Anda di halaman 1dari 19

PEMANTAUAN PELAYANAN KEBIDANAN

KOHORT IBU DAN BAYI

DISUSUN OLEH:
Haiyun Afrianda
P07124419013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN KEBIDANAN BANDA ACEH
PRODI D-IV KEBIDANAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini yang berjudul "Pemantauan Pelayanan Kebidanan
Kohort Ibu dan Bayi".

Penulis menyadari, tersusun dan terselesaikannya makalah yang berjudul


“Pemantauan Pelayanan Kebidanan Kohort Ibu dan Bayi" ini adalah berkat
bimbingan dan bantuan semua pihak. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada ibu Fitriani, SST, M.Kes sebagai Dosen
pengajar yang telah membimbing dan membantu menyusun makalah tersebut.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca, agar penulis dapat lebih baik lagi dalam penulisan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis
memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Terima Kasih.

Aceh Besar, 22 Desember 2021

Haiyun Afrianda
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Manajemen Pelayanan Kebidanan ..................................................... 3
1. Definisi Operasional ...................................................................... 3
2. Langkah-langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan .... 3
B. Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan ................. 8
1. Input ............................................................................................... 8
2. Proses ............................................................................................. 9
3. Output ............................................................................................ 9
C. Pemantauan Pelayanan Kebidanan .................................................... 9
1. Jenis Register Kohort .................................................................... 9
a. Register Kohort ibu .................................................................. 9
b. Register Kohort bayi ................................................................ 11
2. PWS KIA ...................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 14
A. Kesimpulan ......................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka
kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan. Dalam memberi
asuhan bidan sebagai individu yang memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya,bio-
psiko sosial . Ditengah masyarakat, bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan
dan mengubah prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yag tidak sehat.Jadi tidak
hanya memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap keluerga dan masyarakat. Oleh karena
itu, bidan harus mempunyai pendekatan manajemen agar dapat mengorganisasikan semua unsur
unsur yang terlibatdalam pelayanannya dengan baik dalam rangka menuunkan angka kematian
ibu dan anak.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang terfokus pada klien.
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi,
setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi
sesuai dengan kondisi klien.
Mengingat pentingnya seorang bidan menguasai manajemen kebidanan maka,dalam
makalah ini akan kami bahas tentang dasar dasarnyaantara lain tentang: langkah langkah dalam
manajemen pelayanan kebidanan,perencananaan dalam pelayaanan kebidanan,dan pemantauan
pelayanan kebidanan (kohort Ibu ,bayi , balita, dan PWS KIA) .

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen pelayanan kebidanan ?
2. Bagaimana perencanaan dalam manajemen pelayanan kebidanan ?
3. Bagaimana cara pemantauan pelayanan kebidanan ?
4. Apa yang dimaksud dengan kohort ibu dan kohort bayi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen pelayanan kebidanan.
2. Untuk mengetahui perencanaan manajemen pelayanan kebidanan.
3. Untuk mengeahui cara pemantauan pelayanan kebidanan.
4. Mengertahui pengertian kohort ibu dan kohort bayi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Pelayanan Kebidanan


Dalam pelayanan kebidanan,manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan
kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan
kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen kebidanan yang ditetapkan
sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

1. Defenisi Operasional:
a. Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam
memberikan pelayanan kebidanan.
b. Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik.
c. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
d. Ada diagnosa kebidanan.
e. Ada rencana asuhan kebidanan .
f. Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidnanan.
g. Ada catatan perkembangn klien dalam asuhan kebidanan.
h. Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
i. Ada dokumentasi utuk kegiatan manajemen kebidanan.

2. Langkah-langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan


Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem manajemen pada umumnya.
Dalam pelayanannya juga melaksanakan aktifitas manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, kordinasi ,dan pengawasan (supervisi dan evaluasi).

