Anda di halaman 1dari 36

EVIDENCE BASED PRACTICE

PENGARUH BABY FIELD MASSAGE THERAPY TERHADAP KADAR


BILIRUBIN PADA BAYI DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RUANG
PERINATOLOGI RSUD AL-IHSAN

Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing :
R. Netty Rustikayanti, S.Kp., M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 3
Yahya Ahmad Zakaria 222FK04008
Yani Istiani 222FK04003
Yulia Nur Andini 222FK04009
Anisa Febrianti 222FK04014
Gita Aprilia 222FK04017
Zelika Gusrita Zahra 222FK04019
Vera Viana 222FK04004
Yeyet Sugiarti 222FK04015

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
kehendak-Nya kami masih di beri kesempatan, kekuatan, serta pikiran sehingga
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Evidence Based Practice : Pengaruh
Baby Field Massage Therapy Terhadap Kadar Bilirubin Pada Bayi Dengan
Hiperbilirubinemia Di Ruang Perinatologi Rsud Al-Ihsan”.
Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan
Anak, selain itu untuk memahami dan mengetahui tentang bagaimana evidence
based practice: Pengaruh Baby Field Massage Therapy Terhadap Kadar Bilirubin
Pada Bayi Dengan Hiperbilirubinemia Di Ruang Perinatologi Rsud Al-Ihsan.
Dalam makalah ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan, dukungan, masukan, dan bimbingan kepada kami. Kami menyadari
bahwa makalah ini banyak kekurangan.
Dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan Evidence Based Practice ini dan
semoga bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.

Bandung, 24 Mei 2023

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I .......................................................................................................................3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
BAB II ..................................................................................................................... 7
KONSEP TEORI ................................................................................................... 7
2.1 Konsep Hiperbilirubin ....................................................................................... 7
2.2 Konsep Field Baby Massage ........................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................. 14
EVIDENCE BASED PRACTICE ...................................................................... 14
3.1 Step 0 ............................................................................................................... 22
3.2 Step 1 .............................................................................................................. 22
3.3 Step 2 .............................................................................................................. 22
3.4 Step 3 ............................................................................................................... 24
3.5 Step 4 ............................................................................................................... 20
3.6 Step 5 ............................................................................................................... 24
3.7 Step 6 ............................................................................................................... 24
BAB IV ..................................................................................................................34
PENUTUP ............................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................35

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hiperbilirubin merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi
baru lahir. Hiperbilirubinemia ditandai dengan ikterik akibat tingginya
kadar bilirun dalam darah. Bilirubin merupakan hasil pemecahan
hemoglobin akibat sel darah merah yang rusak. Hiperbilirubin dapat
terjadi secara fisiologis dan patologis. Secara fisiologis bayi mengalami
kuning pada bagian wajah dan leher, atau pada derajat satu dan dua
(<12mg/dl), dapat diatasi dengan pemberian intake ASI yang adekuat dan
sinar matahari pagi kisaran jam 7.00-9.00 selama 15menit. Secara
patologis bayi akan mengalami kuning diseluruh tubuh atau derajat tiga
sampai lima (>12mg/dl), di indikasikan untuk pemberian fototerapi, jika
kadar bilirubin >20mg/dl maka bayi akan di indikasikan untuk transfusi
tukar.
Ikterik neonatus adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
diakibatkan oleh penumpukan berlebih kadar bilirubin yang tidak
terkonjugasi sehingga menyebabkan adanya warna kuning pada sklera
dan kulit. Ikterik neonatus merupakan suatu kondisi meningkatnya kadar
bilirubin >5mg/dl yang ditandai dengan menguningnya sklera maupun
kulit yang dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun non fisiologis.
Hasil data World Health Organization (WHO) tahun 2017
menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) secara global
mencapai 59 pada tahun 2017 per 1000 kelahiran hidup, dan sesuai Profil
Kesehatan Indonesia di tahun 2018, AKB di Indonesia menurun yaitu
25,23 per 1000 bayi lahir hidup yang artinya hampir mencapai sasaran
Millennium Development Goals (MDGs) 2017 yaitu sebesar 25 per 1000
bayi lahir hidup. Meski menurun dari tahun ke tahun dulu, banyaknya hal
itu masih ternilai cukup tinggi. Pada Survei

3
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
didapatkan angka kematian neonatus pada tahun 2017 sebesar 19 per
1000 kelahiran hidup dan 78,5% kematian neonatus terjadi pada usia 0-6
hari. Komplikasi yang terjadi paling banyak pada neonatus adalah asfiksia,
ikterus, hipotermia, tetanus, infeksi, trauma lahir, berat badan lahir rendah
(BBLR), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital.
Baby field massage merupakan terapi komplementer yang diduga
dapat meningkatkan ekskresi bilirubin bayi selama fototerapi. Baby field
massage memiliki banyak manfaat diantaranya meningkatkan berat badan,
meningkatkan intake kalori, meningkatkan aktivitas vagal, meningkatkan
motilitas lambung, meningkatkan sistem imun, tidur, menurunkan kadar
bilirubin dan memperpendek rawat inap di rumah sakit. Pijat bayi
mempunyai beberapa manfaat antara lain adalah untuk meningkatkan
berat badan pada bayi, dapat meningkatkan fungsi kekebalan pada tubuh,
dapat meningkatkan kualitas tidur pada bayi, serta dapat menurunkan
kadar bilirubin serum dalam darah. Field massage tergolong ke dalam
teknik pijat bayi yang merupakan salah satu terapi modalitas dan berfokus
pada beberapa area yaitu wajah, dada, perut dan punggung. Field
massage diperkirakan dapat meningkatkan ekskresi kadar bilirubin bayi
yang sedang dilakukan fototerapi.
Berdasarkan kasus yang paling banyak di ruangan perinatologi
RSUD al-ihsan yaitu bayi dengan berat badan bayi lahir rendah atau
BBLR dan bayi dengan hiperbilirubinemia, maka kelompok mengambil
masalah untuk mengatasi hiperbilirubinemia dengan intervensi baby field
massage.

