia,
aseton, sianida hidrogen dapat menjadi salah satu penyebab
ketuban pecah dini (Amelia, 2014).
Data obyektif
Data obyektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan
dilihat oleh tenaga kesehatan. (Nursalam, 2013).
Data obyektif meliputi:
a. Status generalis
1) Keadaan umum: Untuk mengetahui keadaan umum apakah
baik, sedang, jelek. Pada kasus ketuban pecah dini keadaan
pasien baik (Nugroho, 2010).
2) Kesadaran : Pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini
kesadarannya composmentis (Varney, 2008).
3) Tekanan Darah: Untuk mengetahui factor resiko hipertensi.
Batas normalnya 120/80 mmhg. (Saifuddin, 2014)
4) Suhu: Ketuban pecah dini yang sudah disertai infeksi
intrauterine makan akan disertai peningkatan suhu lebih dari
37,60C (Mochtar, 2012: 257)
5) Nadi: Menurut Romauli (2012: 173) nadi normalnya 60-80
x/menit. Denyut nadi 100 x/menit atau lebih dalam keadaan
santai merupakan tanda bahwa ibu mengalami salah satu
keluhan seperti infeksi, tegang, ketakutan atau cemas akibat
masalah tertentu, salah satunya yaitu akibat ketuban pecah dini.
6) Respirasi: Menurut Romauli (2012: 173) fungsi pernafasan
yaitu 16-24 x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak ada kelainan,
adakah oedema. Pada ibu bersalin dengan ketuban pecah
dini muka tampak pucat (Saifuddin, 2014).
b) Mata : Bentuk simetris, sklera putih, konjungtiva normal
warna merah muda, bila pucat menandakan anemia
(Romauli, 2012: 174).
c) Mulut : Pada mulut dilihat warna bibir, integritas jaringan
(lembab,kering atau pecah-pecah), ada stomatitis atau
tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak.
(Sulistyawati, 2013: 226-227)
2) Leher: Adakah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau
tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe. (Nursalam, 2013)
3) Dada dan Axila: Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris
atau tidak, ada nyeri atau tidak dan kolostrum sudah keluar atau
belum. (Nursalam, 2013)
4) Abdomen : Uterus lunak dan tidak nyeri tekan, kadang
ditemukan kelainan presentasi janin yang merupakan faktor
predisposisi KPD. (Nursalam,2013)
5) Genetalia
a) Inspeksi
Pada genetalia keluar cairan berwarna jernih/keruh dan
bau anyir yang keluar dari jalan lahir. Pada keadaan
infeksi di jumpai air ketuban warna keruh, kehijauan
campur mekonium, berbau yang menunjukkan distres
janin. (Saifuddin, 2014: M-113).
b) Inspekulo
Bila fundus di tekan atau bagian terendah di goyangkan,
keluar cairan dari osteum uteri dan terkumpul pada fonik
posterior (Oxorn, Harry, 2010 : 483).
c) Pemeriksaan dalam
Adanya cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak teraba/sudah pecah (Oxorn, Harry, 2010: 483 ).
c. Pemeriksaan Auskultasi
Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang
kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per menit. Kegawatan janin
ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali
per menit merupakan potensial komplikasi fetal distress pada
ketuban pecah dini (Saifuddin, 2014: 143).
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ketuban pecah dini menurut
Manuaba (2012: 457) sebagai berikut:
1) Tes lakmus (Nitrazim test) Penentuan cairan ketuban dapat
dilakukan dengan tes lakmus merah menjadi biru.
2) Fern test cairan amnion.
3) Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG ini dilakukan untuk mencari Amniotic Fluid
Index (AFI), aktivitas janin, letak janin dan plasenta,
pengukuran BB janin, detak jantung janin, kelainan konginetal
atau deformitas.
4) Untuk menentukan adanya kemungkinan infeksi intrauterin
maka dapat perlu dilakukan: Beta streptokokus,
Clamydiettrachomatis, Neisseriagonorrheae.Leukosit darah
>15.000/mm2, kemungkinan terjadi infeksi.