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
a. Anamnesa
Biodata, Riwayat Menstruasi, Riwayat Kesehatan, Riwayat Kehamilan, Persalinan &
Nifas, Biopsikospiritual, Pengetahuan Klien
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi
d. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium, Catatan terbaru dan sebelumnya

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah
pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah
tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah
4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

Langkah II : Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Diagnosa Kebidanan.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Standar Nomenklatur
Diagnosa Kebidanan :
a) Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.
b) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c) Memiliki cirri khas kebidanan.
d) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
e) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering berkaitan
dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan
hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.
Contoh :
 Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
 Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III. Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah
tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur
diagnosa kebidanan tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian
lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Masalah: Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai
Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar: Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin
hamil . Ibu hamil trimester III merasa takut, Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan.
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan
masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.
Contoh kebutuhan :
 Kebutuhan Dasar: Ibu menyenangi Binatang
 Kebutuhan : Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan. Pemeriksaan TORCH Ibu
mengatakan sekeluarga menyayangi binatang.

Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting
sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh: Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut,
misalnya:
a. Besar dari masa kehamilan.
b. Ibu dengan diabetes kehamilan.
c. Kehamilan kembar.
Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan
oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga
sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang
menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap
kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera
memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.

Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan


Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut
dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah
lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali
pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia,
kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang
ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi
setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam
manajemen asuhan klien.

Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau
masalah yang telah didentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah
yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah
pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas
bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama
klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional
dan benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan
asumsi tentan apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan
pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan
bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-
benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu
dari asuhan klien.

Langkah VII : Evaluasi


Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

B. Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan kebidanan.


Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari administrasi
kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur pokok yaitu:
1. Input
Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan .Unsur
masukan yang terpenting adalah tenaga,dana dan sarana . Secara umum di sebutkan apabila
tenaga dan sarana kuantitas dan kualitas.tidak sesuai standar yang ditetapkan,serta jika dana yang
tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan,maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan
kesehatan.

2. Proses
Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua macam,yakni tindakan medis dan tindakan
non medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang
di tetapkan, maka sulitlah di harapkan bermutunya pelayanan kesehatan.

3. Output
Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan Penampilan
daat di bedakan atas dua macam .Pertama , penampilan aspek medis pelayanan kesehatan
.Kedua,penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan.Secara umum di sebutkan apabila
kedua penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.

C. Pemantauan Pelayanan Kebidanan Kohort Ibu dan Bayi


1. Pengertian
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan
balita. Tujuannya untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan bayi yang terdeteksi di
rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.

2. Jenis Registor Kohort


a. Register Kohort Ibu
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta
keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya
melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini
lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
Cara pengisian kohort Ibu
Kolom
1) Di isi nomer urut.
2) Di isi nomer indeks dari famili folder
3) Di isi nama ibu hamil
4) Di isi nama suami ibu hamil
5) Di isi alamat ibu hamil
6) Di isi umur ibu hamil
7) Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam minggu/tanggal HPL
8) Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun
9) Paritas diisi Gravidanya
10) Diisi bila jarak kahamilan <>
11) Diisi bila BB ibu <>
12) Diisi bila TB ibu <>
13) Sampai dengan 17 Resiko tinggi : diiisi dengan tanggal ditemukan ibu hamil dengan
resiko tinggi, HB diperiksa dan ditulis hasil pemeriksaannya
14) Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh
tenaga kesehatan
15) Diisi diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh Non
NAKES.
16) Sampai dengan 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya.
1) Sampai dengan 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian
sebagai,berikut:
KI : Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada
kehamilan I s/d 5 bulan dengan rambu-rambu O dan secara langsung juga akses dengan
rambu-rambu ◙
K4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya
Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu Δ
Perhatian: K4 tidak boleh rada usia kehamilan 7 bulan
Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan pada bulan
berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi agar tidak kehilangan K4.
Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir kehamilannya periksa di
wilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4
dan sekaligus Akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan dengan jelas.
Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak memandang usia
kehamilan dengan rambu-rambu Ο
35) Penolonng Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga
kesehatan
36) Diisi tanggal bila yang menolong bukan nakes.
37) Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus
38) Diisi lahir mati
39) Diisi BB bila BBL <>
40) Diisi BB bila BBL > 2500 gram
41) Keadaan ibu bersalin,di beri tanda v bila sehat
42) Dijelaskan sakitnya
43) Diisi sebab kematiaannya
44) Diisi v (rumput)
45) Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan

b. Register Kohort Bayi


Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal.
Cara pengisian kohort Bayi.
Kolom
1) Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nornor urut ibu pada
register kohort ibu.
2) Disi nomor indeks dari Family Folder
3) sampai dengan 7 jelas
8) Diisi angka berat bayi lahir dalam gram sampai dengan 10 diisi tanggal
pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan
11) Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan
12) Sampai dengan 23 Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu : N =
naik, T = turun, R = Bawah garis titik¬ – titik (BGT), BGM = Bawah garis merah.
24) Sampai dengan 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi
36) Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
37) Diisi penyebab kematian bayi tersebut
38) Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.

3. PWS KIA
Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang disebut dengan PWS
KIA atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat manajemen program KIA untuk memantau
cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar
dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA
nya masih rendah.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada
sektor terkait, khususnya Pamong setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan
sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis,
sehingga semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada akhimya AKI
dan AKB akan turun sesuai harapan. Pendataan Sasaran adalah pendataan suatu masyarakat yang
baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat
bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari
masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh
masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan
balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa
terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian bidan desa memasukan seluruh
data ibu hamil ke dalam kohort yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di
desa pun dimiliki puskesmas.
Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan Puskesmas dalam hal ini
bidan puskesmas dan timnya dapat memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada didaerah
tersebut. Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa memberikan
pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil lersebut mempunyai faktor resiko
atau tidak, sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang dikandung.
Dalam memantau program kesehatan ibu ,dewasa ini digunakan indikator cakupan, yaitu
cakupan layanan Antenatal (K1 untuk akses dan K4 untuk kelengkapan layanan antenatal),
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan kunjungan neonatus /nifas. Untuk itu,
sejak awal tahun1990-an telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat-
Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA) ,yang mengikuti program jejak imunisasi. Dengan adanya PWS
KIA, data cakupan layanan proram kesehatan Ibu dapat diperoleh setiap tahunnya dari semua
propinsi.
Walau demikian ,disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum cukup memberi
gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan angka AKI.Mengingat bahwa mengukur AKI
,Sebagai indikator dampak ,secara berkala dalam waktu kurang dari 5-10 tahun tidak realistis
,maka pakar dunia menganjurkan pemakaian indikator outcome . Indikator tersebut antara lain :
a) Cakupan penanganan kasus obstetric
b) Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani.
c) Jumlah kematian absolut
d) Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan PONED.
e) Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayah
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian
pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan
menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai
provider.
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi,
setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi
sesuai dengan kondisi klien.
Perencanan dalam pelayanan kebidanan memperhatikan 3 unsur, yaitu: input, poses dan
outcome. Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang
merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat
dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu
adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat. Untuk membantu dalam melakukan
pendataan digunaka alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan Ibu Anak
(PWS KIA).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator
penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu Negara dan status kesehatan masyarakat.
Dalam salah satu upaya untuk kesehatan ibu dan anak maka setiap ibu hamil di suatu daerah
dicatat agar resiko-resiko yang dapat terjadi dapat dideteksi lebih dini lagi yang disebut register
kohort. Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan
balita. Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta
keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya
melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan.
B. Saran
Penulis berharap agar para mahsiswa kebidanan memahami tentang manajemen
pelayanan kebidanan. Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah
ilmu pengetahuan kepada pembaca. Harapan penulis kepada pembaca semua agar bersedia
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Tenaga kesehatan khususnya seorang
bidan, alangkah baiknya untuk menerapkan register kohort di setiap pelayanan kebidanannya.
Agar resiko-resiko yang dapat terjadi pada ibu dapat dideteksi lebih dini.
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo
Simatupang, Erna. 2008.Manajemen Pelayanan Kebidanan.Jakarta:EGC
Soepardan, Suryani. 2007.Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai