Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN


DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Dosen Pengampu : Ibu Darmayanti Wulandatika, S.ST., M.Kes

DISUSUN OLEH:

RISNA ANDRIANI (2215201210054)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA DAN PROFESI BIDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
waktu yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana,
dimana makalah ini membahas tentang “Manajemen kepemimpinan dalam
pelayanan kebidanan” kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan
kita.
Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu
meningkatkan minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu kami juga
berharap semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena
akan meningkatkan mutu individu kita.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
sangat kurang, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua
pihak masih kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
makalah ini.

Banjarmasin, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN ............................... 1
A. Manajemen Pelayanan Kebidanan ................................................. 1
B. Prinsip dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan ......................... 5
C. Langkah Manajemen Pelayanan Kebidanan ................................. 5
D. Aplikasi Manajemen Pelayanan Kebidanan ................................. 7
BAB II ADVOKASI DAN NEGOSIASI ....................................................... 9
A. Advokasi dan Negosiasi dalam Praktik Kebidanan ...................... 9
B. Tekhnik Lobi dan Negosiasi ......................................................... 10
C. Studi Kasus dan Praktik Advokasi ................................................ 11
D. Unsur Pokok ................................................................................. 12
BAB III EVIDENCE TERKAIT ASUHAN KEBIDANAN............................ 15
BAB IV PENILAIAN MUTU KEBIDANAN ................................................ 17
A. Penilaian Kebidanan ..................................................................... 17
B. Teori Menjaga Mutu ..................................................................... 18
C. Definisi Penjaminan Mutu ............................................................ 24
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN

A. Manajemen Pelayanan Kebidanan


1. Manajemen kebidanan diartikan secara singkat sebagai program untuk
melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain, maka manajemen
pelayanan kebidanan diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan
kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan, pengobatan dan rasa aman
kepada pasien/keluarga/masyarakat. Manajemen pelayanan kebidanan
meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, pengarahan, pengkordinasian dan
pengawasan.

a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses intelektual yang berdasarkan fakta dan
informasi bukan emosi dan harapan, jadi dalam membuat perencanaan,

1
2

semua informasi dan materi yang berkaitan harus dikumpulkan dan


disusun secara teratur sehingga mudah di evaluasi.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam manajemen pelayanan kebidanan mempunyai
banyak aktivitas penting, antara lain: bagaimana asuhan kebidanan
dapat dikelola secara efektif dan efisien sesuai dengan jumlah tenaga
dan fasilitas yang ada.
c. Pengarahan
Pengarahan merupakan aspek hubungan manusiawi dalam
kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti
dan menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efesien untuk
mencapai tujuan.
d. Koordinasi.
Koordinasi adalah keserasian tindakan usaha, sikap dan penyesuaian
antara tenaga yang terkait.
e. Supervisi dan Evaluasi. Bidan dapat melaksanakan monitoring dan
evaluasi secara mandiri atau antar teman.
f. Untuk dapat melaksanakan cara penyelesaikan masalah, terapkanlah
siklus PDCA (Plan, Do, Chek, Action).
1) Plan (Perencanaan). Langkah pertama yang dilakukan ialah
menyusun rencana kerja cara penyelesaian masalah yang telah
ditetapkan kedalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling
terkait dan terpadu sehingga dapat dipakai sebagai pedoman dalam
melaksanakan cara penyelesaian masalah:
a) Mengenali masalah
b) Menguji dan menentukan penyebab dominan
c) Membuat rencana perbaikan.
3

2) Do (Pelaksanaan). Lakukan pemeriksaan terhadap kegiatan yang


dikerjakan, jika dalam kegiatan ada perubahan/peningkatan maka
lihat hasilnya (Out Put).
3) Action (Perbaikan). Jika hasil sudah sesuai dengan Standar maka
lakukanlah aksi berikutnya (menentukan standard baru/membuat
perencanaan dengan masalah baru).