II. INTERPRETASI DATA


Data yang telah diolah dianalisis. Bidan melakukan analisis
berdasarkan urutannya diantaranya mencari hubungan antara data atau
fakta yang satu dengan yang lainnya untuk mencari sebab dan akibat,
menemukan masalah dan apa masalah utamanya, menemukan penyebab
utamanya, dan menentukan risiko masalah. Hasil analisa merupakan
langkah awal dari penentuan perumusan masalah untuk menentukan
diagnosa kebidanan (Kemenkes RI, 2011: 9).
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL
G..P.A, usia kehamilan 37-40 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, situs
bujur, habitus fleksi, posisi puka/puki, presentasi kepala, hodge I-IV, inpartu
kala I fase laten/aktif (akselerasi, dilatasi maksimal, deselerasi) dengan
ketuban pecah dini...jam, KU ibu dan janin baik (Pudiastuti, 2012:53).
Kemungkinan masalah yang timbul:
1. Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan KPD.

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang KPD.

3. Potensial terjadi partus lama.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN / TINDAKAN SEGERA


Bedrest total dan miring kiri

V. INTERVENSI
1. Diagnosa : G.P.A, usia kehamilan 37-40 minggu, tunggal, hidup,
intrauterin, situs bujur, habitus fleksi, posisi puka/puki, presentasi
kepala, hodge I-IV, inpartu kala I fase laten/aktif (akselerasi, dilatasi
maksimal, deselerasi) dengan ketuban pecah dini...jam, KU ibu dan
janin baik (Pudiastuti, 2012:53)
2. Tujuan: Proses persalinan berjalan dengan lancar tanpa adanya penyulit.
3. Kriteria :
a. KU baik, kesadaran komposmentis
b. TTV dalam batas normal menurut Romauli (2012: 173) yaitu TD:
110/70 – 130/80 mmHg, S: 36,5 – 37,5 oC, N: 60-80 x/menit, R: 16
– 24x/menit.
c. DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit (Manuaba, 2010: 116).
d. His bersifat minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya 40
detik
e. Kala I pada primigravida< 13 jam sedangkan multigravida< 7 jam
(Sofian, 2011: 71–73).
f. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½ -2 jam, pada multi ½-1
jam (Sofian, 2011: 71–73).
g. Bayi lahir spontan, menangis kuat, gerak aktif
h. APGAR Score 8-10
i. Kala III pada primigravida< 30 menit sedangkan multigravida< 15
menit (Sofian, 2011: 71–73).
j. Plasenta lahir lengkap spontan
k. Perdarahan < 500 cc
Intervensi :

1) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan meliputi


keadaan ibu dan janin.
Rasional: dengan mengetahui keadaannya serta janin yang
dikandungnya, ibu menjadi lebih kooperatif dengan tindakan yang
akan dilakukan.
2) Menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi akibat ketuban pecah
dini.
Rasional: Mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan
dan ibu mengerti kooperatif dengan tindakan.
3) Kaji persiapan tingkat pengetahuan dan harapan klien.
Rasional: Membantu menentukan kebutuhan dan informasi.
4) Berikan informasi tentang prosedur dan kemajuan persalinan.
Rasional: wanita yang menghadapi proses persalinan menginginkan
dan memerlukan informasi tentang kemajuan persalinan mereka
(Varney, 2008: 718).
5) Anjurkan ibu untuk tirah baring.
Rasional: Menghindari penyulit tali pusat (tali pusat menumbung).
6) Anjurkan ibu untuk BAB maupun BAK jika terasa.
Rasional: kandung kemih yang penuh mengganggu kemajuan
persalinan dan menghambat penurunan kepala janin,
meningkatkanresiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan
oleh atonia, meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca
persalinan.
7) Beri asupan nutrisi pada ibu dengan memberi ibu makan dan minum.
Rasional: makanan berkarbohidrat dan asupan cairan yang cukup
selama persalinan akan memberi lebih banyak energi dan mencegah
dehidrasi yang dapat memperlambat kontraksi dan/atau membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif (Saifuddin, 2014:
55).
8) Observasi CHBPK.
Rasional: Cortonen (DJJ) diluar batas normal menandakan distress
janin, his penurunan bagian terendah bandle merupakan observasi
dari fisik ibu, TTV terutama suhu diatas 37,5o C menunjukkan tanda
infeksi, kandung kemih penuh menghalangi turunnya kepala.
9) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik.
Rasional: pemberian antibiotik dapat menjadi profilaksis sehingga
dapat menurunkan resiko infeksi.
10) Observasi 2x24 jam jika belum bersalin maka kolaborasi dengan tim
medis.
Rasional: Ketuban pecah 48 jam sedang anak belum lahir akan
meningkatkan resiko infeksi intra uterin 17%-68%.