4
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah ada Pengaruh Baby
Field Massage Therapy Terhadap Kadar Bilirubin Pada Bayi Dengan
Hiperbilirubinemia Di Ruang Perinatologi RSUD AL-IHSAN ?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ini apakah ada Pengaruh Baby Field Massage
Therapy Terhadap Kadar Bilirubin Pada Bayi Dengan
Hiperbilirubinemia Di Ruang Perinatologi RSUD AL-IHSAN
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui distribusi frekuensi bayi dengan
hiperbilirubinemia
2) Untuk mengetahui Pengaruh Baby Field Massage Therapy
Terhadap Kadar Bilirubin Pada Bayi Dengan Hiperbilirubinemia

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi Keperawatan Medikal Anak
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pengaruh Baby
Field Massage Therapy Terhadap Kadar Bilirubin Pada Bayi Dengan
Hiperbilirubinemia
2. Bagi Rumah Sakit AL-IHSAN
Untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam
pemberian Baby Field Massage Therapy Terhadap Kadar Bilirubin
Pada Bayi Dengan Hiperbilirubinemia
3. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Bandung
Untuk hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
ilmiah keperawatan anak dan sebagai sumber bahan bacaan yang
berhubungan dengan Pengaruh Baby Field Massage Therapy Terhadap
Kadar Bilirubin Pada Bayi Dengan Hiperbilirubinemia

5
4. Bagi Pasien
Menambah wawasan dan pengetahuan klien dalam terapi pemberian
Baby Field Massage Therapy Terhadap Kadar Bilirubin Pada Bayi
Dengan Hiperbilirubinemia

6
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Konsep Hiperbilirubin


2.1.1 Pengertian Hiperbilirubin
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar serum
bilirubin dalam darah sehingga melebihi nilai normal. Pada bayi
baru lahir biasanya dapat mengalami hiperbilirubinemia pada
minggu pertama setelah kelahiran. Keadaan hiperbilirubinemia
pada bayi baru lahir disebabkan oleh meningkatnya produksi
bilirubin atau mengalami hemolisis, kurangnya albumin sebagai
alat pengangkut, penurunan uptake oleh hati, penurunan konjugasi
bilirubin oleh hati, penurunan ekskresi bilirubin, dan peningkatan
sirkulasi enterohepati. Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah secara berlebihan
sehingga dapat menimbulkan perubahan pada bayi baru lahir yaitu
warna kuning pada mata, kulit, dan mata atau biasa disebut dengan
jaundice atau ikterik.
Ikterus neonatorum adalah menguningnya skelera, kulit,
atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh.
Keadaan ini merupakan tanda penting penyakit hati atau kelainan
fungsi hati, saluran empedu dan penyakit darah. Bila kadar
bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat. Namun
pada neonatus ikterus masih belum terlihat meskipun kadar
bilirubin darah sudah melampaui 5 mg%. Ikterus terjadi karena
peninggian kadar bilirubin indirect (bilirubin tak terkonjugasi, nilai
normal 0,1 – 0,4 g/dt) dan kadar bilirubin direct (bilirubin bebas
yang terdapat dalam hati dan tidak lagi berikatan dengan albumi).
Bilirubin indirect akan mudah melewati darah otak apabila bayi
terdapat keadaan bayi berat lahir rendah, hipoksia dan hipoglikemia.

7
Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada
kulit dan mukosa oleh karena adanya bilirubin pada jaringan
tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus
neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi
baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologis dan ikterus
patologis (Maryunani dan Nurhayati, 2011).
Ikterus disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya
diganti menjadi darah dewasa. Pada janin menjelang persalinan
terdapat kombinasi antara darah janin dan darah dewasa yang
mampu manarik O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 melalui
paru- paru. Penghancuran darah janin inilah yang menyebabkan
terjadi ikterus yang sifatnya fisiologis. Sebagai gambaran dapat
dikemukakan bahwa kadar bilirubin indirek bayi cukup bulan
sekitar 15 mg% sedangkan bayi kurang bulan 10 mg %. Di atas
angka tersebut dianggap hiperbilirubinemia, yang dapat
membedakan kernikterus (Manuaba, 2012).
2.1.2 Etiologi Hiperbilirubin
1. Etiologi
a. Produksi yang berlebiha: golongan darah ibu-bayi tidak
sesuai, hematoma, memar, spheratisosis congenital, enzim
G6pd rendah.
b. Gangguan konjugasi hepar: Enzim glukoronil tranferasi
belum adekuat (premature).
c. Gangguan transportasi albumin rendah, ikatan kompetitif
dengan albumin, kemampuan mengikat albumin rendah.
d. Gangguan ekresi: obstruksi saluran empedu, obstruksi usus,
obstruksi pre hepatik.
2. Faktor risiko
a. Faktor Maternal: rasa tau kelompok etnik tertentu,
komplikasi dalam kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO,

8
Rh), penggunaan oksitosin dalam larutan hipotonik, ASI,
mengonsumsi jamu-jamuan.
b. Faktor perinatal: trauma lahir (chepalhematom, ekimosis):
infeksi (bakteri, virus, protozoa).
c. Faktor Neonatus: prematuritas, faktor genetic, obat
(streptomisin, kloramfenikol, benzylalkohol, sulfisoxazol),
rendahnya asupan ASI (dalam sehari minimal 8 kali sehari),
hipoglikemia, hiperbilirubinemia.
2.1.3 Patofisiologi Hiperbilirubin
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada
beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila
terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu
berlebihan.Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit
janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau
terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat
menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat
terjadi apabila kadar protein Y berkurang atau pada keadaan proten
Y dan protein Z terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan
asidosis atau dengan anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoranil
transferase) atau bayi yang menderita gangguan ekskresi, misalnya
penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu
intra/ekstra hepatik.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan
merusak jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada
bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah
larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek
patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus

9
sawar darah otak.Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut
kernikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap
bahwa kelainan pada susunan saraf pusat tersebut mungkin akan
timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah
tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula
pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah
melalui sawar daerah otak apabila pada bayi terdapat keadaan
imaturitas, berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia,
dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena trauma atau
infeksi.
2.1.4 Tanda gejala Hiperbilirubin
1. Tanda
a. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-
putar.
b. Letargis (lemas).
c. Kejang.
d. Tidak mau menghisap.
e. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental.
f. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai
spasme otot, episiototonus, kejang, stenosis yang disertai
ketegangan otot.
g. Perut membuncit.
h. Feses berwarna seperti dempul
i. Tampak ikterus: sklera, kuku, kulit dan membran mukosa.
j. Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap, warna tinja
gelap.
2. Gejala
a. Gejala akut: gejala yang dianggap sebagai fase pertama
kernikterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum
dan hipotonus.

