Zat non gizi adalah zat selain zat gizi yang ada dalam bahan makanan, biasanya
tidak dapat dicerna dengan jalur metabolisme biasa dalam tubuh. Yang termasuk zat
non gizi adalah serat, pektin, selulosa, glukotin gum, dll. Vitamin C, vitamin E, beta
karoten dan selenium berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkal senyawa
radikal bebas. Selain itu, zat non gizi seperti pigmen (likopen pada tomat, flavonoid,
klorofil) dan enzim (glutation peroksida, koenzim Q-10) juga berkhasiat sebagai
antioksidan. Zat non gizi ini dapat diperoleh dari makanan sehari-hari seperti sayur,
buah, tempe, dll.
3. Pigmen
Sejak jaman dahulu nenek moyang kita telah banyak menggunakan zat
warna alami (pigmen) sebagai bahan pewarna bahan makanan. Daun suji telah
lama digunakan untuk mewarnai kue pisang, serabi, bikang, dan dadar gulung.
Kunyit untuk mewarnai nasi kuning dalam selamatan, tahu, serta hidangan
dan masakan lain. Sombo keling untuk mewarnai kerupuk, dan cabai untuk
mewarnai nasi goreng dan berbagai masakan.
a. Klorofil
Klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam
kloroplas bersama-sama dengan karoten dan xantofil. Ada dua jenis
klorofil yang telah berhasil diisolasi yaitu klorofil a dan klorofil b.
Keduanya terdapat pada tanaman dengan perbandingan 3 : 1. Kedua jenis
klorofil tersebut secara kimiawi sangat mirip.
Klorofil a termasuk dalam pigmen yang disebut porfirin; hemoglobin
juga termasuk ke dalamnya. Pada prinsipnya molekul klorofil sangat besar
dan terdiri dari empat cincin pirol yang dihubungkan satu dengan lainnya
oleh gugus metena (-CH=) membentuk sebuah molekul yang pipih. Pada
karbon ke-7 terdapat residu propionat yang teresterifikasi dengan fitol dan
rantai cabang ini bersifat larut dalam lipid.
Klorofil a mengandung atom magnesium yang diikat oleh nitrogen dari
dua cincin pirol dengan ikatan kovalen serta oleh dua buah atom nitrogen
dari dua cincin pirol lain melalui ikatan koordinat kovalen; yaitu N dari
pirol menyumbangkan pasangan eketronnya pada magnesium (pada
gambar dinyatakan dengan garis putus).
Molekul klorofil sampai sekarang belum dapat disintesis. Pada
hakikatnya klorofil merupakan senyawa yang tidak stabil ehingga sulit
untuk menjaga agar molekulnya tetap utuh dengan warna hijau yang sangat
menarik. Beberapa peneliti berpendapat bahwa dalam dauannya
kloroplasnya pecah dan klorofilnya keluar. Klorofil dalam daun yang
masih hidup berikatan dengan protein. Dalam proses Pemanasan
proteinnya terdenaturasi dan klorofil dilepaskan.
Klorofil yang berwarna hijau dapat berubah menjadi hijau kecoklatan
dan mungkin berubah menjadi coklat akibat substitusi magnesium oleh
Reaksi tersebut berjalan cepat pada larutan yang bersifat asam.
Berdasarkan percobaan pada warna kapri yang dikalengkan. Ternyata
selama proses pengalengan, pH kapri turun dari 6,6 hidrogen membentuk
feofitin (klorofil yang kehilangan magnesium). Blair dan Ayres (1943)
mengamati perubahan warna kapri yang menjadi 6,1 dan warna yang hijau
menjadi pucat kecoklat-coklatan. Dengan peningkatan pH sehingga selalu
pada pH 8,0 perubahan warna dapat dicegah. Hal tersebut dilakukan
dengan merendam kapri dalam larutan natrium karbonat 2% selama 30 - 60
menit, blansir dalam larutan kalsium hidroksida 0,005 M, dan dikalengkan
dalam larutan gula garam yang mengandung 0,02 0,05 M magnesium
hidroksida
. Selama pemasakan bayam dan petsai, terbentuk asam-asam organik
yang dapat menurunkan pH. Bila tutup dibuka, asam-asam itu dapat
eruapkan keluar dan warna hijau dapat lebih dipertahankan.