Masalah I : Potensial terjadi infeksi akibat ketuban pecah dini.


Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama proses persalinan.
Kriteria :
1) Tidak ada tanda infeksi yaitu tumor, rubor, color, dolor.
2) Ketuban berwarna jernih dan tidak berbau.
3) TTV dalam batas normal (Romauli, 2012: 173).
4) T : 110/70-130/80 mmHg
5) N : 60-80 x/menit
6) S : 36,5-37,5oC
7) R : 16-24 x/menit
8) DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit (Manuaba, 2012: 116).
Intervensi menurut Manuaba (2012) :
1) Berikan penjelasan resiko yang terjadi akibat ketuban pecah dini.
Rasional: Ibu kooperatif dan mengerti tindakan yang akan dilakukan.
2) Gunakan teknik aseptik dan sepsis.
Rasional: Menurunkan resiko infeksi.
3) Lakukan persiapan dan pertolongan persalinan dengan teknik aseptik.
Rasional: Meminimalkan mikroorganisme daerah genital.
4) Pantau suhu per aksila, nadi, his dan DJJ.
Rasional: Melihat tanda infeksi.
5) Observasi pemgeluaran cairan pervaginam.
Rasional: Infeksi intra partum akan menyebabkan cairan ketuban.
6) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai indikasi.
Rasional: Menurunkan resiko yang terjadi.
Masalah II : Cemas karena kurangnya pengetahuan ibu tentang KPD.
Tujuan : Ibu dapat beradapatasi dengan keadaannya.
Kriteria :
1) Klien tampak tenang
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal (Romauli, 2012: 173).
a. T : 110/70-130/80 mmHg
b. N : 60-80 x/mnt
c. S : 36,5-37,5oC
d. R : 16-24 x/mnt
Intervensi menurut Romauli (2012) :
1) Berikan penjelasan pada ibu tentang keadaan yang dialami, komplikasi
dan penanganannya.
Rasional: Pengetahuan ibu bertambah sehingga lebih kooperatif.
2) Alihkan perhatian ibu.
Rasional: Ibu tidak terfokus dengan kondisinya sehingga cemas dapat
berkurang.
3) Berikan support mental pada ibu.
Rasional: Ibu akan lebih yakin dan pasti dalam menghadapi persalinan.
4) Anjurkan ibu berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Rasional: Ibu lebih tenang dan memberikan kenyamanan secara
psikologis.
5) Observasi TTV dan DJJ
Rasional: Memantau kondisi ibu dan janin.
Masalah III : Potensial terjadi partus lama.
Tujuan : Kala II dapat terlewati dengan lancar tanpa penyulit.
Kriteria :
a. Keadaan umum ibu dan janin baik
b. Kala I berakhir dalam 12 jam
c. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½ -2 jam, pada multi ½-1 jam
(Sofian, 2011: 71–73).
Intervensi menurut Doenges (2009 : 225):
1) Observasi TTV.
Rasional: Stress psikis pada ibu ditandai dengan peningkatan T, N
dapat mempengaruhi kemajuan dilatasi serviks, peningkatan suhu
tubuh (> 35,5 oC) menunjukkan tanda infeksi intra uterin.
2) Observasi CHBP.
Rasional: Cortonen > 180 x/mnt menandakan keadaan distress janin,
his dan pembukaan yang tidak adekuat serta timbul bandel
mempengaruhi kemajuan persalinan.
3) Penuhi kebutuhan cairan klien.
Rasional: Kebutuhan cairan yang adekuat dapat meningkatkan KU
ibu.
4) Anjurkan pasien istirahat diluar his.
Rasional: Kelelahan dapat menurunkan KU ibu.
VI. IMPLEMENTASI
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan (2011:6).
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan
secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
VII. EVALUASI
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan
segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga.
Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
Menurut Kemenkes RI No.938/Menkes/SK/VIII/2007 (2011:7), evaluasi
ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:
S : adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O : adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

A : adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.