2. Dalam pelayanan kebidanan manajemen kebidanan adalah proses


pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan
kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu
dan anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang
dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bias
diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi setiap langkah tersebut bias
dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai
dengan kondisi klien.

3. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan


sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk
pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen Varney
adalah pola piker bidan dalam melaksanakan asuhan dikenal dengan
manajemen Varney, yang menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan
proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh bidan dan perawat pada
awal tahun 1970’an proses ini memperkenalkan sebuah metode
pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang
logis dan menguntungkan, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.
4

Proses manajemen menurut Varney ada 7 langkah yang berurutan, yang


setiap langkahnya disempurnakan secara periodik, proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Ketujuh langkah
tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat di aplikasikan
dalam situasi apapun.
a. Langkah manajemen Varney
b. Pengumpulan data dasar
c. Interpretasi data dasar
d. Mengidentifkasi diagnosis atau masalah potensial
e. Identifikasi perlunya penanganan segera
f. Perencanaan asuhan komprehensif
g. Pelaksanaan rencana
h. Evaluasi

4. Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis


dalam member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak
baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan
merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka
dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya. Manajemen
kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada
klien.
5. Menurut buku 50 tahun IBI, 2007 Manajemen kebidanan adalah pendekatan
yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
6. Menurut Depkes RI, 2005 Manajemen kebidanan adalah metode dan
pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh
5

bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan


masyarakat.

B. Prinsip dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan


Prinsip proses manajemen pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:
1. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan
relevan dengan melakukan pengkajian yang koprehensif terhadap kesehatan
dan pemeriksaan fisik. (Menurut ACNM 1999)
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnose berdasarkan interpretasi
data dasar. (Menurut ACM 1999)
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama
klien.
4. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan
dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
6. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individu.
7. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan
kolabirasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi
darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan
dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

C. Langkah Manajemen Pelayanan Kebidanan


Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang yaitu antara lain sebagai berikut
I. Langkah I (pertama) : Pengumpulan data dasar
6

Langkah pertama merupakan langkah awal menentukan langkah berikutnya.


Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi klien atau orang yang
meminta asuhan.
II. Langkah II (kedua) : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang dikumpulkan dalam langkah ini meliputi Diagnosa,
Pengumpulan Masalah, dan Kebutuhan.
III. Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi Diagnose atau Masalah
Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap
bila diagnosa/masalah potensial ini benar benar terjadi.
IV. Langkah IV (keempat) : Mengidentifikasi dan Menetapkan
Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu
bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data
menunjukan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara
menunggu instruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi dengan
tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien untuk
menentukan asuhan pasien yang peling tepat. Langkah ini mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
V. Langkah V (kelima) : Merencanakan Asuhan yang Komprehensif
atau Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah sebelumnya, langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
7

terhadap diagnose atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi,


pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dilengkapi.
VI. Langkah VI (Keenam) : Melaksanakan Perencanaan dan
Penatalaksaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi dilakukan oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. Langkah VII (Ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.

D. Aplikasi Manajemen Pelayanan Kebidanan


Layanan kebidanan merupakan sub dari layanan kesehatan yang berfokus
pada pengasuhan ibu hamil selama masa kehamilan, melahirkan, dan pasca
melahirkan, di mana pada setiap proses asuhan perlu dilakukan pemeriksaan dan
pencatatan medis. Performa dan kebermanfaatan proses pemeriksaan dan
pencatatan medis dapat ditingkatkan dengan adanya yang mendukung. Aplikasi
layanan kebidanan merupakan sebuah solusi yang dapat membantu bidan dalam
melakukan proses pemeriksaan dan pencatatan medis seorang ibu hamil. Aplikasi
ini dapat mempercepat proses pemeriksaan ibu hamil dengan cara menampilkan
catatan medis ibu hamil dari pemeriksaan sebelumnya, sehingga dapat
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan dengan lebih cepat dan bijak.
Aplikasi ini juga dapat mempermudah bidan dalam melakukan proses pencatatan
dengan cara menyajikan formulir pencatatan medis yang dibutuhkan secara
8