10
b. Gejala kronik: tangisan yang melengking (high pitch cry)
meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat
biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral
dengan atetosis, gangguan pendengaran, paralysis sebagian
otot mata dan dysplasia dentalis). Bila tersedia fasilitas,
maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut:
c. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan
bayi pada saat kelahiran.
d. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan
ikterus pada 24 jam pertama kelahiran
Penilaian ikterus secara klinis dengan menggunakan metode
KRAMER:

2.1.5 Diagnosis
Anamnesis ikterus pada riwayat obstetri sebelumnya sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis hiperbilirubinemia pada
bayi. Termasuk anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas darah,
riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya.
Disamping itu faktor risiko kehamilan dan persalinan juga berperan

11
dalam diagnosis dini ikterus atau hiperbilirubinemia pada bayi.
Faktor risiko antara lain adalah kehamilan dengan komplikasi, obat
yang diberikan pada ibu hamil atau persalinan, kehamilan dengan
diabetes mellitus, gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi
intranatal dan lain-lain.
Secara klinis ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah
lahir atau setelah beberapa hari kemudian. Pada bayi dengan
peninggian bilirubin indirek, kulit tampak berwarna kuning terang
sampai jingga, sedangkan pada penderita dengan gangguan
obstruksi empedu warna kuning kulit tampak kehijauan.

12
2.2 Konsep Baby Field Massage
2.2.1. Definisi Baby Field Massage
Baby field massage merupakan terapi komplementer
yang diduga dapat meningkatkan ekskresi bilirubin bayi selama
fototerapi. Baby field massage memiliki banyak manfaat
diantaranya meningkatkan berat badan, meningkatkan intake
kalori, meningkatkan aktivitas vagal, meningkatkan motilitas
lambung, meningkatkan sistem imun, tidur, menurunkan kadar
bilirubin dan memperpendek rawat inap di rumah sakit. Pijat
bayi mempunyai beberapa manfaat antara lain adalah untuk
meningkatkan berat badan pada bayi, dapat meningkatkan
fungsi kekebalan pada tubuh, dapat meningkatkan kualitas tidur
pada bayi, serta dapat menurunkan kadar bilirubin serum dalam
darah. Field massage tergolong ke dalam teknik pijat bayi yang
merupakan salah satu terapi modalitas dan berfokus pada
beberapa area yaitu wajah, dada, perut dan punggung. Field
massage diperkirakan dapat meningkatkan ekskresi kadar
bilirubin bayi yang sedang dilakukan fototerapi.
Pijat bayi atau baby massage merupakan stimulasi taktil
dan sudah menjadi tradisi kuno yang telah dikaji melalui
penelitian tentang ilmu neonatal, ahli saraf, psikologi anak,
serta beberapa ilmu kesehatan. Sentuhan dan pijatan pada bayi
adalah suatu kontak fisik lanjutan yang dibutuhkan oleh bayi
demi menjaga perasaan aman setelah proses kelahiran. Ikatan
batin sangat penting bagi anak terlebih saat usia di bawah 2
tahun, hal ini yang akan paling menentukan perkembangan
kepribadian anak di kemudian hari. Selain bersifat bawaan dari
lahir, rangsangan atau stimulus dari luar juga berperan dalam
pertumbuhan fisik dan emosi anak. Pijat tidak hanya dapat
meningkatkan fisik dan intelektual perkembangan, kekebalan,
pencernaan dan komunikasi emosional antara ibu dan anak

13
namun juga mengobati beberapa penyakit neonatal seperti
ensefalopati hipoksik-iskemik, ikterus dan ensefalopati
bilirubin.
Dalam pelaksanaan baby massage atau pijat bayi
terdapat beberapa kontraindikasi atau hal-hal yang harus
dihindari saat akan memulai rangkaian dari baby massage
tersebut, diantaranya adalah memijat bayi saat bayi tersebut
baru saja selesai makan, membangunkan bayi hanya untuk
melakukan pemijatan, memijat bayi saat kondisi bayi sedang
tidak sehat, memaksa bayi untuk dipijat, memaksakan posisi
tertentu pada bayi
2.2.2. Manfaat Baby Field Massage
Banyak peneliti yang sudah membuktikan secara ilmiah
tentang manfaat dari baby massage. Meskipun baby massage
mempunyai beragam manfaat yang efektif untuk bayi dan
orang tua, namun fakta yang terjadi di tengah masyarakat
sekarang ini adalah masih banyak orang tua yang enggan
memijat bayinya sendiri dengan dalih takut salah memijat dan
takut jika pijatan tersebut menyakiti bayinya.
Sementara itu dengan memijat bayi, orang tua akan
mendapatkan suatu kepercayaan diri dalam menanganinya.
Mereka bisa belajar mengamati serta menafsirkan reaksi bayi
terhadap sentuhan-sentuhan tersebut, sehingga memudahkan
orang tua untuk mengenali reaksi bayi mereka sendiri dan
akhirnya hubungan positif dapat berkembang baik di antara
mereka. Pijat bayi juga memiliki manfaat sebagai solusi kasus
ibu yang mengalami depresi setelah proses melahirkan.
1. Manfaat fisik
a. Peningkatan berat badan pada bayi yang lahir prematur
b. Peningkatan pertumbuhan dan fungsi gastrointestinal
c. Deposisi lemak tubuh yang lebih baik