P :adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up
dan rujukan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Tanggal : 28-7-2021
Pukul : 05.00 WIB
Tempat : Puskesmas Lewolema
A. Data subyektif
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. A Tn. B
Umur : 20 tahun 22 tahun
Agama : Katolik Katolik
Suku/ bangsa : Flores/Indonesia Flores/Indonesia
Pendidikan : SD SD
Pekerjaan : IRT Petani
Penghasilan : - Rp. 1.000.000,-
Alamat : Desa Lewobele

2. Keluhan utama
Ibu merasa kenceng-kencang sejak tadi makam, keluar cairan
ketuban jam 03.00 wita warna jernih, pengeluaran lendir beserta
darah
3. Riwayat kesehatan
a) Penyakit yang lalu.
tidak mempunyai riwayat penyakit menular (TBC, HIV/AIDS,
Hepatitis) menurun (DM, Asma) menahun (Hipertensi)

b) Penyakit sekarang
tidak sedang menderita penyakit menular seperti ( TBC,HIV/
AIDS, Hepatitis), menurun (DM, Ashma), menahun (Hipertensi)
c) Penyakit keluarga
suami dan keluarga tidak mempunyai riwayat tidak sedang
menderita penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS),
penyakit menurun ( DM, Asma), Penyakit menahun (Hipertensi)
4. Riwayat obstetri
a) Riwayat menstruasi.
Amernorhoe : 9 bulan ini
Menarche : Usia 13 Tahun
Lama : 7 - 8 Hari
Banyak : +3 – 4 kali / hari ganti pembalut
Siklus : 28 hari
Teratur/Tidak : Teratur
Dismenorhoe : Tidak pernah
Fluor albus : pernah
HPHT : 10– 11– 2020
TP/HPL : 17 – 8 – 2021

b) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu.

Tgl/Bln/ Pen Anak


Th Usia Tempat Jenis yulit
Penol Usia
No. Keha Persali Persalina Keh JK B Nifas
Persalina milan nan ong B PB Anak
n amil
n an

1 Hamil ini

c) Riwayat Kehamilan sekarang.


ini kehamilan kedua dengan usia kehamilan 9 bulan.
ANC TM I : 1 Kali
Keluhan mual

Hasil pemeriksaan k/u : Baik, T : 104/60, Plano Tes


+
Terapi : vitamin B6 2x1 jika mual dan di minum
sebelum makan.

Penyuluhan : makan sedikit tapi sering

ANC TM II : 2 Kali
Tidak ada keluhan

Hasil pemeriksaan k/u : Baik, T : 110/70, TFU :


Sesuai Uk DJJ + Normal (120 – 160 x/menit)

Terapi Asam Folat, FE,Kalk

ANC TM III : 3 Kali


Nyeri perut bagian bawah,

Hasil pemeriksaan : Baik, T : 110/70, Tfu : Sesuai


uk Djj + Normal(120 – 160 x/menit)

Terapi Asam Folat, FE,Kalk

Gerak anak sejak 5 bulan

Gerak 24 Jam terakhir lebih dari 20x gerak

5. Riwayat KB
Ibu belum pernah ber KB

6. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama : 1 Tahun
Usia Pertama Menikah : 19 Tahun
7. Riwayat Psikososial.
Ibu, suami dan keluarga menginginkan dan bahagia dengan kehamilan
ini dan ibu mengatakan siap dalam proses persalinan
8. Riwayat Budaya
Selamatan 7 bulanan dan nanti juga akan mengadakan selamatan
sepasaran jika bayi sudah lahir
9. Perilaku Kesehatan.
Jamu : tidak minum jamu
Merokok : tidak merokok
Minum minuman keras : tidak minum minuman keras.
10. Pola Kebiasaan sehari – hari.
No. Pola Selama Inpartu