digital, sehingga proses pengisian formulir dapat divalidasi secara otomatis dan
data yang dimasukkan juga dapat langsung tersimpan dengan aman di database.
Aplikasi ini dikembangkan dengan metode pendekatan waterfall. Tahap-tahap
yang yang dilakukan adalah analisis, perancangan, implementasi, integrasi, dan
pemeliharaan. Produk akhir yang dihasilkan yaitu adalah aplikasi layanan
kebidanan berbasis web dan mobile yang dapatdigunakan oleh bidan untuk
melakukan pemeriksaan dan pencatatan, serta oleh ibu hamil untuk melakukan
pemantauan catatan medisnya. Adanya aplikasi ini dapat mempermudah bidan
dalam meningkatkan kualitas pelayanannya.
BAB II
ADVOKASI DAN NEGOSIASI

A. Advokasi dan Negosiasi dalam Praktik Kebidanan


Advokasi berasal dari kata advocate, yang berarti pembelaan, atau
anjuran terhadap suatu masalah atau kasus.
1. Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi
kebijakan public melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.
2. WHO (1989) : “advocacy is a combination on individual and social action
design to gain political commitment, policy support, social acceptance and
systems support for particular health goal or programme” (WHO,1989).
3. Advokasi juga dapat diartikan sebagai upaya pendekatan (approches)
terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.
Advokasi dalam pelayanan kebidanan merupakan sebuah upaya yang
dilakukan orang-orang di bidang kebidanan, utamanya promosi kesehatan,
sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan, menyentuh pada level pembuat
kebijakan kemudian memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan
memerhatikan kesehatan.
Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari
kebijakan publik dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi
kesehatan bias tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat atau
promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan
terhadap kaum lemah (miskin).
Negosiasi merupakan teknik advokasi yang dimaksudkan untuk
meghasilkan kesepakatan. Dalam hal ini pihak yang bernegosiasi menyadari
bahwa masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang sama yang perlu

9
10

diamankan sekaligus kepentingan yang berbeda/bertentangan yang perlu


dipertautkan.
Dalam negosiasi diperlukan kemampuan untuk melakukan tawar-menawar
dengan alternatif yang cukup terbuka.
Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. Bidan sebagai
advocator mempunyai tugas antara lain:
1. Mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan
kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi kepentingan
mereka sendiri.
2. Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan
informasi kesehatan dan memberikan dukungan sosial.
3. Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan berbagai
program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
4. Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau
mempercayai bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu di dukung
melalui kebijakan atau keputusan politik dalam bentuk peraturan, Undang-
Undang, instruksi yang menguntungkan kesehatan publik dengan sasaran
yaitu pejabat legislatif dan eksekutif. Para pemimpin pengusaha, organisasi
politik dan organisasi masyarakat baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten,
kecamatan desa kelurahan. (NoviyatiRahardjo Putri.2021).

B. Tekhnik Lobi dan Negosiasi


Lobi dan negosiasi merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan kita, baik kita sadari maupun tanpa kita sadari. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Melobi ialah melakukan pendekatan secara tidak resmi,
sedangkan pelobian adalah bentuk partisipasi politik yang mencakup usaha
individu atau kelompok untuk menghubungi para pejabat pemerintah atau
pimpinan politik dengan tujuan mempengaruhi keputusan atau masalah yang
dapat menguntungkan sejumlah orang. Istilah Lobby atau Lobbying di Indonesia-
11

kan menjadi kata Lobi, sedangkan istilah Lobbyist di Indonesia-kan menjadi


Pelobi, yaitu orang yang melakukan lobi (Zainal, 2018).
Lobi politik (Political Lobying), Lobi adalah berbincang-bincang secara
informal dengan para pejabat untuk menginformasikan dan membahas masalah
dan program kesehatan yang akan dilaksanakan.
1. Tahap pertama pada lobi ini adalah tenaga kesehatan atau bidan
menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah
kerjanya, dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.
2. Kemudian disampaikan alternatif yang terbaik untuk memecahkan atau
menanggulangi masalah tersebut. Dalam lobi ini perlu dibawa atau
ditunjukkan data yang akurat tentang masalah kesehatan tersebut kepada
pejabat yang bersangkutan.