14
d. Pengurangan stress pada bayi
e. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
f. Mengurangi kadar bilirubin yang berlebih pada bayi
kuning
g. Meningkatkan denyut jantung variabilitas
2. Manfaat psikologi
a. Membangun ikatan antara orang tua dan bayi, Ikatan
didefinisikan sebagai keterikatan fisik, emosional dan
spiritual. Hal ini dapat berkembang di antara orang tua
dan bayi.
b. Membangun kepercayaan diri seorang ibu, Pijat bayi
dapat membantu ibu dalam membentuk suatu
kepercayaan diri untuk menggendong, menangani, dan
merawatbayinya.
c. Meningkatkan rasa nyaman pada bayi, Pijat bayi
sangat membantu suatu kondisi pada bayi yang sering
mengalami rewel atau menangis, dikarenakan gerakan
membelai saat pijay bayi dapat membantu
menenangkan dan meningkatkan rasa nyaman pada
bayi.
2.2.3. Tehnik ABaby Field Massage
Teknik pemijatan tersebut merupakan kombinasi antara
effleurage dan petrissage pada wajah, leher, bahu, lengan, dada,
punggung, pinggang dan kaki bayi. Effleurage terdiri dari
sapuan halus, panjang, ritmis di kedua sisi tulang belakang dan
keluar melintasi bahu, dengan kedua tangan bekerja secara
bersamaan, sedangkan petrissage terdiri dari penggulungan
lembut. Selain itu, tekanan stabil lambat diterapkan sesekali ke
bahu, leher, wajah, dan punggung bawah.. Menurut Heath &
Bainbridge (2016) menjelaskan beberapa tahapan dalam
melakukan pijat bayi, sebagai berikut:

15
1. Stroking Area Kepala
Lingkarkan tangan di sekitar kepala bayi dengan jari telunjuk
berada di garis rambutnya. Gerakkan tangan secara
bersamaan, lalu usap ke arah belakang sampai mencapai
pangkal tengkorak
2. Stroking Area Rahang
Usap di sepanjang garis rahang dengan jari-jari sampai
bertemu di dagu. Kemudian ulangi gerakkan seperti ini
beberapa kali.
3. Wajah
a. Pijat pada Dahi : Posisikan ibu jari di tengah dahi bayi,
kemudian usap menuju kearah luar. Ulangi gerakkan
tersebut beberapa kali.
b. Pijat di Area Pelipis : Pada akhir gerakkan pada langkah
pertama, letakkan ibu jari di atas alis kemudian geser ke
pelipis dengan sedikit diberi tekanan yang lembut. Lalu
buat gerakkan melingkar kecil di pelipis.
c. Stroking Tulang Pipi Atas : Letakkan ibu jari di kedua
sisi batang hidung, kemudian gerakkam setiao ibu jari
secara bersamaan kea rah sisi luar wajah
d. Stroking Tulang Pipi Tengah : Posisikan kembali kedua
ibu jari di kedua sisi batang hidung, namun kali ini
sedikit lebih rendah. Kemudian berikan usapan ke arah
luar sisi wajah.
e. Pijatan Lembut di Telinga : Pegang tepi luar telinga,
kemudian berikan gerakan melingkar kecil pada tepi
telinga dengan menggunakan telunjuk dan ibu jari.

16
4. Bahu dan tangan
a. Effleurage di Area Dada : Letakkan tangan diatas perut
bayi, dengan telapak tangan menghadap ke bawah dan
jari-jari mengarah ke atas serta ujung jari harus sejajar
dengan bagian bawah dada. Pijat dengan kedua tangan
secara bersamaan ke atas dada menuju bahu. Kemudian
genggam area atas bahu dan usap ke arah luar untuk
memegang lengan atas. Lakukan tiga atau empat kali
pengulangan.
b. Pijatan Ringan di Sepanjang Lengan : Usap lengan dan
tangan bayi, kemudian Tarik pada ujung jarinya.
Pastikan kedua tangan kita bekerja secara bersamaan.
Lakukan tiga atau empat kali pengulangan, dan pastikan
lengan tetap lurus meskipun hanya sesaat.
c. Remasan di Sepanjang Lengan Bayi : Genggam lengan
bayi dengan cara pertemukan telunjuk dan ibu jari,
kemudian putar dengan sangat lembut ke arah yang
berlawanan serta dikombinasi dengan gerakan meremas
yang lembut. Gerakan ini dilakukan dua kali
pengulangan pada setiap lengan.
d. Stretching pada Area Tangan : Buka tangan bayi dengan
telapak tangan menghadap ke atas terlebih dahulu,
kemudian usap telapak tangan dari arah pergelangan
menuju ujung jari-jari dengan menggunakan ibu jari.
Selanjutnya llakukan pada punggung tangan. Gerakan ini
dilakukan dua kali pengulangan dan lakukan pada sisi
yang lainnya.
e. Stretching pada Area Tangan : Genggam pergelangan
tangan bayi dengan telapak tangan menghadap ke atas,
kemudian tarik dan remas lembut ke arah ujung ujung

17
jari. Gerakan ini dilakukan satu kali tarikan saja pada tiap
jari serta ulangi pada tangan lainnya.
5. Dada
a. Lingkaran di Sekitar Putting : Letakkan jari telunjuk dan
jari tengah di tengah dada bayi. Kemudian gerakkan
kedua jari tersebut secara bersamaan ke arah atas
kemudian ke arah luar. Dan yang terakhir kembali lagi ke
tengah. Saat memijat area dada berikan variasi saat
membuat lingkaran pada sekitar puting, sehingga dapat
menyentuh area dada seluas mungkin. Gerakan ini
dilakukan dengan pengulangan beberapa kali saja.
6. Perut
a. Effleurage ke Arah Bawah pada Perut : Letakkan satu
tangan secara horizontal di atas perut dan tepat di bawah
dada, usap dengan kuat kea rah bawah. Saat satu tangan
sudah mencapai bawah, kemudian tangan satunya
melakukan tahapan seperti di awal. Gerakan ini
dilukakan dengan beberapa kali pengulangan tergantung
kondisi bayi.
b. Lingkaran Kecil di Sekitar Pusar : Letakkan jari telunjuk
dan jari tengah di sebelah pusar, kemudian tekan dengan
lembut dengan membuat lingkaran di sekitar nya.
Gerakkan dilakukan dengan searah jarum jam dan
perlahan-lahan terus diputar ke arah luar sampai
mencapai pinggul pada sisi kanan.
c. Lingkaran Besar di Sekitar Perut : Dimulai dari pinggul
sisi kanan bayi, gerakkan telapak jari ke atas hingga
mencapai sisi kanan tulang rusuk lalu di titik yang sama
di sisi kiri. Kemudian usap ke arah bawah menuju
pinggul sisi kiri dan kembali ke sisi kanan panggul