Kebiasaan

1. Nutrisi Makan : selama inpartu ibu tidak mau makan


Minum : sedikit saat his trelaksasi ( air putih dan teh hangat)
2. Eliminasi BAB : Tidak BAB
BAK :2 x 100 cc
3. Istirahat Istirahat saat HIS relaksasi
4. Personal sudah mandi tadi sore
Higiene
5. Aktivitas Tidur miring kiri ( posisi nyaman ibu)

B. Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
kesadaran : Composmentis
keadaan emosional : stabil

TTV TD : 130/80 mmHg


N : 80x/menit
S : 36,8oC
R : 20x/menit

2. Pemeriksaan khusus
a)Inspeksi
Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak bercabang, warna hitam
Wajah : Tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat
Mata : Conjunctiva merah muda, tidak pucat, sclera putih, tidak
ikterus, palpebra tidak oedem, penglihatan baik
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada pengeluaran
Telinga : Bersih, tidak ada serumen, simetris, bentuk normal
Mulut : Gigi bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi,
mukosa bibir lembab, gusi tidak mudah berdarah
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis, bentuk normal
Dada : Bentuk payudara membesar simetris, hiperpigmentasi
areola mamae, puting susu menonjol, pengeluaran
colostrum +/+
Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas
operasi, terdapat linea nigra terdapat striae lividae
Genitalia : Tidak oedem, tidak varises, tampak ada pengeluaran
pervaginam cairan ketuban, lendir bercampur darah, tidak
ada bekas luka perineum.
Anus : Tidak ada hemorrhoid, normal

Ekstremitas : Tidak ada oedem, bentuk simetris,tidak ada cacat, tidak


Atas ada oedem, keadaan bersih

Bawah Tidak ada oedem, tidak ada varises, bentuk simetris,tidak


: ada cacat, tidak ada oedem, keadaan bersih,

b) palpasi
Perut
Leopold I : TFU 3 jari bawah px, bagian fundus teraba bulat, lunak,
tidak melenting (bokong).
Leopold II : Di sebelah kiri teraba bagian kecil janin, di sebelah kanan
teraba panjang keras seperti papan (punggung janin
Leopold III : kanan-puka).
Leopold IV : Presentasi Bagian terbawah teraba bulat, melenting
Variasi : (kepala) sudah masuk PAP
Mc Donnald :
TBJ : 3255 gram
TFU : 32 cm
Penurunan : 3/5
kepala

c) auskultasi
Punctum maximum : kanan bawah pusat
DJJ : 142 x/menit, regular, irregular

d) Pemeriksaan dalam
Oleh bidan jam 05.05 wita
v/v : Blood slym, tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak
ada condiloma, tidak ada bekas luka perineum
Ø : 7 cm
Eff : 65%
Ketuban : Jernih
Presentasi : Kepala
Hodge : II
Denominator : UUK kadep
Bagian kecil janin : Tidak teraba
Lingkar panggul : 85 cm

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosa : GI P0A0 Uk 37 Minggu lebih 5 hari Inpartu Kala I Fase
aktif dengan KPD Janin Tunggal Hidup Intra Uteri
DS : ibu merasa kenceng-kencang sejak tadi malam, keluar cairan
ketuban jam 03.00 wita warna jernih, pengeluaran lendir beserta
darah
DO :VT  7 cm EFF : 65% let kep H II ket negatif jernih, DJJ + 143
x/menit

B. Masalah : Cemas menghadapi masalah


DS : Ibu mengatakan sangat cemas menghadapi persalinan ini dan
merasa takut
DO : -ekspresi wajah klien tampak tegang
- Ibu banyak bertanya tentang keadaan bayinya
- Ibu sering bertanya kapan akan melahirkan

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL

Dx Pontensial : Infeksi intrapartum

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN / TINDAKAN SEGERA


Pemberian antibiotik
Menolong persalinan
V. INTERVENSI
Tanggal : 28-7-2021 jam : 05.10 wita

Dx GI P1 A0 Uk 37 Minggu lebih 5 hari Inpartu Kala I Fase aktif dengan


KPD. Janin Tunggal Hidup Intra Uteri

Tujuan : Persalinan berjalan dengan lancar dan tidak terjadi komplikasi


Kriteria Hasil :
Tidak terjadi infeksi
Kala I : Pembukaan lancar dan sesuai waktu