Spektrum absorpsi pigmen porfirin ditandai dengan adanya pita (band)
vang tajam pada panjang gelombang kuning, merah dan daerah dekat infra
merah, serta daerah violet. Pita (band) tajam khususnya berada pada dzerah
violet dan daerah dekat violet dan disebut soret band. Adanya pita rersebut
menandakan bahwa struktur porfirinnya belum mengalami kerusakan.
Panjang gelombang maksimum untuk klorofil a dalam pelarut dietil eter
adalah 661 nm, sedangkan untuk feofitin a dalam dietil eter adalah 667 nm.
Klorofil b dalam dietil eter 644 nm, dan feofitin b 655 nm.
b. Mioglobin dan Hemoglobin
Hemoglobin mempunyai BM sekitar 68.000 dan terdiri dari protein
yang disebut globin. Pada molekul tersebut terikat empat gugusan heme.
Molekul globin terdiri dari empat rantai peptida yang tersusun dalam
bentuk konfigurasi tetra-hedral. Gugusan-gugusan heme terletak di dalam
kantung-kantung pada permukaan molekul globin. Setiap kantung dibentuk
oleh suatu lipatan satu rantai peptida.
Zat kimia warna daging adalah pigmen heme atau tepatnya pigmen
mioglobin. Dalam daging ternak jumlah besi yang ada sebagian besar
terdapat pada mioglobin (95%) dibanding hanya 10% pada badan ternak
yang masih hidup. Mioglobin bukan merupakan satu-satunya pigmen yang
terdapat dalam daging. Pigmen lain yang ada dalam daging adalah
sitokrom dan flavin.
Mioglobin mirip dengan hemoglobin, hanya lebih kecil bentuknya. kira-
kira hanya seperempat dari besar hemoglobin. Yang unik dari mioglobin
adalah sebuah molekulnya terdiri dari satu heme dan satu molekul protein.
Protein pada molekul mioglobin hanya terdiri satu rantai polipeptida yang
terdiri dari 150 buah asam amino. BM mioglobin adalah 17.000.
Heme yang terdapat dalam mioglobin sama dengan heme pada
hemoglobin, yaitu terdiri dari porfirin yang mengandung sebuah atom besi
(Fe).Heme juga disebut feroprotoporfirin.
Mioglobin merupakan bagian dari protein sarkoplasma daging, bersifat
larut dalam air dan dalam larutan garam encer. Panjang gelombang
absorpsi maksimumnya 555 nm (pada bagian hijau) serta nampak oleh kita
sebagai warna abu-abu. Sedang metmioglobin mempunyai panjang
gelombang maksimum 505 nm dan 627 nm, dan nampak oleh kita sebagai
warna coklat.
c. Karotenoid
Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna kunine oranye,
merah oranye, serta larut dalam minyak (lipida). Karoten terdapat dalam
kloroplas (0,5%) bersama-sama dengan klorofil (9.3% terutama pada
bagian permukaan atas daun, dekat dengan dinding sel-sel palisade.
Karena itu pada dedaunan hijau selain klorofil terdapat juga karotenoid.
Karotenoid terdapat dalam buah pepaya, kulit pisang, tomat, cabai merah,
mangga, wortel, ubi jalar, dan pada beberapa bunga yang berwarna kuning
dan merah. Diperkirakan lebih dari 100 juta ton karotenoid diproduksi
setiap tahun di alam.
Karotenoid merupakan senyawa yang mempunyai rumus kimia sesuai
atau mirip dengan karoten. Karoten sendiri merupakan campuran dari
Leberapa senyawa yaitu a-, B-, dan y- karoten. Karoten merupakan
drokarbon atau turunannya yang terdiri dari beberapa unit isoprena Suatu
diena). Sedangkan turunannya yang mengandung oksigen disebut xantofil.
Beberapa jenis karotenoid yang banyak terdapat di alam dan bahan
makanan adalah B-karoten (berbagai buah-buahan yang kuning dan
merah), likopen (tomat), kapxantin (cabai merah), dan biksin (annatis).