Proses lobi dan negosiasi selalu melibatkan proses komunikasi


didalamnya, baik komunikasi secara verbal maupun komunikasi secara
nonverbal. Bahasa tubuh dan komunikasi nonverbal digunakan antara lain
bertujuan untuk memperkuat pesan yang telah disampaikan dengan
menggunakan komunikasi verbal.
Peran lobi dan negosiasi dalam Ilmu Komunikasi sangatlah besar.
Meskipun secara lahiriah manusia telah dibekali dengan kemampuan untuk
bernegosiasi, namun untuk dapat bernegosiasi dengan baik, kemampuan dasar
tersebut perlu dipelajari, dikembangkan dan dilakukan secara berkala agar
menjadi sebuah pembiasaan dalam kesehariannya.

C. Studi Kasus dan Praktik Advokasi


Sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di bidang kebidanan utamanya
promosi kesehatan sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan.
Menyentuh pada level pembuatan kebijakan, mempengaruhi para pembuat
kebijakan untuk lebih tahu dan memperhatikan kesehatan. Misalnya kita
12

memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan publik dari


kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bias
tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat atau promosi kesehatan
yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelian terhadap kaum lemah
(miskin).
Contoh Implementasi Advokasi Bidan
1. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-
haknya diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal.
2. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.
Contoh : seseorang ibu bersalin yang lahir di dukun dan menggunakan alat
persalinan yang tidak steril, maka bidan melakukan advokasi kepada
pemerintah setempat agar pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun
menggunakan peralatan yang steril salah satu caranya adalah melakukan
pembinaan terhadap dukun bayi di lapangan menggunakan alat-alat yang
tidak steril.

D. Unsur Pokok
Unsur pokok Manajemen, antara lain:
1. Sumber daya manusia (man)
Sarana penting atau sarana utama setiap manajer untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan oleh individu-individu tersendiri atau manusianya. Berbagai
kegiatan-kegiatan yang ditinjau dari sudut pandang sebagai sudut pandang
proses perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengarahan dan pengendalian
produksi keuangan dan personalic. Tanpa manusia tidak ada proses kerja sebab
pada dasarnya manusia adalah mahluk kerja.
2. Uang (money)
Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa agar
tujuan yang diinginkan tercapai kegiatan atau ketidaklancaran proses
manajemen sedikit banyak dipengaruhi oleh pengelolaan keuangan
13

Uang sangat dibutuhkan oleh semua manusia, uang juga dibutuhkan untuk
membeli peralatan praktik kebidanan dan memperlengkap ruangan praktik
kebidanan serta untuk melanjutkan sekolah supaya ilmunya bertambah luas
tentang kebidanan. Uang juga harus disedikan untuk membiayai gaji tenaga
kebidanan.
3. Material (materials)
Dalam proses pelaksanaan kegiatan manusia menggunakan material atau
bahan-bahan oleh karena itu material dianggap pula sebagai alat atau sarana
manajemen untuk mencapai tujuan.
Alat sangat dibutuhkan oleh kebidanan seperti : bengkok, dopler, ukuranlila,
bakinstrumen, dsb.
4. Mesin (machines)
Dalam kemajuan kebidanan teknologi, manusia bukan lagi sebagai
pembantu mesin seperti pada masa lalu sebelum revolusi industry terjadi :
bahkan sebaliknya mesin telah berubah kedudukannya menjadi pembantu
manusia.
Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efisiensi kinerja yang baru.
5. Metode (methods)
Dalam pelaksanaan kinerja diperlukan metode-metode kerja suatu tata cara
kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode saat
dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja, suatu tugas dengan
memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran.
Fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu serta uang dan
kegiatan pelayanan kebidanan, perlu diingat meskipun metode baik
sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan.
6. Pemasaran (marketing)
14

Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang
yang di produksi tidak laku maka proses produksi barang akan berhenti,
artinya proses kerja tidak berlangsung. Sama halnya dengan pemasaran
bidan juga dalam memberikan pelayanan kebidanan yang baik akan banyak
pasien yang dating beda dengan memberikan pelayanan yang tidak baik akan
berdampak buruk bagi bidan dan akan berhenti pasien yang akan datang,
oleh sebab itu penguasaan dalam pemasaran dalam arti menyebarkan hasil
kerja bidan merupakan faktor menentukan dalam kebidanan agar pemasaran
tentang kebidanan dapat dikuasai dan kualitas pelayanan yang baik harus
sesuai dengan selera pasien dan daya kemampuan kita dalam memberikan
pelayanan.
BAB III
EVIDENCE TERKAIT ASUHAN KEBIDANAN

Evidence-Based Practice adalah pendekatan sistematis untuk meningkatkan


kualitas praktik keperawatan dengan mengumpulkan bukti terbaik, Almaskari (2017).
Evidence Based Midwifery (Practice), EBM didirikan oleh RCM dalam rangka
untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk
pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan Jurnal telah
dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti
yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan praktek.
Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan
dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan
akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform untuk yang
paling ketat dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis
oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri
untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada
tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang untuk membantu bidan dalam
mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama
meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003).
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek
dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian
kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan
sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat
menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut. David
L. Sackett et al menyatakan bahwa praktik berbasis bukti adalah penggunaan bukti
terbaik dan terbaru secara teliti, eksplisit, dan bijaksana dalam membuat keputusan
tentang perawatan pasien individual. Praktek kedokteran berbasis bukti berarti

15
16

mengintegrasikan keahlian klinis individu dengan bukti klinis eksternal terbaik yang
tersedia dari penelitian sistematis.
Pendekatan untuk melakukan penatalaksanaan kepada pasien dimana info-info
dari status pasien dan keinginan pasien diintegrasikan dengan pengalaman klinis dan
dengan bukti-bukti keilmuan terbaik yang didapat dari berbagai penelitian terutama
Randomized Controlled Trials (RCTs). Jadi EBM selalu mengenai pelayanan optimal
dari masing-masing pasien yang mengaplikasikan temuan epidemiologi dari penelitian
kohort dalam skala luas dalam pelayanan kesehatan individu.
BAB IV
PENILAIAN MUTU KEBIDANAN

A. Penilaian Mutu Kebidanan


Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah
keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pada waktu melakukan penilaian haruslah diingat bahwa penilaian
dilakukan pada tahap akhir (summative evaluation) sehingga perhatian
hendaknya lebih ditujukan pada unsure keluaran (output) dari program menjaga
mutu. Dalam hal ini merujuk pada mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Untuk dapat melakukan penilaian sumatifini perlu memahami
standard serta indikator yang digunakan, yakni standar dan indikator yang
merujuk pada mutu pelayanan kesehatan .penilaian dapat ditemukan pada setiap
tahap pelaksanaan program dan secara umum penilaian dapat dibedakan atas tiga
jenis.
1. Penilaian pada tahap awal program, yaitu penilaian yang dilakukan pada saat
merencanakan suatu program (formative evaluation). Tujuan utamanya
adalah untuk meyakinkan bahwa rencana yang disusun benar-benar telah
sesuai dengan masalah yang ditemukan (dapat menyelesaikan masalah
tersebut). Penilaian yang dimaksudkan untuk mengukur kesesuaian program
dengan masalah dan/atau kebutuhan masyarakat dan disebut dengan studi
penjajakan kebutuhan (need assessment study).
2. Penilaian pada tahap pelaksanaan program, yaitu penilaian pada saat
program sedang dilaksanakan (promotive evaluation). Tujuan utamanya
adalah untuk mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan telah
sesuai dengan rencana atau tidak, atau apakah terjadi penyimpangan-
penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian tujuan dari program
tersebut. Pada umumnya ada dua bentuk penilaian pada tahap pelaksanaan