Kala II : berlangsung < 2 jam, bayi lahir normal dan selamat

Kala III : berlangsung <30 menit, plasenta lahir spontan, lengkap

Kala IV : Tidak terjadi HPP

Intervensi :
1. Lakukan pendekatan dengan komunikasi terapiutik pada ibu dan
keluarga
R : terjalin rasa percaya sehingga ibu dan keluarga lebih kooperatif
2. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu
R : Ibu mengerti dengan kondisi saat ini bahwa ketuban sudah pecah
dan bayi harus segera lahir
3. Pantau TTV dan CHPB
R :Kondisi ibu dan janin terpantau dalam kondisi baik dan aman
4. Anjurkan ibu untuk tidur miring dan tidak turun dari tempat tidur
R :Tidak terjadi prolaps tali pusat
5. Pantau persalinan dengan partograf
R: Mengetahui kemajuan persalinan dan mendeteksi adanya
perpanjangan kala I
6. Kosongkan kandung kemih ibu
R: kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan kontraksi uterus
melemah
7. Siapkan pertolongan persalinan dengan APN 60 langkah
R: APN 60 langkah adalah SOP yang harus dilaksanakan
Masalah : cemas menghadapi persalinan
Tujuan : setelah di lakukan asuhan kebidanan pada pasien dalam
waktu 1x 30 menit di harapkan rasa cemas dapat berkurang
Kriteria hasil : ibu merasa tidak cemas lagi
Eskpresi wajah tenang
Ibu mengerti tentang proses persalinan
Intervensi
1. Ganti alas bila basah
R: media basah dapat mempercepat timbulnya kuman
2. Berikan penjelasan tentang proses persalinan
R: memotivasi ibu dalm mendorong penerimaan dan meningkatkan
pengetahuan tentang proses persalinan sehingga ibu lebih siap
menghadapi persalinan.
3. Beri sentuhan kasih sayang pada ibu serta dukungan emosional
pada ibu
R: menambah ketenangan dan kenyamanan ibu semngat dan
keberanian ibu dalam menghadapi persalinan.
4. Anjurkan ibu menggunakan teknik pernafasan dan relaksasi
R: membantu dalam menurunkan dan mengurangi ketegangan
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 28-7.2021 jam : 05.10 wita
Dx :GI P0 A0 UK 37 minggu lebih 5 hari Inpartu Kala I Fase aktif dengan
KPD. Janin Tunggal Hidup Intra Uteri
1. Melakukan pendekatan dengan komunikasi terapiutik pada ibu dan
keluarga
2. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu
3. Memantau TTV dan CHPB
4. Menganjurkan ibu untuk tidur miring dan tidak turun dari tempat
Tidur
masalah : cemas menghadapi persalinan
1. Mengganti alas bila basah karena dapat mengganggu
kenyamanan ibu
2. Memberikan penjelasan tentang proses persalinan yaitu dimulai
dengan adanya kontraksi uterus yang menimbulkan rasa sakit
dan sering dengan itu akan diikuti penurunan kepala
3. Memberikan sentuhan kasih sayang pada ibu serta dukungan
emosional
4. Menganjurkan ibu untuk selalu berdoa dan lebih mendekatkan
diri kepada tuhan sehingga bisa menambah rasa percaya diri dan
ibu dapat lebih tenang
5. Menganjurkan ibu untuk menarik nafas daloam dan panjang jika
uterus berkontraksi ( kenceng-kenceng)
VII. EVALUASI

Tanggal : 28-7-2021 jam 05.20 wita

Dx :GI P0 A0 UK 37 Minggu lebih 5 hari Inpartu Kala I Fase Aktif dengan


KPD. Janin Tunggal Hidup Intra Uteri

S : Adanya dorongan ingin meneran, ingin BAB dan perutnya terasa


semakin sering kenceng

O : Tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva


A : GI P0 A0 UK 37 Minggu lebih 5 hari Inpartu Kala II dengan KPD. Janin
Tunggal Hidup Intra Uteri

P : Melakukan pertolongan persalinan sesuai 60 langkah APN.