18
melewati bagian bawah perut. Kemudian diulangi
beberapa kali.
7. Kaki
a. Effleurage pada Kaki Atas : Genggam pergelangan kaki
bayi dengan satu tangan. Kemudian letakkan satu tangan
lainnya secara horizontal diatas paha bayi. Putar
pergelangan tangan kearah luar dan gerakkan jari-jari
tangan di sepanjang paha.
b. Effleurage pada Kaki Bawah : Pijat di bagian luar kaki
hingga ke pergelangan kaki. Tetap genggam pergelangan
kaki. Kemudian putar pergelangan tangan kearah dalam
dan usam ke arah bawah, sambal memijat bagian dalam
kaki dengan cara yang sama.
c. Gerakan Memeras pada Kaki : Kedua tangan diletakkan
di salah satu kaki bayi kemudian genggam dan berikan
tekanan ringan, putar tangan dengan sangat lembut dan
sedikit meremas ke arah yang berlawanan. Gerakan ini
dilakukan dua kali pengulangan di kaki kanan maupun
kiri.
d. Lingkaran di Telapak Kaki :Genggam ankle bayi dengan
menggunakank satu tangan dan lutut bayi di fleksikan
pastikan jari-jari kaki mengarah ke atas. Kemudian
letakkan ibu jari tangan satunya di tengah telapak kaki
bayi. Setelah itu tekan perlahan dan buat gerakkan
melingkar kecil. Ulangi gerakkan dari bagian tengah kaki
ke pangkal jari-jari kaki. Gerakan ini dilakukkan dua kali
di setiap kaki kanan maupun kiri.
e. Pijatan di Area Tendon : Tahan betis bayi dengan satu
tangan, dan pastikan lutut dalam keadaan fleksi.
Kemudian letakkan telunjuk dan ibu jari pada daerah
tulang pergelangan kaki bayi. Pijat ke arah tumit dan

19
remas dengan lembut. Gerakan ini dilakukan empat kali
pengulangan, lalu ulangi pada kaki lainnya.
f. Pijatan di Area Punggung Kaki : Pegang area
pergelangan kaki dengan satu tangan, pastikan lutut bayi
dalam keadaan fleksi. Lalu letakkan ibu jari tangan di
punggung kaki, dan jari telunjuk di letakkan di tealapak
kaki. Kemudian remas sedikit dan tarik secara perlahan
ke arah bawah sampai ujung-ujung jari. Menarik Jari-jari
Kaki
g. Pegang pergelangan kaki bayi dengan satu tangan.
Dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan yang
bebas, remas pangkal jempol kaki. Tarik sepanjang jari
kaki hingga ke ujung. Kerjakan setiap jari kaki secara
bergantian, lalu ulangi pada kaki lainnya.
8. Punggung
a. Effleurage Gerakan ke Arah Bawah : Letakkan satu
tangan secara horizontal di atas punggung bayi.
Kemudian usap dengan kuat ke arah bawah sampai
mencapai pantat, lalu posisikan tangan yang lain pada
posisi awal. Ulangi gerakkan ini beberapa kali.
b. Pijat di Area Shoulder : Letakkan satu tangan pada kedua
sisi bahu bayi, lalu usap di sepanjang bahu ke arah
lengan.
c. Lingkaran Kecil ke Arah Bawah : Posisikan ibu jari anda
di kedua sisi tulang belakang bayi, lakukan gerakkan
seolah olah membuat lingkaran kecil dengan ibu jari ke
arah bawah sampai ke pantat.
d. Pulling pada Sisi Kanan dan Kiri :Letakkan tangan
secara horizontal di atas punggung bayi, kemudian tarik
ke kanan dan kiri sisi luar punggung

20
e. Gerakan Menyilang : Letakkan tangan pada sisi kanan
dan kiri bahu bayi, kemudian lakukan gerakkan
menyilang kea rah bawah dari masing-masing sisi.

21
BAB III
EVIDENCE BASED PRACTICE

3.1. Step 0 : Cultive a Sprit Of Inguiry


1. Bagaimana Pengaruh Baby Field Massage Therapy Terhadap Kadar
Bilirubin Pada Bayi Dengan Hiperbilirubinemia
3.2. Step 1 : Ask Clinical Questions In PICOT
P ( Problem / Population) : Pasien hiperbilirubinemia
I ( Intervention) : Baby Field Massage
C ( Comparison) : Tidak Ada
O ( Outcome) : Kadar Bilirubin
T ( Time) : Tidak ada

3.3. Step 2 : Search For The Best Evidence


Dari PICOT tersebut kami melakukan pengumpulan bukti – bukti dengan
pencarian jurnal secara online melalui situs google scholar (Google Cendekia )
dengan menggunakan kata kunci “Baby Field Massage Therapy Terhadap
Kadar Bilirubin” kami menemukan 244 jurnal terkait terapi yang kami
inginkan sesuai dengan kriteria inklusi. Namun hanya 5 jurnal saja yang kami
pilih. Adapun kriteria inklusi dan ekslusi yaitu sebagai berikut : Kriteria
inklusi :
1. Jurnal yang dipublikasikan dalam rentang waktu 2016 – 2023
2. Berbahasa Indonesia
3. Jurnal yang dipilih adalah jurnal yang membahas
4. Populasi sampel adalah pasien apendisitis
5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
1) Jurnal yang membahas tentang Baby Field Massage Therapy
2) Jurnal yang membahas tentang Baby Field Massage Therapy
Terhadap Kadar Bilirubin Pada Bayi Dengan Hiperbilirubinemia