17
18

program yaitu pemantauan (monitoring) dan penilaian berkala (periodical


evaluation).
3. Penilaian pada tahap akhir program, yaitu penilaian yang dilakukan pada
saat program telah selesai dilaksanakan (summative evaluation). Tujuan
utamanya secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni untuk
mengukur keluaran (output) serta untuk mengukur dampak (impact) yang
dihasilkan. Dari kedua macam penilaian akhir ini, diketahui bahwa penilaian
keluaran lebih mudah daripada penilaian dampak karena pada penilaian
dampak diperlukan waktu yang lama.
Ruang lingkup penilaian secara sederhana dapat dibedakan atas empat kelompok
sebagai berikut :
1. Penilaian terhadap masukan, yaitu penilaian yang menyangkut pemanfaatan
berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga, ataupun sumber sarana.
2. Penilaian terhadap proses, yaitu penilaian yang dititikberatkan pada
pelaksanaan program, apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
atau tidak. Proses yang dimaksud mencakup semua tahap administrasi, mulai
dari tahap perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan program.
3. Penilaian terhadap keluaran, merupakan penilaian terhadap hasil yang
dicapai dari dilaksanakannya suatu program.
4. Penilaian terhadap dampak, yaitu penilaian yang mencakup pengaruh yang
ditimbulkan dari dilaksanakannya suatu program.

B. Teori Menjaga Mutu


1. Teknik Observasi
a. Pengertian observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data untuk menilai dengan
menggunakan indra (tidak hanya dengan mata saja) mendengarkan,
mencium, mengecap meraba juga termasuk bentuk dari observasi.
19

Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah panduan pengamatan


dan lembar pengamatan.
b. Kelebihan teknik observasi
1) Dapat membandingkan apakah perkataan sesuai dengan tindakan.
2) Peneliti dapat mempelajari subjek yang tidak member kesempatan
laporan lisan (verbal).
3) Subjek observasi bebas melakukan kegiatan.
4) Dimungkinkan mengadakan pencatatan secara serempak kepada
sasaran penilaian yang lebih banyak.
c. Kelemahan teknik observasi
1) Tidak selalu memungkinkan untuk mengamati suatu kejadian yang
spontan, harus ada persiapan.
2) Tidak bias menentukan ukuran kuantitas terhadap variabel yang ada
karena hanya dapat menghitung variabel yang kelihatan.
3) Sulit mendapatkan data terutama yang sifatnya rahasia dan
memerlukan waktu yang lama.
4) Apabila sasaran penilaian mengetahui bahwa mereka sedang diamati,
mereka akan dengan sengaja menimbulkan kesan-kesan yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan, jadi sifatnya dibuat-buat.
5) Subyektifitas dari observer tidak dapat dihindari
d. Penilaian mutu dengan observasi
Penilaian mutu pelayanan kebidanan dengan observasi dapat dilakukan
dengan memantau (monitoring) mutu pelayanan, yaitu dengan cara
melihat data informasi objektif dari system informasi yang ada tentang
struktur, proses, dan outcome pelayanan antara lain melalui :
1) Peer Review (tinjauan untuk teman sejawat). Pengukuran penilaian
dilakukan dengan pengamatan untuk teman sejawat terhadap proses
dan hasil pelayanan kesehatan peer review selanjutnya. Pengukuran
ini bias dilakukan dengan menggunakan lembar checklist, dimana
20