Karoten
Karoten dan likopen merupakan molekul yang simetrik, artinya separuh
bagian kiri merupakan bayangan cermin dari bagian kanannya. B-karoten
dan likopen merupakan molekul yang serupa, perbedaannya terletak pada
cincin pada karbon ujung. Pada karoten cincinnya tertutup, sedang pada
likopen terbuka.
B-karoten banyak terkandung dalam wortel dan lada, kadang-kadang
bebas dan kadang-kadang bercampur dengan a- dan y-karoten. Tidak me
karoten benar-benar simetrik, misalnya a- dan Y-karoten hempunyai cincin
terminal yang tidak sama.
Karotenoid yang mengandung gugus hidroksil disebut xantofil. Salah
satu pigmen yang termasuk kelompok xantofil adalah kriptoxantin yang
mempunyai rumus mirip sekali dengan B-karoten. Perbedaannya hanya
bahwa kriptoxantin memiliki gugus hidroksil. Pigmen tersebut merupakan
pigmen utama pada jagung yang berwarna kuning, lada, pepaya, dan jeruk
keprok.
d. Antosianin
Antosianin dan antoxantin tergolong pigmen yang disebut flavonoid
yang pada umumnya larut dalam air. Flavonoid mengandung dua cincin
benzena yang dihubungkan oleh tiga atom karbon. Ketiga karbon tersehur
dirapatkan oleh sebuah atom oksigen sehingga terbentuk cincin di antara
dua cincin benzena.
Warna pigmen antosianin merah, biru, violet, dan biasanya dijumpai
pada bunga, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Dalam tanaman terdapat
dalam bentuk glikosida yaitu membentuk ester dengan monosakarida
(glukosa, galaktosa, ramnosa, dan kadang-kadang pentosa). Sewaktu
pemanasan dalam asam mineral pekat, antosianin pecah menjadi
antosianidin dan gula.
Pada pH rendah (asam) pigmen ini berwarna merah dan pada pH tinggi
berubah menjadi violet dan kemudian menjadi biru. Warna merah bunga
mawar dan biru pada bunga jagung terdiri dari pigmen yang sama yaitu
sianin. Perbedaannya adalah bila ada bunga mawar pigmennya berupa
garam asam, sedangkan pada bunga jagung berupa garam netral.
Konsentrasi pigmen juga sangat berperan dalam menentukan warla
(hue). Pada konsentrasi yang encer antosianin berwarna biru, sebaliktya
pada konsentrasi pekat berwarna merah, dan konsentrasi biasa berwarie
ungu. Adanya tanin akan banyak mengubah warna antosianın.
Dalam pengolahan sayur-sayuran adanya antosianin dan keasaman
larutan banyak menentukan warna produk tersebut. Misalnya pada
pemasakan bit atau kubis merah. Bila air pemasaknya mempunyai pH 8
atau lebih (dengan penambahan soda) maka warna menjadi kelabu violet,
tetapi bila ditambahkan cuka warna akan menjadi merah terang kembali.
Tetapı jarang makanan mempunyai pH yang sangat tinggi.
Dengan ion logam, antosianin membentuk senyawa kompleks yang
berwarna abu-abu violet. Karena itu pada pengalengan bahan yang
mengandung antosianin, kalengnya perlu mendapat lapisan khusus
(lacquer).
e. Antoxantin
Antoxantin termasuk kelompok pigmen flavonoid yang berwarna
kuning dan larut dalam air. Antoxantin juga merupakan suatu glikosida
dengan satu atau dua monosakarida (ramnosa dan glukosa). Pemanasan
dalam asam encer akan memecahnya menjadi flavon atau turunannya
(flavonal, flavononal, atau isoflavon) dan monosakarida.
Antoxantin banyak terdapat dalam lendir sel daun yang kebanyakan dak
digunakan sebagai makanan. Beberapa flavon yang dikenal adalah
Kuersetin (kulit bawang, teh), hesperitin (jeruk dan lemon), dan apigenin
dahlia kuning). Antoxantin berbeda dengan pigmen kuning/jingga
Karotenoid) karena sifatnya larut dalam air, sedangkan karotenoid larut
dalam lipida.
f. Tanin
Tanin disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Tanin dapat tidak
berwarna kuning atau coklat. Asam tanat yang dapat sampai berwarna
dibeli di pasaran mempunyai BM 1.701 dan kemungkinan besar terdiri dari
Condensed tannin merupakan dimer 4,8 atau 2,8 C-C atau ikatan dimer
sembilan molekul asam galat dan sebuah molekul glukosa.