22
Adapun hasil jurnal yang di pilih sesuai kriteria inklusi dan eklusi
sebagai berikut :
1. Effect Of Field Massage On Bilirubin Level And Stool Passage
Frequency Among Neonates With Hyperbilirubinemia Under
Phototherapy
2. The Effect Of Field Massage On Bilirubin Levels In Neonates With
Hyperbilirubinemia
3. Field Massage Improves The Life Quality Of Infant With
Hyperbilirubinemia And Under Phototherapy
4. Pengaruh Baby Field Massage Therapy Terhadap Kadar Bilirubin
Serum Pada Bayi Dengan Hiperbilirubinemia
5. Pengaruh Field Massage Sebagai Terapi Adjuvan Terhadap Kadar
Bilirubin Serum Bayi Hiperbilirubinemia

23
3.4. Step 3 : critical appraise the evidance

NO Judul, penulis, (Tahun), Desain Responden Metode Hasil


Sumber penelitian Penelitian
1 Pengaruh Field Massage Literatur Literatur Review Literatur Dari hasil literatur Review Field Massage
pada kadar Bilirubin Review Review berpengaruh dalam menurunkan kadar
pada Neonatus dengan bilirubin, dengan dilakukannya pemberian
Hiperbilirubinemia pijat lapangan dua kali sehari selama tiga
Tahun : 2022 hari selama 15 menit setiap kali mampu
Penulis : Santi Eka Sari secara signifikan mengurangi kadar
Santoso, Benny bilirubin
Karuniawati, and Erma
Nur Fauziandari
2 Judul : Pengaruh Field kuasi Bayi baru lahir kuasi Hasil menunjukkan rata-rata kadar
Massage sebagai Terapi eksperimen hiperbilirubinemia eksperimen bilirubin serum setelah intervensi pada
Adjuvan terhadap Kadar dengan non yang menjalani kelompok intervensi (8,09+1,21)
Bilirubin Serum Bayi equivalen pre ototerapi di RSUD sedangkan kelompok kontrol (10,05+2,17).
Hiperbilirubinemia. test-post test Sumedang dengan Penurunan rata-rata kadar bilirubin serum
Tahun : 2017 design with jumlah populasi kelompok intervensi (7,20+1,59),

24
Penulis : Novi Novianti, control group Januari-Desember sedangkan kelompok kontrol (4,64+1,25),
Henny Suzana Mediani, 2016 sebanyak 304 antara kedua kelompok terdapat perbedaan
Ikeu Nurhidayah bayi penurunan yang bermakna (p=0,001).
Sumber : Google Scholar Kontribusi variabel confounding tidak
Penerbit : Fakultas berpengaruh terhadap penurunan rata-rata
Keperawatan, kadar bilirubin serum, setelah dikontrol
Universitas Padjadjaran variabel confounding pada kelompok
intervensi memiliki nilai bersih
(7,23+0,37), kelompok kontrol memiliki
nilai bersih (4,61+0,37).

3 Judul : Pengaruh Field Desain Sampel pada Penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian bahwa pijat
Massage pada Tingkat penelitian penelitian ini menggunakan lapangan selama lima hari telah melampaui
Bilirubin dan Frekuensi menggunakan berjumlah 60 quasi- jumlah buang air besar pada kelompok
Pasase Tinja antara quasi- neonatus eksperimental studi dan penurunan yang signifikan secara
Neonatus dengan eksperimental statistik pada kadar bilirubin serum pada
Hiperbilirubinemia di kelompok studi dibandingkan kelompok
bawah Fototerapi kontrol (p<0,001).
Tahun : 2019

25
Penulis : Nora
Abdelhamid Zaki &
Amina Mohamed Thabet
Sumber : Google Scholar
Penerbit : Jurnal
Perawatan Kesehatan
Mesir

4 Field Massage Improves pre Populasinya Penelitan ini Hasil penelitian terhadap 35 sampel yang
The Life Quality Of Infant eksperimental adalah pasien merupakan ilakukan field massage selama dua hari
With Hyperbilirubinemia dengan neonatus aterm penelitian pre terdapat perbedaan angka yang tidak cukup
And Under Phototherapy rancangan dengan berat esperimentalk signifikan. Rerata nadi sebelum 142.61
one group badan 2500-4000 kali/ menit setelah field massage terjadi
penulis : Selia Apriyani, pre-posttest gram, berjumlah penurun menjadi 141,61 kali/menit jadi
Mariyam Mariyam, Dera design 35 penurunan 0.91 kali/menit. Begitu juga
Alfiyanti, Amin Samiasih untuk suhu tubuh bayi sebelum field
Tahun : 2021 massage rata-rata 36.6 OC setelah
dilakukan field massage menjadi 36.9 O C

26
terjadi kenaikan 0.334 O C. Jadi dapat
disimpulkan hemodinamik bayi akan
berubah seblum dan sesudah dilakukan
field massage meskipun tidak begitu
signifikan

5 PENGARUH BABY penelitian Semua populasi penelitian Hasil menunjukkan rata-rata kadar bilirubin
FIELD MASSAGE quasi pasien yang quasi serum setelah intervensi, pada kelompok
THERAPY eksperimen menjalani operasi eksperimen intervensi (6,46±1,86) sedangkan kelompok
TERHADAP KADAR dengan non abdomen dengan dengan non kontrol (8,32±8,3), antara kedua kelompok
BILIRUBIN SERUM equivalen pre sample sebanyak equivalen pre terdapat penurunan yang bermakna
PADA BAYI DENGAN test-post test 60 orng. test-post test (p=0,003). Kontribusi variabel confounding
HIPERBILIRUBINEMIA design with design with tidak berpengaruh dengan (P=0,847).
Penulis: Wuwuk control control group.
Setiarini, Agnes Erida group. Teknik
Wijayanti, Yuli Ernawati Teknik
Tahun : 2020
Jurnal : The Tamil Nadu
Dr.M.G.R Medical

27
University

28
3.5 Step 4 : mengintegrasi bukti-bukti
1 JURNAL 1
Hiperbilirubinemia adalah salah satu fenomena klinis yang paling
umum. Dia ditemukan pada 80% bayi prematur dan 60% bayi cukup
bulan pada minggu pertama kehidupan. Kebanyakan hiperbilirubinemia
tidak memerlukan terapi khusus, tetapi karena potensinya efek toksik,
semua neonatus harus dipantau untuk mendeteksi kemungkinan parah
hiperbilirubinemia. Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Keluarga,
pada tahun 2019 keluar dari 29.322 kematian balita, 69% kematian terjadi
pada periode neonatal. Satu dari penyebab kematian pada neonatus adalah
ensefalopati bilirubin/kernikterus. Bilirubin ensefalopati merupakan
komplikasi ikterus neonatorum yang paling parah. Sebagai tambahan
ensefalopati, risiko lain termasuk gejala sisa berupa cerebral palsy,
bernada tinggi ketulian, kelumpuhan dan displasia gigi, yang sangat
mempengaruhi kualitas hidup. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
menemukan terapi penunjang alternatif yang dapat digunakan untuk
secara efektif menurunkan kadar bilirubin selain memberikan fototerapi,
salah satunya adalah pemberian pijat lapangan. Pijat lapangan dianggap
meningkatkan ekskresi bilirubin pada bayi selama fototerapi. Tujuan dari
tinjauan pustaka ini adalah untuk mengetahui pengaruh field massage
terhadap penurunan kadar bilirubin pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia. Ini adalah tinjauan literatur naratif tradisional yang
dikelompokkan data yang diekstrak serupa sesuai dengan hasil yang
diukur untuk menjawab tujuan. Menurut hasil, pemberian pijat lapangan
dua kali sehari selama tiga hari selama 15 menit setiap kali mampu secara
signifikan mengurangi kadar bilirubin

29
2 JURNAL 2
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu masalah kegawatan pada
bayi baru lahir, dimana salah satu prediktor terjadinya hiperbilirubinemia
adalah jenis kelamin. Penelitian Tazami, Mustarim, dan Syah (2013)
melaporkan sebanyak 68% kasus hiperbilirubinemia terjadi pada bayi
laki-laki. Sejalan dengan hasil penelitian ini, didapatkan sebagian besar
responden berjenis kelamin laki-laki. Faktor resiko hiperbilirubinemia
dapat pula disebabkan oleh jenis kelahiran. Kelahiran bayi dengan
tindakan memiliki risiko infeksi lebih besar dibanding persalinan spontan.
Dalam penelitian ini, sebagian besar responden, memiliki riwayat lahir
dengan tindakan, baik Sectio Caesarea maupun vakum
ekstraksi.Karakteristik bayi yang berpotensi untuk menjadi faktor
confounding dalam penelitian ini adalah jenis minum dan jumah minum
bayi selama perawatan. Pemenuhan hidrasi yang adekuat pada bayi
hiperbilirubinemia untuk mencegah dehidrasi selama bayi menjalani
fototerapi merupakan tanggung jawab perawat. Hidrasi yang tidak
adekuat menyebabkan kurangnya efektifitas fototerapi, sehingga upaya
mempertahankan hidrasi yang adekuat sangat penting untuk
meningkatkan efektifitas fototerapi.

3 JURNAL 3
Bilirubin merupakan salah satu indikator kesehatan yang ditinjau
dari fungsi organ terutama fungsi hati pada neonatus. Peningkatan
bilirubin secara fisiologis terjadi pada neonatus usia 3-10 hari dengan
kadar kurang dari 10 mg/dl. Bila kadar bilirubin tidak terkontrol dapat
menyebabkan disfungsi sistem saraf pusat hingga kematian.
Berkenaan dengan efek pijat pada penyakit kuning neonatal, dan
tingginya insiden rawat inap neonatal karena penyakit kuning, dan dengan
mempertimbangkan peran perawat dalam penyediaan layanan perawatan
non-invasif, para peneliti telah menyelidiki pengaruh pijat lapangan pada
tingkat bilirubin dan frekuensi buang air besar antara neonatus dengan

30
hiperbilirubinemia di bawah fototerapi. Fototerapi telah menjadi standar
emas pengobatan ikterus neonatorum karena mampu menurunkan total
serum bilirubin secara signifikan dan cepat. Namun, durasi fototerapi
yang lama serta penggunaan intensitas gelombang tinggi dapat memiliki
beberapa efek yang tidak diinginkan pada bayi baru lahir seperti
hipertermia, ruam eritematosa, dehidrasi akibat luka bakar, hipertermia
yang disebabkan oleh melepas pakaian neonatus, sindrom bayi perunggu,
peningkatan risiko melanoma di kemudian hari dan diare. Oleh karena itu,
mencari cara untuk mengurangi penggunaan obat-obatan berbahaya untuk
mempertahankan kadar bilirubin pada kisaran normal tampaknya
diperlukan. Pijat adalah salah satu pengobatan pelengkap yang paling
umum terapi dan salah satu terapi komplementer yang paling populer
dalam asuhan keperawatan.
Berdasarkan hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pada
kelompok penelitian, terapi field massage dengan fototerapi pada
neonatus dengan hiperbilirubinemia lebih efektif dalam Pengaruh Field
Massage terhadap Kadar Bilirubin dan Frekuensi Pasase Tinja pada
Neonatus dengan Hiperbilirubinemia di Bawah Fototerapi meningkatkan
frekuensi buang air besar, mengurangi kadar bilirubin serum, dan
menurunkan lama tinggal di rumah sakit dibandingkan neonatus pada
kelompok kontrol yang hanya menjalani fototerapi. Pijat lapangan dapat
mencegah peningkatan bilirubin yang berlebihan dan kemudian
mengurangi kebutuhan lama untuk fototerapi dan transfusi tukar.
4 JURNAL 4
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rerata usia bayi 8 hari,
hiperbilirubinemia yang terjadi pada usia bayi 8 hari bisa dikategorikan
hiperbilirubin patologis. Ikterus non fisiologis (patologis) ini terjadi
sebelum usia 24 jam, adanya peningkatan kadar bilirubin total serum
lebih dari 0,5 mg/dL/jam yang ditandai dengan bayi muntah, letargis,
malas menetek, penurunan berat badan yang cepat dan suhu badan yang