teman sejawat melakukan pengamatan langsung terhadap temannya


pada satu atau beberapa keterampilan sesuai dengan checklist.
Tinjauan proses. Mengukur mutu pelayanan dengan cara menelaah
apakah pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan dan
harapan pasien, konsumen, dan pelanggan/masyarakat. Pada
umumnya dengan tinjauan proses dapat diketahui apakah pelayanan
telah efisien dan efektif. Pelayanan telah efisien apabila pasien tidak
dating berulang-ulang, antrian tidak panjang, waktu tunggu cepat,
dan obat tersedia sehingga tidak harus membeli di luar puskesmas.
Pelayanan telah efektif, apabila telah berobat pasien sembuh, tidak
mengalami kesakitan dan kecacatan, serta kepatuhan terhadap
standard layanan kesehatan.
2) Instrumen penilaian mutu dengan observasi
a) Daftar tilik (checklist)
(1) Daftar alat berisi nama subyek dan beberapa hal/ciri yang
akan diamati dari sasaran pengamatan. Pengamat dapat
member tanda cek (√) pada daftar tersebut yang
menunjukkan adanya cirri dari sasaran pengamatan.
(2) Daftar tilik terdiri dari 4 bagian, yaitu: daftar tilik
pengamatan pelayanan, daftar tilik pengetahuan pasien,
daftar tilik pengetahuan petugas,dan daftar tilik sarana
esensial.
(3) Daftar tilik hanya dapat menyajikan data kasar saja, hanya
mencatat ada tidaknya suatu gejala. Contoh daftar tilik yang
digunakan dalam menilai misalnya pelayanan antenatal
yang meliputi instrument penilaian pengetahuan pasien
tentang ANC, pengetahuan petugas tentang ANC, dan
pengetahuan petugas tentang sarana untuk pelayanan ANC.
21

b) Skala penilaian (rating scale). Skala ini berupa daftar yang berisi
ciri-ciri tingkah laku yang dicatat secara bertingkat. Rating scale
ini dapat merupakan satu alat pengumpulan data untuk
menerangkan, menggolongkan, dan menilai seseorang atau
suatu gejala.
c) Alat-alat mekanik. Alat-alat ini antara lain: alat perekam, alat
fotografis, film, tape recorder, kamera televisi, dan sebagainya.
Alat-alat tersebut setiap saat dapat diputar kembali untuk
memungkinkan mengadakan penilaian secara teliti. Contoh:
penilaian terhadap kompetensi ANC bidan dapat dilakukan
dengan merekam menggunakan video rekaman sehingga jika
diperlukan penilaian ulang maka dapat diputar ulang.

2. Teknik Wawancara
a. Pengertian wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data dimana penilai mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang
sasaran penilaian. Data diperoleh langsung dari orang yang dinilai
melalui suatu pertemuan/percakapan. Wawancara sebagai pembantu
utama dari metode observasi. Gejala-gejala sosial yang tidak dapat
terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara.
Jenis wawancara yang sering digunakan dalam penilaian mutu adalah
wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilaksanakan berdasarkan
pedoman pedoman berupa panduan penilaian yang telah disiapkan
secara matang sebelumnya.

b. Kelebihan wawancara
22

1) Flexibility : pewawancara dapat secara luwes mengajukan


pertanyaan sesuai dengan situasi saat itu dan memungkinkan
diberikan penjelasan kepada responden bila pertanyaan kurang
dimengerti.
2) Nonverbal behaviour : pewawancara dapat mengobservasi perilaku
nonverbal, misalnya rasa suka, rasa tidak suka, atau perilaku lainnya
pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
3) Completeness : pewawancara dapat memperoleh jawaban atas
seluruh pertanyaan yang diajukan secara langsung.
4) Time of interview: pewawancara dapat menyusun jadwal wawancara
yang relative pasti, kapan dan dimana, sehingga data yang diperoleh
tidak keluar dari rancangan yang sudah disusun.
5) Data yang diperoleh dapat langsung diketahui objektivitasnya karena
dilaksanakan secara tatap muka.
c. Kelemahan wawancara
1) Proses wawancara membutuhkan biaya dan tenaga yang besar.
2) Keberhasilan wawancara sangat tergantung pada kemahiran
pewawancara dalam menggali, mencatat, dan menafsirkan setiap
jawaban.
3) Responden sulit menyembunyikan identitas dirinya sehingga
pewawancara bias dipandang mempunyai potensi yang bias
mengancam dirinya sehingga jawaban harus diberikan secara ekstra
hati-hati, apalagi jika jawabannya direkam.
d. Penilaian mutu dengan wawancara secara spesifik digunakan pada hal-
hal berikut :
1) Saat tim penjaga mutu melakukan validasi terhadap interpretasi data
yang bertujuan untuk mengatasi masalah mutu pelayanan kesehatan.
2) Menilai alasan yang digunakan untuk melakukan tindakan.
23