Istilah tanin yang digunakan pada kalangan ahli pangan ada dua. eter 3,3
dari termasuk ke dalamnya galotanin dan elogitanin. Senyawa-senyawa
merupakan polimer asam galat dan asam elagat (ellagic acid). Di samping
senyawa katekin. Yang kedua yang disebut hydrolized tannin, tersebut
biasanya digunakan untuk menyamak kulit dan masing-masing itu ada
tanin yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu kelompok tanin
yang tersebut di atas.
Beberapa ahli pangan berpendapat bahwa tanin terdiri dari katekin,
leukoantosianin, dan asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbul-
kan warna bila bereaksi dengan ion logam. Senyawa-senyawa yang dapat
bereaksi dengan protein dalam proses penyamakan kulit kemungkinan
besar terdiri dari katekin dengan BM yang sedang, sedangkan katekin
dengan BM rendah banyak ditemukan pada buah-buahan dan sayuran.
Katekin dan epikatekin saling merupakan isomer, yaitu pada katekin
hidroksil-hidroksil pada cincin benzena berbentuk trans, sedangkan pada
tanin tersebut di atas. epikatekin berbentuk cis (pada karbon nomor 2 dan
3).
Di dalam teh terdapat katekin dan epikatekin yang teresterifikasi dengan
asam galat. Sedang katekin dan leukoantosianin banyak terdapat pada
jaringan tanaman apel, anggur, almond, dan pear. Leukoantosianin dalam
buah apel merupakan suatu dimer dari dua molekul 1-epikatekin.
Adanya tanin dalam bahan makanan dapat ikut menentukan cita rasa
bahan makanan tersebut. Rasa sepat bahan makanan biasanya disebabkan
oleh tanin. Misalnya dalam bir, adanya tanin kemungkinan besar be dari
malt dan hop, dan menurut hasil analisis kandungan tanin dalam bir sekitar
25 - 55 ppm.
Kandungan tanin dalam teh dapat digunakan sebagai pedoman mutu,
karena tanin memberikan kemantapan rasa. Rasa yang terlalu sepat tidak
diinginkan lagi. Beberapa jenis senyawa telah diisolasi dari teh-teh Ppm.
Indonesia yang meliputi epikatekol, katekol galat, dan 5-hidroksikatekol.
Kandungan tanin dalam anggur juga banyak menentukan mutu anggur
itu. Biasanya tanin anggur. Pada anggur jenis tertentu (chianti wine) kadar
tanin tỉnggi semakin dikehendaki.
Leukoantosianin merupakan senyawa yang dapat memberikan rasa sepat
yang dikehendaki. Pada minuman apel cider leukoantisianin memberi rasa
spesifik yang dikehendaki. Senyawa tersebut juga penting peranannya
dalam memberikan cita rasa pada olive, pisang, teh, anggur, dan coklat.
Berbeda dengan antosianin yang berwarna, leukoantosianin tidak berwarna.
Karena bentuk molekulnya yang kecil, leukoantosianin tidak mampu
bereaksi dengan protein seperti asam tanat dalam proses penyamakan kulit
dan karenanya leukoantosianin dapat dikelompokkan dalam condensed
tannins.
4. Emulsifier
Emulsifier adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam air
atau sebaliknya. Contoh zat yang terdapat dalam kuning telur, yaitu lesitin,
yang menyatukan lemak dan air dalam mayonaise. Lesitin mempunyai
struktur seperti lemak tetapi mengandung asam fosfat Emulsifier memiliki
rantai dengan muatan yang berbeda, yaitu ada muatan polar dan non polar.
Muatan yang bersifat polar akan mengikat air dan larut dalam air (hidrofilik),
sedangkan yang non polar akan mengikat lemakatau larut dalam lemak
(lipofilik). Lesitin dan fosfolipida lainnya ditemukan dalam tubuh hewan
seperti telur, darah dan didalam turunan tanaman. Monogliserida dan
digliserida juga efektif digunakan sebagai emulsifier.