31
tidak stabil. Ikterus ini bertahan setelah delapan hari pada bayi cukup
bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan.
Berdasarkan usia gestasi ibu bayi didapatkan rerata usia gestasi
39.2 minggu, artinya semua bayi hiperbilirubinemia yang menjalani
fototerapi mempunyai riwayat kelahiran aterem atau cukup bulan. Janin
bisa dikatakan cukup bulan apabila usia kehamilanya mencapai 38 – 42
minggu, sehingga kasus hiperbilirubinemia juga bisa terjadi pada bayi
dengan riwayat kehamilan cukup bulan. Ini berbeda dengan penelitian
lain bahwasanya kelahiran preterm atau kurang bulan juga merupakan
faktor risiko hiperbilirubinemia dimana perkembangan organ-organ di
dalam tubuh neonatus prematur belum berfungsi seperti neonatus yang
matur, hal ini dikuatkan dengan penelitian bahwasanya ada hubugan
antara umur kehamilan ibu dengan kejadian hiperbilirubinemia, hal ini
menujukkan semakin muda usia gestasi bayi lahir maka akan semakin
meningkat kejadian hiperbilirubinemia
5 JURNAL 5
Baby field massage dapat digunakan sebagai terapi adjuvant
terhadap kadar bilirubin serum pada bayi hiperbilirubinemia yang
menjalani fototerapi. Kadar bilirubin serum responden pada pengukuran
pertama (sebelum intervensi) pada kedua kelompok memiliki nilai
maksimum dalam kategori zona high risk (20mg/dl) menurut Normogram
Bhutani (hour specific bilirubin normogram), atau tingkat bilirubin
membahayakan karena berada pada > persentil 95. Begitu pula nilai
minimum kadar bilirubin serum (12,7 mg/dl) pada kedua kelompok
berada pada zona intermediate risk. Setelah dilakukan dilakukan
fototerapi hasil bilirubin serum berada dalam zonalow risk. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Novianti et all (2017) bahwa
pada pengukuran pertama kadar bilirubin serum maksimal masuk dalam
katagori zona high risk dan nilaiminimum masuk dalam zona
intermediate risk. Zona risiko tinggi merupakan zona yang memerlukan

32
pemantauan intensif karena dikhawatirkan akan mengalami kern ikterus
bahkan dapat menyebabkan encelopati bilirubin .

3.6 Step 5 : Evaluation


Berdasarkan analisa yang telah dilakukan darijurnal di dapatkan hasil
bahwa baby field massage therapy dapat digunakan sebagai terapi mengatasi
kadar bilirubin pada bayi dengan hiperbilirubinemia.

3.7 Step 6 : Dosemination


1. Oral persentasi, melalui :
a. Menggunakan Power Point
2. Organization Bazed & Professional continue meeting
3. Publikasi khalayak umum, seperti :
a. Publishing : Laporan dalam leaflet

33
BAB IV
PENUTUP

Hiperbilirubin merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir.
Hiperbilirubinemia ditandai dengan ikterik akibat tingginya kadar bilirun dalam
darah. Bilirubin merupakan hasil pemecahan hemoglobin akibat sel darah merah
yang rusak. Hiperbilirubin dapat terjadi secara fisiologis dan patologis.
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar serum bilirubin dalam darah
sehingga melebihi nilai normal. Pada bayi baru lahir biasanya dapat mengalami
hiperbilirubinemia pada minggu pertama setelah kelahiran. Keadaan
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir disebabkan oleh meningkatnya produksi
bilirubin atau mengalami hemolisis, kurangnya albumin sebagai alat pengangkut,
penurunan uptake oleh hati, penurunan konjugasi bilirubin oleh hati, penurunan
ekskresi bilirubin, dan peningkatan sirkulasi enterohepati.
Baby field massage merupakan terapi komplementer yang diduga dapat
meningkatkan ekskresi bilirubin bayi selama fototerapi. Baby field massage
memiliki banyak manfaat diantaranya meningkatkan berat badan, meningkatkan
intake kalori, meningkatkan aktivitas vagal, meningkatkan motilitas lambung,
meningkatkan sistem imun, tidur, menurunkan kadar bilirubin dan
memperpendek rawat inap di rumah sakit.

34
DAFTAR PUSTAKA

Abdelhamid Zaki, N. (2019). Effect Of Field Massage On Bilirubin Level And


Stool Passage Frequency Among Neonates With Hyperbilirubinemia
Under Phototherapy. Egyptian Journal Of Health Care, 10(2), 45-55

Setiarini, W. (2022). Pengaruh Baby Field Massage Therapy Terhadap Kadar


Bilirubin Serum Pada Bayi Dengan Hiperbilirubinemia Tahun 2020.

Novianti, N., Mediani, H. S., & Nurhidayah, I. (2017). Pengaruh Field Massage
Sebagai Terapi Adjuvan Terhadap Kadar Bilirubin Serum Bayi
Hiperbilirubinemia. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(3).

Santoso, S. E. S., Karuniawati, B., & Fauziandari, E. N. (2022). The Effect Of


Field Massage On Bilirubin Levels In Neonates With Hyperbilirubinemia.
Kne Life Sciences, 335-344.

Apriyani, S., Mariyam, M., Alfiyanti, D., & Samiasih, A. (2021). Field Massage
Improves The Life Quality Of Infant With Hyperbilirubinemia And
Under Phototherapy. Media Keperawatan Indonesia, 4(2), 108-113.

Aco, Tang. 2018. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 1–4
Bulan.Global Health Science 3(1): 12–16

Pamungkas Bintang Aji. (2016). Pengaruh Pijat Bayi terhadap Kualitas Bayi
Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Kartasura. Universitas Muhammadiyah

35

Anda mungkin juga menyukai