Bayi lahir normal spontan, segera menangis, jam 05.40 wib
JK Perempuan, A/S 8/10 BB 3600gram, PB 48 cm LD 32 cm
VIII. CATATAN PERKEMBANGAN

KALA III

Tanggal : 28-7-2021 jam : 05.45 wib

S : ibu lega dengan kelahiran anak pertamanya, ibu merasakan perut mules

O : TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, Terdapat pengeluaran darah, tali
pusat bertambah panjang

A : GIP0A0 Uk 37 Minggu Lebih 5 Hari Inpartu Kala III

P :Melakukan manajemen aktif kala III


1. Memeriksa kembali uterus. Tidak ada lagi janin dalam uterus,
bayi tunggal.
2. Memberikan injeksi oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha
dorsal lateral kanan. Pukul 05.42 wita
3. Melakukan PTT sewaktu ada his. Tidak ada tahanan. Tali pusat
bertambah panjang, ada semburan darah tiba-tiba.
4. Melahirkan plasenta sesuai sumbu jalan lahir. Plasenta lahir
spontan pukul 05.45 wita
5. Melakukan masase uterus selama 15 detik, dengan meletakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras). Hasil : uterus teraba keras
6. Melakukan penilaian perdarahan, memeriksa kedua sisi plasenta
baik yang menempel ke ibu maupun janin, hasilnya selaput
lengkap dan utuh, perdarahan ±100 cc
7. Melakukan evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif. Hasil : perineum robekan derajat 2 dan melakukan
penjahitan pada perineum
KALA IV

Tanggal :28-7-2021 jam 05.45 wita

S : ibu lega dengan kelahiran anak pertamanya, ibu merasakan perut mules

O : abdomen : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik

Genetali : pegeluaran darah normal

A : P1A0 KALA IV

P:

1. Membersihkan tubuh ibu dari darah dan kotoran yang lainnya dengan air
DTT. Ibu merasa sudah bersih dan nyaman
2. Memakaikan pembalut dan pakaian kepada ibu. Ibu sudah merasa lebih
nyaman
3. Menganjurkan ibu makan dan minum untuk menambah tenaga ibu dan
meminta ibu untuk tidak tarak pada makanan apapun kecuali jika alergi. Ibu
makan nasi, ayam goreng, sayur dan minum air teh hangat manis
4. Menganjurkan ibu untuk belajar miring kanan dan kiri jika ibu tidak pusing
kemudian belajar untuk duduk. Ibu bisa melakukannya
5. Membantu ibu untuk BAK apabila ada rasa ingin BAK
6. Melakukan observasi 2 jam postpartum 15 menit pada jam pertama dan 30
menit pada jam kedua
7. Melengkapi partograf
2 Jam PP

Tanggal : 28-7-2021 jam 07.45 wib

S : Ibu mengatakan lega bayinya sudah lahir da ari-ari sudah lahir dan merasa
nyaman

O : K/u : Baik

TD : 120/80 mmHG

N : 90 x/menit

S : 36.5 C

RR : 22 x/menit

Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik

Genetalia : pengeluaran darah normal

A : P 1 A0 2 jam post partum

P : 1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik

2. Mengajari ibu cara cebok yang benar dan jaga kebersihan

3. Memberikan KIE tentang ASI Eksklusif

4. Memberi motivasi pada ibu tentang KB

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik/CI

Fauzia Laili, SST., M.Keb Maria Goreti Golu Ruron,Amd.Keb


PENAPISAN IBU BERSALIN

Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut di bawah ini pasien
harus dirujuk

NO PENYULIT YA TIDAK

1. Riwayat bedah sesar 

2. Perdarahan pervaginam 

3. Persalinan kurang bulan ( UK < 37 minggu ) 

4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental 

5. Ketuban pecah lama ( > 24 jam) 

6. Ketuban pecah pada persalinan kirang bulan 

7. Ikterus 

8. Anemia berat 

9. Tanda/gejala infeksi 

10. Preeklamsi / hipertensi dalam kehamilan 

11. Tinggi fundus 40 cmm atau lebih 

12. Gawat janin 

13. Primipara dalam ase akti dengan palpasi kepala janin masih 
5/5

14. Presentasi bukan belakang kepala 

15. Presentasi majemuk 

16. Kehamilan gemeli 

17. Tali pusat menumpung 

18. syok 

Anda mungkin juga menyukai