3) Menilai kemampuan terhadap perkembangan kasus pada mutu


pelayanan kesehatan.
e. Instrumen penilaian mutu dengan wawancara dapat berupa kuesioner
yaitu daftar pertanyaan yang sudah disusun dengan baik sehingga
pewawancara selama melakukan wawancara dapat menuliskan jawaban
atau tanda pada lembaran tersebut.

3. Teknik Dokumentasi
a. Pengertian dokumentasi Dokumentasi adalah suatu system pencatatan
dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan
pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
b. Pembagian dokumen Dokumen terbagi dua kategori yaitu :
1) Dokumen sumber resmi, merupakan dokumen yang
dibuat/dikeluarkan oleh lembaga atau perorangan atas nama
lembaga. Ada dua bentuk yaitu sumber resmi normal dan sumbe
rresmi informal;
2) Dokumen sumber tidak resmi, merupakan dokumen yang
dibuat/dikeluarkan oleh individu tidak atas nama lembaga. Ada dua
bentuk yaitu sumber tak resmi formal dan sumber tak resmi informal.
c. Penilaian mutu dengan dokumen. Untuk melakukan penilaian mutu agar
dapat menemukan masalah mutu dalam pelayanan kebidanan dapat
menggunakan cara di atas agar dalam pelaksanaannya berjalan dengan
baik perlu dikembangkan atau disusun daftar tilik/cheklist. Checklist
adalahsebuah daftar pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu
rangkaian proses kegiatan untuk meminimalkan kesalahan akibat
kelalaian dalam melakukan pekerjaan. Checklist berupa kolom-kolom
yang memuat daftar pekerjaan dan kolom tempat kita member tanda
atau keterangan apakah pekerjaan tersebut sudah dilakukan atau belum
serta keterangan lainnya.
24

C. Definisi Penjaminan Mutu


Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu
pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen,
dan pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) memperoleh kepuasan.
Jaminan mutu pelayanan kesehatan akan menghindarkan terjadinya mal praktik
sehingga bidan/dokter dapat terhindar dari tuntunan pasien.
BAB V
PENUTUP

Manajemen kebidanan diartikan secara singkat sebagai program untuk


melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain, maka manajemen pelayanan
kebidanan diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan kebidanan untuk
memberikan asuhan kebidanan, pengobatan dan rasa aman kepada
pasien/keluarga/masyarakat. Manajemen pelayanan kebidanan meliputi Perencanaan,
Pengorganisasian, pengarahan, pengkordinasian dan pengawasan.
Advokasi dalam pelayanan kebidanan merupakan sebuah upaya yang dilakukan
orang-orang di bidang kebidanan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk
pengawalan terhadap kesehatan, menyentuh pada level pembuat kebijakan kemudian
mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan kesehatan.
Jaminan mutu pelayanan kesehatan akan menghindarkan terjadinya mal praktik
sehingga bidan/dokter dapat terhindar dari tuntunan pasien.

25
DAFTAR PUSTAKA

Depkes.RI. Modul pelatihan Rumah Sakit, Mutu Pelayanan Depkes,Jakarta, 1992.


Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan poltekkes kemenkes palangkaraya modul 1
evidance based 2019 jurusan kebidanan
http://mulyanisrii97.blogspot.com/2016/06/unsur-manajemen-kebidanan.html
https://staff.universitaspahlawan.ac.id/web/upload/materials/1454-materials.pdf.
Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kebidanan. th. 2020
Syafrudin, Masitoh S., & Rosyanawati, T.2011.Manajemen Mutu Pelayanan
Kesehatan Untuk Bidan. Jakarta: Trans Info Media.

26

Anda mungkin juga menyukai